• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Mengidentifikasi Evaluasi dalam Pembelajaran

N/A
N/A
Aznita Adyans

Academic year: 2024

Membagikan "Teknik Mengidentifikasi Evaluasi dalam Pembelajaran"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK MENGIDENTIFIKASI EVALUASI DALAM PEMBELAJARAN (Makalah ini dibuat Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Evaluasi Pendidikan)

Dosen Pengampu:

Ustazah : Khairiah Sebayang, M. Pd NIDN :

Oleh:

Aznita : NIM. 21.01.0002 Rahmawati : NIM. 21.01.0018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI) SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH HIDAYATULLAH BATAM

2023 M/ 1444 H

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala Rahmat-Nya yang telah memberikan ilmu serta nikmat sehat sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan Nabiyullah Shollallahu Alaihi Wa Sallam yang telah membawa kita dari alam kebodohan hingga ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.

Tidak lupa juga saya ucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Pada makalah ini penulis akan membahas “Teknik Mengidentifikasi Evaluasi Dalam Pembelajaran”. Semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka saya yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Batam, 30 januari 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...i

DAFTAR ISI...ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...3

C. Tujuan...3

D. Manfaat...3

BAB II PEMBAHASAN...4

A. Pengertian dan fungsi evaluasi...4

B. Prosedur melaksanakan evaluasi...8

C. Teknik-teknik evaluasi pengajaran...12

BAB III PENUTUP...23

A. Kesimpulan...23

B. Saran...23

DAFTAR PUSTAKA...24

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 39 ayat 2 tentang system Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidik adalah tenaga professional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Dengan demikian, salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang pendidik adalah kemampuan mengadakan evaluasi, baik dalam proses pembelajaran maupun penilaian hasil belajar.1

Kemampuan melaksanakan evaluasi pembelajaran merupakan kemampuan dasar yang mesti dikuasai oleh seorang pendidik maupun calon pendidik sebagai salah satu kompetensi professionalnya. Evaluasi pembelajaran merupakan satu kompetensi professional seorang pendidik.

Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran.

Kegiatan evaluasi juga dilaksanakan dalam proses pendidikan, tidak akan berhenti dilakukan sepanjang proses pendidikan itu berlangsung sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan yang diikuti. Kegiatan evaluasi terkait dengan berbagai pihak, dilihat dari pihak yang berwewenang melaksanakan evaluasi pada tingkat satuan pendidikan dikelas dilakukan oleh pendidik, pada tingkat satuan pendidikan dilakukan oleh sekolah dan secara nasional dilakukan oleh pemerintah. Dilihat dari ranah yang dinilai pada tingkat satuan pendidikan ada ranah kognitif, psikomotorik, dan

1 Asrul dkk, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media, 2014) hlm. 1

(5)

afektif, berkaitan dengan ranah tersebut maka instrument yang digunakan juga beragam sesuai dengan tuntutan ranahnya. 2

Memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat kita melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, kita jelas mengadakan pengukuran dan penilaian.

Ada tiga istilah yaitu evaluasi, pengukuran dan penilaian. Sementara orang lebih cenderung mengartikan ketiga kata tersebut sebagai suatu pengertian yang sama sehingga dalam penggunaannya hanya tergantung dari kata mana yang siap untuk diucapkannya dan sementara orang yang lainnya membedakan ketiga istilah tersebut. Awalnya pengertian evaluasi pendidikan selalu dikaitkan dengan prestasi belajar siswa. Dalam pembelajaran yang terjadi di sekolah atau khususnya di kelas, guru adalah pihak yang paling bertanggung jawab atas hasilnya. Dengan demikian, guru patut dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar siswa.3

Tujuan melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar adalah untuk mendapatkan informasi yang akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya.

2 Nurmawati, Evaluasi pendidikan islami, (Bandung: Citapustaka Media, 2016) hlm. 1-2 3 Nurul Hidayati Murtafiah, Evaluasi Pendidikan, (D I Yogyakarta: 2018), hlm. 1

(6)

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan fungsi evaluasi?

2. Apa saja prosedur melaksanakan evaluasi?

3. Bagaimana Teknik-teknik evaluasi pengajaran?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dan fungsi evaluasi.

2. Untuk mengetahui prosedur melaksanakan evaluasi.

3. Untuk mengetahui Teknik-teknik evaluasi pengajaran.

D. Manfaat

Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk memperkaya wawasan pembaca tentang apa peran, hak dan kewajiban seorang guru. Makalah ini juga berguna sebagai kajian ilmiah tentang mata kuliah pembelajaran evaluasi pendidikan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis makalah ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Penulis, sebagai wahana untuk melatih kemampuan menulis karya tulis ilmiah sekaligus sebagai penambah pengetahuan, dan konsep keilmuan pembelajaran evaluasi pendidikan.

