• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENERAPAN APLIKASI GATHERING REPORTS INFORMATION PROCESSING SYSTEM (GRIPS) DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "TINJAUAN YURIDIS TANGGUNG JAWAB NOTARIS TERHADAP PENERAPAN APLIKASI GATHERING REPORTS INFORMATION PROCESSING SYSTEM (GRIPS) DI WILAYAH HUKUM KABUPATEN BANYUMAS - repository perpustakaan"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

Berdasarkan ketentuan mengenai tindak pidana pencucian uang yang terdapat dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010, maka pengertian asas mengenali nasabah berkembang menjadi asas mengenali pengguna jasa (selanjutnya 14 Elisabeth, 2019, Penerapan asas mengenali suatu jasa user ) Dari Notaris sebagai pelapor dalam suatu tindak pidana Pencucian uang yang mempunyai kewajiban menjaga kerahasiaan akta berdasarkan hukum status notaris, Fakultas Hukum : Universitas Sumatera Utara, hal.

Teori Asas Itikad Baik

Itikad baik dalam pasal 1338 ayat (3) adalah itikad baik objektif, yaitu itikad baik dalam pelaksanaan perjanjian. 28 I Dewa buatan Alfredo Christen, 2016, Adanya Asas Itikad Baik dalam Perjanjian Fidusia, Jurnal Lex Crimen Vol.

Tinjauan Umum Tentang Harmonisasi Hukum a. Pengertian Harmonisasi Hukum

Harmonisasi hukum sebagai suatu proses pembentukan peraturan perundang-undangan yang mengatasi hal-hal yang bertentangan dan penyimpangan antara norma hukum dalam peraturan perundang-undangan. 33 Suhartono, 2011, Harmonisasi peraturan perundang-undangan dalam pelaksanaan APBN, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, hal. Penerapan peraturan perundang-undangan dalam jumlah banyak secara bersamaan dalam waktu dan ruang yang sama tentu saja membawa konsekuensi bahwa ketidakharmonisan hukum.

Penerapan berbagai jenis peraturan perundang-undangan secara bersamaan tanpa berusaha melakukan harmonisasi undang-undang atau harmonisasi tentu akan menimbulkan konflik kepentingan antar lembaga. Setiap peraturan perundang-undangan mempunyai tujuan, strategi pencapaian tujuan, dan pedoman pelaksanaan strategi tersebut, yang seringkali dirumuskan dalam bentuk kebijakan. 33 dan menyelaraskan tujuan, strategi dan pedoman setiap peraturan perundang-undangan melalui penafsiran hukum, konstruksi hukum, penalaran hukum dan memberikan argumentasi yang rasional dengan memperhatikan sistem hukum dan asas hukum yang berlaku.

Harmonisasi hukum juga berperan penting dalam menciptakan produk peraturan perundang-undangan yang dapat dilaksanakan dengan baik dan diterima oleh masyarakat. Harmonisasi peraturan perundang-undangan, tidak hanya sebatas pada jenis atau tipe peraturan perundang-undangan serta tata tertibnya. Harmonisasi hukum mengacu pada ruang lingkup harmonisasi hukum dalam arti upaya menyelaraskan tujuan, strategi untuk mencapai tujuan dan pedoman pelaksanaan strategi agar tujuan dari setiap peraturan hukum tercapai.

Tinjauan Umum Tentang Notaris

Menurut pasal 1 angka 1 undang-undang nomor 2 tahun 2014 tentang perubahan undang-undang nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan notaris (selanjutnya disebut Undang-Undang Jabatan Notaris) disebutkan bahwa: 48. Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik dan ada kewenangan lain yang disebutkan dalam undang-undang ini atau berdasarkan undang-undang lain. Notaris merupakan pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik dan mempunyai wewenang lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2014 untuk jabatan Notaris.

Kewenangan Notaris sebagai pejabat publik yang bertanggung jawab membuat akta otentik, termasuk wewenang dengan atribusi, karena kewenangan Notaris diberikan oleh undang-undang langsung yaitu Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, Pasal 15 , BUAH. 1) yang menyatakan bahwa Notaris berwenang membuat akta otentik. Notaris berwenang membuat akta nyata mengenai segala perbuatan, perjanjian dan ketentuan yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan dan/atau sebagaimana pihak-pihak yang berkepentingan dituangkan dalam akta nyata, menjamin keamanan tanggal dikeluarkannya akta. , menyimpan akta, meneruskan salinan kasar dan kutipan akta, semua itu sepanjang pembuatan akta itu tidak juga dilimpahkan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang ditentukan oleh undang-undang. Sebagai pejabat umum, Notaris mempunyai wewenang (peraturan) umum, sedangkan pejabat lain yang dimaksud dalam undang-undang merupakan pengecualian.

Larangan Notaris untuk tidak melaksanakan tugasnya di luar wilayah yang ditentukan ditegaskan dalam Pasal 17 huruf a Undang-Undang Jabatan Notaris. Syarat-syarat tersebut juga berlaku terhadap akta-akta yang diwajibkan oleh undang-undang untuk dibuat dengan akta notaris. Meninggalkan tempat tinggal Notaris dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja, hal ini harus berkaitan dengan ketentuan Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang No. 2 Tahun 2014 yang mengesahkan.

