• Tidak ada hasil yang ditemukan

tax planning pada pt abc

N/A
N/A
Nabil Dzaky

Academic year: 2025

Membagikan "tax planning pada pt abc"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perusahaan didirikan dengan tujuan yang jelas, dan setiap perusahaan memiliki tujuan yang unik. Mempertahankan eksistensi di tengah persaingan yang ketat saat ini adalah salah satu tujuan perusahaan. Pajak masih merupakan topik yang menarik dan perlu untuk diteliti. Pajak memberikan kontribusi yang signifikan bagi kemajuan ekonomi negara, menjadikannya salah satu penerimaan negara terbesar.

Pajak adalah sumber pendapatan negara yang sangat penting selain pendapatan Sumber Daya Alam dan pendapatan non-pajak lainnya. Hal ini merupakan hal yang wajar, karena pemerintah saat ini tidak dapat hanya mengandalkan pendapatan dari Sumber Daya Alam di mana jumlahnya selalu fluktuatif dan cenderung stagnan dari tahun ke tahun. Hal ini berbanding terbalik dengan penerimaan negara melalui pajak yang selalu meningkat setiap tahun (Swingly & Sukartha, 2015).

Negara berkembang menggunakan pendapatan pajak sebagai tonggak untuk menopang anggaran pendapatannya. Akibatnya, pemerintah Indonesia memberikan penekanan yang signifikan pada sektor pajak sebagai sumber pendapatan negara.

Pajak merupakan kewajiban bagi seluruh Wajib Pajak (WP), baik individu maupun organisasi. Sifat memaksa pajak menegaskan bahwa WP harus patuh dan membayar pajak sesuai waktunya. Bagi WP, pajak merupakan beban karena mengurangi penghasilan mereka dan imbalan yang mereka dapatkan dari pembayaran pajak tersebut tidak langsung dirasakan saat itu juga. Pajak adalah salah satu biaya yang dapat mengurangi pendapatan perusahaan dalam akuntansi. Ini karena besarnya pajak yang harus disetorkan ke kas Negara tergantung pada jumlah laba perusahaan selama satu tahun (Prayogo & Darsono, 2015).

Untuk mengurangi ketergantungan kepada pihak luar, diharapkan bahwa peran pinjaman luar negeri dapat digantikan oleh pajak yang baik, yang terdiri dari

(2)

Universitas Bakrie

2

Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Materai, Bea Masukan, dan Bea Cukai. Sehubungan dengan hal itu, untuk menjamin kemandirian pembiayaan pembangunan, pemerintah terus berusaha memperluas Wajib Pajak dan mengintensifkan penagihan. Pajak, sumber pendapatan terbesar negara, digunakan untuk membiayai pengeluaran nasional, termasuk pengeluaran dasar dan pembangunan. Pajak dianggap sebagai biaya yang akan mengurangi laba bersih perusahaan. Pajak penghasilan yang dibayarkan ke kas negara meningkat jika bisnis menghasilkan keuntungan yang signifikan. Oleh karena itu, pemerintah sangat mengawasi sektor pajak ini.

Gambar 1.1 Penerimaan Perpajakan Triwulan I (2024) Sumber : tempo.co (2024)

Pada bulan Januari hingga Februari 2024, penerimaan pajak mencapai Rp 393,31 triliun. Angka itu turun 8,8% dibandingkan triwulan I 2023, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani. Menurut Sri Mulyani, penurunan setoran pajak selama tiga bulan pertama tahun ini disebabkan oleh penurunan harga komoditas utama

(3)

Indonesia di tingkat internasional. Setahun sebelum pandemi, setoran pajak pada triwulan I 2019 masih di bawah Rp 300 juta, menunjukkan peningkatan tertinggi kedua dalam lima tahun terakhir. Namun, di tengah belanja pemerintah yang luar biasa, penurunan pendapatan sektor pajak tahun ini dapat memperbesar defisit anggaran hingga 2,29 persen (Javier, 2024).

Menurut Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, pada Juli 2024, penerimaan pajak mencapai Rp 1.045,3 triliun, atau 5,8%, dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1.109,1 triliun. Pajak Pertambahan Nilai Dalam Negeri (PPN DN) dan Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) merosot secara neto.

Penerimaan pajak per 31 Juli 2024 juga baru sebesar 52,6% dari target APBN tahun ini, yang mencapai Rp 1.988,88 triliun. Penerimaan pajak tahun ini juga jauh lebih besar dari total penerimaan pajak tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp 1.867,9 triliun, atau di atas target Rp 1.818,2 triliun pada tahun sebelumnya. Sri Mulyani menyatakan bahwa beberapa jenis pajak mengalami penurunan secara neto, termasuk setoran PPN DN dan PPh Badan. Namun, enam jenis pajak lainnya mengalami peningkatan secara neto maupun bruto (Rachman, 2024).

Secara umum, bisnis dapat memperoleh pendapatan dari penjualan barang dan jasa. Namun, organisasi atau komunitas juga dapat memperoleh pendapatan dengan menanamkan modal dalam bentuk saham, obligasi, reksa dana, emas, dan lain-lain. Investasi adalah tindakan yang dilakukan oleh pemodal terhadap sejumlah dana untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu dengan tujuan mengelola kekayaan dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang.

Investasi menjadi sangat penting dan bermanfaat apabila dilakukan dengan benar karena mereka memiliki banyak manfaat, termasuk meningkatkan kesejahteraan, mengurangi risiko inflasi, mengurangi ketidakpastian, dan mendorong penghematan pajak (Wahyuni & Silaban, 2022).

Begitu besarnya peranan sektor perpajakan dalam mendukung penerimaan Negara, maka dibutuhkan kesadaran seluruh lapisan masyarakat akan pentingnya pajak bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bagi perusahaan atau badan usaha.

Bagi Negara besarnya jumlah pajak yang diterima maka kondisi keuangan Negara akan semakin baik. Bagi wajib pajak, membayar pajak malah dijadikan beban yang akibatnya semakin sedikit pajak yang dibayar maka akan semakin menguntungkan.

(4)

Universitas Bakrie

4

Bagi badan usaha, pajak merupakan beban yang akan mengurangi laba bersih.