2. Pembaca, sebagai media informasi ataupun referensi tentang pembelajaran evaluasi pendidikan.

(7)

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Fungsi Evaluasi 1) Pengertian Evaluasi

Pengertian evaluasi pendidikan secara umum, Istilah Evaluasi berasal dari bahasa Inggris “evaluation” dan diambil dari kata “testum” berasal dari bahasa Perancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.

dalam bahasa Arab kata evaluasi adalah: al-Taqdir; Akar katanya adalah value. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah liat.4

Secara terminologi evaluasi pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut dengan al-taqdir altarbiyah yang diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Secara terminologi, beberapa ahli memberikan pendapat tentang pengertian evaluasi diantaranya: Edwind dalam Ramayulis mengatakan bahwa evaluasi mengandung pengertian suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu, M.Chabib Thoha, mendefinisikan evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan.5

Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan, merupakan proses pengukuran akan efektivitas strategi yang dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil dari evaluasi selanjutnya akan digunakan sebagai analisis program selanjutnya.

Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu, sampai beberapa jauh keduanya dapat dinilai baik.

Sebenarnya yang dinilai hanyalah proses belajar mengajar, tetapi penilaian

4 Riinawati, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Thema Publishing, 2021) hlm. 13 5 Riinawati, Pengantar Evaluasi Pendidikan,hlm. 16

(8)

atau evaluasi itu diadakan melalui meninjauan terhadap perangkat komponen yang sama- sama membentuk proses belajar mengajar.6

Evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, serta dapat digunakan untuk melihat efisiensi pelaksanaannya.

Dalam arti luas, evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh, dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk buat alternatif- alternatif keputusan. Sesuai dengan pengertian tersebut maka setiap kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan suatu proses yang sengaja direncanakan untuk memperoleh informasi atau data; berdasarkan data tersebut kemudian dicoba membuat suatu keputusan.7

2) Fungsi Evaluasi

Fungsi dari evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut:

1. Fungsi sumatif, yaitu berfungsi untuk memberikan umpan balik (feed back) bagi guru untuk memperbaiki proses pembelajaran.yang dimaksud sebagai umpan balik adalah segala informasi balik yang menyangkut output maupun transportasi. Hal ini diperlukan sekali untuk memperbaiki input maupun transformasi. Lulusan yang kurang bermutu atau yang belum memenuhi harapan, akan merangsang semua pihak untuk mengambil tindakan yang berhubungan dengan penyebab kurang bermutunya lulusan.

2. Fungsi formatif, yaitu berfungsi untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi yang telah ditentukan.

3. Fungsi rasional yaitu berfungsi sebagai dasar untuk membuat perencanaan kegiatan pembelajaran berikutnya.

6 Ahmad zainuri dkk, Evaluasi Pendidikan, (Pasuruan, Jawa Timur: CV PENERBIT QIARA MEDIA, 2021) hlm. 2

7 M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 3

(9)

4. Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi untuk menyeleksi siswa ke tahap berikutnya misalnya menentukan kenaikan kelas, penjurusan, beasiswa, mewakili kelas atau satuan pendidikan dalam kegiatan perlombaan dan seleksi lainnya. Dengan cara melaksanakan penilaian guru mempunyai cara untuk mengadakan seleksi atau penilaian terhadap siswanya.

Penilaian itu sendiri mempunyai berbagai tujuan, yaitu:

a) Untuk memilih siswa yang dapat diterima di sekolah tertentu.

b) Untuk memilih siswa yang dapat naik kelas atau tingkat berikutnya.

c) Untuk memilih siswa yang berhak mendapatkan beasiswa.

d) Untuk memilih siswa yang berhak meninggalkan sekolah dan lain- lain.

5. Fungsi diagnostik. Evaluasi berfungsi untuk mengetahui kelemahan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan penyebabnya. Di samping itu, diketahui pula penyebabnya. Jadi, dengan penilaian sebenarnya guru melakukan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahannya.

Dengan diketahuinya sebab-sebab kelemahan ini akan lebih mudah mencari cara untuk mengatasinya.

6. Fungsi sebagai Pengukur keberhasilan. Evaluasi berfungsi untuk mengukur keberhasilan sebuah proses pembelajaran yang telah ditetapkan oleh guru. Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: faktor guru, metode mengajar, kurikulum, dan sistem administrasi.

7. Fungsi penempatan. Hasil evaluasi nantinya dijadikan acuan oleh guru untuk menentukan siswa yang berhak menjadi juara kelas atau masuk ke dalam kelas unggulan atau percepatan.

Alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap siswa sejak lahirnya telah membawa bakat masing-masing sehinggga pelajaran akan lebih efektif

(10)

apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi, disebabkan keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual sangat sukar dilaksanakan. Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan adalah pengajaran secara berkelompok. Untuk dapat menentukan dengan tepat di kelompok mana seorang siswa harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian di mana sekelompok siswa yang mempunyai hasil penilaian yang sama akan berada di kelompok yang sama dalam belajar.8

Fungsi evaluasi dalam pembelajaran tidak dapat dilepaskan dari tuiuan evaluasi itu sendiri. Di dalam batasan tentant evaluasi pendidikan yang telah dikemukakan di muka tersirat bahwa tuiuan evaluasi pendidikan ialah untuk mendapatkan data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler.9

Fungsi evaluasi pembelajaran, antara lain:

1.) Evaluasi berfungsi selektif.

