• Tidak ada hasil yang ditemukan

TM Laboratorium lingkungan 3 rakun

N/A
N/A
lucifer

Academic year: 2023

Membagikan "TM Laboratorium lingkungan 3 rakun"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN

MATERI

PENGAMBILAN SAMPEL UDARA AMBIEN

NAMA : MUHAMMAD NINDYTHO AL GHOZALI NIM : 225100900111009

KELOMPOK : Y1

ASISTEN :

Ainul Fikri Hartono Fadil Thoriq Ramadhan Anisa Nuraini Rahmalia Yazida Putri Chilyatun Nisa' Santa Gabriel

Chrisna Rachmad Ibrahim Sellya Aldiariza K.

Dian Sari Gladys Tri Fitria Indah Lestari Devela Mulia Putri Y. Yulia Rahma Ihsan

Edel Weys Yosridha Pristiani Farakh Fahildha Zulfa

LABORATORIUM REMEDIASI LINGKUNGAN DAN KUALITAS UDARA DEPARTEMEN TEKNIK BIOSISTEM

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG 2023

(2)

COVER

DAFTAR ISI

COVER... i

DAFTAR ISI... ii

DAFTAR TABEL...iv

DAFTAR GAMBAR...v

DAFTAR LAMPIRAN...vi

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Tujuan...1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...2

2.1 Pengertian Pencemaran Udara Ambien...2

2.2 Pengertian Partikulat Debu...2

2.3 Alat-Alat Pengambilan Sampel Partikulat di Udara...3

2.4 Bahaya Pencemaran Partikulat Debu di Udara...3

BAB III METODOLOGI...4

3.1 Gambar Alat dan Bahan...4

3.2 Fungsi Alat dan Bahan...6

3.3 Cara Kerja...6

3.3.1 Pengambilan Sampel Menggunakan HVAS...6

3.3.2 Pengambilan Sampel dengan Menggunakan Impinger...8

BAB IV PEMBAHASAN...9

4.1 Analisis Prosedur Pengambilan Sampel menggunakan HVAS...9

4.2 Analisis Prosedur Pengambilan Sampel menggunakan Impinger...9

4.3 Perbandingan Prosedur Pengambilan Sampel Partikulat menggunakan HVAS dengan Literatur..9

4.4 Perbandingan Prosedur Pengambilan Sampel menggunakan Impinger...9

4.5 Perbandingan Penentuan Kadar Partikulat dengan Literatur...9

4.6 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Partikulat di Udara...10

4.7 Pertimbangan Titik Pemantauan Kualitas Udara Ambien...10

4.8 LKP...11

BAB V PENUTUP...13

5.1 Kesimpulan...13

5.2 Saran...13

DAFTAR PUSTAKA...14

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN...15

LAMPIRAN... 16

LAMPIRAN TAMBAHAN...26

Lampiran 7. Sitasi Perbandingan Prosedur Pengambilan Sampel menggunakan Impinger...28

(3)

Lampiran 8. Perbandingan Penentuan Kadar Partikulat dengan Literatur...29 Lampiran 10. Sitasi Pertimbangan Titik Pemantauan Kualitas Udara Ambien...31 LKP ACC...34

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Gambar Alat dan Bahan...4 Tabel 3.2 Fungsi Alat dan Bahan...6

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Alumunium Foil...4

Gambar 3.2 Flowmeter...4

Gambar 3.3 HVAS Portable...4

Gambar 3.4 Impinger...4

Gambar 3.5 Kertas Saring...5

Gambar 3.6 Pinset...5

Gambar 3.7 Stopwatch...5

Gambar 3.8 Thermometer...5

Gambar 3.9 Timbangan Analitik...5

Gambar 3.10 Tripod...6

DAFTAR LAMPIRAN

(6)

Lampiran 1. Sitasi Pengertian Pencemaran Udara Ambien...16

Lampiran 2. Sitasi Pengertian Partikulat Debu...18

Lampiran 3. Sitasi Alat-Alat Pengambilan Sampel Partikulat di Udara...21

Lampiran 4. Sitasi Bahaya Pencemaran Partikulat Debu di Udara...24

Lampiran 5. Sitasi Gambar Alumunium Foil...26

Lampiran 6. Sitasi Perbandingan Prosedur Pengambilan Sampel Partikulat menggunakan HVAS dengan Literatur...27

