E-ISSN: 2623-064x | P-ISSN: 2580-8737
Penerapan Metode Economic Order Quantity (EOQ) Untuk Pengendalian Persediaan Biji Kedelai di UMKM XYZ
Mohammad Wildan1, Dzakiyah Widyaningrum2
1, 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik, Gresik,
Indonesia
Informasi Artikel ABSTRAK
Riwayat Artikel Diserahkan : 11-07-2023 Direvisi : 17-07-2023 Diterima : 18-07-2023
UMKM XYZ merupakan usaha produksi tahu yang berdiri dari 2009.
Jenis Tahu yang diproduksi pada UMKM XYZ yaitu tahu mentah yang dipasarkan disekitar lokasi produksi. UMKM XYZ ini memutuhkan biji kedelai sebanyak 250-300 kg untuk memproduksi tahu setiap hari yang menghasilkan 16 kotak tahu dengan isi setiap kotaknya 180 biji. Karena permintaan tahu yang fluktuatif UMKM sering kekurangan stok (stock out) biji kedelai dikarenakan pemesanan biji kedelai yang tidak terjadwal dan kuantitas pemesanan biji kedelai yang kurang tepat. Dari permasalahan yang dialami UMKM XYZ peneliti menggunakan metode EOQ untuk menentukan jadwal pemesanan dan kuantitas pemesanan biji kedelai yang tepat, serta untuk meminimalisir biaya penyimpanan dari bahan baku. Dari hasil penelitian diperoleh kuantitas order sebesar 1.104 kg dan didapatkan Safety Stock sebesar 2.388 kg dengan nilai Reorder Point 4.348 kg.
Kata Kunci: ABSTRACT
EOQ, Persediaan, Bahan
Baku UMKM XYZ is a tofu production business that was founded in 2009. The type of tofu produced at UMKM XYZ is raw tofu which is marketed around the production site. This XYZ MSME needs 250-300 kg of soybean seeds to produce tofu every day which produces 16 boxes of tofu with 180 seeds in each box. Due to the fluctuating demand for tofu, UMKM often lack stock (stock out) of soybeans due to unscheduled ordering of soybeans and inaccurate quantity of soybeans. From the problems experienced by UMKM XYZ, researchers used the EOQ method to determine the order schedule and order quantity for soybeans, as well as to minimize storage costs for raw materials.
From the research results, it was obtained that the order quantity was 1,104 kg and the Safety Stock was 2,388 kg with a Reorder Point value of 4,348 kg.
Keywords :
EOQ, Inventory, Raw Material
Corresponding Author : Mohammad Wildan Habibie
Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik Jl., Sumatera No.101, Gn. Malang, Randuagung, Kec. Kebomas, Kab. Gresik 61121
Email: [email protected]
PENDAHULUAN
Pertumbuhan dunia industry saat ini menuntut efisiensi dari tiap-tiap proses bisnis yang dilakukan, termasuk juga kegiatan persediaan. Efisiensi pada kegiatan persediaan dilakukan dengan melakukan pengelolaan atau pengendalian bahan baku Click or tap here to enter text..
Pengendalian bahan baku sendiri merupakan suatu aktivitas pengendalian barang hasil produksi maupun barang mentah yang belum diproses(Agus Ristono, 2008).Dengan pengendalian persediaan bahan baku, permintaan pelanggan dapat terpenuhi secara optimal oleh perusahaan, sehingga tujuan-tujuan dari perusahaan dapat tercapai. Pengendalian persediaan digunakan untuk
mengetahui safety stock, dan waktu untuk melakukan pemesanan kembali atau reorder point(Eunike Agustina, 2018).
Pengendalian persediaan utamnya bahan baku sangat penting bagi perusahaan guna mencapai tujuan dari perusahaan(Arman hakim nasution & yudha prasetyawan, 2008). Akan tetapi tidak semua perusahaan menerapkan pengendalian persediaan secara akurat, jika persediian tidak diatur secara akurat maka akan menimbulkan kekurangan atau pemborosan bahan baku(Hermanto et al., 2018). Selain itu dengan melakukan pengendalian persediaan perusahaan dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan tepat(Dangnga M Taslim, 2019). Kapaitas penyimpanan bahan baku juga perlu diperhatikan, pemesanan bahan baku yang sedikit akan mengakibatkan perusahaan tidak dapat memenuhi permintaan dari konsumen dan jika terlalu banyak akan timbul biaya yang besar bagi perusahaan(dwi susanto hernanda et al., 2023).
