• Tidak ada hasil yang ditemukan

TM Laboratorium lingkungan 4 rakun

N/A
N/A
lucifer

Academic year: 2023

Membagikan "TM Laboratorium lingkungan 4 rakun"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

MATERI

PENGAMBILAN, PENGAWETAN, DAN PENGUJIAN SAMPEL AIR

NAMA : MUHAMMAD NINDYTHO AL GHOZALI NIM : 225100900111009

KELOMPOK : Y1

ASISTEN :

Ainul Fikri Hartono Fadil Thoriq Ramadhan Anisa Nuraini Rahmalia Yazida Putri Chilyatun Nisa' Santa Gabriel

Chrisna Rachmad Ibrahim Sellya Aldiariza K.

Dian Sari Gladys Tri Fitria Indah Lestari Devela Mulia Putri Y. Yulia Rahma Ihsan

Edel Weys Yosridha Pristiani Farakh Fahildha Zulfa

LABORATORIUM REMEDIASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS UDARA DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2023

COVER

(2)

DAFTAR ISI

COVER... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan... 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...2

2.1 Sampel Air...2

2.1.1 Definisi Sampel Air...2

2.1.2 Jenis Jenis...2

2.1.3 Pertimbangan Pemilihan Lokasi...3

2.1.4 Syarat Titik Pengambilan Sampel...3

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi...4

2.2 Teknik Pengambilan Sampel...5

2.3 Teknik Pengawetan Sampel...5

2.4 Perhitungan Debit Aliran...6

2.5 Van Dorn Water Sampler...6

2.5.1 Definisi...6

2.5.2 Bagian-bagian...6

2.6 Penerapan di Bidang Teknik Lingkungan...6

BAB III METODOLOGI...8

3.1 Gambar Alat dan Bahan beserta Fungsi...8

3.1.1 Pengambilan Sampel Air...8

3.1.2 Pengawetan Sampel Air...10

3.1.3 Perhitungan Debit Aliran...11

3.2 Cara Kerja...12

3.2.1 Pengambilan Sampel Air Tenang...12

3.2.2 Pengambilan Sampel Air Kran...12

3.2.3 Pengambilan Sampel Air Mengalir...13

3.2.4 Pengambilan Sampel Air Danau...13

3.2.5 Pengukuran Debit Aliran...14

3.2.6 Pengukuran DO...14

3.2.7 Pengukuran TDS...15

3.2.8 Pengukuran pH...15

3.2.9 Pengukuran DHL...16

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...17

4.1 Analisa Prosedur, Alat, dan Bahan Perlakuan...17

4.2 Perbandingan Pengambilan Sampel Air dengan Literatur...18

4.3 Perbandingan Pengawetan Sampel Air dengan Literatur...18

4.4 Pengukuran Kualitas Air Danau...18

4.4.1 Perbandingan Pengambilan Sampel Menggunakan Van Dorn Water Sampler dengan Literatur...18

4.4.2 Data Hasil Praktikum (Pengujian Parameter Air)...19

4.4.3 Analisa Data Hasil Praktikum dan Perhitungan...19

4.5 Pengukuran Debit Aliran Sungai...19

(3)

4.5.1 Metode Pengukuran Debit Aliran Sungai berdasarkan Praktikum dan

Dibandingkan dengan Literatur...19

4.5.2 Data Hasil Praktikum (Perhitungan Debit Air Sungai)...20

4.5.3 Analisa Data Hasil Praktikum dan Perhitungan...20

BAB V PENUTUP...21

5.1 Kesimpulan...21

5.2 Saran...21

DAFTAR PUSTAKA...22

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN...23

LAMPIRAN... 24

LAMPIRAN TAMBAHAN...48

ACC DHP...55

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambar Alat dan Bahan Pengambilan Sampel Air beserta Fungsi...8

Tabel 3.2 Gambar Alat dan Bahan Pengawetan Sampel Air beserta Fungsi...10

Tabel 3.3 Gambar Alat dan Bahan Perhitungan Debit Aliran beserta Fungsi...11

Tabel 4.1 DHP Pengujian Parameter Air...19

Tabel 4.2 Pengukuran Saluran Dimensi……… 20

Tabel 4.3 Pengukuran Debit……… 20

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Aquades...8

Gambar 3.2 Botol sampel...8

Gambar 3.3 Current meter...8

Gambar 3.4 Gelas beaker...8

Gambar 3.5 Larutan pH...9

Gambar 3.6 Lutron Multimeter...9

Gambar 3.7 Roll meter...9

Gambar 3.8 Sepatu boots...9

Gambar 3.9 TDS meter...10

Gambar 3.10 Van dorn water sampler...10

Gambar 3.11 Air sungai...10

Gambar 3.12 Botol sampel...10

Gambar 3.13 Coolbox...11

Gambar 3.14 Air sungai...11

Gambar 3.15 Current meter...11

Gambar 3.16 Roll meter...11

DAFTAR LAMPIRAN

(6)

Lampiran 1. Sitasi Definisi Sampel Air...24

Lampiran 2. Sitasi Jenis-Jenis Sampel Air...26

Lampiran 3. Sitasi Pertimbangan Pemilihan Lokasi Sampel Air...28

Lampiran 4. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Sampel Sungai...30

Lampiran 5. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Sampel Waduk...31

Lampiran 6. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Sampel Air Tanah...32

Lampiran 7. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Sampel Air Laut...33

Lampiran 8. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Air Limbah...34

Lampiran 9. Sitasi Faktor yang Mempengaruhi...35

Lampiran 10. Teknik Pengambilan Sampel...37

Lampiran 11. Sitasi Teknik Pengawetan Sampel...39

Lampiran 12. Sitasi Perhitungan Debit Aliran...41

Lampiran 13. Sitasi Definisi Van Dorn Water Sampler...43

Lampiran 14. Sitasi Pengertian Bagian-Bagian Van Dorn Water Sampler...45

Lampiran 15. Sitasi Penerapan di Bidang Teknik Lingkungan...46

Lampiran 16. Sitasi Perbandingan Pengambilan Sampel Air dengan Literatur...48

Lampiran 17. Sitasi Perbandingan Pengawetan Sampel Air dengan Literatur...52

Lampiran 18. Sitasi Perbandingan Pengambilan Sampel Menggunakan Van Dorn Water Sampler dengan Literatur...53

Lampiran 19. Sitasi Metode Pengukuran Debit Aliran Sungai berdasarkan Praktikum dan Dibandingkan dengan Literatur...54

Lampiran 20. ACC Data Hasil Praktikum...55

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan oleh seluruh makhluk hidup. Oleh sebab itu, ketersediaan air bersih harus tetap terjaga agar dapat terus dimanfaatkan dengan baik oleh manusia dan makhluk hidup lainnya. Namun, air bersih yang layak untuk digunakan jumlahnya sangat terbatas, sedangkan kebutuhan air bersih terus meningkat seiring dengan meningkatnya populasi dan aktivitas manusia.

Sampel air merupakan jenis sampel yang diambil dari lokasi perairan, seperti sungai, danau, laut, dan sebagainya. Pengambilan sampel air biasanya dilakukan untuk mengetahui kualitas air yang dapat dinilai dari beberapa parameter. Pada saat melakukan penilaianuntuk menentukan kualitas ataua kondisi kebersihan air, parameter yang digunakan untuk diuji.