Lampiran 7. Sitasi Perbandingan Prosedur Pengambilan Sampel menggunakan Impinger... 28

Lampiran 8. Perbandingan Penentuan Kadar Partikulat dengan Literatur...29

Lampiran 9. Sitasi Faktor yang Mempengaruhi Kadar Partikulat di Udara...30

Lampiran 10. Sitasi Pertimbangan Titik Pemantauan Kualitas Udara Ambien...31

Lampiran 11. ACC Lembar Kerja Praktikum...34

(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Udara adalah campuran komponen yang terdiri atas partikrl padat, gas, cair, energi, ion, dan zat organik yang terdistribusi acak serta bebas mengikuti bentuk ruangnya. Udara juga dapat disebut sebagai atmosfer yang mengelilingi bumi. Udara ini sangat penting di dalam kehidupan di muka bumi. Dalam udara terdapat kandungan oksigen, karbon diokdida, dan ozon serta partikel lainnya. Udara adalah hal yang bital bagi kelangsungan hidup makhluk hidup, karena udara tidak dapat tergantikan oleh zat apapun.

Jenis udara dibedakan menjadi dua yakni udara emisi dan udara ambien. Udara emisi merupakan udara yang bersumber dari emisi seperti knalpot kendaraan bermotor dan cerobong industri. Sedangkan udara ambien merupakan udara bebas di permukaan bumi yang dihirup oleh makhluk hidup sehari-hari. Pengambilan sampel udara biasanya bertujuan untuk mengetahui partikel-partikel yang ada dalam udara dan mengetahui kualitas udara tersebut. Untuk mengambil sampel udara ambien dapat menggunakan 4 alat bantu diantaranya HVAS, MVAS, LVS, dan impinger.

1.2 Tujuan

a. Mahasiswa mengetahui prinsip kerja dari alat sampling udara Impinger dan HVAS.

b. Mahasiswa mampu memahami penentuan lokasi pengambilan contoh uji kualitas udara ambien.

c. Menentukan titik sampling kualtias udara ambien kadar partikulat

1

(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pencemaran Udara Ambien

Pencemaran udara ambien dapat diartikan sebagai masuknya atau dimasukkannya zat, energi dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien yang disebabkan oleh kegiatan manusia. Hal tersebut dapat mengakibatkan turunnya mutu udara ambien hingga pada tingkat tertentu. Menurunnya mutu udara ambien dapat menyebabkan udara ambien tidak dapat berfungsi dengan baik (Hafid, 2016). Pencemaran udara ambien disebabkan oleh keberadaan beberapa unsur seperti Karbonmonoksida (CO), Nitrogendioksida (NO2), Sulfurdioksida (SO2), Hidrokarbon (HC), dan unsur-unsur lainnya. Berdasarkan PP No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, baku mutu udara ambien dapat diartikan sebagai ukuran batas atau kadar zat, energi dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Udara yang melewati batas baku mutu dapat merusak lingkungan sekitarnya dan memiliki potensi mengganggu kesehatan masyarakat sekitarnya. Baku mutu udara ambien untuk SO2 sebesar 632 μg

Nm3 , NO2 sebesar 316 μg

Nm3 , CO sebesar 15 .000 μg

Nm3 , dan HC sebesar 160 μg

Nm3 . Khususnya di wilayah perkotaan dengan lalu lintas tinggi, aktivitas industri, dan pemukiman penduduk, pencemaran udara ambien diperkirakan semakin hari semakin parah. Pencemaran udara ambien juga dapat menyebabkan hujan asam, hilangnya lapisan ozon, dan pemanasan global, di antara masalah lingkungan lainnya (Kurniawati et al., 2015).

2.2 Pengertian Partikulat Debu

Debu adalah partikulat padat dengan ukuran 1 mikron hingga 100 mikron. Debu dapat diartikan sebagai sistem disperse dari partikulat padat yang dihasilkan secara mekanik seperti crushing, handling, atau grinding. Berdasarkan ukurannya, debu dapat diklasifikasikan menjadi Debu jatuh (diameter aerodinamis 100-1000 μm ), TSP (diameter aerodinamis <100 μm ) PM10 (diameter aerodinamis <10 μm ), Partikulat kasar (diameter aerodinamis 2,5-10 μm ), dan PM2,5 (diameter aerodinamis <2,5 μm ). TSP atau Total Suspended Particulate dapat diartikan sebagai partikulat dengan ukuran partikel kurang dari 100 μm . Contoh dari TSP adalah debu, fume, dan asap, yang dihasilkan dari kegiatan konstruksi, pembakaran, dan kendaraan (Widiastuti, 2018).

