• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tahap Treatment Dalam Penelitian Ergonomi - Spada UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Tahap Treatment Dalam Penelitian Ergonomi - Spada UNS"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ASPEK-ASPEK METODOLOGI DALAM PENELITIAN ERGONOMI

Bambang Suhardi

Lab. PSKE Teknik Industri UNS Gd. VI Lantai 3 FT. UNS

(2)

“Mimpi-mimpi kamu, Cita-cita kamu, Keyakinan kamu, apa yang kamu mau kejar, biarkan ia menggantung, mengambang 5 cm di depan kening kamu. Jadi dia nggak akan pernah lepas dari mata kamu. Dan kamu bawa mimpi dan keyakinan itu setiap hari, kamu lihat setiap hari, dan percaya bahwa kamu Bisa” (Donny Dhirgantoro-5 cm)

Bermimpilah Supaya Kamu Punya

Motivasi

(3)
(4)

Asal kata ergonomi dari bahasa Yunani yaitu: ergein artinya bekerja dan terdiri dari dua kata, yaitu: ergos yang berarti kerja dan nomos berarti hukum alam.

Sehingga ergonomi bisa diartikan sebagai peraturan atau tata cara kerja yang alamiah.

Manuaba (1992) menyatakan bahwa ergonomi adalah ilmu, teknologi dan seni yang berupaya menserasikan alat, cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk terwujudnya kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan efisien yang setinggi-tingginya

Pendahuluan

(5)

Berdasarkan pengertian tersebut, maka ergonomi adalah merupakan ilmu yang multidisiplin, sehingga dalam penelitian ergonomi terdapat banyak faktor yang terkait dan berpengaruh.

Oleh sebab itu permasalahan yang dihadapi tidak dapat dipecahkan secara parsial, melainkan harus dipecahkan secara komprehensif dengan memperhitungkan sebanyak mungkin faktor atau variabel yang berpengaruh

Terkait dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ergonomi dimungkinkan untuk menerapkan berbagai metode penelitian yang terkait untuk mencapai tujuan penelitian.

(6)

Depkes (2006) secara garis besar menyatakan bahwa metodologi ergonomi terdiri dari 3 tahap proses dasar penelitian dan perancangan, yaitu:

Tahap diagnosis;

Tahap penentuan perlakuan atau treatment dalam bentuk intervensi ergonomi;

Follow up

Pembahasan

(7)
(8)

Pelaksanaan tahap diagnosis atau dalam tahap pengumpulan data agar efektif dan terarah, maka perlu berpedoman pada 8 aspek ergonomi, yaitu:

1. Data yang berkaitan dengan gizi;

2. Aplikasi tenaga otot;

3. Posisi tubuh;

4. Lingkungan kerja;

5. Kondisi berhubungan dengan waktu;

6. Kondisi sosial budaya;

7. Kondisi informasi;

8. Interaksi manusia/mesin

Tahap Diagnosis Penelitian

Ergonomi

(9)

Wawancara: untuk mengetahui informasi mengenai kondisi kerja sebelum dan sesudah perbaikan yang diperoleh dari pekerja. Hasil wawancara dipakai untuk analisis dan evaluasi.

Checklist: berisikan daftar beberapa item yang diisikan sesuai dengan situasi yang ada, atau mencatat suatu kejadian dalam sistem kerja

Observasi: dilakukan dengan pengamatan secara langsung pada suatu sistem kerja dan datanya diperlukan sebelum dilakukan intervensi atau analisis lebih lanjut.

Metode Untuk Diagnosis

(10)

Informasi dari observasi adalah:

-urutan aktivitas

-durasi aktivitas

-frekuensi aktivitas

-waktu tiap bagian yaitu waktu yang digunakan pada aktivitas khusus untuk tiap bagian proses dalam suatu aktivitas

-ruang gerak: perpindahan unit kerja, operator dan mesin dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya selama hari kerja.

(11)

Data yang dikumpulkan berupa sensasi dan perasaan yang dirasakan oleh subyek.

Metode ini antara lain:

Metode pengukuran keluhan muskuloskeletal

Keluhan muskuloskeletal: keluhan nyeri atau sakit yang dirasakan pada sistem otot rangka.