Dengan cara mengadakan evaluasi guru mepunyai cara untuk mengadakan seleksi terhadap siswanya. Seleksi itu sendiri mempunyai beberapa tujuan, antara lain:

a. Untuk memilih siswa yang dapat diterima disekolah tertentu

b. Untuk memilih siswa yang dapat naik ke kelas atau tingkat berikutnya.

c. Untuk memilih siswa yang seharusnya mendapat beasiswa.

2.) Evaluasi berfungsi diagnostik

Sebenarnya guru mengadakan diagnosis kepada siswa tentang kebaikan dan kelemahan siswa. Dan dengan diketahui sebab-sebab kelemahan tersebut, maka akan lebih mudah dicari cara untuk mengatasinya.

3.) Evaluasi berfungsi sebagai penempatan.

8 Riinawati, Pengantar Evaluasi Pendidikan, hlm. 29-31

9 Gito supriadi, Evaluasi Pembelajaran, (Malang: Intimedia, 2011) hlm. 8

(11)

Setiap siswa sejak lahir mempunyai bakat sendiri-sendiri, sehingga pembelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Untuk dapat menentukan dengan pasti kelompok mana siswa harus ditempatkan, maka digunakan evaluasi. Sekelompok siswa yang mempunyai hasil evaluasi yang sama akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar.

4.) Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan.

Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem kurikulum.10

Fungsi evaluasi pembelajaran secara garis besar dalam proses be;ajar mengajar, memiliki fungsi pokok yaitu :

a) Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama jangka waktu tertentu b) Untuk mengukur sampai diana keberhasilan sistem pengajaran yang

digunakan.

c) Sebagai bahan pertimbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.11

B. Prosedur Melaksanakan Evaluasi

Prosedur atau Langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi, yaitu: (1) membuat perencanaan, yang meliputi: menyusun kisi-kisi dan uji-coba, (2) mengumpulkan data, (3) mengolah data, (4) menafsirkan data, dan (5) menyusun laporan, dan merupakan dasar bagi bab- bab selanjutnya seperti memahami teknik tes dan non tes.12

1. Membuat Perencanaan Evaluasi

a) Menyusun Kisi-Kisi (Layout/Blue-Print/Table of Specification) Kisi-kisi adalah suatu format yang berisi komponen identitas dan komponen matriks untuk memetakan soal dari berbagai topik/

10 Nurul Hidayati Murtafiah, Evaluasi Pendidikan, (D I Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books, 2018) hlm. 3-4

11 Nahjiah ahmad, Buku Evaluasi Pembelajaran, (D.I. Yogyakarta: INTERPENA, 2015) hlm. 34 12 Nahjiah ahmad, Buku Evaluasi Pembelajaran, hlm. 41

(12)

satuan bahasan sesuai dengan kompetensi dasarnya masing-masing.

Fungsi adalah sebagai pedoman bagi guru untuk membuat soal menjadi tes. Adapun syarat-syarat kisi-kisi yang baik adalah :

 Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.

 Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.

 Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami.

Contoh Kisi-kisi Soal :

Nama Madrasah :………….…………

Program/Jurusan : ………

Mata Pelajaran : ………

Semester / Tahun : ………

Kurikulum Acuann : ………

Alokasi Waktun : ………

Jumlah Soal : ………

Standar Kompetensi : ………

Kompetens i dasar

Materi (PB/SPB)

Indikator Bentuk Soal *)

Nomor urut soal

Apabila bentuk soal yang digunakan hanya satu, sebaiknya dimasukkan ke komponen identitas.

b) Uji coba

Jika soal dan perangkatnya sudah disusun dengan baik, maka perlu diujicobakan terlebih dahulu di lapangan. Tujuannya untuk melihat soal-soal mana yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali. Soal yang baik adalah soal yang sudah mengalami beberpa kali uji coba dan revisi, yang didasarkan atas analisis empiris dan rasional. Hal ini dimaksudkan untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan setiap soal.

(13)

2. Pelaksanaan Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi artinya bagaimana cara melaksanakan suatu evaluasi, baik melalui tes (tertulis, lisan maupun perbuatan) maupun melalui nontes. Dalam pelaksanaan evaluasi, guru harus memperhatikan kondisi tempat tes diadakan. Tempat ini harus terang dan enak dipandang serta tidak menakutkan, sehingga peserta didik tidak takut dan gugup.

Suasana tes harus kondusif agar peserta didik nyaman menjawab pertanyaan tes. Dalam pelaksanaan tes lisan, guru tidak boleh membentak dalam memberikan pertanyaan dan tidak boleh memberikan kata-kata yang merupakan kunci jawaban. Untuk itu, perlu disusun tata tertib pelaksanaan evaluasi.