PM10 merupakan partikulat udara dalam wujud padat dengan diameter kurang dari 10 μm . PM10 akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang dan dapat masuk ke saluran pernapasan sehingga menimbulkan gangguan pada kesehatan.

Sumber utama dari PM10 di perkotaan adalah kendaraan bermotor, yang dapat bersumber dari ban dan debu jalan, rem dan permukaan jalan, pembakaran bahan bakar diesel, dan fraksi lainnya. PM10 dapat mengandung sejumlah besar sulfat, amonium, nitrat, unsur karbon, senyawa organik yang terkondensasi, serta senyawa karsinogenik dan logam berat seperti arsenic, selenium, cadmium, dan seng. Partikulat PM10 dapat menembus ke dalam bagian paru-paru, yang jika mengandung tembaga dan besi dapat melepas radikal bebas dalam cairan paru-paru yang nantinya dapat menyebabkan peradangan sel (Oktaviani, 2018).

PM2,5 sendiri merupakan partikel dengan diameter aerodinamik <2,5 μm . PM2,5

merupakan komponen utama dari polutan atmosfer. PM2,5 bersumber dari lalu lintas dan industri, termasuk pembakaran bahan bakar dari pembangkit listrik dan kilang minyak. PM2,5

juga dapat bersumber dari emisi rem mobil (Eskawiyanti, 2018).

(9)

2.3 Alat-Alat Pengambilan Sampel Partikulat di Udara

Berdasarkan PP No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara, peralatan yang dapat digunakan untuk mengambil sampel partikulat di udara ambien adalah HVAS. HVAS dimanfaatkan untuk menangkap partikulat debu. Ukuran partikel yang ditangkap oleh HVAS adalah partikulat dengan ukuran TSP (Iswantoro, 2013). Selain itu PSTNT-Batan memanfaatkan Gent stacked unit sampler untuk mengambil sampel partikulat di udara ambien, terkhusus PM10 dan PM2,5 (Mukhtar et al., 2014). Lalu untuk pengambilan sampel NH3, NO2, O3, dan SO2 menggunakan alat air sampler impinger (Zahra et al., 2022).

2.4 Bahaya Pencemaran Partikulat Debu di Udara

Partikulat debu dapat menyebabkan berbagai macam dampak buruk, baik untuk lingkungan sekitar maupun untuk manusia. Untuk lingkungan, dampak yang dapat dihasilkan meliputi gangguan aestetik dan fisik seperti terganggunya pemandangan dan penularan warna bangunan dan pengotoran serta merusak kehidupan tumbuhan akibat adanya penutupan pori-pori tumbuhan yang mengganggu jalannya fotosintesis. Dampak lainnya adalah perubahan iklim global regional maupun internasional, lalu mengganggu perhubungan/penerbangan yang akhirnya mengganggu kegiatan sosial ekonomi di masyarakat (Widiastuti, 2018). Dampak untuk manusia adalah terganggunya kesehatan.

Efek jangka pendek dapat berupa reaksi inflamasi paru, gejala gangguan pernapasan, serta efek perlawanan pada sistem kardiovaskular. Efek jangka panjang dapat berupa peningkatan gejala gangguan pada sistem pernapasan bagian bawah, penurunan fungsi paru obstruktif kronis, peningkatan penyakit paru obstruktif kronis, penurunan fungsi paru pada orang dewasa, serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan janin (Maksum et al., 2022).