Perbedaan dalam bidang perpajakan pada umumnya terjadi antara perusahaan dengan pemerintah dikarenakan adanya perbedaan kepentingan yang pada dasarnya perusahaan berkeinginan membayar pajak sekecil mungkin sedangkan pemerintah semaksimal mungkin. Karena perbedaan tersebut banyak perusahaan melakukan upaya-upaya meminimalisasi beban pajak sehingga beban pajak yang dibayarkan kepada negara menjadi kecil namun dengan menggunakan cara perhitungan pajak yang tidak sesuai dengan aturan perpajakan yang telah ditetapkan (Saputra, 2020).

Mengefisienkan beban pajak adalah salah satu cara yang dilakukan oleh sebuah perusahaan melalui manajemennya, berusaha agar dapat melakukan penghematan atau pengurangan pajak (Raditya, Zulpahmi, & Sumardi, 2021). Salah satu cara yang dapat ditempuh sebagai upaya penghematan pajak adalah dengan melaksanakan Manajemen Pajak yang baik. Upaya penghematan beban pajak dapat dilakukan dengan cara legal maupun ilegal. Salah satu cara legal yang dapat dilakukan Wajib Pajak adalah melalui perencanaan pajak (tax planning) tanpa harus melanggar peraturan yang berlaku dengan memanfaatkan celah-celah hukum yang ada (Latief, Nurwanah, & Arif, 2022).

Perencanaan pajak pada umumnya dilakukan sebelum laporan keuangan diserahkan untuk dihitung dasar pengenaan pajak yang akan dikenakan tarif pajak.

Perencanaan dalam pajak dapat dilakukan dengan upaya-upaya yang dapat meminimalkan beban pajak, yaitu: 1. memaksimalkan penghasilan yang dikecualikan, 2. memaksimalkan biaya fiskal, 3. meminimalkan biaya yang tidak diperkenankan sebagai pengurang, serta 4. pemilihan metode akuntansi. Ada pun dua pendekatan yang biasa dilakukan sebagai suatu strategi dalam usaha memperkecil laba yang akhirnya juga mengurangi pajak yang harus dibayar, yaitu:

1) Memperkecil pendapatan atau penerimaan. 2) Memperbesar biaya atau pengeluaran (Abdul, 2022).

Berbagai ukuran perusahaan telah banyak menggunakan metode menghindari pajak saat ini. Menurut IDXChanel, tiga perusahaan multinasional besar seperti Google, Facebook, dan Microsoft menggunakan metode penghindaran pajak untuk mengarahkan pembayaran pajak ke lembaga amal yang tidak dilarang oleh undang-undang pajak (Nurhaliza, 2020). Google, perusahaan

(5)

teknologi terbesar di Amerika Serikat, dilaporkan berhasil menghindari pajak senilai 19,9 miliar Euro (US $ 22,7 miliar) melalui perusahaan cangkang Belanda ke Bermuda pada 2017. Menurut dokumen yang diajukan, tindakan tersebut merupakan bagian dari peraturan yang memungkinkan Google mengurangi pajak internasionalnya. bersama-sama dengan Kamar Dagang Belanda. Menurut dokumen yang diajukan pada 21 Desember, jumlah yang disalurkan melalui Google Netherlands Holdings BV sekitar 4 miliar Euro lebih besar daripada yang dicairkan pada tahun 2016. Pengaturan ini telah memungkinkan Alphabet, pemilik Google, selama lebih dari sepuluh tahun untuk menikmati tarif pajak yang efektif di satu digit keuntungan yang tidak berasal dari AS, yang sekitar seperempat dari tarif pajak rata-rata di pasar internasional.

Anak perusahaan di Belanda menggunakan Google Ireland Holdings, afiliasinya yang berbasis di Bermuda, untuk mengirimkan keuntungan dari royalti yang diperoleh di luar AS ke perusahaan tersebut, yang tidak membayar pajak penghasilan. Google dapat menghindari pemotongan pajak atas dana yang membentuk sebagian besar keuntungan luar negerinya melalui strategi pajak yang dikenal sebagai "Irlandia Ganda, Sandwich Belanda". Namun, pada tahun 2014, di bawah tekanan dari Uni Eropa, AS, dan Irlandia, mereka memutuskan untuk menghapus strategi ini, mengakhiri keuntungan pajak Google pada tahun 2020.

Pada tahun 2017, Google Netherlands Holdings BV membayar pajak sebesar 3,4 juta Euro di Belanda. Laporan laba kotor mencapai 13,6 juta Euro (Sebayang, 2019).

Fenomena lainnya yang terjadi di sektor Food and Beverage yaitu melibatkan salah satu perusahaan dalam kelompok Coca-Cola Company, yakni PT Coca-Cola Indonesia (CCI). Diduga PT CCI mengakali pajak, yang menyebabkan kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp 49,24 miliar. Kasus tersebut muncul pada tahun pajak 2002, 2003, 2004, dan 2006. Kementerian Keuangan menemukan bahwa pada tahun itu terjadi peningkatan biaya yang signifikan, menurut penyelidikan yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Penghasilan kena pajak berkurang karena biaya yang tinggi, sehingga setoran pajaknya mengecil (Mustami, 2014).

(6)

Universitas Bakrie

6

Industri Food and Beverages (F&B) di Indonesia merupakan salah satu sektor dengan pertumbuhan pesat dan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sektor ini menyumbang sekitar 37,76% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) industri pengolahan non-migas pada tahun 2023, menjadikannya sektor industri manufaktur dengan kontribusi tertinggi terhadap perekonomian nasional.

Pesatnya pertumbuhan industri F&B didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat, inovasi produk, serta perkembangan sektor perdagangan digital dan layanan pesan-antar makanan.

Di tengah pertumbuhan tersebut, aspek perpajakan menjadi faktor penting dalam efisiensi keuangan perusahaan F&B. Pajak penghasilan (PPh) badan merupakan salah satu beban yang dapat mengurangi laba bersih perusahaan, sehingga strategi tax planning (perencanaan pajak) menjadi penting untuk memastikan kepatuhan pajak sekaligus mengoptimalkan efisiensi beban pajak. Banyak perusahaan di sektor ini mencari cara untuk memanfaatkan insentif pajak, metode penyusutan aset yang optimal, serta pengakuan natura sebagai biaya fiskal yang dapat dikurangkan.

Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) No. 7 Tahun 2021, terdapat perubahan signifikan dalam ketentuan perpajakan yang berpengaruh pada strategi tax planning. Salah satu perubahan utama adalah pengakuan natura dan/atau kenikmatan sebagai objek pajak, sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1a) UU PPh yang telah direvisi. Sebelum UU HPP 2021, pengeluaran dalam bentuk natura tidak dapat dikurangkan sebagai biaya fiskal, namun kini terdapat beberapa jenis natura yang dapat diakui sebagai deductible expense (biaya yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak), seperti:

1. Makanan dan minuman yang disediakan bagi seluruh pegawai di tempat kerja.

2. Fasilitas transportasi untuk pegawai yang bekerja di lokasi tertentu.

3. Asuransi kesehatan, beasiswa, dan tunjangan lain yang diberikan kepada pegawai.

Dengan adanya perubahan ini, perusahaan di sektor F&B, termasuk PT ABC, memiliki peluang untuk mengoptimalkan strategi tax planning guna mengurangi beban pajak secara legal dan sesuai peraturan yang berlaku.

(7)

Studi yang dilakukan oleh peneliti yaitu PT ABC, perusahaan yang bergerak di bidang food and beverages. Penulis memilih tax planning sebagai cara meminimalkan beban pajak karena penulis menilai bahwa dengan melakukan tax planning yang bukan merupakan aktivitas rutin suatu perusahaan dan melibatkan tenaga professional akan lebih efektif dalam upaya meminimalkan beban pajak perusahaan. Tax planning dapat disebut berhasil sebagai cara untuk menghemat pajak jika pengurangan pajak yang ditimbulkan oleh beban pajak lebih besar dari beban yang harus dikeluarkan perusahaan dalam rangka melakukan peningkatan manajemen pajak. Perusahaan ini belum pernah sama sekali melakukan perencanaan pajak. Dalam hal ini dilaksanakannya perencanaan pajak, sehingga hal itu akan mempengaruhi potensi perpajakan yang timbul bagi PT ABC.

Fenomena di atas menunjukkan bahwa penghindaran pajak akan tetap menjadi masalah di masa mendatang, sehingga penelitian tentang masalah ini harus dilakukan secara berkelanjutan. Namun demikian, ketika praktik penghindaran pajak menjadi representasi dari tata kelola perusahaan yang belum efisien, hal ini akan menjadi masalah. Jadi, yang membuat suatu perusahaan melakukan penghindaran pajak adalah karena perusahaan ingin memaksimalkan pendapatan namun juga dengan pengeluaran yang seminimal mungkin, sehingga banyak perusahaan yang melakukan penghindaran pajak secara legal. Oleh karena itu, Peneliti melakukan penelitian berjudul “Analisis Tax Planning Pada Perusahaan Food And Beverages (Studi Kasus PT ABC)

1.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini berfokus pada tax planning yang dilakukan oleh PT ABC melalui laporan laba rugi. Laporan laba rugi tersebut akan di analisa dan hasilnya dibandingkan antara laporan keuangan laba rugi yang dilakukan tax planning berdasarkan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, dalam hal ini digunakan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 sebagai perubahan terakhir atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Dianalisis dan perbandingan yang pada akhirnya akan diketahui

(8)

Universitas Bakrie

8

apakah ada pengaruh atas pajak penghasilan yang akan dibayarkan oleh perusahaan setelah dilakukannya tax planning. Dengan kata lain apakah akan tercapai untuk mengefisiensikan biaya tersebut.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, penelitian ini berusaha untuk menganalisis efektivitas strategi tax planning yang diterapkan oleh PT ABC dalam mengoptimalkan kewajiban perpajakan. Oleh karena itu, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana penerapan strategi tax planning di PT ABC dan bagaimana pengaruhnya terhadap efisiensi Pajak Penghasilan (PPh) Badan?

2. Bagaimana perbandingan beban pajak PT ABC sebelum dan sesudah penerapan strategi tax planning berdasarkan ketentuan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) No. 7 Tahun 2021?

1.4 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian yaitu sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui perhitungan tax planning yang dilakukan oleh PT ABC untuk melakukan efisiensi terhadap PPh terutang.

2. Untuk menganalisis perhitungan PPh Badan yang dilakukan oleh PT ABC sebelum dan sesudah penerapan pajak.

1.5 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan bisa memberikan manfaat bagi semua pihak yang membaca ataupun terlibat langsung dalam penelitian. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

(9)

1.5.1 Manfaat Teoritis

Penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran berdasarkan disiplin ilmu yang di dapat selama perkuliahan dan merupakan media latihan dalam memecahkan secara ilmiah. Dari segi ilmiah, diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan di bidang akuntansi.

1.5.2 Manfaat Praktis

a. Sebagai tolok ukur kemampuan mahasiswa dalam mengaplikasikan Ilmu Pengetahuan yang telah dipelajari di Perguruan Tinggi, terutama yang berkaitan dengan akuntansi.

b. Sebagai bahan informasi untuk PT ABC mengenai penghindaran pajak.

c. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi atau referensi bagi pihak yang berkepentingan dan peminat dalam melaksanakan penelitian-penelitian selanjutnya pada bidang yang sama.

(10)

10 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Definisi Konsep dan Pendekatan Teori 2.1.1 Pajak

Pajak, menurut Rochmat Soemitro (Mardiasmo, 2016), merupakan kontribusi yang diberikan oleh masyarakat kepada kas negara sesuai dengan hukum yang bersifat memaksa, tanpa memperoleh manfaat langsung yang dapat ditunjukkan, serta digunakan untuk membiayai pengeluaran publik. Sementara itu, dalam UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pajak didefinisikan sebagai kewajiban yang harus dibayarkan oleh individu atau badan kepada negara berdasarkan undang-undang, bersifat memaksa, tanpa imbalan langsung, dan dimanfaatkan untuk kepentingan negara demi kesejahteraan rakyat.

