ULASAN BUKU YANG BERJUDUL “NGUNDA BAYU”
Disusun Oleh:
Ida Ayu Larasathi Putri Yudistira (202201008)
PROGRAM STUDI TARI
FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
TAHUN AJARAN 2023/2024
"Ngunda Bayu" adalah sebuah buku karya Prof. Dr. I Wayan Dibia, seorang akademisi dan praktisi seni tari dari Bali. Buku ini mengulas secara mendalam tentang tari topeng Bali, khususnya dalam konteks ritual dan budaya Bali. Berikut adalah uraian singkat mengenai buku tersebut:
1. Latar Belakang "Ngunda Bayu" menggali asal-usul dan perkembangan tari topeng di Bali. Buku ini menjelaskan bagaimana tari topeng bukan hanya sebuah seni pertunjukan, tetapi juga memiliki makna spiritual dan ritual yang mendalam dalam masyarakat Bali.
2. Isi Buku: Buku ini mencakup berbagai aspek tari topeng, mulai dari sejarah, jenis-jenis topeng, teknik menari, hingga simbolisme yang terkandung dalam gerakan dan kostum. Prof. Dibia juga membahas peran penting para seniman topeng dalam menjaga dan melestarikan tradisi ini.
3. Metodologi: Penelitian dalam buku ini didasarkan pada studi lapangan yang mendalam, wawancara dengan para pelaku seni, serta analisis literatur yang ekstensif.
Prof. Dibia menggunakan pendekatan multidisipliner untuk memberikan pemahaman yang komprehensif tentang tari topeng Bali.
4. Kontribusi: "Ngunda Bayu" memberikan kontribusi signifikan bagi studi seni dan budaya Bali. Buku ini tidak hanya berguna bagi para peneliti dan akademisi, tetapi juga bagi praktisi seni dan masyarakat umum yang tertarik dengan kekayaan budaya Bali.
5. Relevansi: Buku ini relevan dalam konteks upaya pelestarian warisan budaya takbenda, di mana tari topeng Bali merupakan salah satu warisan yang harus dijaga kelestariannya. Prof. Dibia mengajak pembaca untuk memahami pentingnya melestarikan seni tradisional sebagai bagian integral dari identitas budaya.
Dengan gaya penulisan yang informatif dan didukung oleh data empiris, "Ngunda Bayu" merupakan salah satu referensi utama dalam memahami tari topeng Bali dan kontribusi seni ini terhadap budaya dan spiritualitas masyarakat Bali.
A. Ulasan Buku “Ngunda Bayu”
"Ngunda Bayu" adalah sebuah karya monumental yang ditulis oleh Prof. Dr. I Wayan Dibia, seorang ahli tari dan budaya dari Bali. Buku ini memberikan wawasan mendalam tentang seni topeng Bali, yang tidak hanya sebagai bentuk hiburan, tetapi juga sebagai medium ritual dan spiritual. Berikut adalah ulasan lengkap mengenai buku tersebut:
Latar Belakang Penulis
Prof. Dr. I Wayan Dibia adalah seorang akademisi dan praktisi seni yang memiliki pengetahuan mendalam tentang seni dan budaya Bali. Beliau dikenal sebagai seorang penari, koreografer, dan pengajar yang berpengalaman, dengan berbagai publikasi yang berfokus pada seni pertunjukan tradisional Bali.
1. Isi Buku
"Ngunda Bayu" terdiri dari beberapa bab yang terstruktur dengan baik, yang mencakup aspek-aspek berikut:
A. Sejarah dan Perkembangan Tari Topeng Bali:
Buku ini membuka dengan sejarah munculnya tari topeng di Bali, mengaitkannya dengan pengaruh budaya dari Jawa dan bagaimana topeng Bali berevolusi menjadi bentuk seni yang unik. Dibia menggali akar-akar historis tari topeng, termasuk pengaruh Hindu-Buddha dan integrasi dengan ritual lokal.
B. Jenis-jenis Topeng:
Penulis mengklasifikasikan berbagai jenis topeng yang digunakan dalam pertunjukan, seperti topeng keras, topeng tua, dan topeng dalem. Setiap jenis topeng dijelaskan dengan detail, termasuk karakteristik fisik dan makna simbolisnya.