Sehingga dibutuhkan penggunaan metode yang tepat untuk mengendalikan persediaan bahan baku. Penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) memiliki keunggulan yaitu dapat menentukan jumlah bahan baku yang harus dibeli, kapan waktu pengorderan bahan baku dilakukan efisien dan mampu meminimalkan biaya persediaan(Aida & Kantun, 2023).
UMKM XYZ merupakan industry rumah tangga yang menekuni bidang usaha yaitu produksi tahu mentah. Usaha yang terletak di Kecamatan Senori Kabupaten Tuban yang dirintis pada tahun 2009. UMKM XYZ melakukan proses produksi tahu setiap harinya yang membutuhkan biji kedelai sebanyak 250-300 kg setiap harinya yang menghasilkan 16 kotak tahu dengan isi setiap kotaknya 180 biji. Dalam pengendalian persediaan bahan baku biji kedelai Dalam pemesanan persediaan biji kedelai, UMKM XYZ tidak pernah melakukan perthitungan stok persediaan, tidak adanya perhitungan penjadwalan dan kuantitas pemesanan bahan baku seringkali mengakibatkan UMKM XYZ kekurangan stok bahan baku. Apa bila telah terjadi kekurangan stok (stock out) UMKM XYZ terkadang melakukan pemesanan bahan baku yang berlebihan yang malah akan menimbulkan pemborosan(Hidayat, 2017). Dari permasalahan yang dialami UMKM dilakukan penelitian menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ) untuk menghitung berapa banyak bahan baku yang harrus dipesan, berapa banyak persediaan yang harus disimpan untuk menghindari kelebihan maupun kekurangan bahan baku.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini memakai penelitian kuantitatif dan deskritif dimana penelitian ini menyajikan data berupa angka untuk mengungkapkan dalam menganalisis fakta-fakta yang ditemukan(Chandrahadinata et al., 2022) , dan deskritif sebagai untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas (L. Andries Anna, 2019). Data penelitian du UMKM XYZ diperoleh melalui proses wawancara, selain itu data didapat juga dari pengamatan secara langsung untuk menentukan proses produksi yang sebenarnya. Data pemesanan bahan baku, banyaknya bahan baku yang digunakan proses produksi setiap harinya dan data biaya penyimpanan didapat dari proses wawancara kepada pemilik UMKM. Kemudian data diolah untuk menentukan kuantitas order optimal menggunakan metode EOQ, safety stock, ROP serta total biaaya persediaan dengan anggapan biaya penyimpanan, biaya pemesanan, harga per unit dan permintaan konstan (Sulaiman, 2015). Adapun alur peneyelesaian masalah pada penelitiaan tersebut sebagai berikut.
Gambar 1. Alur Penyelesaian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menganalisa persediaan bahan baku utama yaitu Kedelai yang ada di UD. Sumber Rejeki, diperlukan data penjualan barang tiap bulan selama 10 bulan. Data yang kita gunakan adalah data penggunaan biji kedelai selama periode Agustus 2022 sampai Mei 2023. Data tersebut
Studi
Pendahuluan Pengumpulan data Analisa dan
pembahasan Kesimpulan
dan lead time akan digunakan untuk menentukan safety stock dan reorder point. Sebagai input order cost digunakan biaya internet, biaya administrasi dan biaya pengecekan. Untuk data persediaan Kedelai meliputi biaya simpan (holding cost),dan biaya pemesanan (ordering cost)(Purnamasari et al., 2018).
Adapun data Penggunaan dan pembelian kedelai dapat dilihat dalam tabel 5.1 Periode Agustus 2022-Mei 2023.
Table 1. Pemakaian dan Penggunaan Biji Kedelai Pada Tahun 2022-2023
No Bulan Penggunaan Bahan Kedelai (KG)
Penggunaan Bahan Kedelai (KG)
1 Agustus 7.500 7.500
2 September 9.000 9.000
3 Oktober 8.000 8.000
4 November 8.000 8.000
5 Desember 7.500 7.500
6 Januari 9.750 9.750
7 Februari 7.500 7.500
8 Maret 7.500 7.500
9 April 9.000 9.000
10 Mei 10.500 10.500
Total 84.250 84.250
Rata-rata 8.425 8.425
Dilihat dari data penggunaan bahan baku kedelai, dapat diketahui bahwa pengunaan kedelai bersifat fluktuatif, apabila stock tersedia penjualan dapat berjalan dengan baik, namun apabila tidak tersedia maka harus menunggu sampai barang datang. Dalam hal tersebut dapat mengurangi kualitas dalam proses produksi(Arman hakim nasution & yudha prasetyawan, 2008).