Menurut P.J.A Andriani, sebagaimana dikutip dalam buku Perpajakan Indonesia oleh Thomas Sumarsan (2017), pajak adalah iuran yang wajib dibayarkan kepada negara oleh pihak yang memiliki kewajiban sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pajak bersifat memaksa, tanpa imbalan langsung, dan digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam menjalankan fungsi pemerintahan. Selanjutnya, menurut Ray, Anderson, dan Horace (Sumarsan, 2017), pajak merupakan pemindahan sumber daya dari sektor swasta ke pemerintah yang bukan merupakan bentuk pelanggaran hukum, tetapi kewajiban yang harus dipenuhi sesuai ketentuan yang telah ditetapkan, tanpa adanya imbalan langsung dan proporsional, guna memungkinkan pemerintah menjalankan tugasnya.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut, pajak dapat disimpulkan sebagai kewajiban yang dibebankan kepada masyarakat oleh negara secara paksa sesuai dengan undang-undang, tanpa adanya timbal balik secara langsung, dan digunakan untuk membiayai berbagai kebutuhan negara.

(11)

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki peran yang krusial dalam suatu negara, terutama dalam mendukung pembangunan, karena menjadi salah satu sumber utama penerimaan negara untuk membiayai berbagai kebutuhan pembangunan. Menurut Resmi (2016), pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu:

1. Fungsi Budgetair (Sebagai Sumber Keuangan Negara)

Pajak berfungsi sebagai sumber pendapatan bagi pemerintah untuk menutupi pengeluaran rutin serta mendukung pembangunan. Dalam peran ini, pemerintah berupaya mengoptimalkan penerimaan pajak dengan memperluas basis pajak dan meningkatkan efektivitas pemungutannya. Langkah-langkah yang dilakukan mencakup penguatan regulasi perpajakan, seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), serta berbagai pajak lainnya.

2. Fungsi Regulerend (Sebagai Instrumen Pengaturan)

Pajak juga memiliki fungsi pengaturan, yaitu sebagai instrumen yang digunakan pemerintah untuk mengarahkan kebijakan di sektor sosial dan ekonomi. Melalui kebijakan perpajakan, pemerintah dapat mengendalikan berbagai aspek ekonomi dan sosial guna mencapai tujuan tertentu di luar aspek keuangan.

2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak

Menurut Resmi (2016), terdapat tiga sistem pemungutan pajak yang dapat diterapkan, yaitu:

1. Official Assessment System

Sistem ini memberikan kewenangan kepada otoritas perpajakan (fiskus) untuk menetapkan jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak setiap tahunnya,

(12)

Universitas Bakrie

12

sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Dalam sistem ini, seluruh proses perhitungan dan pemungutan pajak berada di tangan aparatur perpajakan, sehingga efektivitasnya sangat bergantung pada kinerja fiskus. Ciri utama sistem ini meliputi:

a. Penentuan besarnya pajak terutang merupakan wewenang fiskus.

b. Wajib pajak bersifat pasif.

c. Pajak terutang baru timbul setelah fiskus menerbitkan surat ketetapan pajak.

2. Self Assessment System

Dalam sistem ini, wajib pajak memiliki kewenangan untuk menghitung dan menetapkan sendiri jumlah pajak yang harus dibayarkan setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Sistem ini mengandalkan kejujuran dan kesadaran wajib pajak dalam memenuhi kewajibannya. Ciri-ciri sistem ini adalah:

a. Wajib pajak memiliki kewenangan penuh dalam menentukan besarnya pajak terutang.

b. Wajib pajak berperan aktif dalam menghitung, membayar, dan melaporkan

pajak yang terutang.

c. Fiskus hanya berperan sebagai pengawas tanpa ikut campur dalam proses perhitungan pajak.

3. Withholding System

Sistem ini menetapkan bahwa perhitungan dan pemotongan pajak dilakukan oleh pihak ketiga, seperti pemberi kerja atau bendaharawan pemerintah. Dengan kata lain, besarnya pajak terutang tidak ditentukan langsung oleh wajib pajak atau fiskus, melainkan oleh pihak ketiga. Ciri utama sistem ini adalah kewenangan untuk menetapkan jumlah pajak terutang berada pada pihak ketiga, bukan pada fiskus maupun wajib pajak.

2.1.4 Tax Planning

Perencanaan pajak adalah serangkaian strategi yang digunakan untuk mengatur aspek akuntansi dan keuangan perusahaan guna meminimalkan kewajiban pajak tanpa melanggar ketentuan perpajakan (Pohan, 2016). Tahap ini merupakan langkah awal dalam manajemen pajak, di mana perusahaan mengumpulkan dan menganalisis regulasi perpajakan untuk menentukan metode penghematan pajak yang dapat diterapkan. Upaya ini dapat dilakukan baik dengan cara yang sesuai dengan hukum (lawful) maupun yang melanggar peraturan perpajakan (unlawful) (Suandy, 2016).

(13)

Sebagai bagian dari manajemen perusahaan, perencanaan pajak memberikan berbagai manfaat yang dapat mendukung pencapaian laba secara optimal. Menurut Pohan (2016), terdapat empat manfaat utama dari penerapan perencanaan pajak, yaitu:

1. Penghematan Pengeluaran Kas

Pajak merupakan salah satu elemen biaya yang dapat dioptimalkan untuk efisiensi.

Dengan mengelola kewajiban pajak secara efektif, perusahaan dapat mengurangi beban pengeluaran tanpa melanggar aturan, sehingga tetap patuh sebagai wajib pajak tanpa mengganggu arus kas perusahaan.

2. Pengelolaan Arus Kas

Melalui perencanaan pajak yang terstruktur, perusahaan dapat menyusun anggaran kas dengan lebih akurat dan memperkirakan kebutuhan dana untuk memenuhi kewajiban pajak. Hal ini membantu dalam menjalankan aktivitas operasional sesuai dengan anggaran yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya.

3. Penjadwalan Pembayaran Pajak

Perencanaan pajak memungkinkan perusahaan untuk mengatur waktu pembayaran pajak agar tidak dilakukan terlalu cepat atau melewati batas waktu yang ditetapkan. Dengan membayar pajak tepat waktu, perusahaan dapat menghindari denda atau sanksi akibat keterlambatan atau kesalahan dalam pemenuhan kewajiban pajaknya.

4. Pemutakhiran Data Perpajakan

Perubahan regulasi perpajakan yang dinamis menuntut perusahaan untuk selalu memperbarui informasi terkait kewajiban dan haknya sebagai wajib pajak. Dengan melakukan pembaruan data secara berkala, perusahaan dapat menyesuaikan strategi perpajakan agar tetap sesuai dengan aturan yang berlaku.