Pengambilan sampel air adalah teknik yang dilakukan untuk mengambil perwakilan darisuatu sumber air untuk diuji beberapa parameternya. Parameter uji tersebut dapat mencakup parameter fisika dan kimia, seperti kekeruhan, kadar padatan terlarut di dalam air, kandungan besi, kesadahan, pH, kandungan mangan, nitrat, nitrit, dan zat kimia lainnya yang dapat mencemari air. Metode pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai metode dan dilakukan pada waktu tertentu sesuai kebutuhan data uji.

Pengontrolan kualitas air yang memenuhi syarat kesehatan sangatlah penting agar tidak menimbulkan efek buruk bagi manusia. Terlebih lagi kerusakan lingkungan dan berbagai kegiatan manusia rawan menyebabkan pencemaran air, sehingga mengakibatkan perlunya pengujian karakterisitik serta kualitas air sebelum digunakan secara langsung. Pengujiannya memerlukan proses pengambilan sampel pada wilayah yang diuji dan proses pengawetan agar dapat diteliti di laboratorium. Kegiatan ini juga berperan untuk pemanfaatan dan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa mengetahui cara pengambilan sampel yang baik untuk meminimalkan kesalahan hasil analisa lab melalui pengambilan dan pengawetan sampel sebagai tahap awal penelitian.

b. Mahasiswa mampu mengetahui pengukuran dan perhitungan debit aliran sungai.

c. Mahasiswa memahami prinsip uji kualitas air dengan baik dan benar sesuai standar untuk mendapatkan hasil pengujian yang valid

1

(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampel Air

2.1.1 Definisi Sampel Air

Sampel air adalah contoh dari jenis sampel yang diambil dari lokasi perairan seperti sungai, danau, dan laut. Tujuan pengambilan sampel air biasanya adalah untuk menilai kualitas air dengan beberapa parameter tertentu. Saat mengevaluasi kualitas dan kebersihan air, beberapa parameter yang diuji di laboratorium antara lain suhu, rasa, bau, kekeruhan, total padatan terlarut, pH, DO, Nitrat, Fosfat, dan BOD.

Pengambilan sampel air adalah teknik yang digunakan untuk mengambil sampel dari suatu sumber air untuk diuji beberapa parameter tertentu. Parameter tersebut mencakup parameter fisika dan kimia seperti kekeruhan, kandungan padatan terlarut, kandungan besi, kesadahan, pH, kandungan mangan, nitrat, nitrit, dan zat kimia lain yang dapat mencemari air. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan berbagai metode dan dilakukan pada waktu tertentu sesuai dengan kebutuhan data uji. Metode pengambilan sampel air tergantung pada sumber air yang diambil. Sampel air digunakan sebagai bahan uji dalam praktikum untuk mengevaluasi kualitas air, seperti mengamati bau, warna, kekeruhan, dan parameter lainnya (Ningsih et al., 2020).

Sampel air diperlukan dan dicari sesuai dengan baik dan benar dan umumnya dibutuhkan pada saat melakukan uji coba. Sampel air didapatkan dengan cara dilakukanya tahapan yang diawali dengan memulai pengembangan kriteria kualitas sampel, pemahaman tentang properti material, hingga penerapan teori pengambilan sampel. Perbedaan utama antara sampel air dengan sampel padatan terletak pada sifat materialnya. Hal tersebut merupakan hal yang harus diperhatikan dalam sampel air.

Dengan demikian, keberadaan suspensi padatan serta karakternya yang bersifat berubah-ubah atau berbeda meskipun diambil dari populasi yang sama, tetapi pada kedalaman yang berbeda. Pada saat melakukan persiapan untuk pengambilan sampel air terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, salah satunya dalam penggunaan wadah untuk pengambilan sampel air yang harus disiapkan dengan benar. Hal tersebut dikarenakan agar tidak mengkontaminasi sampel air (Ramsey, 2015).

2.1.2 Jenis Jenis

Sampel air dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu sampel sesaat (grab sample), sampel komposit (composite sample), dan sampel gabungan tempat (integrated sample). Sampel sesaat atau grab sample diambil langsung dari sumber air yang diamati. Sampel sesaat ini merepresentasikan karakteristik air hanya pada saat pengambilan sampel (Kurniawan, 2019).

Sampel komposit atau composite sample adalah sampel yang terdiri dari campuran beberapa waktu pengamatan. Sampel ini dapat diambil dengan cara manual atau otomatis menggunakan peralatan khusus. Pengambilan sampel komposit secara otomatis dilakukan untuk memberikan gambaran tentang karakteristik kualitas air secara terus-menerus. Dalam pengambilan sampel komposit, beberapa bagian dari air yang diamati diambil dalam interval waktu tertentu dan kemudian dicampur menjadi satu sampel. Hal ini memberikan gambaran yang lebih akurat tentang karakteristik air dalam periode waktu tertentu (Nugroho et al., 2017).

Sampel gabungan atau integrated sample adalah sampel yang diambil dari beberapa tempat yang berbeda dan kemudian digabungkan menjadi satu sampel.

Meskipun diambil dari beberapa tempat yang berbeda, volume sampel yang diambil sama dan diambil dalam waktu yang sama. Tujuan pengambilan sampel gabungan adalah untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang karakteristik air di

(9)

wilayah tertentu. Sampel gabungan digunakan dalam kasus di mana kondisi air dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti aliran air, arus laut, atau kondisi geografis (Ahdiaty dan Fitriana, 2020).

2.1.3 Pertimbangan Pemilihan Lokasi

Lokasi pengambilan sampel air harus dipertimbangkan dengan cermat sebelum dilakukan pengambilan sampel. Beberapa pertimbangan yang perlu dipertimbangkan adalah memilih lokasi yang mewakili karakteristik air dan potensi pencemaran dari sumber limbah. Selain itu, lokasi pengambilan sampel harus dapat merepresentasikan kondisi air secara keseluruhan. Pengambilan sampel dari beberapa lokasi yang memiliki debit air yang diketahui juga diperlukan untuk memberikan gambaran yang lebih akurat tentang kondisi air di wilayah tersebut. Selain itu, perlu diketahui apakah sumber pencemar adalah sumber pencemar setempat (point source) atau sumber pencemar tersebar (disperse source). Hal ini penting untuk menentukan teknik pengambilan sampel dan analisis yang tepat (Kurniawan, 2019).

Untuk menentukan kualitas air dan perubahan kualitas air, penting untuk memilih lokasi pengambilan sampel yang tepat. Pemilihan lokasi pengambilan sampel merupakan tahap penting dalam proses sampling. Pemilihan lokasi harus mempertimbangkan tujuan pengukuran atau pemantauan kondisi dan geografi badan air yang sedang diteliti. Lokasi pengambilan sampel dapat direncanakan terlebih dahulu dan dapat dipetakan pada peta, namun tetap harus disesuaikan dengan kondisi lapangan (Rianti, 2017).