Ketentuan Pasal 19 ayat (3) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tidak memberikan sanksi bagi Notaris yang melanggarnya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris sebagaimana diatur dalam Pasal 16 ayat (1) yang menyatakan bahwa Notaris dalam menjalankan jabatannya harus: 57. 1) Bertindak secara dapat diandalkan, jujur, menyeluruh, independen, tidak memihak dan melindungi kepentingan pihak-pihak yang terlibat dalam perbuatan hukum.

Tinjauan Umum Tentang Kode Etik Notaris

Semangat Kode Etik Notaris adalah penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia pada umumnya dan harkat dan martabat Notaris pada khususnya. Perilaku Notaris yang baik dapat diperoleh berdasarkan Kode Etik Notaris yang mengatur hal-hal yang harus ditaati oleh seorang Notaris dalam melaksanakan tugasnya, namun juga di luar pelaksanaan tugasnya.61 Kedudukan kode etik Notaris adalah: a Notaris sangatlah penting antara lain: 62 a.65 dan asas hukum dan keadilan, sehingga dapat mengganggu ketertiban umum dan juga mengganggu hak-hak pribadi para pencari keadilan, maka seorang Notaris juga memerlukan etika profesi yang baik dan modern.

Kode etik profesi sebagai seperangkat aturan perilaku yang tertulis dan disusun secara sistematis sebagai pedoman yang harus diikuti dalam pengembangan suatu profesi bagi masyarakat profesional, mempunyai beberapa tujuan utama. Adapun kode etik yang dibuat secara tertulis, menurut Sumaryona dalam bukunya Abdulkadir Muhammad berpendapat bahwa kode etik ini mempunyai alasan dan tujuan tertentu, yaitu sebagai berikut: 63. Kode etik merupakan ukuran prinsip-prinsip profesi , sehingga dapat menjadi parameter kewajiban profesional anggota.

Parameter kode etik dapat mencegah kemungkinan terjadinya konflik kepentingan antar anggota kelompok atau antar anggota kelompok profesi atau antara anggota kelompok profesi dengan masyarakat. Isi kode etik profesi merupakan suatu norma perilaku yang dianggap benar atau ditetapkan, dan tentunya akan lebih efektif lagi bila norma perilaku tersebut dirumuskan sedemikian rupa sehingga dapat memuaskan pihak-pihak yang berkepentingan. Kode etik merupakan kristalisasi perilaku yang dianggap benar dalam opini masyarakat karena didasarkan pada memperhatikan kepentingan profesi yang bersangkutan.

Tinjauan Umum Tentang Prinsip Mengenali Pengguna Jasa Bagi Notaris (PMPJ)

Profesi tertentu, seperti pengacara, notaris, petugas hak atas tanah, akuntan, akuntan publik, dan perencana keuangan, termasuk dalam bagian Pelapor yang bersifat wajib dan terlibat dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang. Oleh karena itu, kalangan profesi khususnya Notaris sebagai pelamar harus melakukan tindakan preventif yang lebih mendalam. Sebagaimana tercantum dalam ketentuan Pasal 4 Peraturan Pemerintah yang menyatakan bahwa: “Pelapor wajib menerapkan prinsip pengakuan pengguna jasa.”

Prinsip Pengakuan Pengguna Jasa bagi Pihak Pemberitahu berlaku mutatis mutandis, artinya perubahan yang diperlukan juga berlaku terhadap penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa bagi Pihak Pemberitahu. Mengingat telah dijelaskan sebelumnya bahwa keberadaan Notaris sebagai salah satu pihak pelapor diatur dalam peraturan pemerintah. 64 Helmi Fariska Rahma, 2018, Tanggung jawab dan akibat hukum notaris dalam mengidentifikasi dan memverifikasi data pengguna jasa dalam Peraturan Menteri Perundang-undangan dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2017, Fakultas Hukum: Universitas Islam Indonesia, hal.

Tanggapan Notaris sebagai Pelapor Transaksi Keuangan Mencurigakan pada Aplikasi Kumpulan Laporan dan Sistem Pengolahan Informasi (Grips), Jurnal Universitas Indonesia, hal. 68 Nomor 43 Tahun 2015, maka pemerintah mengeluarkan peraturan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2017 tentang Penerapan Prinsip Pengakuan Pengguna Jasa Notaris (selanjutnya disebut Menteri). Undang-Undang) dan Peraturan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2017). Ketentuan Pasal 2 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 9 Tahun 2017 secara khusus mengatur tentang prinsip pengakuan pengguna jasa Notaris yang sejalan dengan apa yang telah tertuang dalam Undang-Undang tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (UU TPPU) sebelumnya.