3. Pengolahan Data

Setelah semua data kita kumpulkan, baik data itu dari kita langsung yang mengadakan kegiatan evaluasi maupun dari orang lain yang mengevaluasi orang yang kita maksud, data tersebut harus diolah.

Mengolah data berarti ingin memberikan nilai dan makna kepada peserta didik mengenai kualitas hasil pekerjaannya. Misalnya, jika seorang peserta didik mendapat nilai 65, kita belum dapat memberikan keputusan tentang peserta didik itu, apakah yang termasuk cerdas atau kurang apalagi memberikan keputusan mengenai aspek keseluruhan kepribadian. Dalam pengolahan data biasanya sering digunakan analisis statistik, terutama jika bertemu dengan data kuantitatif, yaitu data-data yang berbentuk angka- angka.

4. Penafsiran Hasil Evaluasi

Penafsiran terhadap suatu hasil evaluasi harus didasarkan atas kriteria tertentu yang disebut norma. Bila penafsiran data itu tidak berdasarkan kriteria atau norma tertentu hanya berdasarkan pertimbangan pribadi dan kemanusiaan, maka termasuk kesalahan yang besar. Ada dua jenis penafsiran data, yatu penafsiran kelompok dan penafsiran individual.

Penafsiran kelompok adalah penafsiran yang dilakukan untuk mengetahui

(14)

karakteristik kelompok berdasarkan data hasil evaluasi, antara lain prestasi kelompok, rata-rata kelompok, sikap kelompok, dan distribusi nilai kelompok. Sedangkan penafsiran individual adalah penafsiran yang hanya tertuju kepada individu saja. Misalnya, dalam kegiatan bimbingan dan penyuluhan atau situasi klinis lainnya.

Dalam mengadakan penafsiran data, baik secara kelompok maupun individual, guru harus menggunakan norma-norma yang standar, sehingga data yang diperoleh dapat dibandingkan dengan norma-norma tersebut.

Berdasarkan norma ini kita dapat menafsirkan bahwa peserta didik mencapai tarap kesiapan yang memadai atau tidak, ada kemajuan yang berarti atau tidak, ada kesulitan atau tidak. Jika ingin menggambarkan pertumbuhan anak, penyebaran skor, dan perbandingan antar kelompok, maka kita perlu menggunakan garis (kurva), grafik, atau dalam beberapa hal diperlukan profil, dan bukan dengan daftar angka-angka. Daftar angka-angka biasanya digunakan untuk melukiskan posisi atau kedudukan anak.

5. Laporan

Semua kegiatan dan hasil evaluasi harus dilaporkan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, seperti pimpinan/kepala sekolah, pemerintah, dan peserta didik itu sendiri. Hal ini dimaksudkan agar hasil yang dicapai peserta didik dapat diketahui oleh berbagai pihak dan dapat menentukan langkah selanjutnya. Di samping itu, laporan juga penting bagi peserta didik itu sendiri agar ia mengetahui kemampuan yang dimilikinya, dan atas dasar itu ia menentukan kemana arah yang harus ditempuhnya serta apa yang harus dilakukannya.13

Dalam melaksanakan evaluasi pendidikan hendaknya dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Dalam evaluasi pendidikan secara garis besar melibatkan 3 unsur yaitu input, proses dan output. Apabila prosedur yang dilakukan tidak bercermin pada 3 unsur tersebut maka dikhawatirkan hasil

13 Nahjiah ahmad, Buku Evaluasi Pembelajaran, hlm. 42-45

(15)

yang digambarkan oleh hasil evaluasi tidak mampu menggambarkan gambaran yang sesungguhnya terjadi dalam proses pembelajaran.14

Adapun Langkah-langkah dalam melaksanakan kegiatan evaluasi pendidikan secara umum adalah sebagai berikut:15

1. Perencanaan (mengapa perlu evaluasi, apa saja yang hendak dievaluasi, tujuan evaluasi, teknik apa yang hendak dipakai, siapa yang hendak dievaluasi, kapan, dimana, penyusunan instrument, indikator, data apa saja yang hendak digali, dsb).

2. Pengumpulan data (tes, observasi, kuesioner, dan sebagainya sesuai dengan tujuan).

3. Verifikasi data (uji instrument, uji validitas, uji reliabilitas, dsb).

4. Verifiksi data (mamaknai data yang terkumpul, kualitatif atau kuantitatif, apakah hendak diolah dengan statistik atau non statistik, apakah dengan parametrik atau non parametrik, apakah dengan manual atau dengan software (misal: SAS, SPSS).