2.1.4 Syarat Titik Pengambilan Sampel a. Sungai

Untuk melakukan pengambilan sampel air sungai, terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi. Jika sungai memiliki debit kurang dari 5 m3/s, maka sampel air dapat diambil pada satu titik yang berada di tengah sungai dengan jarak 0,5 kali kedalaman sungai. Sedangkan pada sungai dengan debit antara 5 sampai dengan 150 m3/s, sampel air dapat diambil pada dua titik dengan jarak masing- masing 1/3 dan 2/3 lebar sungai pada 0,5 kali kedalaman sungai. Pada sungai dengan debit lebih besar dari 150 m3/s, minimal harus diambil sampel air pada enam titik yang masing-masing berjarak ¼, ½, dan ¾ dari lebar sungai pada kedalaman 0,2 dan 0,8 kali kedalaman sungai. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengambil sampel yang mewakili seluruh karakteristik sungai yang diteliti (Ahdiaty dan Fitriana, 2020).

b. Waduk

Untuk melakukan pengambilan sampel air di waduk, terdapat beberapa ketentuan yang harus diperhatikan. Ketentuan tersebut menyangkut titik pengambilan sampel yang akan dilakukan. Pada waduk dengan kedalaman kurang dari atau sama dengan 10 meter, sampel air diambil dari dua titik, yaitu pada permukaan dan di dasar waduk. Pada waduk dengan kedalaman 10-30 meter, sampel dapat diambil dari tiga titik, yaitu pada permukaan, lapisan termoklin, dan di dasar waduk. Sedangkan pada waduk dengan kedalaman 30- 100 meter, sampel dapat diambil dari empat titik, yaitu pada permukaan, lapisan termoklin, di atas lapisan hipolimnion, dan di dasar waduk. Terakhir, pada waduk dengan kedalaman lebih dari 200 meter, titik pengambilan sampel dapat diperbanyak sesuai dengan keperluan pengujian. Adapun tujuan pengambilan sampel air di waduk harus mempertimbangkan kondisi dan geografi waduk yang

(10)

diteliti. Selain itu, syarat-syarat tertentu yang harus dipertimbangkan saat melakukan pengambilan sampel air di waduk meliputi kedalaman waduk, titik pengambilan sampel, serta jarak antar titik pengambilan sampel (Kurniawan, 2019).

c. Air Tanah

Air tanah adalah air yang terdapat di dalam batuan dasar yang mengalir ke permukaan tanah secara alami melalui pancaran atau rembesan. Air tanah terdiri dari dua jenis yaitu air tanah tidak tertekan dan air tanah tertekan. Untuk sampel air tanah tidak tertekan, syarat titik pengambilan sampel terletak pada sumur gali, dimana sampel diambil pada kedalaman 20 cm di bawah permukaan air.

Sedangkan untuk sampel air tanah yang berupa sumur bor, sampel diambil dari mulut pompa setelah membuang air dan menunggu selama lima menit. Untuk sampel air tanah tertekan, titik pengambilan sampel berada pada sumur bor eksplorasi, di mana pengambilan sampel dilakukan pada titik yang sudah ditentukan sesuai dengan keperluan eksplorasi. Pada sumur produksi, pengambilan sampel air dilakukan pada kran atau mulut pompa. Titik pengambilan sampel air tanah ditentukan berdasarkan pada tujuan pemeriksaan dan harus memperhatikan pola pada air (Kurniawan, 2019).

d. Air Laut

Mengambil sampel air laut merupakan proses yang lebih rumit jika dibandingkan dengan mengambil sampel air dari sungai, danau, atau waduk. Hal ini disebabkan oleh banyak faktor yang mempengaruhi kualitas air di muara, seperti pasang-surut, arus, musim, kegiatan di sekitarnya, dan debit air sungai. Di sisi lain, kualitas air laut sangat dipengaruhi oleh faktor seperti suhu, salinitas, arah angin, dan arus laut. Pemilihan lokasi pengambilan sampel air laut didasarkan pada nilai sanitasi. Jika nilai sanitasi diketahui, maka koordinat dan nilai sanitasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan titik lokasi pengambilan sampel menggunakan GPS. Di satu lokasi, salinitas air laut dapat bervariasi dari 0,5 PSU pada saat surut hingga 5 PSU pada saat pasang, tergantung pada seberapa banyak air laut yang memasuki muara sungai. Hal ini disebabkan oleh perbedaan distribusi zat kimia pada air laut, yang bergantung pada suhu dan salinitas di kedalaman air laut. (Mahsyar dan Wijaya, 2020).

e. Air Limbah

Dalam memilih titik lokasi pengambilan sampel air limbah, diperlukan perhatian terhadap berbagai ketentuan yang telah ditetapkan. Hal ini karena lokasi pengambilan sampel air limbah harus mempertimbangkan faktor seperti adanya Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan pencampuran air limbah secara merata. Pengambilan sampel air limbah industri harus dilakukan secara teratur sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang lingkungan hidup. Lokasi pemantauan dan titik pengambilan sampel harus diambil dengan representatif sehingga data yang dihasilkan dapat menggambarkan kualitas air limbah yang akan dibuang ke perairan penerima (Kurniawan, 2014).

2.1.5 Faktor yang Mempengaruhi

Tujuan pengambilan sampel air adalah untuk mengukur parameter yang terkandung dalam air tersebut. Beberapa faktor dapat mempengaruhi kualitas sampel air, dan ada beberapa parameter yang secara umum mempengaruhi kualitas air. Faktor-

(11)

faktor tersebut mencakup perubahan beban pencemaran dan debit air, tujuan pemantauan kualitas air, serta kemampuan analisis (Kurniawan, 2019).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas sampel air dan dapat diamati pada parameter fisika, kimia, dan biologi. Parameter fisika pertama yang mempengaruhi kualitas air adalah enam parameter fisika, seperti warna, bau, kekeruhan, dan suhu, yang dapat diamati secara visual tanpa perlu dilakukan pengujian. Parameter kimia yang mempengaruhi kualitas air mencerminkan kandungan senyawa kimia lain yang terdapat di dalam air. Sumber kandungan kimia ini berasal dari lingkungan tempat air berada serta aktivitas makhluk hidup di dalamnya. Beberapa contoh parameter kimia meliputi pH, kadar oksigen terlarut, dan kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi, serta banyak kandungan kimiawi lainnya. Selain itu, faktor-faktor seperti tingkat keasaman, kekeruhan, kedalaman, dan pergerakan massa air juga dapat mempengaruhi kualitas sampel air (Ahdiaty dan Fitriana, 2020).

2.2 Teknik Pengambilan Sampel

Sampling atau teknik pengambilan sampel adalah metode penelitian yang melibatkan proses pengumpulan sampel untuk tujuan penelitian. Sampel yang dimaksud di sini adalah sebagian dari populasi yang digunakan untuk penelitian. Ada dua jenis teknik pengambilan sampel, yaitu probability sampling dan non-probability sampling. Probability sampling terdiri dari simple random sampling, proportionate stratified random sampling, disproportionate stratified random sampling, dan area sampling, sedangkan non-probability sampling terdiri dari sampling sistematis, sampling kuota, sampling aksidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling (Garaika dan Darmanah, 2019).