Tinjauan Umum Tentang Penerapan Aplikasi Gathering Reports Information Processing System (GRIPS)

69 Keuangan Nomor 11 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Profesi (selanjutnya Perka PPATK Nomor 11 Tahun 2016). Notaris juga dapat dikenakan sanksi berupa penutupan sementara akses akun online AHU bagi Notaris yang belum memenuhi kewajibannya dalam melakukan pendaftaran dan menyelesaikan seluruh tahapan pendaftaran GRIPS hingga batas waktu tanggal 6 Mei 2019, oleh karena itu Notaris dikenakan sanksi. diminta untuk tidak menunda pelaksanaan pendaftaran GRIPS sampai waktu yang ditentukan. Kewajiban notaris sebagai pelapor pada saat menyampaikan laporan dugaan transaksi keuangan mencurigakan kepada Pusat Pelaporan Transaksi Keuangan (PPATK), oleh karena itu untuk menjamin keamanan hukum, Pusat Pelaporan Transaksi Keuangan (PPATK) menerbitkan Peraturan Kepala Badan Pelaporan Transaksi Keuangan (PPATK). Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan Nomor 11 Tahun 2016 tentang Tata Cara Penyampaian Laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan Bagi Profesi (selanjutnya Perka PPATK Nomor 11 Tahun 2016).

70 Perka PPATK Nomor 11 Tahun 2016, mengatur tentang kewajiban pelaporan transaksi keuangan mencurigakan untuk dilaporkan kepada Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) yang dilakukan oleh tenaga profesional untuk kepentingan atau untuk dan atas nama pengguna jasa. Sekilas tentang identifikasi dan verifikasi pengguna jasa Notaris dalam penerapan berita acara majelis.

Tinjauan Umum Tentang Identifikasi dan Verifikasi Pengguna Jasa Bagi Notaris Dalam Penerapan Aplikasi Gathering Reports

Kewajiban ini dilakukan pada saat melakukan hubungan usaha dengan pengguna jasa, terdapat transaksi keuangan dalam mata uang rupee dan/atau mata uang asing yang nilainya paling sedikit atau sama dengan seratus juta rupee), terdapat transaksi keuangan mencurigakan yang berkaitan dengan a kejahatan. tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris, atau Notaris meragukan kebenaran informasi yang diberikan oleh pengguna jasa. Dalam melaksanakan hubungan usaha dengan pengguna jasa, Notaris harus memahami profil, maksud dan tujuan hubungan usaha tersebut, serta transaksi yang dilakukan oleh pengguna jasa dan pemilik manfaat melalui identifikasi dan verifikasi. 68 Helmi Fariska Rahma, 2018, Tanggung jawab dan akibat hukum notaris dalam identifikasi dan verifikasi data pengguna jasa dalam Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 9 Tahun 2017, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia hal.

72 dan/atau pendanaan terorisme ditetapkan sesuai dengan penilaian risiko dan pelaksanaan penilaian risiko serta klasifikasi pengguna jasa menurut tingkat risiko tindak pidana pencucian uang dan pendanaan teroris berdasarkan analisis profil. , aktivitas, negara, dan produk. Selain kewajiban di atas, terdapat pula larangan bagi Notaris untuk membuka atau memelihara rekening anonim atau rekening dengan nama fiktif, termasuk rekening yang membuktikan hubungan usaha antara Notaris dan pengguna jasa dalam Pasal 5 Peraturan Menteri Hukum dan HAM tersebut. Hak asasi Manusia. Hak no. 9 Tahun 2017 tentang Prinsip Penerapan Pengakuan Pengguna Jasa Notaris. 73 Landasan filosofis pembuatan Undang-Undang tentang Jabatan Notaris No. 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas UU No. 30 Tahun 2004 tentang Kedudukan Notaris merupakan perwujudan jaminan keamanan hukum, ketertiban dan perlindungan hukum yang berlandaskan kebenaran dan keadilan.

74 menetapkan identitas pengguna jasa, dalam hal ini tercantum dalam Pasal 10 Permenkumham Nomor 9 Tahun 2017 dan Identifikasi Permenkumham Nomor 9 Tahun 2017. Pasal 11 juga mewajibkan notaris, yakni bagi pengguna jasa perseorangan keterangan Pasal 7 ayat 1 . harus didukung dengan dokumen pribadi pengguna jasa, kartu nomor pajak, dan contoh tanda tangan. Notaris dapat meminta keterangan kepada pengguna jasa untuk mengetahui kebenaran akta resmi, dan apabila terdapat keraguan terhadap kebenaran akta formal, Notaris dapat meminta dokumen pendukung lainnya kepada pejabat yang berwenang. Notaris memantau kewajaran transaksi pengguna jasa, pencatatan transaksi dan sistem informasi Notaris bertanggung jawab atas keberadaan catatan transaksi dan sistem informasi mengenai identifikasi, pemantauan dan penyediaan laporan atas transaksi yang dilakukan oleh pengguna jasa.

Referensi

Dokumen terkait

Pengaturan tentang akta otentik dan akta dibawahtangan di Indonesia di atur di dalam Pasal 1 UU Nomor 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris menyebutkan: “Notaris adalah pejabat umum yang