(14)

Universitas Bakrie

14

Jenis-jenis tax planning (Suandy, 2016) dibagi menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:

1. Perencanaan Pajak Nasional (National Tax Planning)

Yaitu perencanaan yang dilakukan berdasarkan undang-undang domestik.

Dalam perencanaan pajak nasional pemilihan atas dilaksanakan atau tidak suatu transaksi hanya bergantung terhadap

transaksi tersebut artinya untuk menghindari/mengurangi pajak, wajib pajak dapat memilih jenis transaksi apa yang harus dilaksanakan sesuai dengan hukum pajak yang ada misalnya akan terkena tarif pajak khusus final atau tidak.

2. Perencanaan Pajak Internasional (International Tax Planning) Yaitu perencanaan pajak yang dilakukan berdasarkan undang-undang domestik dan juga harus memperhatikan perjanjian pajak (tax treaty) dan undang- undang dari negara-negara yang terlibat. Dalam perencanaan pajak internasional yang dipilih adalah negara (yuridiksi) mana yang akan digunakan untuk suatu transaksi.

Pajak dikenakan pada objek pajak yang mencakup kondisi, tindakan, atau peristiwa tertentu. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan alokasi sumber dana, manajemen perusahaan merancang pembayaran pajak agar sesuai dengan kewajiban yang ditetapkan, tanpa kelebihan maupun kekurangan. Dalam prosesnya, pelaporan objek pajak harus dilakukan dengan benar, lengkap, dan tanpa manipulasi negatif.

Menurut Suandy (2016), perencanaan pajak mencakup dua aspek utama:

1. Aspek Formal dan Administratif

Meliputi kewajiban untuk mendaftarkan diri guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) serta Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP).

Selain itu, wajib pajak juga harus melakukan pencatatan atau pembukuan, memotong atau memungut pajak, serta menyampaikan surat pemberitahuan pajak sesuai peraturan yang berlaku.

2. Aspek Material

(15)

Dasar perhitungan pajak bergantung pada objek pajak yang dikenakan. Untuk memastikan efisiensi dalam pengelolaan sumber dana, perusahaan akan mengatur pembayaran pajak agar tetap sesuai dengan ketentuan tanpa adanya kelebihan atau kekurangan pembayaran.

Secara teori, perencanaan pajak dikenal dengan istilah effective tax planning, di mana wajib pajak berupaya memperoleh penghematan pajak (tax saving) melalui strategi penghindaran pajak (tax avoidance) yang dilakukan secara sistematis dan tetap berlandaskan peraturan perpajakan yang berlaku (Suandy, 2016).

1. Penghematan Pajak (Tax Saving)

Tax saving merupakan strategi untuk mengurangi beban pajak dengan memilih opsi pengenaan pajak yang memiliki tarif lebih rendah. Contohnya, perusahaan dapat mengganti pemberian fasilitas dalam bentuk natura kepada karyawan menjadi tunjangan uang agar memperoleh keuntungan dari perbedaan tarif pajak.

2. Penghindaran Pajak (Tax Avoidance)

Tax avoidance adalah cara mengurangi kewajiban pajak dengan memanfaatkan transaksi yang tidak termasuk dalam objek pajak. Sebagai contoh, perusahaan yang mengalami kerugian dapat mengubah tunjangan karyawan dari bentuk uang menjadi natura, karena natura tidak termasuk objek pajak penghasilan (PPh) Pasal 21.

3. Mencegah Pelanggaran Peraturan Pajak

Pemahaman yang baik terhadap regulasi perpajakan memungkinkan perusahaan untuk menghindari risiko sanksi pajak, yang meliputi:

a. Sanksi administratif, seperti denda, bunga, atau kenaikan tarif.

b. Sanksi pidana, yang dapat berupa hukuman denda maupun kurungan.

4. Maksimalisasi Kredit Pajak yang Dapat Diklaim

(16)

Universitas Bakrie

16

Sering kali, Wajib Pajak tidak memiliki informasi yang cukup mengenai pajak yang dapat dikreditkan atau dianggap sebagai pajak yang telah dibayar di muka.

Contohnya adalah Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 22 atas pembelian solar atau impor, serta Fiskal Luar Negeri yang dikenakan dalam perjalanan dinas pegawai.

Dalam menghadapi persaingan global yang semakin ketat, seorang manajer harus merancang perencanaan pajak sebagai bagian dari strategi perusahaan secara menyeluruh, dengan mempertimbangkan aspek domestik maupun internasional. Agar perencanaan pajak dapat berjalan sesuai harapan, prosesnya harus dilakukan secara sistematis melalui tahapan-tahapan tertentu (Suandy, 2016).

Mengevaluasi pelaksanaan rencana pajak

Perencanaan pajak merupakan salah satu aspek dalam strategi perusahaan yang lebih luas. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi untuk menilai sejauh mana implementasi perencanaan pajak berpengaruh terhadap beban pajak perusahaan. Evaluasi tersebut meliputi :

a. Apa yang akan terjadi jika rencana tersebut diterapkan?

b. Bagaimana hasilnya jika rencana tersebut dijalankan dan berhasil dengan optimal?

c. Apa konsekuensinya jika rencana tersebut diimplementasikan tetapi tidak mencapai hasil yang diharapkan?

Dari ketiga hipotesis tersebut akan memberikan hasil yang berbeda.

Dari hasil tersebut barulah dapat ditentukan apakah perencanaan pajak layak untuk dilaksanakan atau tidak.

1. Jumlah biaya penyusutan dipengaruhi oleh metode yang diterapkan.

Ritongga (2017) menyatakan bahwa metode penyusutan aset tetap yang dipilih oleh perusahaan berkontribusi terhadap nilai laba atau rugi di masa mendatang, yang pada akhirnya berdampak pada besaran pajak terutang.

Berdasarkan peraturan perpajakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020, yang merupakan revisi terbaru dari Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan, terdapat dua metode penyusutan yang diperbolehkan, yaitu metode garis lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining balance

(17)

method). Khusus untuk aset berupa bangunan, metode yang digunakan adalah metode garis lurus.