Dilihat dari kedatangan, dapat diketahui bahwa belum adanya penjadwalan dalam hal pengorderan biji kedelai yang terencana dengan baik. pengorderan selama ini dilakukan ketika stok menipis dan melakukan pemesanan dalam kuantitas besar.Hal tersebut dikarenakan belum adanya ketentuan mengenai safety stock dan re-order point (ROP) sehingga terjadi pembengkakan biaya. Kuantitas pemesanan hanya didasarkan pada kuantitas pemesanan terdahulu, jadi apabila terjadi fluktuasi penggunaan biji kedelai yang naik di periode selanjutnya tidak akan dapat terpenuhi karena belum adanya safety stock.
Selanjutnya dicari biaya-biaya persediaan yang meliputi biaya penyimpanan, biaya pemesanan. Adapun biaya persediaan adalah sebagai berikut :
a. Biaya penyimpanan (Holding Cost)
Biaya penyimpanan adalah biaya yang muncul dari keseluruhan aktivitas penyimpanan bahan baku. Adapun biaya simpan biji kedelai ditimbulkan dari biaya penerangan yang didapat dari pengunaan lampu 30 watt x 12 jam/hari = 0,36 kwh/hari, biaya penerangan perbulan 0,36 x 30 hari x Rp 605,- = Rp 6.534,- untuk setiap lampunya, sedangkan di Gudang ada 7 lampu penerangan jadi Rp 6534 x 7 = Rp 45.738,- . Serta biaya kerusakan bahan baku biji kedelai yang diakibatkan hama tikus rata-rata 5 kilogram perbulan dengan harga per kilogram Rp 11.500,- jadi total biaya kerusakan Rp 11.500 x 5 = 57.500. Biaya Penyimpanan (Holding cost) yang digunakan adalah = 45.738 + 57.500 = Rp 103.238 perbulan. Maka diperoleh biaya pnyimpanan perperiode 10 bulan sebesar Rp 1.032.380,-
b. Biaya pemesanan (Ordering Cost)
Biaya pemesanan adalah kalkulasi dari biaya yang ditimbulkan dari aktivitas pendatangan atau pembelian produk pihak lain, yang meliputi biaya untuk menentukan suplier dan biaya pemeriksaan persediaan sebelum melakukan pemesanan (Tuerah Michel Chandra, 2019). Biaya pemesanan yang dikeluarkan UD. SUmber Rejeki terdiri dari biaya inter- net,biaya . Dalam 10
bulan yang dijadikan bahan penelitian terjadi 12 kali pemesanan yang dilakukan oleh owner Ud.
Sumber Rejeki.
Biaya telfon dan internet adalah biaya yang digunakan oleh karyawan karena paling murah dan praktis untuk melakukan order dari suplier. Biaya telfon yang digunakan setiap bulannya sesbesar Rp.600,jadi total biaya selama 10 bulan Rp. 6.000,-. Biaya ini di dapat dari estimasi penggunaan biaya internet ponsel.
Biaya upah adalah biaya yang timbul setiap kedatangannya orderan, adapun biaya ini ditentukan oleh pemilik usaha sebesar Rp. 100.000,- untuk tenaga kuli bongkar setiap pengiriman orderan dengan rincian Rp. 100.000 x 10 = Rp. 1.000.000,-. Jadi total biaya pemesanan yang dikeluarkan adalah Rp. 1.006.000/10 = Rp. 100.600,- total biaya ini dibagi dari periode 10 bulan.
Lead time atau waktu tunggu digunakan untuk menentukan jumlah pemesanan yang ekonomis (EOQ). Waktu tunggu itu sendiri merupakan waktu dimana barang setelah dipesan sampai barang datang di gudang usaha. Pemilik usaha bekerja sama dengan salah satu supplier dari Surabaya, disini waktu tunggu yang dibutuhkan dari waktu pemesanan samapai dengan biji kedelai sampai ke lokasi usaha membutuhkan waktu 7 hari. Hal ini dikarenakan antrian pemesanan dari konsumen lain selain itu kendaraan pengangkut yang disediakan supplier terbatas.