Integrated place sample dengan composite sample atau contoh air komposit adalah contoh air yang diambil dari satu lokasi melalui beberapa kali periode pengambilan sampel dalam waktu tertentu. Kemudian, beberapa contoh sampel dijadikan satu sampel atau contoh. Teknik ini berguna untuk menghasilkan data kualitas air rata-rata selama selang waktu tertentu. Integrated place sample dilakukan pada badan air yang kualitas airnya berubah-ubah terhadap perubahan tempat. Oleh karena itu, pengambilan sampel dilakukan pada beberapa lokasi. Sebagai contoh, pengambilan contoh air sungai yang harus dilakukan pada beberapa titik lokasi sepanjang lebar sungai. Sedangkan grab sampling merupakan teknik pengambilan sampel air yang diambil pada satu waktu pengambilan dari satu titik lokasi. Metode ini cocok untuk badan air dengan kualitas relatif stabil terhadap perubahan.

Sebagai contoh, pengambilan sampel air sumur dalam yang kualitasnya relatif stabil (Rianti, 2017).

2.3 Teknik Pengawetan Sampel

Pengawetan contoh air adalah proses yang dilakukan untuk menjaga kualitas air agar tidak berubah selama transportasi dari tempat pengambilan sampel ke laboratorium dan selama penyimpanan di laboratorium sebelum dianalisis. Teknik pengawetan yang digunakan tergantung pada karakteristik parameter yang ingin diukur dalam sampel air.

Waktu penyimpanan yang diperbolehkan untuk setiap teknik pengawetan berbeda-beda karena tujuannya adalah mencegah perubahan kimia dalam sampel air. Pengawetan dibagi menjadi beberapa teknik yang berbeda (Kurniawan, 2019).

Contoh pengawetan yang dilakukan tergantung pada karakteristik dari parameter yang ingin diuji pada sampel air. Ada beberapa metode pengawetan yang dapat dilakukan seperti pengawetan dengan pendinginan pada suhu 4oC yang dilakukan untuk parameter seperti BOD, warna, konduktivitas, dan alkalinitas. Pengawetan dengan penambahan H2SO4 pekat hingga pH <2 dan pendinginan pada suhu 4oC dapat dilakukan untuk parameter seperti TOC, COD, ammonia, dan lain-lain. Sedangkan untuk parameter kesadahan dan logam

(12)

berat, pengawetan dapat dilakukan dengan cara menambahkan HNO3 pekat hingga pH <2 dan pendinginan pada suhu 4oC. Untuk parameter CN dan H2S, pengawetan dapat dilakukan dengan cara menambahkan NaOH hingga pH mencapai 12. Namun, setiap metode pengawetan memiliki batas waktu penyimpanan tertentu karena tujuannya adalah agar senyawa kimia dalam sampel air tidak mengalami perubahan selama disimpan (Rianti, 2017).

2.4 Perhitungan Debit Aliran

Debit air merujuk pada jumlah volume zat cair yang mengalir dalam waktu tertentu pada suatu penampang tertentu. Simbol yang digunakan untuk debit adalah Q. Faktor-faktor yang mempengaruhi debit meliputi volume zat cair dan waktu yang dibutuhkan untuk mengalir.

Debit umumnya digunakan untuk mengawasi kapasitas dan mengendalikan volume air di sungai atau bendungan. Selain itu, perhitungan debit juga dapat memberikan banyak manfaat. Cara menghitung debit aliran bergantung pada kondisi tempat dan jaringan stasiun aliran. Kondisi tempat harus memenuhi beberapa persyaratan, seperti penampang sungai yang stabil dan relatif lurus, serta tidak terdapat tumbuhan air, cabang, atau muara sungai yang dapat mempengaruhi aliran. Sedangkan dalam jaringan stasiun aliran, perhitungan debit aliran harus mempertimbangkan tujuan penelitian yang dilakukan (Ahdiaty dan Fitriana, 2020).

Untuk menghitung debit pada aliran, diperlukan data primer berupa dimensi saluran dan kecepatan aliran yang diukur langsung. Setelah diperoleh data primer tersebut, perhitungan debit dapat dilakukan dengan cara menghitung dari data yang telah didapat melalui pengukuran di lapangan. Ada beberapa rumus dan persamaan yang digunakan dalam perhitungan debit aliran, namun salah satu rumus yang umum digunakan adalah Q = v x A.

Dalam rumus ini, Q merupakan debit aliran yang diukur dalam satuan m3/dt, v merupakan kecepatan aliran dalam satuan m/dt, dan A merupakan luas penampang aliran dalam satuan m2 (Tombokan dan Takaendengan, 2021).

2.5 Van Dorn Water Sampler 2.5.1 Definisi

Van dorn water sampler adalah sebuah jenis alat untuk mengambil sampel air yang termasuk dalam kategori bottle water sampler. Alat ini berfungsi untuk mengambil sampel plankton dan memiliki bentuk tabung yang panjang. Mekanisme kerja dari alat ini melibatkan pegas dan penahan kabel untuk menampung sampel air pada kedalaman yang diinginkan (Aridhowi et al., 2021).

Van dorn water sampler dapat digunakan untuk mengambil sampel dari kolom air.

Kemudian, sampel tersebut akan disaring menggunakan plankton net. Van dorn water graber digunakan untuk mengambil sampel fitoplankton (Mudhakiroh et al., 2016).

2.5.2 Bagian-bagian

Van Dorn Water Sampler adalah suatu peralatan yang digunakan untuk mengambil sampel air pada berbagai kedalaman. Alat ini terdiri dari beberapa komponen, seperti body, drain valve, end seal, messenger, rope, dan trip mechanism.

Berdasarkan desainnya, alat ini dibedakan menjadi dua jenis, yaitu van dorn water sampler vertical dan van dorn water sampler horizontal (Novitasari et al., 2018).

2.6 Penerapan di Bidang Teknik Lingkungan

Untuk bidang Teknik Lingkungan, teknik sampling memiliki banyak aplikasi yang luas, salah satunya dalam penentuan kualitas air tanah. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang

(13)

digunakan adalah jenis purposive sampling yang didasarkan pada penggunaan lahan.

Penentuan kualitas air dilakukan dengan mengukur beberapa parameter seperti DO, BOD, pH, nitrat, fosfat, bahan organik, dan bahan kimia yang terkandung dalam air. Penentuan titik sampel dilakukan dengan pertimbangan tertentu dan secara sengaja berdasarkan jenis tanah yang telah ditentukan agar data yang didapatkan dapat mewakili populasi atau menjadi representatif (Ningsih et al., 2020).

Salah satu penerapan teknik sampling di bidang Teknik Lingkungan adalah untuk mengawasi pencemar air sungai. Limbah dari kegiatan manusia yang dapat menyebabkan pencemaran air umumnya langsung dibuang ke dalam sungai dan berdampak buruk terhadap kualitas air sungai tersebut. Dalam pengawasan ini, dilakukan pengambilan sampel pada tiga titik sungai yang ditentukan berdasarkan tujuan pemeriksaan. Titik pertama merupakan titik perairan penerima sebelum tercampur dengan limbah cair, titik kedua adalah saluran pembuangan limbah cair sebelum dialirkan ke perairan penerima, dan titik ketiga adalah titik perairan penerima setelah tercampur dengan limbah cair tersebut. Metode sampling yang digunakan dapat disebut sebagai integrated place sample atau composite sample (Ahdiaty dan Fitriana, 2020).