(10)

BAB III METODOLOGI

3.1 Gambar Alat dan Bahan Tabel 3.1 Gambar Alat dan Bahan

No

. Alat dan Bahan Gambar

1. Alumunium Foil

Gambar 3.1 Alumunium Foil Sumber: Wibowo, 2019

2. Flowmeter

Gambar 3.2 Flowmeter Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

3. HVAS Portable

Gambar 3.3 HVAS Portable Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

4. Impinger

Gambar 3.4 Impinger

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

(11)

5. Kertas Saring

Gambar 3.5 Kertas Saring Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

6. Pinset

Gambar 3.6 Pinset

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

7. Stopwatch

Gambar 3.7 Stopwatch Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

8. Thermometer

Gambar 3.8 Thermometer Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023 9. Timbangan Analitik

(12)

Gambar 3.9 Timbangan Analitik Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023

10. Tripod

Gambar 3.10 Tripod

Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023 3.2 Fungsi Alat dan Bahan

Tabel 3.2 Fungsi Alat dan Bahan No

. Alat dan Bahan Gambar

1. Alumunium Foil Untuk membungkus kertas saring setelah pengambilan sampel

2. Flowmeter Sebagai alat ukur aliran udara

3. HVAS Portable Sebagai alat pengambilan sampel udara 4. Impinger Sebagai alat pengambilan sampel udara 5. Kertas Saring Sebagai alat pengambilan sampel udara

6. Pinset Untuk mengambil kertas saring

7. Stopwatch Sebagai alat ukur waktu

8. Thermometer Sebagai alat ukur suhu

9. Timbangan Analitik Sebagai alat ukur massa

10. Tripod Sebagai tempat diletakkannya HVAS ketika pengambilan sampel 3.3 Cara Kerja

3.3.1 Pengambilan Sampel Menggunakan HVAS

Disiapkan Alat dan bahan

Kertas filter

Ditimbang menggunakan timbangan analitik dan catat pada DHP

Dust filter holder, mess dan penyangga

Dibuka dan diletakkan kertas saring pada dust filter holder menggunakan pinset.

Dust filter holder, ess dan penyangga

Dipasang kembali pada HVAS

(13)

HVAS

 Diletakkan pada titik pengukuran dengan menggunakan tripod kira-kira setinggi zona pernafasan manusia.

 Posisi HVAS diletakkan searah dengan arah angin atau berlawanan arah dengan sumber datangnya pencemar

HVAS

Dinyalakan, lalu diatur kekuatan hisap udara pada Flowmeter dengan kecepatan aliran sebesar 1,5 m3/menit.

Pengambilan sampel selama 1 jam

Lama pengambilan sampel dapat dilakukan selama beberapa menit hingga satu jam (tergantung pada kebutuhan, tujuan, dan kondisi di lokasi pengukuran).

Pembacaan temperatur, kelembaban, tekanan

udara

Dicatat pada DHP HVAS

Setelah 1 jam, matikan HVAS dan ambil kertas filter menggunakan pinset

Kertas filter

Diletakkan pada alumunium foil secara hati-hati agar tidak ada partikel yang terlepas dari kertas filter.

Timbang kertas filter

Catat pada DHP Analisa data

(14)

3.3.2 Pengambilan Sampel dengan Menggunakan Impinger

Alat dan Bahan

Disiapkan Tabung filter

Dimasukkan ke dalam salah satu lubang yang ada

Larutan penjerap

Dipilih larutan penjerap yang sesuai dengan gas yang akan diteliti

Pengatur

tegangan Diatur tegangan yang akan digunakan serta sesuai dengan lubang yang telah terisi tabung Impinger

Diposisikan searah dengan angin datang

Impinger

Dinyalakan lalu diukur kekuatan hisap pada flowmeter, lakukan selama 1 jam Tabung

Diambil kandungan gas yang telah terperangkap di dalamnya

Tabung

Dianalisis dan dihitung jumlah

kandungan gas yang

terkandung Hasil

(15)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Analisis Prosedur Pengambilan Sampel menggunakan HVAS

Ada berbagai tahapan dalam pengambilan sampel uji menurut SNI 7119-3-2017. Untuk menentukan lokasi pengambilan contoh uji untuk pemantauan kualitas udara ambien sesuai dengan SNI 19-7119.6, alat uji terlebih dahulu harus ditempatkan dan diukur sesuai prosedur. Filter perlu dimasukkan ke dalam penahan filter setelah itu. Peralatan HVAS kemudian harus dicolokkan dan dihidupkan selama 24 jam sambil dipantau setiap jam dan dicatat untuk suhu dan aliran udara. Catat lokasi, tanggal, waktu, dan tekanan barometrik.

