Nama: Anastasya Andini NIM: 2211413025
Fakultas: Kedokteran Gigi Jurusan: Kedokteran Gigi Mata Kuliah Pancasila
Soal:
Amanat untuk melaksanakan demokrasi perwakilan sebagaimana tertuang dalam Sila ke-4 Pancasila menghadapi persoalan yang pelik. Pemilu kerap diwarnai dengan maraknya politik uang sehingga mereduksi makna demokrasi perwakilan.
1. Mengapa hal tersebut terjadi?
2. Bagaimana pula upaya yang bisa dilakukan dalam rangka mengembalikan makna demokrasi perwakilan pada posisi yang ideal?
Jawaban:
1. Mengapa hal tersebut terjadi (Pemilu dengan politik uang mereduksi makna demokrasi perwakilan)?
Pemilu dengan politik uang tentu merupakan masalah umum yang terus terjadi ketika masa pemilihan umum, hal tersebut tidak sesuai dengan demokrasi yang dicita- citakan negara ini, banyak alasan mengapa pemilu dengan politik uang selalu terjadi, baik dari kalangan atas maupun kalangan bawah, seperti karena adanya “tim sukses” tiap calon pemimpin. Tim sukses bukanlah hal yang salah, tapi tim sukses yang melakukan
“perekrutan” atau pembujukan kepada orang-orang kalangan bawah, dengan diiming- imingi secara materi dan rayu bujukan dari tim sukses untuk kemenangan seseorang yang mencalonkan diri menjadi pemimpin tersebut sehingga para pemilih yang tergiur terhadap hal tersebut akan memilih calon pemimpin dengan cara yang salah. Juga contoh seperti ‘pembelian suara’ dari sang pemilih untuk memilih seseorang yang sedang mencalonkan diri atau kandidat juga merupakan bukti terjadinya politik uang. Tim sukses ketika mempromosikan kandidat juga biasanya ketika mengunjungi rumah-rumah masyarakat tersebut dengan pemberian “cendramata”, seperti dengan pernak-pernik mengenai kandidat calon, bahan makanan, dan bingkisan lainnya. Dari semua contoh
yang telah disebutkan membuat menjadi bentuk contoh glorifikasi terhadap politik uang yang pastinya akan mempengaruhi demokrasi perwakilan yang seharusnya adil dan jujur.
Pembelian suara seperti konteks di atas, jika di Indonesia sendiri sering disebut
“serangan fajar”. Yaitu pembagian uang tunai kepada warga yang menjadi pemilih dalam pemilihan tersebut. Menjadi bentuk investasi mereka (kandidat) untuk memenangkan pemilihan tersebut. Melalui tim sukses, akan dilakukan pendataan dengan pemberian data diri KTP, dan menghitung dan memperkirakan suara yang akan didapat oleh kandidat calon tersebut. Politik uang ini selalu terjadi ketika mendekati pemilihan dan terjadi normalisasi begitu saja, yang padahal hal tersebut tidak sesuai dengan demokrasi perwakilan.
Juga adanya janji yang diberikan oleh kandidat calon yang tak terkecuali mengenai uang ataupun hal lainnya yang dapat menguntungkan ‘calo’ atau tim sukses tersebut sehingga turut serta dalam mempengaruhi suara dari para pemilih yang diusahakan oleh tim sukses tersebut.
Dari segi pendukung terhadap kandidatnya juga, yang sering memberikan janji manis akan segala hal yang bisa menguntungkan para pemilih yang ditargetkan, baik secara materiil maupun jasa, dan pemberian imbalan kepada sang pemilih yang telah memilihnya membuat warga yang sering dijanjikan dan terbiasa mendapat imbalan dari para politisi tersebut dan terjadi kembali politisasi uang.
Mulai runtuhnya demokrasi perwakilan juga bisa dilihat dari cara kampanye yang dilakukan kandidat selain dengan cara kotor tim suksesnya, yaitu dengan mengadakan acara publik besar-besaran, yang menampilkan penyanyi atau penghibur dengan para penontonnya didatangkan dan dibayar untuk kehadiran tersebut. Selain itu, terdapat cara licik oleh beberapa kandidat untuk mencoba menghalang-halangi saingan kandidatnya dalam melakukan kampanye, seperti melakukan pencegahan penggunaan fasilitas umum pada daerah basis kandidat untuk lawannya, dan menggunakan otoritas untuk menghalangi masyarakat tersebut untuk bekerja dengan saingannya.
2. Bagaimana pula upaya yang bisa dilakukan dalam rangka mengembalikan makna demokrasi perwakilan pada posisi yang ideal?
Memang sulit untuk mengubah kebiasaan atau tradisi yang menjadi momok ketika masa-masa pemilu. Politik uang tersebut bagi mereka adalah hal yang menguntungkan kepada semua pihak, baik dari kandidat, tim sukses, maupun pemilih. Karena itu perlu usaha lebih besar lagi untuk mengatasi hal yang sudah mengakar dari sejak lama. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk upaya mengembalikan demokrasi ke arah yang benar, seperti dengan adanya peraturan yang menegaskan tentang politik uang, serta sanksi yang diterima pelaku jika melakukan hal tersebut. Dengan peraturan tersebut dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh penegak hukum tanpa pandang bulu. Dan sanksi yang diberikan haruslah yang bisa memberi efek jera terhadap kandidat yang melakukan hal buruk tersebut.
Solusi untuk upaya mengarahkan demokrasi juga bisa didapat dari adanya tranparansi mengenai keuangan kandidat dan juga biaya kampanye yang dikeluarkan, untuk menghindari politik uang tersebut. Untuk menghindari politik uang dari sisi kandidatnya, bisa dilakukan pengetatan pengawasan oleh KPU untuk mengawasi dan memberi sanksi terhadap kandidat yang melanggar.
Dan terakhir hal yang bisa dilakukan untuk memajukan demokrasi perwakilan adalah dengan memberi informasi kepada masyarakat, bisa melalui brosur, media sosial, dan sosialisasi secara langsung dengan memberikan informasi mengenai kesadaran masyarakat tentang bahaya politik uang dan efeknya jika tetap terjadi politik uang tersebut, serta memberi motivasi kepada masyarakat untuk jujur dan ikut serta dalam perubahan cara politik buruk yang sudah ada sejak dulu.