Ke 1
Penelitian ini menggunakan sumber primer dan skunder. Selanjutnya teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik, yakni: 1) observasi partisipan, yakni peneliti terlibat dalam penelitian dan kajian, 2) wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak tersutruktur atau wawancara mendalam, 3) pengumpulan data melalui studi dokumen, yaitu mengumpulkan data-data yang terkait dengan peneltian, baik dari jurnal, buku, koran dan sejenisnya.
Sidekarya secara literal berarti pekerjaan yang sudah tuntas atau selesai, dalam pementasan tari Topeng Sidekarya memiliki 3 konsep yaitu: Konsep keindahan, Konsep nilai Ritual dan Konsep nilai Spiritual, di mana ketiga konsep itu memiliki sebuah makna penyatuan Sad Rasa, menjadi Sad Guna sehingga terbentuk Sadining Lango atau Kelangoan.
Dalam Topeng Sidekarya banyak makna filosofis yang dapat kita jadikan sebuah refleksi cerminan seperti hal nya topeng berwarna putih sebagai simbul kesucian, Mata Sipit yakni simbul mawas diri, Gigi Jongos simbul dari kesederhanaan dan lambing kekuatan sebagai penyeimbang, wajah setengah manusia atau Demanik simbul keseimbangan atau Rwa Bhineda, rambut panjang dimaknai sebagai ketidak terikatan serta masi banyak lagi makna filosofi yang terdapat dalam Topeng Sidekarya termasuk gerak tangan atau Mudra dapat yang dipergunakan saat pementasan berlangsung. disimpulkan bahwa tari Topeng Sidekarya sebagai simbul pemberi anugrah kesejahteraan, menghilangkan segala Papa klesa, dan penyakit dalam diri dan alam (Buana Alit dan Buana Agung).
Ke 2
Pada Penelitian ke 3
Penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif deskriptif yang berguna untuk menghimpun data-data dari observasi terlibat dan terstruktur serta dapat bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendalam yang terkait dengan tradisi mudun lemah di Dusun Tawangsari Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo dengan berdasarkan data-data yang diperoleh dari wawancara mendalam dengan informan penelitian.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa (I) bentuk simbol yang digunakan dalam tradisi mudun lemah merupakan simbol komunikasi verbal dan nonverbal. Simbol komunikasi verbal tersebut berupa bahasa yaitu sambutan dan do'a. Sedangkan yang termasuk komunikasi nonverbal berupa perlengkapan (benda-benda) dan hidangan yang digunakan dalam tradisi mudun lemah. (2) makna dari benda-benda yang disimbolkan pada perlengkapan upacara tradisi mudun lemah yang terdapat pada masyarakat Dusun Tawangsari Desa Simoketawang Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo adalah bahwa ritual ritual tersebut merupakan simbol dari suatu pengharapan dan do'a yang dilakukan oleh orang tua yang melaksanakan tradisi mudun lemah untuk anaknya dengan maksud, bahwa simbol- simbol komunikasi verbal dan nonverbal tersebut diarahkan dan ditujukan hanya kepada Tuhan semesta.
Ke 4
Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan pendekatan etnografi. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa nilai-nilai pendidikan islam dalam tradisi Peta Kapanca pada pernikahan di Desa Monggo kecematan Madapangga Kabupaten Bima, yaitu (1) calon pengantin wanita duduk di atas panggung (uma ruka), (2) posisi tangan lurus diletakkan di atas bantal beralaskan daun pisang serta posisi kaki lurus dan dialaskan dengan daun pisang, (3) pembacaan kalam ilahi, dilanjutkan dengan zikir Kapanca berupa istigfar, syahadat, shalawat, pembacaan ayat-ayat al-Qur’an, (4) melumatkan daun pacar (inai) yang dihaluskan pada telapak tangan calon pengantin wanita. Proses budaya Peta Kapanca ini ini mengandung nilai-nilai baik seperti nilai aqidah, nilai ibadah, dan nilai akhlak.
Ke 5
Bentuk-bentuk akulturasi Islam dengan budaya Bima atau dalam istilah lain disebut dengan pribumisasi Islam pada tradisi peta kapanca dapat dilihat pada;1. pembacaan shalawat dan do’a pada saat dimulainya prosesi boho oi mbaru atau mandi uap dengan bunga-bunga. 2.
iringan hadrah pada saat prosesi kalondo wei.3. pembacaan kalam ilahi yang kemudian dilanjutkan dengan jiki kapanca yang berisi pembacaan maulid syaraful anam saat prosesi peta kapanca. 4. prosesi peta kapanca yang berjumlah ganjil, melambangkan bahwa Allah swt. menyukai sesuatu yang ganjil dan hiasan bunga-bunga telur yang berjumlah sembilan buluh Sembilan buah, melambangkan asmaul husna.