Pastikan laju aliran udara antara 1,1 dan 1,7 m3/menit. Setelah itu, matikan alat HVAS dan geser filter secara perlahan untuk mencegah partikel terlepas. Saat menyimpan filter, lipat dengan posisi sampel uji berada di bagian dalam lipatan, letakkan di wadah penyimpanan filter, lalu beri nama.

4.2 Analisis Prosedur Pengambilan Sampel menggunakan Impinger

Proses memperoleh sampel udara dengan impinger dan larutan penjerap melibatkan beberapa fase. Pertama, satu atau dua impinger diisi dengan 10 mL larutan penjerap.

Pompa kemudian dihidupkan dan dihidupkan pada kecepatan yang telah ditentukan sebelumnya, dan waktu mulai pengambilan sampel dicatat. Selanjutnya, sejumlah waktu akan berlalu di mana gas akan bereaksi dengan larutan penangkap. Flowmeter dapat digunakan untuk mengukur kecepatan udara kapan saja sambil mencatat waktu penyelesaian pengambilan sampel. Setelah itu, larutan penangkap yang telah bereaksi dengan gas diperiksa di laboratorium sehingga dapat ditentukan kandungan gas stoikiometri udara. Akibatnya, impinger ini digunakan untuk mengukur konsentrasi gas di udara dan mengumpulkan sampel udara menggunakan larutan penyerap.

4.3 Perbandingan Prosedur Pengambilan Sampel Partikulat menggunakan HVAS dengan Literatur

Pada literatur, dilakukan penelitian sampel kualitas udara dengan menggunakan alat ukur sampling yang salah satunya adalah HVAS. Langkah pertama adalah meletakkan HVAS pada lokasi sampling di mana ketinggian HVAS dipasang 1 meter dari permukaan tanah. Pada sampling ini juga digunakan kertas saring Whatman dengan ukuran 20,3 x 25,4 cm. Laju alir udara yang digunakan dalam pengambilan adalah 1.200 L/menit selama 24 jam. Setelah dilakukan proses pengambilan sampel, kertas filter ditimbang dengan neraca analitik dalam suhu dan kelembaban tertentu. Cara kerja dalam praktikum dirasa sudah sesuai dan terdapat perbedaan yang sebenarnya berkaitan dengan tujuan penelitian itu sendiri (Rohmah et al., 2018).

4.4 Perbandingan Prosedur Pengambilan Sampel menggunakan Impinger

Sampling impinger yang digunakan dalam praktikum ini sesuai dengan literatur. Menurut literatur, untuk mengikat kandungan senyawa tertentu di udara ambien, larutan adsorben harus ditambahkan terlebih dahulu ke alat impinger sebelum pengambilan sampel udara ambien dengannya. Menurut literatur, pendekatan analitik menggunakan spektrofotometer akan dilakukan setelah impinger telah menjebak udara sekitar (Putri dan Samsunar, 2020).

4.5 Perbandingan Penentuan Kadar Partikulat dengan Literatur

Pada praktikum, dijelaskan bahwa cara untuk menentukan kadar partikulat yaitu dengan pengambilan sampel menggunakan HVAS yang nantinya sampel yang ada pada kertas saring yang digunakan akan dihitung dengan metode gravimetri. Lalu dijelaskan juga bahwa

(16)

filter yang digunakan pada HVAS yaitu Whatman Glass Microfiber. Menurut literatur Alat HVAS bekerja dengan cara menghisap udara melalui filter di dalam shelter menggunakan pompa vakum yang memiliki laju alir tinggi sehingga partikel terkumpul di permukaan filter.

Jumlah partikel yang terkumpul di dalam filter selama periode waktu tertentu akan dihitung dengan menggunakan metode gravimetri (Mukhtar et al., 2014).

4.6 Faktor yang Mempengaruhi Kadar Partikulat di Udara

Perubahan iklim mempengaruhi tingkat polusi udara di suatu tempat. Penyebaran atau difusi partikel di udara bergantung pada iklim, yang tidak menyiratkan bahwa iklim merupakan sumber polusi. Kondisi cuaca akan menentukan kemampuan udara untuk membawa dan mengencerkan partikel. Ini dapat dipengaruhi oleh variabel lingkungan seperti suhu udara, sinar matahari, kelembaban udara, dan arah dan kecepatan angin (Roza et al., 2015).