(14)

BAB III METODOLOGI 3.1 Gambar Alat dan Bahan beserta Fungsi

3.1.1 Pengambilan Sampel Air

Tabel 3.1 Gambar Alat dan Bahan Pengambilan Sampel Air beserta Fungsi

No Alat dan bahan Gambar Fungsi

1. Aquades

Gambar 3.1 Aquades

Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Untuk membersihkan/

mensterilkan probe setelah melakukan pengujian.

2. Botol sampel

Gambar 3.2 Botol sampel Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Sebagai wadah sampel air yang telah diambil dan akan diuji dilaboratorium

3. Current meter

Gambar 3.3 Current meter Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Berfungsi sebagai pengukur kecepatan aliran air.

4. Gelas beaker

Gambar 3.4 Gelas beaker Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Sebagai tempat sampel air yang akan diteliti

(15)

5. Larutan pH

Gambar 3.5 Larutan pH Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Sebagai larutan standar untuk mengkalibrasi

6. Lutron Multimeter

Gambar 3.6 Lutron Multimeter Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Berfungsi Untuk

mengukur parameter kualitas air

7. Roll meter

Gambar 3.7 Roll meter Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Untuk mengukur

daerah badan air

8. Sepatu boots

Gambar 3.8 Sepatu boots Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Untuk melindungi kaki pada saat pengambilan sampel

(16)

9. TDS meter

Gambar 3.9 TDS meter Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Untuk mengukur TDS dalam air sampel

10. Van dorn water sampler

Gambar 3.10 Van dorn water sampler

Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Untuk mengambil

sampel air di perairan dengan kedalaman tertentu

3.1.2 Pengawetan Sampel Air

Tabel 3.2 Gambar Alat dan Bahan Pengawetan Sampel Air beserta Fungsi

No Alat dan bahan Gambar Fungsi

1. Air sungai

Gambar 3.11 Air sungai Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Sebagai sampel air yang akan dianalisis

2. Botol sampel

Gambar 3.12 Botol sampel Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Sebagai wadah

sampel air yang akan diuji

(17)

3. Coolbox

Gambar 3.13 Coolbox Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

sebagai tempat pengawetan sampel dengan menjaga kondisi sampel

3.1.3 Perhitungan Debit Aliran

Tabel 3.3 Gambar Alat dan Bahan Perhitungan Debit Aliran beserta Fungsi

No Alat dan bahan Gambar Fungsi

1. Air sungai

Gambar 3.14 Air sungai Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Sebagai sampel air yang akan dianalisis

2. Current meter

Gambar 3.15 Current meter Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Berfungsi sebagai pengukur kecepatan aliran air.

3. Roll meter

Gambar 3.16 Roll meter Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023

Untuk mengukur jarak atau panjang daerah yang diteliti

(18)

3.2 Cara Kerja

3.2.1 Pengambilan Sampel Air Tenang

3.2.2 Pengambilan Sampel Air Kran

Disiapkan Alat dan bahan

Botol sampel

 Buang air yang telah terisi dan lakukan kembali pengisian hingga 3 kali

Simpan pada coolbox

Alat dan bahan

Disiapkan Kran

Dibuka dan dialirkan selama 2-5 menit, kemudian tutup Korek api

Panasi mulut keran Botol sampel

Buka kran dan bilas botol sebanyak 3 kali

Buka kran setengah dan isi botol dengan posisi miring hingga penuh

Simpan pada coolbox

(19)

3.2.3 Pengambilan Sampel Air Mengalir

3.2.4 Pengambilan Sampel Air Danau Alat dan bahan

Botol sampel Botol sampel

Hasil

Disiapkan

Ditutup dan diberi label nama. Kemudian, disimpan dalam coolbox

Dimasukkan ke sungai dalam keadaan miring dan melawan arus. Diangkat dan diulangi sebanyak 3 kali

Alat dan bahan

Van Dorn water sampler Tali katup

Pemberat

Van Dorn water sampler

Disiapkan

Dimasukkan ke dalam air Dikaitkan dengan pengait

DIlepaskan agar katup tertutup

Penutup

Diangkat ke permukaan

Botol sampel

Dibuka dan air dimasukkan ke botol sampel

Hasil

Dimasukkan ke coolbox

(20)

3.2.5 Pengukuran Debit Aliran

3.2.6 Pengukuran DO

3.2.7 Pengukuran TDS

Alat dan bahan

Patok Roll meter

Current meter

Hasil

Disiapkan

Memberi patok setiap segmen dan kedalamannya diukur dengan mistar

Dibentangkan untuk mengukur lebar sungai dan dibagi menjadi 3 segmen sungai

Diukur kecepatan aliran dari permukaan, tengah, dan dasar sungai

Alat dan bahan

Multimeter Lutern

Hasil

Disiapkan

Dinyalakan dengan menekan tombol power

Menancapkan probe DO

Menekan mode hingga layar menunjukkan parameter DO

Mencelupkan probe ke dalam air sampel Layar menunjukkan nilai DO

Alat dan bahan

TDS meter

Disiapkan

(21)

3.2.8 Pengukuran pH

3.2.9 Pengukuran DHL TDS meter

Hasil

1.Dinyalakan dengan menekan tombol power

2. Mencelupkan probe ke dalam air sampel

3. Layar menunjukkan nilai TDS

Alat dan bahan

Multimeter Lutern

Hasil

Disiapkan

Dinyalakan dengan menekan tombol power

Menancapkan probe pH

Menekan mode hingga layar menunjukkan parameter pH

Mencelupkan probe ke dalam air sampel Layar menunjukkan nilai pH

(22)

Disiapkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Alat dan Bahan

Probe DHL

Pasang probe DHL pada alat on Tombol on/off site

Ditekan

Tombol mode

Ditekan tombol mode hingga menunjukan untuk pengukuran DHL

Kalibrasi

Lakukan kalibrasi menggunakan larutan standar

Probe

Bilas probe dengan aquades Sebelum digunakan

Probe

Masukkan probe pada sampel air dan tunggu hingga nilai DHL stabil

Catat Hasil

(23)

4.1 Analisa Prosedur, Alat, dan Bahan Perlakuan

Dalam kegiatan praktikum pengambilan, pengawetan, dan pengujian sampel, terdapat beberapa peralatan dan bahan yang digunakan seperti botol sampel, current meter, van dorm water sampler, coolbox, roll meter, dan wadah sampel. Berbagai metode digunakan untuk pengambilan sampel, termasuk pengambilan sampel air tenang, dari keran, air yang mengalir, dan danau, pengukuran debit aliran, kadar oksigen terlarut (DO), total padatan tersuspensi (TSS), pH, dan suhu.

Untuk mengambil sampel air tenang, langkah-langkah yang harus diikuti adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, menentukan titik pengambilan, mengikat botol sampel dengan tali rafia, mencelupkan botol ke dalam air hingga terisi penuh, membuang air yang telah terisi, dan menyimpan sampel dalam botol yang telah ditutup, diberi label, dan dimasukkan ke dalam coolbox untuk pengiriman atau analisis lebih lanjut. Dengan cara tersebut, diharapkan hasil pengambilan sampel yang akurat dan dapat dipercaya.

Sedangkan untuk mengambil sampel air dari keran, langkah-langkah yang harus diikuti adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan, membuka keran dan mengalirkan air selama 2-3 menit, menutup keran dan memanaskan mulut keran dengan korek api, membuka keran lagi, membilas botol dengan air keran sebanyak 3 kali, membuka keran setengah, dan mengisi botol dengan posisi miring hingga penuh, menutup botol sampel, memberi label, dan menyimpannya dalam coolbox.