Faktor penyebab: sikap kerja yang buruk atau tidak alamiah yang dilakukan dalam waktu yang lama.

Alat: kuesioner nordic body map, rula, reba, owas.

Harap diingat alat ini bukan untuk merancang tetapi hanya untuk mendiagnosa

Metode Pengukuran Subyektif

(12)
(13)

Metode pengukuran kelelahan

Kelelahan secara ergonomis disebabkan oleh pekerjaan yang monoton, kerja fisik yang berat, rentang waktu pekerjaan terlalu lama, mikroklimat yang buruk, masalah mental, adanya penyakit, rasa sakit waktu bekerja dan kurang energi.

Kelelahan bisa menyebabkan burnout. Burnout merupakan suatu sindrom yang berisikan gejala kelelahan fisik, emosional dan mental, akibat dari stres berkepanjangan, seperti: mudah marah, mudah tersinggung, frustasi, cepat lelah, lari dari kenyataan, berdalih dan lain-lain.

Alat ukur dengan menggunakan kuesioner (lihat Ms Word)

(14)

Data yang dicari untuk menentukan beban kerja.

Beban kerja dibagi dua:

External load = stressor adalah beban kerja yang berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan, yang mempunyai ciri khusus yang berlaku untuk semua orang. Contoh: task, organisasi dan lingkungan

Internal load adalah reaksi tubuh seseorang terhadap suatu external load yang diberikan. Untuk mengetahui pengaruh external load dapat diukur melalui denyut nadi.

Metode Pengukuran Obyektif

(15)

Denyut nadi merupakan respon fisiologis yang dapat dihitung secara praktis pada saat ingin mengetahui beban kerja seseorang, karena untuk mengetahui jumlah denyut nadi per menit cukup dilakukan dengan meraba pada radialis dengan teknik palpasi.

Denyut nadi dapat digunakan untuk memprediksi atau sebagai indikator penilaian beban kerja seseorang, dengan cara mengkonversikan pada tabel kategori beban kerja dengan menghitung frekuensi denyut nadi per menit.

(16)

No Denyut Nadi Kerja

(Denyut Per Menit) Kategori Beban Kerja

1 60 - 70 Sangat ringan =

istirahat

2 75 – 100 Ringan

3 100 – 125 Sedang

4 125 – 150 Berat

5 150 – 175 Sangat berat

6 > 175 Ekstrim

Kategori Beban Kerja Dinilai Dari Frekuensi Denyut Nadi Kerja (Christensen, 1991)

(17)

Dengan meraba di tempat-tempat tertentu pada permukaan kulit. Misal:

Pergelangan tangan di bagian depan sebelah atas pangkal ibu jari

Leher sebelah kiri atau kanan (arteri carolis)

Dada sebelah kiri, tepat di apex jantung

pelipis

Metode Palpasi

(18)

Denyut nadi dihitung selama 6 detik, hasilnya dikalikan 10.

Denyut nadi dihitung selama 10 detik, hasilnya dikalikan 6.

Denyut nadi dihitung selama 15 detik, hasilnya dikalikan 4.

Denyut nadi dihitung selama 30 detik, hasilnya dikalikan 2

Lazim digunakan adalah metode 10 denyut/ ten pulse method.

Cara Perhitungan Metode Palpasi

(19)

Metode ini dapat dilakukan selama bekerja atau pada akhir bekerja selama 30 detik dan hasilnya dikalikan 2. Metode ini dapat dipakai untuk menggambarkan denyut nadi kerja.

Contoh

Lama waktu 10 denyut = 6 detik, maka denyut nadi per menit = (60/6) x 10 denyut = 100 denyut

Ten Pulse Method

(20)

Data Denyut Nadi Yang Perlu

Diketahui

(21)
(22)
(23)
(24)
(25)

Uji Psiko Motor (Psychomotor Test)

Uji ini melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi mootorik. Cara dengan mengukur waktu reaksi. Waktu reaksi adalah jangka waktu dari pemberian suatu rangsangan sampai kepada suatu saat kesadaran atau dilaksanakan kegiatan.