5. Penafsiran data (ditafsirkan melalui berbagai teknik uji, diakhiri dengan uji hipotesis ditolak atau diterima, jika ditolak mengapa? Jika diterima mengapa? Berapa taraf signifikansinya) interpretasikan data tersebut secara berkesinambungan dengantujuan. Pengevaluasian sehingga akan tampak hubungan sebab akibat. Apabila hubungan sebab akibat tersebut muncul maka akan lahir alternatif yang ditimbulkan oleh evaluasi itu.16

C. Teknik-Teknik Evaluasi Pengajaran

Istilah “tehnik” dapat diartikan sebagai “alat”. Jadi dalam istilah tehnik evaluasi pengajaran terkandung arti alat-alat (yang dipergunakan dalam rangka melakukan) evaluasi pengajaran. Secara garis besar ada dua kelompok tehnik evaluasi yang dapat digunakan oleh seorangguru dalam usahanya mencari informasi yang diperlukan. Kedua kelompok tersebut yaitu tes

14 Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.

Hlm. 78-80

15 Ahmad zainuri dkk, Evaluasi Pendidikan, (Pasuruan, Jawa Timur: CV PENERBIT QIARA MEDIA, 2021) hlm. 60

16 Suharsimi Arikunto. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2010. Hlm. 86- 87

(16)

dannon tes. Pertama, tehnik evaluasi menggunakan cara tes, yang didalamnya berupa satu set ataulebih item pertanyaan atau pernyataan yang relevan dengan tujuan tes yang digunakan oleh seorangguru. Kedua, tehnik evaluasi yang juga banyak digunakan didalam kelas adalah tehnik evaluasimelalui nontes. Tes ini tidak menggunakan item pertanyaan atau pernyataan seperti disebutkandiatas, tetapi tes ini mengguanakan metode lain untuk memperoleh data atau informasi yangdiperlukan.

Dalam evaluasi secara garis besar, mempunyai dua macam teknik evaluasi, yaitu: teknik tes dan teknik non tes.

A. Tehnik Tes 1. Pengertian Tes

Secara bahasa, kata “tes” berasal dari bahasa Prancis Kuno testum dengan arti: “piring untuk menyisihkan logam-logam mulia (maksudnya dengan menggunakan alat berupa piring itu akan dapat diperoleh jenis-jenis logam mulia yang nilainya sangat tinggi) dalam bahasa 68 Pengantar Evaluasi PendidikanInggris ditulis dengan test yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian” atau “percobaan”. Dalam bahasa arab:

imtihan ada beberapa istilah yang memerlukan penjelasan sehubungan dengan uraian di atas, yaitu istilah test, testing, tester dan testee, yang dengan uraian di atas, yaitu mengistilahkan yang memerlukan penjelasan sehubungan beberapa uraian di atas, ialah istilah test, testing, tester dan testee, yang masing-masing mempunyai pengertian yang berbeda. Test ialah alat atau prosuder yang dipergunakan dalam bentuk pengukuran dan penilaian; testing berarti pada saat dilaksanakannya atau kejadian berlangsungnya pengukuran dan penilaian;

tester ialah orang yang melaksanakan tes, atau pembuat tes, atau orang yang sedang melakukan percobaan (esperimen); sedangkan teste (mufrad) dan testees (jama’) ialah pihak yang sedang dikenai tes (= Peserta tes = peserta ujian), atau pihak yang sedang dikenai percobaan ( = tercoba).17

Menurut Seorang ahli bernama James Ms.Cattel pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang

17 Riinawati, Pengantar evaluasi pendidikan, (Yogyakarta. Thema publishing: 2021). Hlm.68

(17)

berjudul Mental Test and Measurement. Selanjutnya di Amerika Serikat tes ini berkembang dengan cepat sehingga dalam tempo yang tidak begitu lama masyarakat mulai menggunakannya.

Adapun dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

Adapun menurut Lee J. Cronbach dalam bukunya berjudul Esseintial of Psychological Testing, tes merupakan suatu prosedur yang sistematis untuk membandingkan tingkah laku dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Drs.

Amir Daien Indrakusuma didalam bukunya yang berjudul Evaluasi Pendidikan mengatakan bahwa Tes adalh suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan- keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan tepat dan cepat.

Dari definisi-definisi tersebut di atas kiranya dapat dipahami bahwa dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara (yang dapat dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan), sehingga atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukuran tersebut dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.18

2. Fungsi Tes

18 Hasim dkk, teknik dan bnetuk hasil belajar, daftar pustaka

(18)

Secara umum, ada dua macam fungsi yang dimiliki oleh teknik tes, yaitu:

a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut akan dapat diketahui sudah seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan, telah dapat dicapai.

3. Kegunaan Tes

Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka dibedakan menjadi 6 golongan:

(a) Tes Diagnostik, (b) Tes Formatif, (c) Tes Sumatif, (d) Tes Seleksi, (e) Tes Awal, (f) Tes Akhir.