Setelah data-data yang digunakan terkumpul,yakni jumlah permintaan, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan lead time. Dapat dilihat pada table berikut ini :
Table 2. Tabel Data kuantitas pemesanan, Harga per kilogram, Biaya Pemesanan, Lead Time
No Uraian Keterangan
1 Jumlah pengorderan bahan baku biji kedelai per periode (D) 92.000 kg
2 Biaya penyimpanan H Rp. 103.238,-
3 Biaya pemesanan (S) Rp. 100.600,-
4 Lead Time (L) 7 hari
Setelah data-data yang digunakan terkumpul,yakni jumlah permintaan, biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan lead time. Langkah selanjutnya adalah mengolah data tersebut untuk menentukan kuantitas order yang optimal, safety stock, reorder point dan total incremental cost (TIC).
Untuk menghitung kuantitas order optimal,data yang diperlukan meliputi biaya pemesanan, biaya penyimpanan dan jumlah permintaan. Perhitungan kuantitas order optimal bertujuan untuk menentukan nilai kuantitas pemesanan yang efisien bagi perusahaan(Arman Feti, 2023). Berikut merupakan pengolahan data dalam perhitungan metode EOQ :
𝑄∗= √ 2𝐷𝑆
ℎ (1)
𝑄∗= √ 2 𝑥 9.200 𝑥 100.600 103.238
𝑄∗= 17.929,832
Setelah didapat kuantias pemesanan langkah selanjutnya adalah menetukan nilai persediaan pengamanan (safety stock). Untuk menetukan Safety Stock, terlebih dahulu menetukan nilai standar deviasi sebagai berikut :
Table 3. Nilai Standar Deviasi
Setelah itu menghitung nilai safety stock, permintaan tidak tetap dan dirata-rata sedangkan lead time tetap dengan tingkat pelayanan (service level) yang ditetapkan perusahaan sebesar 99%
(dalam nilai distribusi normal nilai Z nya =2.33)
SD =√∑(x− x̅ )²
𝑁 (2)
SD = √10.506.250
10
SD = 1.025
Selanjutnya menghitung nilai safety stock
𝑆𝑆 = 𝑆𝐷 × 𝑍 (3)
= 1.025 x 2,33 = 2388,25
Setelah didapat nilai safety stock setelah itu melakukan perhitungan untuk menentukan nilai Reorder Point. Reorder Point (ROP) adalah titik dimana harus melakukan pemesanan kembali.
Penentuan reorder point harus memperhatikan penggunaan material selama tenggang waktu untuk mendapatkan barang dan besarnya safety stock. Tujuan dari Reoder Point untuk menjaga stok bahan baku tetap dalam perhitungan yang aman atau untuk menghindari stock out.Penggunaan barang diperoleh dari permintaan perhari (d) dikali Lead time (L) ditambah Saafety stock (SS dengan data sebagai berikut :
❖ Jumlah penggunaan biji kedelai = 84.250
❖ penggunaan perhari = 84.250 : 300 = 280 kg
❖ Lead time = 7 hari
❖ Safety stock = 2.388
ROP = ( 𝑑 × 𝐿 ) + 𝑆𝑆 (4)
= (280 x 7) + 2.388
= 4.348 kg
Bulan Pemakaian aktual (x) rata-rata pemakain (X̅) ( X-X̅ ) ( X-X̅ )²
Agustus 7.500 8.425 - 925 855.625
September 9.000 8.425 575 330.625
Oktober 8.000 8.425 - 425 180.625
November 8.000 8.425 - 425 180.625
Desember 7.500 8.425 - 925 855.625
Januari 9.750 8.425 1.325 1.755.625
Februari 7.500 8.425 - 925 855.625
Maret 7.500 8.425 - 925 855.625
April 9.000 8.425 575 330.625
Mei 10.500 8.425 2.075 4.305.625
Total 84.250 84.250 0 10.506.250
Jadi ketika stok biji kedelai sisa 4.348 kg harus segera dilakukan pemesanan kembali.