Alat ukur yang ada biasanya menggunakan nyala lampu dan denting suara sebagai stimuli

Metode Pengukuran Obyektif Untuk

Kelelahan

(26)

Uji Hilang Kelipan (flicker fusion test)

Dalam kondisi lelah, kemampuan tenaga kerja untuk melihat kelipan akan berkurang. Semakin lelah akan semakin panjang waktu yang diperlukan untuk jarak antara dua kelipan .

(27)

Antropometri adalah salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain alat-alat kerja atau tempat kerja, sebagai upaya untuk memperoleh kondisi kerja yang ENASE (efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien) dan produktivitas kerja yang maksimal

Antropometri adalah cabang ilmu ergonomi yang berkaitan dengan ukuran dimensi dan karakteristik tertentu dari tubuh manusia.

Metode Pengukuran Antropometri

(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)

Clearence dimensions (dimensi ruang): area minimum yang diperlukan operator untuk melakukan aktivitas kerja pada tempat kerja (ditentukan dari orang terbesar dalam populasi pengguna). Persentil 90 – 99

Reach dimensions (dimensi jangkauan): area maksimum yang dapat dilakukan oleh operator yang mengoperasikan peralatan (ditentukan dari orang terkecil dalam populasi pengguna). Persentil 1 – 10

Posture merupakan hal yang cukup rumit misalkan meja kerja yang terlalu tinggi tidak diinginkan oleh pekerja yang terlalu rendah dan sebaliknya. Solusinya adalah merancang stasiun kerja yang dapat disesuaikan.

Kriteria Antropometri yang Digunakan

Dalam Perancangan

(39)

Persentile

(40)

Metode Pengukuran Berat dan Tinggi Badan

Metode Pengukuran Tekanan Darah

Metode Pengukuran Suhu Kering, Suhu Basah, Kelembaban Relatif dan Gerakan Udara

Metode Pengukuran Kebisingan

Metode Pengukuran Tingkat Pencahayaan

Metode Pengukuran Getaran

Metode Pengukuran Produktivitas

Metode Pengukuran Lainnya

(41)

Treatment adalah upaya perbaikan dalam bentuk intervensi ergonomi dengan tujuan untuk mendapatkan solusi atau pemecahan maslah kerja yang paling optimal, sehingga bisa meningkatkan kualitas kerja dan produktivitas.

Treatment tergantung pada data dasar yang diperoleh pada tahap diagnosis.

Aplikasi dari data yang terkumpul menjadi acuan untuk perbaikan atau pengembangan perancangan sistem kerja.

Tahap Treatment Dalam Penelitian

Ergonomi

(42)

Data harus disintesis ke dalam konsep perancangan, prototipe perancangan akhir secara ergonomi.

Treatment dalam bentuk intervensi ergonomi yang diimplementasikan dalam perbaikan desain sistem kerja, organisasi dan lingkungan tidak selalu rumit dan canggih, kadang perlakuan berupa tindakan yang sangat sederhana, seperti mengubah posisi tempat duduk, memberi bantalan pada alat yang digunakan dan sebagainya.

(43)

Pendekatan ergonomi total merupakan pendekatan konseptual yang muncul dalam upaya memecahkan masalah yang berkiatan dengan kerja atau aktivitas lainnya yang dilakukan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Ergonomi total identitik dengan TQM

Artinya dengan melaksanakan prinsip ergonomi sudah pasti pada saat yang sama juga akan dapat mencapai tujuan (kualitas dan kepuasan pelanggan) yang sama.

Permasalahan ergonomi dianalisis dengan pendekatan SHIP.

Treatment Berbasis Ergonomi Total

(44)

S = pendekatan sistemik maksudnya, permasalahan yang dijumpai di lapangan harus diselesaikan melalui pendekatan sistem, di mana semua aspek atau unsur yang terkait disusun dan dikerjakan secara sistem, sehingga dengan pendekatan ini diharapkan tidak ada masalah yang tertinggal.