4.7 Pertimbangan Titik Pemantauan Kualitas Udara Ambien

Pemilihan lokasi untuk lokasi pemantauan harus mempertimbangkan sejumlah aspek penting, seperti kepadatan penduduk dan keterwakilan wilayah. Titik pemantauan harus ditempatkan di wilayah yang mewakili kualitas udara total dan memiliki populasi yang cukup untuk memastikan efektivitas perhitungan dampak polutan yang dihasilkan oleh aktivitas manusia. Oleh karena itu, pemantauan kualitas udara di sana dapat memberikan gambaran yang tepat tentang kualitas udara lokal dan membantu pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat dan perlindungan lingkungan (Pratiwi et al., 2020).

Agar hasilnya tepat dan mewakili kondisi aktual, stasiun pemantauan yang tepat harus ditempatkan untuk memantau kualitas sampel udara ambien. Jarak dari bangunan tinggi juga harus diperhitungkan karena dapat berdampak pada sirkulasi udara lokal dan pola angin. Efek ngarai, di mana udara terkurung dan tidak mungkin keluar dari beberapa lokasi, mungkin terjadi jika posisi pemantauan terlalu dekat dengan bangunan yang menjulang tinggi. Hal ini dapat mengakibatkan kesalahan pengukuran dan gagal menangkap kualitas udara regional. Untuk temuan yang lebih akurat yang mencerminkan kondisi udara sebenarnya, kami menyarankan untuk menempatkan lokasi pengambilan sampel kualitas udara ambien jauh dari bangunan tinggi dan di wilayah terbuka lebar (Azanuria, 2020).

Pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat digunakan untuk menentukan titik- titik pemantauan sampling dengan tetap memperhatikan titik-titik pemantauan. SIG adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mengelola, menyimpan, menganalisis, dan menyajikan informasi tentang lokasi atau lokasi tertentu dalam bentuk peta digital. Sehubungan dengan pengambilan sampel, data geografis seperti tipe tanah, tipe vegetasi, dan ketersediaan curah hujan dapat digunakan oleh GIS untuk membantu mengidentifikasi titik lokasi terbaik.

Hasil pengambilan sampel juga dapat dipetakan ke dalam peta digital menggunakan GIS, sehingga lebih mudah untuk menampilkan dan menginterpretasikan data sampel. Oleh karena itu GIS dapat menjadi alat yang sangat efektif untuk pengambilan sampel, khususnya dalam masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat (Kartiko, 2019).

(17)

4.8 LKP

(18)
(19)

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Ketika orang melepaskan bahan kimia, energi, atau zat lain ke atmosfer di atas standar kualitas udara yang ditetapkan, hasil polusi udara. Ada tiga kategori sumber polusi udara yang berbeda: sumber alami, sumber pedesaan atau pertanian, dan sumber perkotaan dan industri. PM10, PM2.5, dan TSP adalah beberapa polutan udara. TSP, yang memiliki diameter sangat kecil antara 1 hingga 500 mikron, merupakan campuran kompleks berbagai senyawa kimia dan anorganik di udara. Karena dapat masuk ke paru-paru bahkan aliran darah, PM10, polutan dengan diameter kurang dari 10 mikrometer, merugikan kesehatan manusia. Lalu ada PM2.5, yang sangat kecil (2,5 μ m atau bahkan lebih kecil) dan dapat dengan mudah tertelan ke dalam sistem pernapasan manusia. Aktivitas manusia, khususnya yang melibatkan mobil yang mengeluarkan asap knalpot, merupakan sumber utama dari partikel ini. Instrumen berikut dapat digunakan untuk pengambilan sampel udara: HVAS, MVAS, LVAS, dan Impinger.

Baik metode pemantauan partikel HVAS dan impinger di udara ambien telah diterapkan sesuai dengan literatur yang tersedia. Sementara pengambilan sampel menggunakan impinger pertama-tama harus memuat impinger dengan larutan penyerap, pengambilan sampel dengan HVAS dilakukan dengan menyedot udara melalui filter di dalam tempat penampungan menggunakan pompa vakum dengan laju aliran tinggi. Spektrofotometer digunakan untuk melakukan prosedur analitik setelah impinger telah menjebak udara sekitar.