Untuk mengambil sampel air dari sungai, langkah pertama adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Selanjutnya, botol sampel harus dimasukkan ke dalam sungai dengan posisi miring dan berlawanan arah aliran. Kemudian, botol sampel diangkat dan air yang terkumpul dalam botol harus dibuang sebanyak 3 kali. Setelah itu, botol harus dibersihkan dan diisi dengan air sampel hingga penuh. Botol sampel harus ditutup, diberi label, dan dimasukkan ke dalam coolbox untuk pengiriman atau analisis lebih lanjut.

Untuk mengambil sampel air dari kedalaman tertentu, pertama-tama siapkan alat dan bahan yang diperlukan. Selanjutnya, tali katup harus dikaitkan pada pengait dan dimasukkan ke dalam air dengan kedalaman yang diinginkan. Setelah sampel air diambil, pemberat baja harus dilepaskan agar katup tertutup. Kemudian, tabung diangkat ke atas permukaan air dan penutup hitam pada katup dibuka untuk memasukkan air ke dalam botol sampel. Akhirnya, botol sampel harus dimasukkan ke dalam coolbox untuk pengiriman atau analisis lebih lanjut.

Untuk mengukur debit aliran, pertama-tama siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.

Kemudian, lebar sungai harus diukur menggunakan roll meter dan dibagi menjadi 3 segmen dengan memasang patok pada setiap segmen. Selanjutnya, kedalaman pada setiap titik harus diukur dengan menggunakan penggaris dan memberikan titik-titik h0, h1, h2, dan h3. Kemudian, kecepatan aliran air dari permukaan tengah dan dasar sungai harus diukur menggunakan current meter. Terakhir, hasil pengukuran harus dicatat untuk keperluan analisis selanjutnya.

Untuk mengukur parameter air seperti DO, TDS, pH, dan DHL, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Kemudian, hidupkan multimeter lutern dengan menekan tombol power. Sambungkan probe sesuai dengan parameter yang akan diukur dan tekan tombol mode sampai layar menunjukkan parameter yang akan diukur (DO, TDS, pH, dan DHL). Setelah itu, masukkan probe ke dalam sampel air yang akan diukur dan baca angka yang tertera pada layar. Akhirnya, catat hasil pengukuran untuk referensi selanjutnya.

(24)

4.2 Perbandingan Pengambilan Sampel Air dengan Literatur

Pada eksperimen ini, dilakukan pengambilan sampel air sebanyak 4 kali dengan perlakuan dan lokasi yang berbeda, yaitu mengambil sampel air tenang, air keran, air mengalir, dan air danau. Terdapat perbedaan dalam prosedur antara pengambilan sampel air tenang dan pengambilan sampel air mengalir. Saat mengambil sampel air tenang, botol sampel diikat dengan tali rafia dan dimasukkan langsung ke dalam air untuk mengambil air yang bebas dari gerakan. Sedangkan pada pengambilan sampel air mengalir, botol sampel dimasukkan ke dalam sungai dengan posisi miring dan berlawanan arah aliran sungai untuk mencegah masuknya gelembung udara pada botol sampel. Prosedur yang digunakan dalam praktikum sesuai dengan sumber literatur yang menjelaskan cara yang tepat untuk memasukkan botol sampel ke dalam sungai, yaitu botol harus diarahkan berlawanan arah dengan aliran sungai dan ditutup ketika masih berada di dalam air (Dewa et al., 2015).

Van dorn water sampler adalah suatu perangkat yang dipakai untuk mengambil sampel air dari kedalaman yang dalam. Alat ini terdiri dari beberapa bagian, seperti tabung, katup di sisi kanan dan kiri, pengait, tali, dan pemberat. Penting untuk memperhatikan literatur yang tersedia agar pengambilan sampel air dengan alat ini dapat dilakukan secara benar. Dengan menggunakan alat ini, praktikan dapat mengambil sampel air yang merepresentasikan kondisi air di kedalaman tertentu (Fathurrohman dan Aunorohim, 2014).

Untuk mengambil sampel air dari kedalaman yang dalam, van dorn water sampler dapat digunakan. Alat ini terdiri dari beberapa komponen seperti katup di sisi kanan dan kiri, pengait, tali, tabung, dan pemberat. Agar pengambilan sampel air dapat dilakukan dengan benar, praktikan harus mengikuti instruksi yang terdapat dalam literatur. Dalam penggunaannya, langkah pertama adalah mengaitkan tali katup pada pengait dan menurunkan alat ke dalam air. Kemudian, pemberat di lepaskan dan katup ditutup, lalu tabung diangkat ke permukaan air dengan menarik tali. Setelah itu, penutup hitam pada katup dibuka untuk memasukkan air ke dalam botol sampel. Setelah botol terisi, penutup hitam ditutup dan air pada tabung dibuang. Botol sampel kemudian ditutup rapat dan dimasukkan ke dalam coolbox. Dengan mengikuti instruksi yang ada di literatur, penggunaan alat ini dapat memungkinkan praktikan untuk mengambil sampel air dari kedalaman tertentu dengan benar (Syahbaniati dan Sunardi, 2019).

4.3 Perbandingan Pengawetan Sampel Air dengan Literatur

Setelah dilakukan pengambilan sampel air, perlu dilakukan pengawetan sampel untuk mempertahankan kondisi sampel dan mencegah terkontaminasinya sampel. Pengawetan sampel air dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu fisika atau kimia. Namun, perlu diingat bahwa pengawetan sampel harus dilakukan dengan hati-hati dan mempertimbangkan beberapa hal agar tidak membahayakan pengguna. Dalam literatur, disebutkan bahwa pengawetan sampel harus dilakukan di lapangan atau tempat terbuka, menggunakan bahan pengawet dengan kemurnian yang tinggi, dan menyimpan semua bahan pengawet dalam wadah yang tertutup agar tidak bocor. Pengawetan sampel yang dilakukan pada praktikum kali ini telah sesuai dengan literatur, yaitu dengan memasukkan sampel ke dalam coolbox untuk menjaga kondisi sampel (Ahdiaty dan Fitriana, 2020).

4.4 Pengukuran Kualitas Air Danau

4.4.1 Perbandingan Pengambilan Sampel Menggunakan Van Dorn Water Sampler dengan Literatur

Pengambilan sampel air pada praktikum telah dilakukan sesuai dengan literatur yang ada. Prinsip kerja pengambilan sampel air dengan menggunakan van dorn water sampler yang digunakan pada praktikum didasarkan pada literatur, yaitu dengan memasukkan alat ke dalam air sampai mencapai kedalaman tertentu, melepaskan

(25)

pemberat baja, dan kemudian mengangkat alat ke atas permukaan air dan membuka penutup hitam pada katup. Prinsip kerja penggunaan van dorn water sampler pada praktikum ini sama dengan yang dijelaskan dalam literatur (Fathurrohman dan Aunorohim, 2014).