Setelah didapat nilai Reorder Point Sebesar 4.348 kg Selanjutnya dilakukan perhitungan total biaya persediaan sebagai berikut :
TIC =𝑄
2 x H + 𝐷
𝑄 x S (5)
TIC =17.929
2 x 103.238 + 92.000
17.929 x 100.600 TIC = 925.477.051 + 516.213,955 TIC = 925.993.265,-
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan data dan hasil yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1) Kuantitas order ekonomis biji kedelai dengan metode Economic Order Quantity pada UD. Sumber Reejeki adalah 17.929,832 kg. 2) Kuantitas Safety stock sebagai persediaan pengaman adalah 2.388 kg. 3) Kuantitas Reorder Point yang tepat adalah pada sisa stok 4.348 kg. 4) Total biaya persediaan biji kedelai dengan Metode Economic order quantity adalah Rp.
925.993.265,- Saran
Beberapa saran yang bisa dipertimbangkan untuk pengusaha sebagai berikut : 1) Merekomendasikan jumlah pemesanan yang ekonomis berdasarkan perhitungan yang teoritis karena pemesanan sebelumnya mengabaikan biaya penyimpanan dan biaya pemesanan. Maka dengan menggunakan metode EOQ ini bisa dijadikan evaluasi dan usulan bagi perusahaan. 2) Menerapkan hasil Safety Stock untuk mengantisipasi stock out pada biji kedelai. 3) Reorder Point dari perhitungan teoritis karena sebelumnya perusahaan belum menerapkannya. 4) Mengevaluasi dan memberikan gambaran total biaya persediaan menggunakan metode EOQ dapat menghasilkan TIC (Total Incremental Cost) yang lebih optimal.
REFERENSI
Agus Ristono. (2008). Manajemen Persediaan. Graha Ilmu.
Aida, N., & Kantun, S. (2023). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Menggunakan Metode EOQ Pada Pabrik Tahu Di Kabupaten Jember.
Arman Feti. (2023). Analisis Persediaan Material Dengan Metode Economic Order Quantity Pada PT. Daya Radar Utama. Journal of Management and Industrial Engineering (JMIE) Sekolah Tinggi Teknologi Nusantara Lampung, 2(2962–9144), 1–18.
Arman hakim nasution, & yudha prasetyawan. (2008). Perencanaan & pengendalian produksi . Graha Ilmu.
Chandrahadinata, D., Cahyadi, U., & Gahara, M. R. (2022). Persediaan Bahan Baku Kedelai dengan Metode EOQ dan POQ di Pabrik Tahu AS Berkah Putra. https://jurnal.itg.ac.id/
Dangnga M Taslim. (2019). Analisis Penerapan Metode Economic Order Quantity Dan Reorder Point Untuk Pengendalian Persediaan Bahan Baku Pada P.T. Japfa Comfeed Indonesia Tbk di Kota Makassar. Jurnal Economix, 2(2), 20–31.
Dwi Susanto hernanda, heri awalul ilhamsah, & indra cahyadi. (2023). Perencanaan Dan Pengendalian Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode EOQ (Economic Order
Quantity) Probabilistik Dan Simulasi Monte Carlo Pada Pabrik Tahu BK Ngadirejo. Jurnal Teknik Industri Universitas 45 Surabaya, 26(1), 22–39.
Eunike Agustina. (2018). Perencanaan Produksi dan Persediaan. . UB Press.
Hermanto, Drajat Indrajaya, & Endang Suhemdar. (2018). Analisa Pengendalian Manajemen Persediaan Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantty (Studi Kasus Di PT.
XYZ). Jurnal Teknik, 7(2302–8734), 1–6.
Hidayat, M. (2017). Order Quantity Pada PT. Bumi Sarana Beton (Kalla Block) di Kota Makassar.
Jurnal Ekonomi Balance Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, 13.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/balance
L. Andries Anna. (2019). Analisis Persediaan Bahan Baku Kedelai Pada Pabrik Tahu Nur Cahaya Di Batu Kota Dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ). Jurnal EMBA, 7(Vol. 7 No. 2 (2019): JE VOL 7 NO 2 (2019)), 1–10.
Purnamasari, sarjan muhammad, & Assidiq, M. (2018). Implementasi Economic Order Quantity (Eoq) Untuk Menghitung Persedian Bahan Baku Tahu. Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer, 4(2).
http://ejournal.fikom-unasman.ac.id
Sulaiman, F. (2015). Pengendalian Persediaan Bahan Baku Dengan Menggunakan Metode EOQ Pada UD. Adi Mabel. In Jurnal Teknovasi (Vol. 02, Issue 1).
Tuerah Michel Chandra. (2019). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan Tuna Pada CV. Golden KK. Jurnal EMBA, 2(2303–1174), 524–536.