2. Memutakhirkan rencana pajak

Dalam era globalisasi dan meningkatnya persaingan bisnis, seorang manajer perusahaan dituntut untuk memiliki pemahaman yang mendalam terhadap kondisi internal maupun eksternal dalam menyusun perencanaan pajak. Selain itu, perencanaan pajak harus selalu diperbarui (Update) seiring dengan perubahan yang terjadi, sehingga dapat diterapkan secara akurat dan komprehensif terhadap berbagai situasi serta transaksi yang berpengaruh pada aspek perpajakan.

Meskipun perencanaan pajak telah diterapkan dan proyek telah berjalan, tetap diperlukan penyesuaian terhadap setiap perubahan yang terjadi, baik dalam peraturan perundang- undangan maupun dalam pelaksanaannya di negara tempat aktivitas tersebut berlangsung.

Perubahan ini dapat mempengaruhi berbagai aspek dalam suatu perjanjian, terutama terkait kebijakan pajak di luar negeri serta keterbatasan informasi bisnis yang tersedia.

Pembaruan rencana pajak menjadi suatu keharusan dalam lingkungan yang dinamis.

Dengan memperhatikan perkembangan yang akan datang serta kondisi saat ini, seorang manajer dapat meminimalkan dampak negatif dari perubahan sekaligus memanfaatkan peluang yang ada. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020, yang merupakan revisi terbaru dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, memperbarui kebijakan perpajakan sangat penting karena semakin terkini peraturan yang diterapkan, semakin kecil potensi penghasilan yang dikenakan pajak.

2.1.5 Laporan Keuangan Fiskal

Laporan keuangan fiskal merupakan laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar, metode, atau praktik akuntansi yang selaras dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Undang-undang perpajakan tidak menetapkan format spesifik untuk laporan keuangan ini, melainkan hanya memberikan batasan tertentu dalam hal pengakuan pendapatan dan biaya. Biasanya, laporan keuangan fiskal disusun melalui proses rekonsiliasi dengan laporan keuangan komersial.

(18)

Universitas Bakrie

18

Jika Wajib Pajak ingin menyusun laporan keuangan fiskal, beberapa elemen yang harus dimuat antara lain neraca fiskal, perhitungan laba rugi serta perubahan laba ditahan, penjelasan terkait laporan keuangan fiskal, rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dan fiskal, serta ikhtisar kewajiban pajak. (Resmi, 2016).

1. Koreksi Fiskal

Koreksi fiskal dilakukan ketika terdapat perbedaan antara standar, metode, atau praktik akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan komersial dengan ketentuan yang berlaku dalam laporan keuangan fiskal menurut peraturan perpajakan. Perbedaan antara kedua laporan ini dapat disebabkan oleh perbedaan dalam prinsip akuntansi:

Metode serta prosedur akuntansi, pengakuan pendapatan dan biaya, serta perlakuan terhadap pendapatan dan biaya memiliki perbedaan antara Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal. Perbedaan ini menjadi alasan utama perlunya dilakukan koreksi fiskal. Beberapa perbedaan tersebut meliputi:

a. Perbedaan Prinsip Akuntansi

Beberapa prinsip akuntansi yang diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan umum diterapkan dalam dunia bisnis serta profesi tidak selalu sesuai dengan ketentuan perpajakan. Beberapa di antaranya adalah:

1) Prinsip Konservatisme

Dalam akuntansi komersial, penilaian persediaan akhir menggunakan metode "nilai terendah antara biaya perolehan dan nilai realisasi bersih," serta piutang dihitung berdasarkan estimasi nilai realisasi bersih. Namun, prinsip ini tidak diakui dalam akuntansi fiskal.

2) Prinsip Harga Perolehan (Cost Principle)

Dalam laporan keuangan komersial, harga perolehan barang yang diproduksi sendiri dapat mencakup biaya tenaga kerja dalam bentuk barang. Sementara itu, dalam ketentuan fiskal, biaya yang berbentuk barang tidak dapat diakui sebagai beban atau pengeluaran.

(19)

3) Prinsip Pencatatan Biaya Berdasarkan Manfaat (Matching Cost-

Benefit Principle)

Akuntansi komersial mengakui biaya penyusutan ketika aset mulai berproduksi, sedangkan dalam perpajakan, penyusutan dapat dilakukan sebelum aset digunakan dalam produksi, seperti dalam kasus peralatan pertanian.

b. Perbedaan Metode dan Prosedur Akuntansi

1) Metode penilaian persediaan. Akuntansi komersial memperbolehkan memilih beberapa metode perhitungan/penentuan harga perolehan persediaan, seperti rata- rata (average), masuk pertama keluar pertama (first in-first out- FIFO), masuk terakhir keluar pertama (last in-first out- LIFO), pendekatan laba bruto, pendekatan harga jual eceran, dan lain- lain. Dalam fiskal, hanya memperbolehkan memilih dua metode yaitu rata-rata (average) atau masuk pertama keluar pertama (first in-first out-FIFO).

2) Metode Penyusutan dan Amortisasi

Dalam akuntansi komersial, perusahaan dapat memilih berbagai metode penyusutan aset tetap, seperti metode garis lurus (straight line method), jumlah angka tahun (sum of the years digits method), saldo menurun (declining balance method), saldo menurun ganda (double declining balance method), metode jam jasa, jumlah unit produksi, serta metode berbasis jenis dan kelompok aset. Sementara itu, dalam akuntansi fiskal, pilihan metode penyusutan lebih terbatas. Untuk aset berwujud non-bangunan, hanya diperbolehkan menggunakan metode garis lurus dan saldo menurun, sedangkan untuk aset berwujud berupa bangunan, hanya metode garis lurus yang diperbolehkan.

(20)

Universitas Bakrie

20

Selain perbedaan metode, terdapat perbedaan dalam penentuan masa manfaat aset. Dalam akuntansi komersial, manajemen memiliki kebebasan untuk memperkirakan umur ekonomis atau masa manfaat aset, sementara dalam fiskal, masa manfaat diatur berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan. Selain itu, dalam akuntansi komersial, nilai residu dapat diakui, sedangkan dalam fiskal, nilai residu tidak diperhitungkan dalam perhitungan penyusutan.