4.4.2 Data Hasil Praktikum (Pengujian Parameter Air) Tabel 4.1 DHP Pengujian Parameter Air

Parameter Ulangan

Rata-rata

I II III

pH 7,5 7,6 7,4 7,5

DO 8,1 mg/L 6,6 mg/L 6,1 mg/L 6,934 mg/L

TDS 168 ppm 185 ppm 188 ppm 180,334 ppm

DHL 0,361 𝜇s 0,366 𝜇s 0,357 𝜇s 0,36143 𝜇s

4.4.3 Analisa Data Hasil Praktikum dan Perhitungan

Pada data hasil praktikum yang telah dilakukan, didapatkan 4 parameter pengukuran kualitas air danau. Parameter tersebut yaitu pH, DO, TDS, DHL. Setiap parameter dilakukan tiga kali pengulangan. Perhitungan nilai pengujian yang dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan digunakan nilai rata-rata sebagai hasil yang mewakili ketiga pengulangan tersebut. Pada parameter pH pada pengulangan pertama didapatkan nilai 7,5 lalu pada percobaan kedua didapatkan nilai 7,6 dan pada percobaan ketiga didapatkan nilai 7,4. Dari ketiga pengulangan tersebut didapatkan nilai pH rata-rata senilai 7,5. Kemudian pada parameter DO, pada percobaan pertama didapatkan nilai sebesar 8,1 mg/L, lalu pada percobaan kedua didapatkan nilai 6,6 mg/L, dan pada percobaan ketiga didapatkan nilai 6,1 mg/L. Dari ketiga percobaan tersebut didapaatkan nilai DO rata-rata sebesar 6,934 mg/L. Kemudian pada parameter TDS, pada percobaan pertama didapatkan nilai 168 ppm, lalu pada percobaan kedua didapatkan nilai 185 ppm dan pada percobaan ketiga didapatkan nilai 188 ppm, dari ketiiga pengulangan tersebut, nilai rata-rata TDS yang didapatkan yaitu 180,334 ppm.

Kemudian pada parameter DHL, pada percobaan pertama didapatkan nilai 0,361 μS, lalu pada percobaan kedua didapatkan nilai 0,366 μS dan pada percobaan ketiga didapatkan nilai 0,357 μs, dimana nilai rata-rata DHL yang didapatkan yaitu 0,36143 μS.

4.5 Pengukuran Debit Aliran Sungai

4.5.1 Metode Pengukuran Debit Aliran Sungai berdasarkan Praktikum dan Dibandingkan dengan Literatur

Setiap titik dalam aliran memiliki kecepatan yang berbeda-beda, yang dapat dipengaruhi oleh faktor seperti variasi penampang, bentuk aliran, geometri saluran, dan lainnya. Terdapat dua metode pengukuran debit aliran, yaitu menggunakan alat penampung dan current meter. Prinsip pengukuran dengan menggunakan current meter adalah dengan mengukur kecepatan aliran pada interval titik tertentu di setiap kedalaman pengukuran. Langkah awal adalah memilih segmen sungai yang relatif lurus, dan kemudian membaginya menjadi beberapa segmen melintang dengan ukuran yang sama. Pengukuran kemudian dapat dilakukan berdasarkan kedalamannya (Norhadi et al., 2015).

4.5.2 Data Hasil Praktikum (Perhitungan Debit Air Sungai)

(26)

Tabel 4.2 Pengukuran Saluran Dimensi

Kedalaman Sungai (h) Lebar Sungai (L) Luas penampang (m2)

0,41 m 2,32 m 0,9512 m2

Persamaan:

A = h x L

A = Luas penampang sungai (m2) h = Kedalaman sungai (m)

L = Lebar sungai (m) Tabel 4.3 1

Tabel 4.3 Pengukuran Debit

v A Q

0,2 m/s 0,9512 m2 0,19024 m3/s

Persamaan:

Q = v x A Keterangan:

Q = debit (m3/s)

v = kecepatan aliran (m/s) A = Luas penampang (m2)

4.5.3 Analisa Data Hasil Praktikum dan Perhitungan

Dalam pengukuran debit aliran, nilai luas penampang awal diperoleh dengan mengukur kedalaman dan lebar sungai. Setelah itu, nilai luas penampang dihitung dengan menggunakan rumus A = h x L. Nilai luas penampang yang diperoleh dari perhitungan adalah sebesar 0,9512 m2. Selanjutnya, untuk menghitung debit aliran, digunakan rumus Q = V x A, di mana nilai kecepatan aliran diperoleh melalui pengukuran dengan current meter pada praktikum. Hasil perhitungan menunjukkan nilai debit aliran sebesar 0,19024 m3/s.

(27)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Sampel adalah bagian representatif dari keseluruhan populasi yang memiliki karakteristik yang sama. Sampel biasanya digunakan dalam penelitian untuk merepresentasikan populasi dan memberikan informasi yang diperlukan untuk menyimpulkan hasil penelitian. Terdapat tiga jenis sampel air yang dapat dikelompokkan, yaitu sampel sesaat (grab sample), sampel komposit (composite sample), dan sampel gabungan tempat (integrated sample). Sampel sesaat atau grab sample diambil langsung dari air yang sedang diteliti. Sampel komposit atau composite sample adalah campuran dari beberapa sampel yang diambil pada waktu yang berbeda selama pengamatan. Sedangkan sampel gabungan tempat atau integrated sample adalah campuran dari beberapa contoh sampel yang diambil pada satu saluran dari beberapa titik tertentu dengan volume dan waktu yang sama. Penting untuk menggunakan semua jenis sampel tersebut untuk mendapatkan informasi yang akurat dan representatif tentang kualitas air.

Dalam memilih lokasi pengambilan sampel air, ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan. Salah satunya adalah memastikan bahwa lokasi tersebut dapat mewakili semua karakteristik air yang ada, serta mengetahui debit aliran air dari lokasi tersebut sebelum pengambilan sampel dilakukan. Debit aliran air dapat dihitung menggunakan rumus Q = v x A dimana Q adalah debit aliran (m3/s), v adalah kecepatan aliran, dan A adalah luas penampang saluran. Untuk mengukur kecepatan aliran air, dapat digunakan alat current meter, kemudian rumus tersebut dapat diterapkan sesuai dengan literatur untuk menghitung debit aliran yang diinginkan. Faktor yang mempengaruhi debit aliran adalah kecepatan aliran dan luas penampang basah. Terakhir, sampel air diawetkan dengan menggunakan coolbox..

5.2 Saran

Sebelum memulai praktikum, disarankan agar peserta praktikum sudah menguasai materi yang akan dipelajari. Selain itu, praktikan harus memahami fungsi dan simbol-simbol berbahaya yang terdapat di laboratorium untuk menghindari kesalahan yang dapat terjadi selama kegiatan praktikum. Kesalahan yang terjadi dapat mempengaruhi kelancaran praktikum dan akurasi hasil yang diperoleh. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan hal-hal tersebut sebelum memulai praktikum.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Ahdiaty R dan Fitriana D. 2020. Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong di Wilayah Kota Yogyakarta. Indonesian Journal Of Chemical Analysis (IJCA) 3(2): 65-73.

Aridhowi D, Prabaningtyas S, Turani RTS, Eka DAF, dan Yuslinda A. 2021. Pemanfaatan Pompa Cellup sebagai Sampler Plankton untuk Praktikum Ekologi dengan Biaya Rendah. Jurnal Teknologi dan Manajemen Pengelolaan Laboratorium 4(1): 24-29.