C. Teknik dan Gaya Menari:
Prof. Dibia menjelaskan teknik dasar dan lanjutan dalam menari topeng Bali, mencakup gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan penggunaan properti. Gaya-gaya tari topeng yang berbeda, seperti gaya klasik dan kontemporer, dibahas untuk menunjukkan keragaman dalam praktik seni ini.
D. Makna dan Simbolisme:
Buku ini membahas simbolisme yang terkandung dalam setiap gerakan dan kostum tari topeng. Penulis menekankan bagaimana setiap elemen dalam pertunjukan memiliki makna spiritual dan ritual yang mendalam.
E. Peran dalam Masyarakat Bali:
Tari topeng tidak hanya dilihat sebagai seni pertunjukan, tetapi juga sebagai bagian integral dari upacara keagamaan dan adat Bali. Prof. Dibia menguraikan peran penting para seniman topeng dalam masyarakat, serta bagaimana mereka menjaga dan mewariskan tradisi ini.
F. Studi Kasus dan Wawancara:
Buku ini juga memuat studi kasus dan wawancara dengan para seniman topeng Bali terkemuka, memberikan perspektif langsung dari praktisi seni. Wawancara ini memberikan pandangan tentang tantangan yang dihadapi dalam melestarikan seni topeng di era modern.
2. Metodologi
Penelitian Prof. Dibia dalam "Ngunda Bayu" didasarkan pada studi lapangan yang ekstensif, pengamatan langsung, dan wawancara mendalam dengan para pelaku seni. Penulis juga menggunakan analisis literatur untuk memperkuat argumennya, memberikan konteks akademis yang solid.
3. Kontribusi Buku
Ngunda Bayu" memberikan kontribusi yang signifikan bagi studi seni dan budaya Bali. Buku ini berfungsi sebagai referensi penting bagi:
Akademisi: Menyediakan bahan kajian yang kaya untuk penelitian lebih lanjut dalam bidang seni pertunjukan dan antropologi budaya.
Praktisi Seni: Menjadi panduan praktis dan inspirasi bagi para penari dan koreografer.
Masyarakat Umum: Mengedukasi tentang pentingnya melestarikan warisan budaya, dan memperkenalkan nilai-nilai budaya Bali kepada generasi muda.
4. Relevansi dan Dampak
Dalam konteks pelestarian warisan budaya takbenda, "Ngunda Bayu"
menekankan pentingnya menjaga seni tradisional sebagai bagian integral dari identitas
budaya. Prof. Dibia mengajak pembaca untuk memahami dan menghargai kekayaan budaya Bali, serta mendukung upaya pelestarian melalui pendidikan dan praktik seni.
Secara keseluruhan, "Ngunda Bayu" adalah sebuah karya yang komprehensif dan mendalam, yang menggabungkan analisis akademis dengan wawasan praktis dari lapangan.
Buku ini adalah kontribusi berharga bagi pemahaman dan pelestarian seni topeng Bali.
B. Struktur Genre Mikro, Makro dan Fungsi Retorisnya
Untuk menganalisis struktur teks genre mikro dan makro serta fungsi retoris dalam buku "Ngunda Bayu" karya Prof. Dr. I Wayan Dibia, kita perlu memahami bagaimana buku ini disusun dan bagaimana elemen-elemen retoris digunakan untuk mencapai tujuannya. Berikut adalah uraian yang lebih terperinci:
- Struktur Teks Genre Mikro
Struktur teks genre mikro mengacu pada elemen-elemen kecil dalam teks, seperti kalimat, paragraf, dan sub-bab. Dalam "Ngunda Bayu", struktur ini mencakup:
Kalimat Pengantar:
a) Setiap bab biasanya dimulai dengan kalimat pengantar yang memberikan gambaran umum tentang topik yang akan dibahas.
b) Kalimat pengantar ini sering kali berfungsi untuk menarik minat pembaca dan menetapkan konteks.
Deskripsi Terperinci:
a) Buku ini kaya akan deskripsi terperinci tentang berbagai jenis topeng, teknik menari, dan makna simbolis
b) Paragraf-paragraf deskriptif ini membantu pembaca mendapatkan pemahaman visual dan konseptual yang jelas.
