• Tidak ada hasil yang ditemukan

dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Pekerja Anak Sebagai Pedagang Asongan Di Daerah Wisata Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Lombok Tengah” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan " dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktik Pekerja Anak Sebagai Pedagang Asongan Di Daerah Wisata Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kabupaten Lombok Tengah” telah memenuhi syarat dan disetujui untuk diuji"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika, peneliti menemukan masih banyak anak di bawah umur yang bekerja sebagai pedagang asongan. Dengan demikian, usia minimum untuk bekerja adalah 13 tahun, sehingga pekerja di bawah umur disebut juga anak-anak yang bekerja sampai dengan usia 13 tahun.

Rumusan Masalah

Mempraktikkan pekerja anak sebagai pedagang keliling di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Pariwisata Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Kabupaten Lombok Tengah. Analisis Praktik Pekerja Anak Sebagai Penjaja di Kawasan Wisata Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Kabupaten Lombok Tengah.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

  • Tujuan
  • Manfaat

Ruang Lingkup dan Setting Penelitian

Dimana peneliti akan mengkaji lebih dalam revisi syariat Islam mengenai anak sebagai ambulan di kawasan wisata KEK Mandalika. Alasan peneliti memilih studi di KEK Mandalika Lombok Tengah adalah karena masih banyak anak di bawah umur yang bekerja sebagai pedagang asongan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Lombok Tengah.

Telaah Pustaka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang perlindungan hukum bagi pekerja anak di bawah umur sebagai pekerja bangunan. Persamaan penelitian yang ditulis oleh Ahmad Hanafi dengan penelitian ini adalah sama-sama membahas tentang pekerja anak di bawah umur.

Kerangka Teori

  • Pekerja Anak
  • Kecakapan Hukum dalam Islam
  • Hukum Trafficking
  • Pengertian Anak Selaku Subjek Hukum Islam
  • Bekerja dalam Pandangan Hukum Islam
  • Relasi Anak dalam Dunia Kerja
  • Perlindungan Hukum Terhadap Hak Pekerja Anak

Sedangkan bedanya penelitian di atas membahas penyimpangan sosial anak di bawah umur sedangkan penelitian ini membahas praktik pekerja anak sebagai pedagang asongan berdasarkan hukum Islam. Dari uraian yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini berbeda dengan penelitian yang diteliti oleh peneliti sebelumnya, meskipun memiliki kesamaan fokus kajian pada tema tertentu, penelitian ini berfokus pada praktik pekerja anak sebagai penjaja menurut Hukum Islam yang terjadi di Kawasan Ekonomi. Khusus untuk Mandalika (KEK) yang terletak di Desa Kuta, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Isu pekerja anak bukanlah masalah baru, terutama di kalangan masyarakat pedesaan yang melatih anak untuk bekerja sejak usia dini.18 Istilah pekerja merujuk pada siapa saja yang bekerja dan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Selain itu, banyaknya pekerja anak dari pedesaan di sentra-sentra industri kecil di tengah pemukiman penduduk, yang secara tidak langsung mendorong mereka untuk bekerja, tanpa menutup kemungkinan eksploitasi oleh orang tuanya. Di satu sisi, terdapat konflik antara kebutuhan anak untuk bekerja untuk memperoleh kesejahteraan akibat kondisi ekonomi keluarganya dengan hak anak untuk mendapatkan pendidikan yang memadai dan hanya fokus pada pendidikan untuk masa depannya. , banyak anak yang bekerja juga bersekolah. 27 Zahra Firdausi, “Hubungan pekerja anak dengan prestasi pendidikan dan tingkat kesejahteraan rumah tangga”, Jurnal, Institut Pertanian, 2016, hal.

Rofiq Nasihuddin, "Pekerja di Bawah Umur menurut Hukum Islam", dalam http://www.dinding-Hukum.blogspot.com/artikel/nasihudin, diakses 28 Oktober 2010, pukul 12:01. Perlindungan hukum pekerja anak tidak dapat dipisahkan dari hak anak, karena secara konstitusional Indonesia mengakui hak untuk bekerja dalam UUD 1945, yang termasuk dalam klasifikasi hak yang bersifat fundamental. Bentuk pencegahan dalam penelitian ini dilakukan dengan membatasi jenis pekerjaan yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh pekerja anak, dengan memberikan persyaratan tertentu pada pemberi kerja yang mempekerjakan anak.

Metode Penelitian

  • Pendekatan Penelitian
  • Kehadiran Peneliti
  • Sumber Data dan Jenis Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisis Data
  • Keabsahan Data

Data primer yaitu hasil wawancara dan observasi diperoleh langsung dari sumber data yaitu pedagang asongan (anak-anak), orang tua, pengunjung (pembeli), masyarakat sekitar properti dan perangkat desa. Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti melalui media perantara seperti buku, jurnal, laporan hasil penelitian terdahulu dan dokumentasi lain yang mendukung data primer dan berkaitan dengan masalah penelitian yang berjudul Kajian Hukum Islam Mengenai Praktik Pekerja Anak Sebagai Pedagang Kaki Lima di Kawasan Kawasan Wisata Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Kabupaten Lombok Tengah. Metode observasi merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diteliti.55 Kaitan Dalam penelitian ini, peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati bagaimana pekerja anak yang terjadi sebagai penjaja di kawasan wisata KEK Mandalika.