Kedua pendekatan ini dapat menawarkan data berharga untuk menilai kualitas udara ambien.

5.2 Saran

Sebelum melakukan praktikum praktikan harus mengerti terkait alat dan bahan yang akan digunakan dalam praktikum. Praktikan harus menyimak prosedur dengan benar agar tidak terjadi kekeliruan kerja nantinya. Dibutuhkan ketelitian dan fokus yang tinggi agar hasil yang didapatkan lebih akurat.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Eskawiyanti AP. 2018. Paparan Particulate Matter 1 (PM1) dan Particulate Matter 2,5 (PM2,5) pada Trotoar. Skripsi. Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Hafid Y. 2016. Analisis Kualitas Udara Ambien Untuk Parameter Nitrogen Dioksida (NO2) dengan Gaussian Dispersion Models di Desa Sidoluhur, Kec. Godean, Kab. Sleman, D.I.

Yogyakarta. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Iswantoro SWW. 2013. Sampling dan Preparasi Sampel Polutan Udara di Lingkungan PLTU Paiton Probolinggo. Prosiding Seminar Penelitian dan Pengelolaan Perangkat Nuklir Pusat Teknologi Akselerator dan Proses Bahan. Yogyakarta, 11 September.

Kurniawati RTD, Rahmawati R, Wilandari Y. 2015. Pengelompokan Kualitas Udara Ambien Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Menggunakan Analisis Klaster. JURNAL GAUSSIAN 4(2): 393-402.

Maksum TS dan Tarigan SFN. 2022. Health Risk Analysis Due to Exposure of Dust Particles (PM2,5) from Transportation Activities. Jambura Health and Sport Journal 4(1): 19-28.

Mukhtar R, Ansyori I, Hamonangan E, Santoso M, Lestiani DD. 2015. Perbandingan Pengukuran Konsentrasi Partikulat di Udara Ambien Menggunakan Alat High Volume Air Sampler dan Gent Stacked Filter Unit Sampler. Ecolab 9(1): 17-25.

Oktaviani E. 2018. Paparan Particulate Matter (PM10) dan Total Suspended Particulate (TSP) di Trotoar Beberapa Jalan Kota Surabaya. Skripsi. Departemen Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil, Lingkungan, dan Kebumian, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.

Widiastuti R. 2018. Kadar Debu Industri Pembuatan Briket X sebagai Faktor Risiko Kejadian ISPA pada Jarak 150 M dan 200 M ke Permukiman di Kulon Progo. Skripsi. Program Studi Sarjana Terapan Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta.

Zahra NL, Haidar FA, Hanum Y, Ramadhanti D, Ramadhan R, Rahman A, Qonitan FD, Ridhosari B. 2022. Monitoring of Ambient Air Quality in Universitas Pertamina Areas during the COVID-19 Pandemic. Jurnal Teknologi Lingkungan 23(1): 84-91.

(21)

DAFTAR PUSTAKA TAMBAHAN

Azanuria S. 2020. Analisis kualitas udara Karbon Monoksida (CO) dan Total Suspended Particulate (TSP) Dalam dan Luar Ruang serta Faktor yang Berhubungan di SD Negeri Wadungasih 1 Buduran Sidoarjo. Skripsi. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Sains Dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kartiko H. 2019. Estimasi Sumber Pencemar dan Beban Pencemar Sungai Winongo (Sub DAS Bagian Barat-Hilir). Skripsi. Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.

Mukthar R, Ansyori I, Hamonangan E, Santoso M, Lestiani DD. 2019. Perbandingan Pengukuran Konsentrasi Partikulat Di Udara Ambien Menggunakan Alat High Volume Air Sample Dan Gent Stacked Filter Unit Sampler. Jurnal Ecolab, 9(1): 1-46.

Pratiwi BP, Handayani AS, Sarjana S. 2020. Pengukuran Kinerja Sistem Kualitas Udara dengan Teknologi WSN menggunakan Confusion Matrix. Jurnal Informatika Upgris, 6(2):

66-75.

Putri KA dan Samsunar S. 2020. Penentuan Kadar Amonia (NH3), Sulfur Dioksida (SO2) dan Total Suspended Particulate (TSP) pada Udara Ambien di Laboratorium Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo. Indonesian Journal Of Chemical Research (IJCR) 5(2): 69-79.