Contoh dan Ilustrasi:
a) Penggunaan contoh konkret dari pertunjukan tari topeng dan ilustrasi visual mendukung penjelasan teoritis.
b) Contoh dan ilustrasi ini berfungsi untuk memperjelas dan memperkaya narasi.
Wawancara dan Testimoni:
a) Buku ini menyertakan kutipan langsung dari wawancara dengan para pelaku seni topeng.
b) Kutipan ini memberikan suara autentik dari praktisi dan menambah kredibilitas narasi.
- Struktur Teks Genre Makro
Struktur teks genre makro mengacu pada pengorganisasian keseluruhan buku, termasuk bab, bagian, dan alur naratif besar. Dalam "Ngunda Bayu", struktur ini mencakup:
Pendahuluan:
a) Buku dimulai dengan pendahuluan yang menetapkan tujuan penelitian dan latar belakang penulis.
b) Bagian ini menjelaskan pentingnya tari topeng dalam budaya Bali dan alasan di balik penulisan buku ini.
Bagian Historis dan Kontekstual:
a) Bab awal biasanya membahas sejarah tari topeng dan konteks budaya di Bali.
b) Bagian Ini memberikan dasar pemahaman bagi pembaca tentang asal-usul dan evolusi tari topeng.
Analisis Jenis dan Teknik:
a) Bagian tengah buku berfokus pada klasifikasi jenis-jenis topeng, teknik menari, dan gaya pertunjukan.
b) Analisis ini mencakup aspek-aspek teknis dan artistik yang mendalam.
Makna dan Fungsi Ritual:
a) Bab selanjutnya mengeksplorasi makna simbolis dan fungsi ritual dari tari topeng.
b) Penulis menjelaskan bagaimana setiap elemen dalam pertunjukan memiliki peran dalam konteks spiritual dan sosial.
Studi Kasus dan Praktik:
a) Buku ini menyertakan studi kasus dan wawancara dengan para seniman, memberikan pandangan praktis dan pengalaman langsung.
b) Bagian ini memperlihatkan aplikasi nyata dari teori yang dibahas.
Penutup dan Rekomendasi:
a) Buku diakhiri dengan kesimpulan yang merangkum temuan utama dan memberikan rekomendasi untuk pelestarian tari topeng.
b) Penulis menekankan pentingnya upaya kolektif dalam menjaga warisan budaya ini.
- Fungsi Retoris
Fungsi retoris dalam "Ngunda Bayu" meliputi beberapa elemen kunci yang digunakan untuk mencapai tujuan komunikasi buku ini:
Eksposisi:
a) Penulis menggunakan eksposisi untuk menjelaskan konsep-konsep dasar dan latar belakang historis tari topeng Bali.
b) Fungsi ini membantu pembaca memahami konteks dan dasar-dasar teori yang akan diulas.
Deskripsi:
a) Deskripsi mendalam digunakan untuk menggambarkan detail teknis dan artistik dari topeng dan tari.
b) Bagian ini pembaca membayangkan dan mengapresiasi keindahan dan kompleksitas seni ini.
Narasi:
a) Penggunaan narasi dalam menceritakan sejarah dan evolusi tari topeng memberikan alur yang menarik dan mudah diikuti.
b) Narasi ini juga digunakan dalam studi kasus dan wawancara untuk menambahkan dimensi manusiawi pada analisis.
Argumentasi:
a) Penulis menggunakan argumentasi untuk menyajikan pendapat dan kesimpulan tentang pentingnya pelestarian tari topeng.
b) Argumentasi ini didukung oleh bukti-bukti empiris dan testimonial dari praktisi.
Persuasi:
a) Elemen persuasi digunakan untuk meyakinkan pembaca tentang urgensi pelestarian seni topeng.
b) Penulis menekankan nilai budaya, spiritual, dan sosial dari tari topeng dalam berbagai konteks.
Dengan struktur teks genre mikro dan makro yang terorganisasi dengan baik serta penggunaan fungsi retoris yang efektif, "Ngunda Bayu" berhasil menyampaikan pesan-pesan penting tentang seni dan budaya Bali kepada pembacanya.