4. Tes Diagnostik

Yaitu tes yang digunakan untuk menggali kelemahan atau problem yang dihadapi peserta didik, terutama kelemahan yang dialami peserta didik saat belajar. Tes diagnostik biasanya dilakukan dengan cara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.

tahapan dilakukannya tes diagnostik, yaitu:

a. Tes diagnostik ke–1 dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk mengetahui apakah calon siswa sudah menguasai pengetahuan yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah. Tes ini sering dikatakan sebagai tes penjajakan masuk.

b. Tes diagnostik ke–2 dilakukan terhadap calon siswa yang akan mulai mengikuti program. Apabila cukup banyak calon siswa yang diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian kelas diperlukan pertimbangan khusus.

(19)

c. Tes diagnostik ke–3 dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tes diagnostik ke–3 ini bertujuan untuk mengetahui bagian mana dari materi pelajaran yang diberikan yang belum dikuasai oleh siswa.

d. Tes diagnostik ke–4 diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran.

dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang ia berikan.

Materi dalam tes diagnostik ditekankan pada bahan–bahan tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami peserta didik. Tes jenis ini dapat dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.

5. Tes Formatif

Untuk mengetahui sejauh mana peserta didik telah terbentuk setelah mengikuti sesuatu program tertentu. Tes formatif dapat dilaksanakan “pada akhir” setiap program.Dalam pembelajaran dibutuhkan evaluasi pembelajaran sebagai tolak ukur sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sudah disampaikan oleh guru. Salah satu evaluasi untuk menilai hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan tes formatif atau biasa kita sebut dengan ulangan harian, waktunya adalah setelah guru telah menyelesaikan program pelajaran dalam satu pokok bahasan.

Istilah ‘formatif’ berasal dari kata ‘form’ yang berarti ‘bentuk’. Menurut Subhan (2008) tes formatif adalah evaluasi yang dilakukan pada setiap akhir pembahasan suatu pokok bahasan atau topik yang dimaksudkan untuk mengetahui sejauh manakah proses pembelajaran telah berjalan sebagaimana telah direncanakan. Hal senada juga dikatakan oleh Winkel (2008) yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan tes formatif adalah penggunaan testes selama proses pembelajaran yang masih berlangsung agar siswa dan guru memperoleh informasi (feeed back) mengenai kemajuan yang telah dicapai pengajaran.

6. Tes Sumatif

(20)

Dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program pengajaran atau suatu program yang lebih besar Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok atau sebuah program yang lebih besar. Tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

Tes sumatif ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan nilai yang menjadi lambang keberhasilan siswa setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.

7. Tes Seleksi

Yaitu tes ini dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang mengikuti tes. Misalnya di sebuah perguruan tinggi diadakan penerimaan mahasiswa baru dari kuota sebanyak 200 mahasiswa ternyata yang daftar ada 300 mahasiswa, maka dilakukanlah tes seleksi untuk menentukan calon mahasiswa yang diterima. Seleksi calon siswa dilakukan untuk mendapatkan siswa yang baik untuk diterima. Siswa yang baik dimaksudkan sebagai siswa yang diprediksikan akan berhasil mengikuti program pendidikan sekiranya diterima dan mengikuti program.

Sebaliknya, seleksi akan menolak siswa yang diperkirakan akan gagal seandainya diberi kesempatan mengikuti program. Tes dan beberapa alat pengukuran digunakan untuk mengambil keputusan tentang orang yang akan diterima atau ditolak dalam proses seleksi. Untuk memutuskan penerimaan atau penolakan harus digunakan tes yang tepat yaitu tes yang dapat meramalkan dengan keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam suatu kegiatan tertentu pada masa yang akan datang dengan risiko yang terendah. 19 8. Tes Awal

19 Zainul dkk. Evaluasi pendidikan (Jakarta:1996), hlm. 9

(21)

Yaitu tes dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dapat dikuasai oleh peserta didik.

Setelah tes awal itu berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah: Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakan dalam tes sudah dikuasai dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu tidak akan diajarkan lagi.

Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh peserta didik tersebut.

9. Tes Akhir

Yaitu tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik. isi atau materi tes akhir ini adalah bahan-bahan pelajaran yang tergolong penting, yang telah diajarkan kepada peserta didik.

Penggunaan setiap jenis tes tersebut seyogyanya disesuaikan dengan kawasan (domain) perilaku siswa yang hendak diukur. Misalnya tes tertulis atau tes lisan dapat digunakan untuk mengukur kawasan kognitif, sedangkan kawasan psikomotorik cocok dan tepat apabila diukur dengan tes tindakan, dan kawasan efektif biasanya diukur dengan skala perilaku, seperti skala sikap.

B. Teknik Nontes

Nontes adalah cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis. Teknik evaluasi nontes berarti melaksanakan penelitian dengan tidak menggunakan tes.

(22)

Teknik nontes terdiri dari: skala bertingkat, kuesioner, daftar cocok, wawancara, pengamatan, dan riwayat hidup. Teknik nontes ini pun dibagi menjadi beberapa golongan, antara lain:

Teknik pemberian penghargaan kepada peserta didik. Kegiatan evaluasi bukan hanya dilakukan pada dimensi hasil, tetapi juga pada dimensi proses.