3) Metode Penghapusan Piutang

Dalam akuntansi komersial, penghapusan piutang dilakukan dengan metode cadangan (allowance method), di mana perusahaan menyisihkan sejumlah dana untuk piutang yang diperkirakan tidak tertagih. Sebaliknya, dalam akuntansi fiskal, piutang baru dapat dihapuskan ketika terbukti tidak dapat ditagih, dengan memenuhi persyaratan tertentu yang diatur dalam regulasi perpajakan.

Selain itu, pembentukan cadangan untuk piutang dalam akuntansi fiskal hanya diperbolehkan bagi industri tertentu, seperti perbankan, leasing dengan hak opsi, asuransi, dan pertambangan, dengan jumlah yang dibatasi sesuai ketentuan perpajakan.

c. Perbedaan Perlakuan dan Pengakuan Penghasilan dan Biaya

1) Beberapa jenis pendapatan yang diakui dalam akuntansi komersial tidak termasuk sebagai Objek Pajak Penghasilan. Dalam proses rekonsiliasi fiskal, pendapatan tersebut harus dikeluarkan dari perhitungan Penghasilan Kena Pajak (PKP) atau dikurangi dari laba menurut akuntansi komersial. Contoh pendapatan yang tidak dikenakan pajak meliputi:

Penggantian atau imbalan yang diterima dalam bentuk natura.

Hibah, bantuan, dan sumbangan.

Iuran serta pendapatan tertentu yang diterima oleh dana pensiun.

Jenis pendapatan lain yang dikecualikan dari objek pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat 3 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

2) Beberapa jenis pendapatan yang diakui dalam akuntansi komersial dikenakan pajak dengan tarif final. Dalam rekonsiliasi fiskal, pendapatan tersebut harus dikeluarkan dari

(21)

perhitungan total Penghasilan Kena Pajak (PKP) atau dikurangi dari laba berdasarkan akuntansi komersial. Contohnya meliputi:

Pendapatan dari bunga deposito, tabungan lainnya, bunga obligasi, surat utang negara, serta bunga simpanan yang dibayarkan koperasi kepada anggota individu.

Penghasilan yang berasal dari hadiah undian.

Dividen yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi.

3) Penyebab perbedaan lain yang berasal dari penghasilan adalah :

− Kerugian usaha di luar negeri, yang dalam akuntansi komersial dapat mengurangi laba bersih, namun dalam ketentuan fiskal tidak diperbolehkan untuk dikurangkan dari total Penghasilan Kena Pajak.

− Kerugian usaha dalam negeri dari tahun-tahun sebelumnya, yang dalam akuntansi komersial tidak mempengaruhi perhitungan laba bersih tahun berjalan. Sementara dalam ketentuan fiskal, kerugian tersebut dapat dikompensasikan dengan Penghasilan Kena Pajak tahun berjalan selama masih dalam jangka waktu lima tahun.

− Imbalan yang melebihi batas kewajaran, yaitu kompensasi yang diberikan atas pekerjaan kepada pemegang saham atau pihak yang memiliki hubungan istimewa dengan jumlah yang tidak wajar.

4) Pengeluaran tertentu yang dalam akuntansi komersial diakui sebagai biaya atau pengurang penghasilan bruto, namun dalam ketentuan fiskal tidak dapat dikurangkan dari penghasilan bruto. Dalam rekonsiliasi fiskal, pengeluaran tersebut harus ditambahkan kembali ke penghasilan neto sesuai dengan akuntansi. Dalam SPT Tahunan PPh, hal ini dikategorikan sebagai koreksi fiskal positif. Contohnya, sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Ayat 1 Undang-Undang Pajak Penghasilan, antara lain:

Imbalan atau kompensasi yang diberikan dalam bentuk natura.

Pajak penghasilan.

(22)

Universitas Bakrie

22

Biaya yang dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota.

Koreksi Fiskal Positif

Koreksi Fiskal Positif adalah “koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan komersial yang mengakibatkan Penghasilan Kena Pajaknya bertambah besar”.

2. Koreksi Fiskal Negatif

Koreksi fiskal negatif adalah “koreksi karena adanya perbedaan antara ketentuan perpajakan dengan komersial yang mengakibatkan penghasilan kena pajak semakin kecil”.

Menurut Resmi (2016) teknik rekonsiliasi fiskal dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Jika suatu penghasilan diakui menurut akuntansi, tetapi tidak diakui menurut fiskal, rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah penghasilan tersebut dari penghasilan menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut fiskal.

2. Jika suatu penghasilan tidak diakui menurut akuntansi, tetapi diakui menurut fiskal maka rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah penghasilan tersebut pada penghasilan menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut fiskal.

3. Jika suatu biaya/ pengeluaran diakui menurut akuntansi, tetapi tidak diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal maka rekonsiliasi dilakukan dengan mengurangkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut dari biaya menurut akuntansi, yang berarti menambah laba menurut fiskal.

4. Jika suatu biaya/pengeluaran tidak diakui menurut akuntansi tetapi diakui sebagai pengurang penghasilan bruto menurut fiskal maka rekonsiliasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah biaya/pengeluaran tersebut pada biaya menurut akuntansi, yang berarti mengurangi laba menurut fiskal.

(23)

2.2 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan latar belakang penelitian dan rumusan masalah yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah ada pengaruh atas pajak penghasilan yang akan dibayarkan oleh perusahaan setelah dilakukannya tax planning. Dengan kata lain apakah akan tercapai untuk mengefisiensikan biaya tersebut.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

(24)

24 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan yaitu cara ilmiah, data, tujuan dan kegunaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2022) penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menentukan variabel bebas, baik satu atau lebih variabel tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variabel lain.

Berdasarkan analisis dan jenis datanya, penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Menurut Hikmat (2011) metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang- orang dan perilaku yang dapat diamati. Metode kualitatif digunakan dengan beberapa pertimbangan: Pertama, mengadaptasi metode kualitatif lebih mudah ketika berhadapan dengan berbagai realitas. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung sifat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih sensitif dan lebih mampu beradaptasi dengan banyak menajamkan pengaruh timbal balik dan pola nilai yang dihadapi. Penelitian kualitatif mengembangkan desain yang terus menerus disesuaikan dengan kenyataan. di lapangan; tidak harus menggunakan desain yang telah terstruktur sedemikian rapat atau kaku sehingga tidak dapat diubah lagi.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah strategi tax planning yang diterapkan oleh PT ABC, khususnya dalam pengelolaan laporan laba rugi perusahaan.