56 Wawancara ini dilakukan secara tatap muka antara peneliti dengan pekerja anak yaitu pedagang asongan di (KEK) Mandalika. Peneliti mengambil sampel sebanyak 25 orang dari sumber data yaitu pedagang asongan (anak-anak), orang tua, pengunjung (pembeli), masyarakat sekitar tempat tinggal, dan pegawai desa. Hasil dokumentasi yang diberikan kepada peneliti berupa arsip profil desa dan foto-foto yang berkaitan dengan penelitian dan segala bentuk dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian, seperti praktek anak sebagai pedagang keliling di Kawasan Wisata Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Kabupaten Lombok Tengah .

Keabsahan data dari penelitian ini adalah penggunaan teknik triangulasi data yang berguna untuk mencapai tujuan.

Sistematika Pembahasan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN HASIL

Gambaran Umum Daerah Wisata Kawasan Ekonomi Khusus

  • Kondisi Geografis
  • Agama dan Kepercayaan Masyarakat

Daerah Penyangga: Seluruhnya berada di Kecamatan Pujut, meliputi: sebagian Desa Kuta (di luar kawasan inti), sebagian Desa Rembitan, sebagian Desa Mertak (Dusun Sereneng), sebagian Desa Sengkol (Dusun Grupuk I, Dusun Grupuk II , Dusun Ebanga), sebagian Desa Sukadana (di luar kawasan inti) dan sebagian Desa Prabu (lokasi dalam kerangka desa). Luas Desa Kuta adalah 2.366 hektar dengan ketinggian tanah 5-10 meter di atas permukaan laut, memiliki curah hujan 125 mm per tahun, sehingga suhu udara rata-rata bervariasi antara 180C-340C. Jenis dataran, dataran tinggi, gunung dan pantai datar dan bergelombang. Gambaran desa di atas secara sosiologis akan menimbulkan fenomena dimana masyarakat akan mengalihkan perekonomiannya ke arah pariwisata, karena Desa Kuta terletak di daerah pesisir dan terdapat 32 gunung dan bukit, sehingga memiliki potensi yang besar khususnya wilayah Desa Kuta. karena sekarang menjadi kawasan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dan berlibur disana, maka desa dengan luas yang demikian ini memiliki banyak bangunan seperti hotel, home stay, bungalow dan cafe yang akan anda temukan di desa kuta ini. suatu populasi.

Penduduk Desa Kuta Lombok terdapat beberapa pembagian penduduk berdasarkan karakteristik Desa Kuta, seperti penduduk menurut umur, jenis kelamin, agama, pendidikan dan mata pencaharian. Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa mayoritas penduduk desa Kuta memeluk agama Islam dan sedikit yang memeluk agama Hindu. Jumlah penduduknya yang mencapai 7.969 jiwa yang sebagian besar beragama Islam terlihat dari banyaknya bangunan keagamaan seperti masjid dan mushola yang ada di Desa Kuta.

Sumber: Profil Desa Kuta Lombok Tahun 2012-2015 Tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk di Kuta Lombok termasuk dalam usia produktif.

Praktik Pekerja Anak Sebagai Pedagang Asongan di Daerah

  • Pekerja Anak Sebagai Pedagang Asongan di Daerah
  • Hak-hak Anak yang Harus Terpenuhi
  • Usia Pekerja Anak
  • Faktor yang Mendorong Anak Bekerja Sebagai

Beberapa anak kecil dipekerjakan sebagai pedagang asongan oleh orang tuanya. Buruh anak yang bekerja sebagai pedagang kaki lima biasanya mulai membongkar dagangannya sepulang sekolah hingga sore hari. Keberadaan pedagang asongan di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika kerap dikeluhkan oleh wisatawan atau pengunjung yang berkunjung.

Selain itu, sebagian besar penjaja masih anak-anak, hal yang biasa jika ada satu pengunjung. Imah menjelaskan hal lain sebagai masyarakat di sekitar lingkungan tempat tinggal anak-anak pedagang asongan. Faktor lingkungan juga menjadi faktor yang sangat mempengaruhi anak yang bekerja di pedagang asongan, dimana sebagian besar anak berdomisili sebagai pedagang asongan.

Saya mengikuti apa yang teman-teman saya lakukan, berjualan sebagai pedagang asongan di sekitar KEK Mandalika, karena kegiatan yang saya lakukan sepulang sekolah kebanyakan adalah berjualan.