Salah satu bentuk penilaian proses adalah pemberian penghargaan (reward).20 a. Skala Bertingkat (Rating Scale)

Teknik ini menggambarkan suatu nilai yang berbentuk bilangan terhadap suatu pertimbangan. Oppenheim melalui Suharsimi Arikunto menyatakan:

Rating gives a numerical value to some kind of judgment”, maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka atau bilangan.

Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjek yang dibuat berskala. Walaupun bertingkat ini maka ini menghasilkan data yang kasar, tetapi cukup memberikan informasi tertentu atau program atau orang.21

Skala penilaian (Rating Scale). Dalam daftar cek,

penilai hanya dapat mencatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala penilaian fenomena-fenomena yang akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan tertentu.Bentuk instrumen skala bertingkat lebih memudahkan peneliti untuk mengetahui pendapat responden yang lebih mendalam tentang variabel yang diteliti. Rating atau skala bertingkat adalah suatu ukuran subjektif yang dibuat berskala. Yang harus diperhatikan dalam pembuatan rating scale adalah kehati-hatian dalam membuat skala, agar pernyataan yang diskalakan mudah diinterpretasi dan responden dapat memberikan jawaban secara jujur.

b. Kuesioner

Kuesioner juga dapat di artikan angket yang digunakan sebagai alat bantu dalam rangka pengukuran dan penilaian hasil belajar. Dengan adanya angket yang harus diisi oleh siswa maka guru akan mengetahui keadaan, pengalaman,

20 Anas sudijono, evaluasi pendidikan, 2016, hlm. 75

21 Ninit alfianika, evaluasi pendidikan pengajaran, 2018, hlm. 119

(23)

pengetahuan dan tingkah. Angket atau soal kuesioner dapat di berikan secara langsung dan dijawab atau diisi langsung oleh objeknya, ini dikatakan kuesioner langsung. Dan jika angket atau soal kuesioner dikirim dan diisi oleh orang lain ( sanak saudaranya), namun soalnya dituju untuk objek, ini disebut kuesioner tidak langsung. Dengan cara tes ini lebih menghemat waktu dan tenaga.

Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang diukur (responden). Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Angket langsung adalah angket yang dijawab langsung oleh orang yang diminta jawabannya, sedangkan angket tidak langsung dijawab secara tidak langsung oleh orang yang dekat dan mengetahui si penjawab. Misalnya diberikan kepada orang tuanya, atau diberikan kepada temannya.

c. Daftar Cocok (Check List)

Daftar cek (Check List), yaitu suatu daftar yang berisi subjek dan aspek- aspek yang akan diamati. Daftar ini memungkinkan guru sebagai penilai untuk mencatat tiaptiap kejadian yang betapapun kecilnya, tetapi dianggap penting dengan cara menconteng saja.

Alat-Alat Evaluasi Pendidikan Nontes Daftar Cek

Pengertian dari daftar cek ialah suatu daftar yang berisi subjek dan aspek- aspek yang akan diamati oleh guru. Pengertian Daftar Menurut Indah Septiani yaitu catatan yang berisi subjek dan aspek-aspek yang diamati dari peserta didik dalam tiap-tiap kejadian yang dianggap penting. Daftar cek ini berfungsi untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa

(24)

kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), dan netral. Hasil belajar berupa perubahan sikap hanya dapat diukur dengan teknik nontes.

Wawancara secara umum adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Adapun kelebihan yang dimiliki adalah dengan wawancara, pewawancara-pewawancara sebagai evaluator (guru, dosen dan lain-lain) dapat melakukan kontak langsung dengan peserta didik yang akan dinilai, sehingga dapat diperoleh hasil penilaian yang lebih lengkap dan mendalam.

Wawancara juga disebut dengan interview, secara umum adalah proses pengumpulan keterangan yang dilakukang dengan tanya jawab lisan sepihak, bertatap muka langsung, dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.

Wawancara dapat dibedakan dengan dua jenis: 1. Interview bebas adalah dimana pewawancara bebas menanyakan apa saja, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan. 2. Interview terpimpin adalah interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederet pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur.

Ada tiga aspek yang harus diperhatikan dalam melaksanakan wawancara yakni:

a) Tahap awal pelaksanaan wawancara b) Penggunaan pertanyaan

c) Pencatatan hasil wawancara

e. Pengamatan

Pengamatan atau observasi adalah sebuah cara menghimpun data yang dilakukan oleh guru kepada peserta didiknya dengan cara pengamatan yang teliti dan mencatat hasil pengamatan secara sistematis. Observasi atau pengamatan dapat dibedakan menjadi 3 bentuk: 1. Pengamatan partisipan adalah pengamatan yang pengamatnya langsung memasuki dan mengikuti