Penelitian ini menganalisis bagaimana penerapan tax planning dapat memengaruhi besaran pajak yang harus dibayarkan perusahaan dan efisiensi pajak yang dicapai. Laporan laba rugi PT ABC akan dianalisis dan dibandingkan sebelum dan sesudah penerapan tax planning,

(25)

berdasarkan ketentuan Undang-Undang Perpajakan yang berlaku, yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 sebagai perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

PT ABC dipilih sebagai objek penelitian karena perusahaan ini bergerak di sektor Food & Beverages (F&B) yang memiliki karakteristik perpajakan khusus, seperti pengelolaan Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

3.3 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Adapun metode yang dilakukan dalam memperoleh data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data primer

Menurut Arikunto (2016) data primer adalah data yang diperoleh langsung dari pihak pertama dengan cara melakukan wawancara, jejak dan lain sebagiannya. Karena ketersediaan data yang dicari di lapangan, pengumpulan data primer dapat dilakukan dengan melakukan survei, observasi, eksperimen. Data primer dalam penelitian ini menggunakan metode survei berupa wawancara dan observasi.

2. Data sekunder

Data sekunder merupakan data yang didapatkan tidak langsung dari pihak pertama atau dapat dikatakan dari sumber lain yang tersedia sebelum penelitian dilakukan (Silalahi, 2012). Data ini biasanya diperoleh dari perpustakaan atau dari laporan penelitian sebelumnya, buku, jurnal dan internet. Data sekunder dalam penelitian ini menggunakan buku, jurnal, artikel, laporan keuangan PT ABC periode 2022-2023, serta sumber lain dari internet.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan meliputi pengumpulan data primer melalui wawancara langsung dan observasi terhadap objek penelitian. Selain itu,

(26)

Universitas Bakrie

26

pajak. Data yang diambil mencakup informasi mengenai laporan keuangan PT ABC periode 2022-2023. Daftar wawancara yang dibuat berdasarkan poin yang penting dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

3.5 Teknik dan Analisis Data

Metode analisis data merupakan teknik yang digunakan untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh kesimpulan. Dalam penelitian ini, penulis menganalisis data yang diperoleh menggunakan metode berikut:

(27)

1. Metode Deskriptif, yaitu dengan menganalisis serta mengolah data dari laporan laba rugi dan menjelaskan penerapan perencanaan pajak sebagai strategi untuk meminimalkan jumlah penghasilan kena pajak bagi wajib pajak.

2. Metode Analisis, yakni proses pengolahan data yang menyajikan kajian teoritis mengenai implementasi perencanaan pajak (Tax Planning) sebagai upaya efisiensi dalam pembayaran pajak penghasilan, didukung oleh landasan teori untuk menghasilkan solusi yang logis dalam menyelesaikan permasalahan.

Langkah-langkah analisis data yang dilakukan penulis untuk mencapai tujuan penelitian meliputi:

1. Mengumpulkan data perusahaan yang akan diolah, seperti laporan laba rugi komersial dan fiskal tahun 2022-2023, daftar aktiva tetap, serta kebijakan perusahaan.

2. Menganalisis kondisi perusahaan secara keseluruhan, kebijakan yang diterapkan, serta perlakuan terhadap perhitungan pajak.

3. Menggambarkan jumlah beban pajak perusahaan sebelum dilakukan perencanaan pajak.

4. Mengidentifikasi alternatif yang dapat digunakan dalam perencanaan pajak.

5. Menerapkan alternatif perencanaan pajak yang telah dipilih.

6. Membandingkan beban pajak sebelum dan sesudah perencanaan guna mengevaluasi efektivitas strategi yang diterapkan dalam perencanaan pajak.

3.6 Pengujian Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan memberikan bukti dan kebenaran datanya yang didapatkan.

Dengan cara pengumpulan data yang tepat untuk menguji keabsahan data dengan cara triangulasi. Maka dari itu, metode yang hendak digunakan dalam pengujian keabsahan data penelitian ini merupakan teknik triangulasi untuk menguji kredibilitas datanya. Menurut Abdussamad (2021) bahwa teknik pengumpulan data yang bersifat mengombinasikan dari bermacam teknik pengumpulan data serta sumber data yang ada. Pada dasarnya triangulasi merupakan model dengan pengecekan data untuk memastikan apakah data tersebut ialah data yang pas buat

(28)

Universitas Bakrie

28

tiga ialah teknik pengumpulan data, sumber, dan waktu. Dalam penelitian ini dicoba dengan teknik pengumpulan data yaitu dengan mendokumentasikan data dari pihak PT ABC di mana metode tersebut tercantum ke dalam teknik triangulasi pengumpulan data.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisis persentase wajib pajak badan yang telah melakukan perencanaan pajak ( tax planning ) dalam memenuhi kewajiban pajaknya pada perusahaan perbankan

Tax avoidance adalah suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan - kelamahan ketentuan perpajakan suatu negara

Melalui perencanaan pajak ( tax planning ), wajib pajak dapat mengefisiensi beban pajak atau pajak terutang dan dilain pihak dapat membantu wajib pajak dalam

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana meminimalkan pajak penghasilan dengan menggunakan konsep tax planning yang tepat dan sesuai dengan

Sri komalasari 2012 , dengan judul penelitian Analisis Perencanaan Pajak (Tax Planning) atas pajak penghasilan badan Pada PT. Lau Linggau , Hasilnya Efisiensi

Tax Avoidance juga merupakan usaha yang sama yang dilakukan dengan cara mengeksploitasi celah yang terdapat dalam ketentuan   peraturan perundang-undangan perpajakan, dimana

LEMBAR PENGESAHAN Nama : Firda Mardiana NIM : 1962201111 Program Studi : S1 Akuntansi Kosentrasi Skripsi : Perpajakan Judul Skripsi : Analisis Perencanaan Pajak Tax Planning Dengan

4 penjualan dan pendapatan investasi” Tax Planning Menurut Pohan, 2018 dalam buku Manajemen Perpajakan : “Tax planning adalah suatu proses mengorganisasi usaha wajib pajak