Garaika dan Darmanah. 2019. Metodologi Penelitian. CV Hira Tech: Lampung Selatan Kuniawan A. 2019. Dasar-Dasar Analisis Kualitas Lingkungan. Wineka Media, Malang.

Kurniawan Y. 2014. Perbedaan Kadar Nitrit antara Air Isi Ulang dengan Air Bermerk. Skripsi.

Program Studi D3 Analis Kesehatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surabaya.

Mahsyar N dan Wijaya ER. 2020. Analisis Kualitas Air Dan Metode Pengendalian Pencemaran Air Sungai Bangkala Kabupaten Jeneponto. Skripsi. Program Studi Teknik Pengairan, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Mudhakiroh S, Soeprobowati TR, Muhammad F, dan Utami S. Struktur Komunitas Fitoplankton di Kawasan Bukit Cinta Danau Rawapening, Kabupaten Semarang. Jurnal Biologi 5(4): 62-69.

Ningsih RO, Leo MNZ, dan Maru R. 2020. Indeks Kualitas Air Tanah Di Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Antang Kota Makassar. Jurnal Environmental Science 2(2):

156- 161.

Novitasari RD, Pertiwi NW, Lestari MP, dan Azizah M. 2018. Pengenalan Alat Laboratorium Water Sampler. Disertasi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Surabaya.

Nugroho DA, Widjijono, Nuryono, Asmara W, dan Wajar D. 2017. Efek Jumlah Kandungan Filler Nanosisal Terhadap Ketahan Fraktur Resin Komposit. Insisiva Dental Journal 6(1): 17-23.

Ramsey CA. 2015. Considerations In Sampling Of Water. Journal Of AOAC International 98(2): 316-320.

Rianti, Lina. 2017. Analisis Kualitas Air (Fe dan Mn) Tambang Batubara Menggunakan Metode ASTM di Laboratorium Limbah Politeknik Akamigas Palembang. Jurnal Teknik Putra Akademika, 8(1): 5-10

Tombokan F dan Takaendengan T. 2021. Identifikasi Dan Pengukuran Debit Aliran Sungai Sario. Jurnal Teknik Sipil Terapan 3(3): 146-155.

(29)

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Ahdiaty R dan Fitriana D. 2020. Pengambilan Sampel Air Sungai Gajah Wong di Wilayah Kota Yogyakarta. Indonesian Journal Of Chemical Analysis (IJCA) 3(2): 65-73.

Dewa C, Susanawati LD, dan Widiatmono BR. 2016. Daya Tampung Sungai Gede Akibat Pencemaran Limbah Cair Industri Tepung Singkong di Kecamatan Ngadiluwih Kabupaten Kediri. Jurnal Sumberdaya Alam dan Lingkungan 2(1): 35-43.

Fathurrohman dan Aunurohim. 2014. Kajian Komposisi Fitoplankton dan Hubungannya dengan Lokasi Budidaya Kerang Mutiara (Pinctada maxima) di Perairan Sekotong, Nusa Tenggara Barat. Jurnal Teknik Pomits 3(2): 93-98

Norhadi A, Marzuki A, Wicaksono L, dan Yacob RA. 2015. Studi Debit Aliran pada Sungai Antasan Kelurahan Sungai Andai Banjarmasin Utara. Jurnal POROS TEKNIK 7(1): 1- 8.

Syahbaniati AP dan Sunardi. 2019. Distribusi Vertikal Fitoplankton berdasarkan Kedalaman di Pantai Timur Pananjung Pangandaran, Jawa Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon 5(1): 81-88.

(30)

LAMPIRAN Lampiran 1. Sitasi Definisi Sampel Air

(31)
(32)

Lampiran 2. Sitasi Jenis-Jenis Sampel Air

(33)
(34)
(35)

Lampiran 3. Sitasi Pertimbangan Pemilihan Lokasi Sampel Air

(36)
(37)

Lampiran 4. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Sampel Sungai

(38)

Lampiran 5. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Sampel Waduk

(39)

Lampiran 6. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Sampel Air Tanah

(40)

Lampiran 7. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Sampel Air Laut

(41)

Lampiran 8. Sitasi Syarat Titik Pengambilan Air Limbah

(42)
(43)
(44)

Lampiran 9. Sitasi Faktor yang Mempengaruhi

(45)
(46)

Lampiran 10. Teknik Pengambilan Sampel

(47)
(48)

Lampiran 11. Sitasi Teknik Pengawetan Sampel

(49)
(50)
(51)

Lampiran 12. Sitasi Perhitungan Debit Aliran

(52)
(53)

Lampiran 13. Sitasi Definisi Van Dorn Water Sampler

(54)
(55)

Lampiran 14. Sitasi Pengertian Bagian-Bagian Van Dorn Water Sampler

(56)

Lampiran 15. Sitasi Penerapan di Bidang Teknik Lingkungan

(57)
(58)

LAMPIRAN TAMBAHAN

Lampiran 16. Sitasi Perbandingan Pengambilan Sampel Air dengan Literatur

(59)
(60)
(61)
(62)

Lampiran 17. Sitasi Perbandingan Pengawetan Sampel Air dengan Literatur

(63)

Lampiran 18. Sitasi Perbandingan Pengambilan Sampel Menggunakan Van Dorn Water Sampler dengan Literatur

(64)

Lampiran 19. Sitasi Metode Pengukuran Debit Aliran Sungai berdasarkan Praktikum dan Dibandingkan dengan Literatur

(65)

ACC DHP Lampiran 20. ACC Data Hasil Praktikum

Gambar

Tabel 3.1 Gambar Alat dan Bahan Pengambilan Sampel Air beserta Fungsi
Gambar 3.5 Larutan pH Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023
Gambar 3.9 TDS meter Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023
Gambar 3.10 Van dorn water sampler
+4

Referensi

Dokumen terkait

Langkah berikutnya mengambil 50ml air sampel lalu dimasukkan kedalam erlenmeyer berukuran 250ml, menambahkan 1ml larutan nessler untuk mengikat amonia dan indicator warna

Dalam modul ini akan dibahas tentang hipotesis dalam sebuah pengambilan suatu sampel, untuk dapat mengambil kesimpulan / keputusan suatu parameter populasi yang

Dalam modul ini akan dibahas tentang hipotesis dalam sebuah pengambilan suatu sampel, untuk dapat mengambil kesimpulan / keputusan suatu parameter populasi yang

Dalam modul ini akan dibahas tentang hipotesis dalam sebuah pengambilan suatu sampel, untuk dapat mengambil kesimpulan / keputusan suatu parameter populasi yang

Pengambilan sampel air dilakukan dengan cara mengambil 1,5 liter air dan dimasukan ke dalam botol kaca steril, adapun pengambilan sampel air minum isi ulang sumber air pasca

Jadi pak/bu, sekarang saya akan melakukan pengambilan sampel jaringan kulit bapak/ibu untuk mengkonfirmasi diagnosis dari penyakit yang bapak/ibu alami.. Saya

90.000 **Untuk Pengambilan titik sampling diluar semarang dan sekitarnya dapat dibicarakan lebih lanjut ***Genset digunakan apabila di tempat sampling tidak ditemukan adanya sumber

Pengambilan Sampel Air Besar: Botol Nansen memiliki kapasitas yang relatif besar sehingga dapat mengambil sampel air dalam jumlah yang cukup besar, terutama jika dibandingkan dengan