Rohmah I, Rita, Salim C, Hindratmo B, Lestari RP, Nelson R. 2018. Perbandingan Metode Sampling Kualitas Udara: High Volume Air Sampler (HVAS) dan Low Volume Air Sampler (LVAS). Jurnal Ecolab 12(2): 83 – 92.

Roza V, Ilza M, Anita S. 2015. Korelasi Konsentrasi Particulate Matter (PM10) di Udara dan Kandungan Timbal (Pb) dalam Rambut Petugas SPBU di Kota Pekanbaru. Jurnal Dinamika Lingkungan Indonesia 2(1): 52 – 60.

Wibowo AP. 2019. Kelayakan Limbah Alumunium Foil Bungkus Rokok dan Coklat pada Pewarnaan Highlight. Skripsi. Program Studi Pendidikan Tata Kecantikan, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang.

(22)

LAMPIRAN

Lampiran 1. Sitasi Pengertian Pencemaran Udara Ambien

(23)
(24)

Lampiran 2. Sitasi Pengertian Partikulat Debu

(25)
(26)
(27)

Lampiran 3. Sitasi Alat-Alat Pengambilan Sampel Partikulat di Udara

(28)
(29)
(30)

Lampiran 4. Sitasi Bahaya Pencemaran Partikulat Debu di Udara

(31)
(32)

LAMPIRAN TAMBAHAN Lampiran 5. Sitasi Gambar Alumunium Foil

(33)

Lampiran 6. Sitasi Perbandingan Prosedur Pengambilan Sampel Partikulat menggunakan HVAS dengan Literatur

(34)
(35)
(36)

Lampiran 7. Sitasi Perbandingan Prosedur Pengambilan Sampel menggunakan Impinger

(37)

Lampiran 8. Perbandingan Penentuan Kadar Partikulat dengan Literatur

(38)

Lampiran 9. Sitasi Faktor yang Mempengaruhi Kadar Partikulat di Udara

(39)

Lampiran 10. Sitasi Pertimbangan Titik Pemantauan Kualitas Udara Ambien

(40)
(41)
(42)

LKP ACC Lampiran 11. ACC Lembar Kerja Praktikum

Gambar

Gambar 3.1 Alumunium Foil Sumber: Wibowo, 2019
Gambar 3.5 Kertas Saring Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023
Tabel 3.2 Fungsi Alat dan Bahan No
Gambar 3.9 Timbangan Analitik Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2023
+2

Referensi

Dokumen terkait

Lalu larutan yang mengandung antibodi spesifik yang telah ditautkan dengan enzim signal dan larutan sampel yang mengandung antibodi yang diinginkan dimasukkan ke dalam

Tepung umbi talas beneng yang telah disiapkan sebanyak 0,06 gram dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian dimasukkan 15 mL akuades dan 0,5 mL larutan I2 1% dan didiamkan

Kemudian tabung- tabung media dan larutan asam sitrat dimasukkan ke dalam waterbath suhu ± 60&#34;C (supaya agar tidak membeku).. Selanjutnya tabung-tabung tersebut dimiringkan dan

Sebanyak 0,5 g sampel dari masing-masing perlakuan dimasukkan ke dalam tabung fermentor kemudian ditambahkan 40 ml larutan McDougall dan dimasukkan ke dalam shaker waterbath

- Dimasukkan ke dalam tabung turbidineter dan diperiksa - Diperiksa kekeruhannya - Dibandingkan dengan larutan standar - Kekeruhan larutan standar: 0.17 NTU - Kekeruhan sampel:

Lalu larutan yang mengandung antibodi spesifik yang telah ditautkan dengan enzim signal dan larutan sampel yang mengandung antibodi yang diinginkan dimasukkan ke dalam

Uji Flavonoid (Ayoola dkk., 2008 dan Shanmugam dkk., 2010 dengan modifikasi) Ekstrak daun randu sebanyak 10 mg dimasukkan ke dalam tabung reaksi, lalu larutan amonia sebanyak 2,5

Lalu larutan yang mengandung antigen spesifik yang telah ditautkan dengan enzim signal dan larutan sampel yang mengandung antigen yang diinginkan dimasukkan ke dalam lubang-lubang