• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Akhir Analisis Yuridis Penanganan Kasus Perundungan di Sekolah Berdasarkan UU Perlindungan Anak

N/A
N/A
Megalela haloho

Academic year: 2025

Membagikan "Tugas Akhir Analisis Yuridis Penanganan Kasus Perundungan di Sekolah Berdasarkan UU Perlindungan Anak"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

ANALISIS YURIDIS PENANGANAN KASUS PERUNDUNGAN DISEKOLAH BERDASARKAN UU PERLINDUNGAN ANAK

D I S U S U N Oleh:

Nama : Wahyu F Simanukkalit.

Kelas:XII SOSIAL 1

SMA RK ABDI SEJATI PERDANGANGAN 2024

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat, karunia, dan kekuatan-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat

(2)

waktu. Tugas ini disusun sebagai salah satu pemenuhan tugas mata pelajaran sekaligus upaya mendalami dan memahami lebih lanjut topik “Analisis Yuridis Penanganan Kasus Perundungan di Sekolah Berdasarkan UU Perlindungan Anak.” Saya juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan, arahan, dan bimbingan selama proses penyusunan tugas ini. Secara khusus, saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu guru yang telah memberikan kesempatan serta ilmu yang sangat berharga sebagai dasar dalam penyelesaian tugas ini.

Penulisan tugas ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kasus perundungan di sekolah dapat ditangani secara yuridis berdasarkan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Perlindungan Anak. Saya berharap analisis ini dapat memberikan wawasan dan manfaat, baik bagi pembaca maupun pihak-pihak yang berkepentingan dalam upaya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan mendukung bagi anak-anak.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi penyusunan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, dengan hati terbuka, saya menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar dapat memperbaiki kualitas penulisan di masa mendatang. Akhir kata, saya berharap hasil tugas ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi para pembaca yang memiliki perhatian terhadap isu perlindungan anak dan penanganan perundungan di sekolah.

Terima kasih.

Perdagangan 06 Desember 2024 Penulis Wahyu F.Simanungkalit

DAFTAR ISI

1.1 Latar Belakang

(3)
(4)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perundungan atau dalam bahasa Inggris disebut bullying adalah suatu tindakan yang dilakukan secara sengaja untuk menyakiti seseorang atau kelompok baik secara fisik, verbal, maupun psikologis. Beberapa tahun belakangan ini kasus perundungan semakin marak terjadi, khususnya perundungan terhadap anak di lingkungan sekolah dan seiring dengan kemajuan teknologi informasi di era modern saat ini kasus perundungan tidak hanya terjadi di kehidupan nyata namun juga di kehidupan maya.Perundungan adalah masalah yang sering dianggap remeh oleh sebagian orang, Perundungan di sekolah merujuk pada perilaku agresif atau tindakan negatif yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok siswa terhadap siswa lainnya secara berulang-ulang dan disengaja, sehingga menyebabkan ketidaknyamananbagi korban.Karena itu, Perundungan di sekolah menjadi perhatian serius supaya tidak memperkuat perilaku negatif yang berlanjut hingga dewasa jika tidak ditangani. Perundungan biasanya dibagi menjadi kategori perundungan fisik dan perundungan verbal.

Perundungan fisik sendiri melibatkan kontak langsung terhadap tubuh korban atau barang- barangnya dengan tujuan menyakiti, menghina, atau menunjukkan dominasi. Bentuk ini lebih terlihat dan sering dianggap sebagai salah satu jenis bullying yang paling jelas. Ini biasanya dikenali dengan adanya luka lebam-lebam pada fisik korban hingga menyebabkan rauma, ketakutan, atau stres yang berkepanjangan. Perundungan verbal biasanya ini tidak kasat mata, Namun, Bukan berarti perudungan ini tidaklah berbahaya. Perudungan secara verbal ini biasanya berupa mengejek,menghina, atau memberikan julukan yang merendahkan,mengancam atau menakut-nakuti dengan kata-kata dan menyebarkan fitnah, gosip, atau rumor tentang korban.

Perudungan verbal tentunya akan berdampak pada Psikologias korban yang akan mengalami Perasaan rendah diri, malu, stres, hingga depresi. Pada dampak sosialnya korban biasanya Kehilangan kepercayaan dari teman atau dikucilkan dari kelompok sosial.

(5)

Perudungan adalah tindakan kriminal hingga berlanjut dewasa yang dapat mendorongnya untuk melakukan hal hal yang dilarang oleh hukum. Tidak hanya itu, Korban Perudungan akan cenderung bersifat kasar dan angkuh, prestasi akademik yang menurun serta perilaku yang anti sosial. Namun tak bisa dipungkiri baik pelaku maupun korban tetap harus diberi perhatian lebih.

Apalagi perundungan yang terjadi di kalangan anak. Seharusnya anak tumbuh dengan kesejahteraan namun harus diwarnai dengan perundungan yang tak pantas. Pada korban dampak Perundungan terlihat dari perubahan emosi yang tiba tiba,fatalnya dapat memengaruhi korban untuk bunuh diri.

Tindakan perundungan atau Bullying adalah salah satu bentuk tindak pidana karena mengandung pada penganiayaan yang dilakukan pada tubuh orang lain hingga menimbulkan rasa sakit atau luka. Penganiayaan diatur dalam Bab XX Buku ke II KUHP. Kekerasan yang merusak kesehatan juga termasuk dari bentuk penganiayaan.Tak hanya itu di Pasal 351 KUHP tentang penganiayaan, Perudungan juga mencakup pada tindakan pengeroyokan yang diatur pada Pasal 170 KUHP, Pasal 310 dan Pasal 31.