ANALISIS DATA

Analisis Hukum Islam Tentang Anak Sebagai Pedagang

Anak yang bekerja di luar hubungan kerja, misalnya anak yang menyemir sepatu atau berjualan koran, dll. Sedangkan syaratnya adalah anak tidak boleh bekerja tanpa izin tertulis dari orang tua wali, jam kerja yang melebihi batas waktu kerja tidak mengganggu waktu sekolah, serta keselamatan dan kesehatan kerja tidak terjamin. Sementara itu, yang terjadi pada anak-anak yang bekerja sebagai pedagang asongan di KEK Mandalika, peneliti menemukan banyak anak di bawah usia 13 tahun yang sudah bekerja, jam kerjanya juga melebihi batas ketentuan kerja dan tidak ada jaminan keselamatan dan kesehatan. bekerja karena tidak ada pengawasan langsung orang tua.

Berdasarkan praktek yang terjadi di lapangan, anak-anak yang bekerja sebagai pedagang asongan di kawasan wisata KEK Mandalika justru tidak mendapat izin tertulis dari orang tuanya, tidak ada perjanjian kerja antara majikan dengan orang tuanya, jam kerja melebihi waktu Batasan yang lebih dari 3 jam, ada paksaan, tidak ada hak atas pendidikan yang layak dan lingkungan kerja tidak terjamin karena kurangnya pengawasan langsung dari orang tua. Berdasarkan teori dan praktek di atas, kesenjangan atau konflik muncul karena sistem kerja yang tidak aman dan tidak ada rasa aman bagi anak yang bekerja. Orang dewasa yang ideal harus mampu memposisikan dirinya sebagai panutan yang baik di mata anak-anak di bawah umur daripada mempekerjakan anak-anak yang seharusnya tidak dipekerjakan.

Praktek mempekerjakan anak sebagai pedagang asongan di KEK Mandalika Kabupaten Lombok Tengah adalah mubah (boleh) karena dapat mendatangkan keuntungan ekonomi bagi keluarga, padahal rata-rata anak yang dipekerjakan belum dewasa atau dewasa dan juga belum berhak untuk dipungut biaya. oleh hukum.

PENUTUP

Kesimpulan

Praktik pekerja anak sebagai penjaja di Kawasan Wisata Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika Kabupaten Lombok Tengah dikategorikan menjadi dua yaitu pekerja mandiri dan atas permintaan orang tuanya, sehingga pekerja anak di sektor informal tidak memiliki perangkat perlindungan hukum yang memadai, yang telah diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan. Alasan mempekerjakan anak sebagai pedagang asongan di kawasan KEK Mandalika karena faktor ekonomi, pendidikan dan lingkungan. Sedangkan hak-hak anak menurut hukum Islam antara lain: anak mendapatkan pendidikan, baik menulis maupun membaca serta mendapatkan hiburan yang halal.

Walaupun hak dan kewajiban kanak-kanak berdasarkan Undang-undang yang berlaku, kanak-kanak mempunyai hak untuk dapat berkembang dan berkembang serta mengambil bahagian secara sewajarnya sesuai dengan martabat dan nilai kemanusiaan serta dilindungi daripada keganasan dan diskriminasi. Mempekerjakan anak tanpa mempedulikan hak anak adalah tidak sesuai dengan maqasid as-syariah, maka boleh menjadikan anak lemah mental seperti yang terkandung dalam Al-Qur’an Surah An-Nisa’ ayat 9. hak yang sesuai dengan maqasid syariah antaranya ialah ibu bapa wajib memberi.

Anak sudah cukup umur untuk dibebani dengan pekerjaan dan pendidikan yang cukup agar anak dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk.

Saran

Zahra Firdausi, “Hubungan Pekerja Anak dengan Pendidikan dan Tingkat Kesejahteraan Rumah Tangga”, Jurnal, Institut Pertanian, 2016. Hari Harjanto Setiawan, Adhani Wardianti, “Pemenuhan Hak Pendidikan Anak oleh Penjual Kresek”, di https://www. google.com/amp/s/rumahkita2010.wordpress.c om, diakses 08 Maret 2010. Shofia Nida, “Hukum Dagang Menurut Islam dan Doa-Doa Terlaris”, dalam https://m.brillio.net/artikel, diakses Juli 7, 2020 pukul 16:22.

Agus Salim, “Kajian Hukum Ekonomi Syariah Terhadap Pekerja Anak Pemanenan Bawang Merah di Desa Rato. Ahmad Hanafi, “Eksploitasi pekerja anak sebagai bentuk penyimpangan sosial”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Lampung, 2017. Andi Rezky Purwanti, “Child Abuse”, Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Sekolah, 2015.

Meta Kurnia Sari, “Perlindungan Hukum Pekerja Anak Di Bawah Umur Menurut Hukum Islam, Skripsi, Fakultas Syariah IAIN Metro, 2018.

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Antara Kepribadian Ekstraversi Dan Kesepian Dengan Kecenderungan Nomophobia Pada Remaja.. Jurnal