(25)

kegiatan yang sedang diamati. Seperti pengamatan tentang pertanian, maka pengamat harus bergabung menjadi petani. 2. Pengamatan sistematik adalah observasi dimana faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis, dan sudah diatur menurut kata gorinya. Pengamatan ini dilakukan di luar dari kelompok yang ingin diamati. 3. Pengamatan eksperimental akan terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok. Dalam hal ini ia dapat mengendalikan unsure-unsur penting dalam situasi sedemikian rupa sehingga situasi dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.

f. Riwayat hidup

Riwayat hidup juga bisa kita katakan curiculum vite (CV). Atau gambaran hidup peserta didik, dalam segala aspek. Dengan mengkaji atau menganalisis dukumen atau riwayat hidupnya maka seorang guru akan dapat menarik kesimpulan tentang tingkah laku atau kepribadian dan sikap dari peserta didik.

Soal-soal yang biasa digunakan seperti. Nama siswa, status dalam keluarga, agama yang dianut, prestasinya dll.

BAB III

(26)

PENUTUP A. Kesimpulan

Evaluasi merupakan kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, berharga atau tidak, serta dapat digunakan untuk melihat efisiensi pelaksanaannya.

Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari segala sesuatu dalam dunia pendidikan, merupakan proses pengukuran akan efektivitas strategi yang dijalankan untuk mencapai tujuan perusahaan. Hasil dari evaluasi selanjutnya akan digunakan sebagai analisis program selanjutnya.

Evaluasi berfungsi sebagai pengukur keberhasilan. Fungsi ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu program berhasil diterapkan. Keberhasilan program ditentukan oleh beberapa faktor yaitu faktor guru, metode mengajar, kurikulum, sarana dan sistem kurikulum.

Prosedur atau Langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan evaluasi, yaitu: (1) membuat perencanaan, yang meliputi: menyusun kisi-kisi dan uji-coba, (2) mengumpulkan data, (3) mengolah data, (4) menafsirkan data, dan (5) menyusun laporan, dan merupakan dasar bagi bab- bab selanjutnya seperti memahami teknik tes dan non tes.

Secara garis besar alat evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: nontes dan tes.

B. Saran

Makalah yang kami buat ini, mungkin masih banyak kekurangan dan kesalahannya. Tetapi dalam makalah ini kami membahas tentang teknik mengidentifikasi evaluasi dalam pembelajaran. Di mana dalam makalah ini mencantukan beberapa poin penting yaitu pengertian dan fungsi evaluasi, prosedur melaksanakan evaluasi dan teknik-teknik evaluasi pengajara. Besar harapan kami agar makalah yang kamu buat ini berguna dalam kehidupan sehari-hari.

DAFTAR PUSTAKA

(27)

Ahmad zainuri dkk. 2021. Evaluasi Pendidikan, (Pasuruan, Jawa Timur: CV PENERBIT QIARA MEDIA)

Anas Sudijono. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada)

Asrul dkk. 2014. Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: Citapustaka Media) Gito supriadi. 2011. Evaluasi Pembelajaran, (Malang: Intimedia)

M. Ngalim Purwanto.1994. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya)

Nahjiah ahmad. 2015. Buku Evaluasi Pembelajaran, (D.I. Yogyakarta:

INTERPENA)

Nurmawati. 2016. Evaluasi pendidikan islami, (Bandung: Citapustaka Media)

Nurul Hidayati Murtafiah. 2018. Evaluasi Pendidikan, (D I Yogyakarta) Riinawati. 2021. Pengantar evaluasi pendidikan, (Yogyakarta. Thema

publishing)

Suharsimi Arikunto. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara)

Referensi

Dokumen terkait

5.1.1 Evaluasi terhadap kompetensi mengajar dosen oleh mahasiswa sebagai optimalisasi proses pembelajaran di jurusan Teknik Elektro Universitas Negeri Semarang yang

Menjelaskan jenis, fungsi, dan cara penggunaan perkakas bertenaga 8 Membaca gambar teknik Mengidentifikasi gambar teknik dasar. Menjelaskan prinsip-prinsip gambar teknik 9

Kegiatan monitoring dan evaluasi dalam proses pembelajaran di Prodi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kadiri melalui salah satunya kegiatan pengisian jurnal

Teknik non- tes merupakan salah satu teknik evaluasi program dalam bidang pendidikan yang tujuannya untuk menilai atau mengevaluasi program yang akan, sedang atau telah dilaksanakan

Oleh sebab itu, pada makalah ini dilakukan pengembangan dan implemetasi metode pembelajaran Project-Based Learning (PjBL) pada matakuliah perancangan teknik jurusan

Teknik Evaluasi guru dalam mengukur hasil belajar siswa pada Pembelajaran Agama Islam dengan cara pemberikan tugas-tugas,seperti tugas praktek, tugas ulangan

Dokumen ini berisi informasi tentang teknik analisis pasar yang digunakan untuk mengidentifikasi tren dan risiko di

EVALUASI PEMBELAJARAN adalah buku yang membahas mengenai evaluasi