H = pendekatan holistik maksudnya, semua faktor dan sistem yang berhubungan dengan permasalahan yang terjadi, dipecahkan secara proaktif serta menyeluruh dari hulu sampai hilir.

Pendekatan SHIP

(45)

I = pendekatan interdisipliner adalah suatu upaya mendayagunakan seluruh disiplin ilmu yang terkait karena kompleksitas persoalan yang akan dipecahkan (termasuk sosial budaya).

P = pendekatan partisipatori disini melibatkan mental dan emosi setiap orang (pengguna dan penyelenggara) dari suatu kelompok tertentu yang mendorong mereka untuk berkontribusi dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan bersama

(46)

Pendekatan partisipatori dilaksanakan dari awal proses produksi dengan melibatkan partisipasi aktif dari seluruh elemen yang terkait, seperti produsen dan pemakai, sehingga dapat lebih efektif dan efisien serta sesuai dengan permintaan dan kemungkinan kesalahan dapat diminimalkan.

(47)

Dalam upaya pemecahan masalah didasari dengan pendekatan teknologi tepat guna (TTG).

Ada 6 kriteria:

1. Ekonomis

2. Teknis

3. Ergonomis

4. Sosial budaya

5. Hemat energi

6. Melindungi Lingkungan

TTG

(48)

Follow up dilakukan dengan menganalisis tugas terhadap perancangan sistem kerja sekaligus mengevaluasi tingkat kelayakan dalam penerapan perlakuan ergonomi.

Tindakan evaluasi dilakukan berdasarkan data obyektif dan subyektif terhadap perlakuan yang diberikan dengan metode komparasi dan analisis statistik antara sebelum dengan sesudah perlakuan

Tahap Follow Up

(49)

Aspek yang Dinilai Indikator

Angka beban kerja Menurun

Angka keluhan

muskuloskeletal Menurun

Angka kelelahan Menurun

Angka produktivitas Meningkat

Indikator Keberhasilan Intervensi

(50)

Perancangan Tempat Tidur Periksa Untuk Lansia

Diagnosa melakukan wawancara dengan lansia dan tenaga kesehatan serta observasi di Panti Wredha.

Treatment: dengan melakukan perancangan tempat tidur periksa. Perancangan tempat tidur periksa menggunakan metode Ulrich.

Follow Up: dengan memodelkan aktivitas periksa lansia dengan bantuan software 3D

Contoh Intervensi Ergonomi

(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)

Diagnosa melakukan wawancara dengan ibu-ibu yang menggunakan helmiat

Treatment: dengan melakukan perancangan boncengan anak. Perancangan boncengan anak menggunakan metode Ulrich.

Follow Up: membuat prototipe dan kemudian diuji cobakan.

Perancangan Boncengan untuk Anak-

Anak

(60)
(61)

Perancangan Produk Dengan Konsep

NIDA

(62)

Diagnosa dan Treatment menggunakan konsep NIDA

Follow Up: membuat prototipe kursi dan diuji coba.

Perancangan Kursi Bus Untuk Wanita

Hamil

(63)
(64)

Diagnosa dan Treatment menggunakan konsep NIDA

Follow Up: membuat prototipe kursi dan diuji coba.

Perancangan Kursi Kuliah

(65)
(66)

Sekian dan Terima

Kasih

Referensi

Dokumen terkait

Lembar observasi keterlaksanaan digunakan untuk memperoleh data pelaksanaan penggunaan media di tempat penelitian. Pada lembar observasi keterlaksanaan terdapat angket yang akan

a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja, sedangkan tugas-tugas

Untuk mengukur stres, peneliti membuat alat ukur penyebab stres di tempat kerja yang terdiri dari dua dimensi, yaitu faktor dalam diri (personal factors) yang terbagi menjadi

Berikutan dengan timbulnya pelbagai masalah berkaitan dengan aspek Kesedaran Keselamatan dan Kesihatan Pekerjaan di tempat kerja seperti tidak memakai alat PPE yang

lingkungan kerja yang dapat menyebabkan kondisi tidak sehat pada pekerja yang dapat menimbulkan kerusakan atau kerugian baik fisik maupun psikis kerusakan fisik tempat kerja ,