Pada akhir-akhir ini, sebuah kasus perundungan terjadi di Medan, Sumatera Utara, melibatkan seorang siswa Madrasah Aliyah Negeri (MAN). Korban dipaksa memakan lumpur oleh kakak kelasnya, menyebabkan cedera fisik seperti bibir pecah dan trauma psikologis. Kasus ini menjadi perhatian publik setelah video kejadian tersebut tersebar luas di media sosial dan diberitakan oleh media televisi. Pihak sekolah telah memulai penyelidikan internal, sementara keluarga korban mendesak keadilan atas tindakan perundungan ini. Meskipun pada akhirnya pelaku dan korban memilih menyelesaikan permasalahannya dengan mediasi,Namun perlakuan yang diterima pelaku tentu akan meninggalkan luka atau trauma pada pelaku Perudungan yang notabenenya juga sebagai anak. Kembali lagi bahwa setiap anak, entah korban atau pelaku Bullying juga berhak untuk mendapatkan perlindungan oleh hukum. Namun masyarakat tidak paham akan konteks perlindungan ini dan acuh tak acuh akan hal tersebut. Mereka hanya terfokus pada perlindungan korban dan mengabaikan perlindungan pada pelaku.

Anak adalah sebagai tonggak dari masa depan negara yang akan melanjutkan cita cita perjuangan bangsa kelak. Setiap anak memiliki hak untuk mendapatkan perlindungan sepenuhnya dari hukum sebagai wujud dari penegakan Hak Asasi Manusia. Perlindungan anak ini mencakup semua upaya untuk memastikan bahwa anak-anak dapat hidup, berkembang, dan berpartisipasi sesuai dengan martabat mereka, serta terhindar dari kekerasan dan diskriminasi.

(6)

Prinsip perlindungan anak ini diatur dalam Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak. Beberapa aspek hak anak yang disebutkan dalam Undang Undang tersebut mencakup hak terhadap kelangsungan hidup, perkembangan fisik dan mental, perlindungan dari kekerasan dan tindakan diskriminatif, hak berpartisipasi, hak sipil serta kebebasan, hak untuk perawatan dan pengasuhan yang baik, hak untuk memanfaatkan waktu luang, hak terhadap kesehatan dan kesejahteraan, dan juga hak pendidikan serta budaya. Dalam kasus Perudungan pada anak dengan anak yang menjadi pelaku juga berhak untuk mendapatkan perlindungan dalam pertanggungjawaban hukumnya. Namun bukan berarti Pelaku tidak mempertanggungjawabkan perbuatannya hanya saja terdapat perbedaan dalam sistem peradilannya. Sebagaimana yang dituliskan dalam Undang Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak bentuk perlindungan yang diberikan antara lain pada tahap penangkapan dan penahanan, penyidikan, penuntutan, persidangan dan pembinaan dan jalan diversi anak.

Berangkat dari latar belakang tersebut maka perlu adanya penelitian hukum yang menganalisis dan mengkaji tentang perlindungan anak yang menjadi korban untuk perlindungan terhadap haknya. Dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai perlindungan anak yang menjadi pelaku dalam tindak pidana Bullying atau perundungan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan teks tersebut dapat diberikan dan dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut : 1. Apa definisi dan kategori utama perundungan yang terjadi di sekolah, serta dampaknya terhadap korban secara fisik, verbal, psikologis, dan sosial?

2. Bagaimana perlindungan hukum yang diberikan kepada anak sebagai korban dan pelaku perundungan sesuai dengan prinsip-prinsip Hak Asasi Manusia dan peraturan yang berlaku?

3. Apa peran sistem peradilan pidana anak dalam menangani pelaku perundungan, dan bagaimana mekanisme diversi diterapkan?

Dengan Rumusan masalah tersebut maka peneliti dapat meneliti dan mengevaluasi bagaimana sistem hukum Indonesia, termasuk KUHP dan UU Perlindungan Anak, mengatur perundungan sebagai tindak pidana dan perlindungan anak.

1.3 Tujuan Penelitian

(7)

1.Mengidentifikasi kategori perundungan di sekolah dan dampaknya terhadap korban secara fisik, verbal, psikologis, dan sosial.

2.Mengkaji perlindungan hukum untuk anak sebagai korban dan pelaku perundungan sesuai prinsip Hak Asasi Manusia dan peraturan yang berlaku.

3.Menganalisis peran sistem peradilan pidana anak dalam menangani pelaku perudungan.

Dengan rumusan masalah tersebut, peneliti dapat Menilai berbagai kategori perundungan yang terjadi di sekolah dan dampaknya terhadap korban, Menyusun analisis tentang penerapan sistem hukum Indonesia, khususnya KUHP dan UU Perlindungan Anak, terhadap perundungan.

Dan Membahas perlindungan hukum yang diberikan kepada anak sebagai korban dan pelaku perundungan, sesuai dengan prinsip Hak Asasi Manusia.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat Penelitian ini nantinya yang bisa diterapkan dalam lingkuan dapat memberikan berbagai manfaat yang signifikan, baik dari sisi sosial, ntuk Lingkungan Sekolah dan Bagi Anak dan Siswa Berikut adalah beberapa manfaat utama dari penelitian ini:

1. Menyadarkan masyarakat akan pentingnya perhatian terhadap perundungan di sekolah dan perlindungan hukum bagi korban dan pelaku, sehingga dapat mengurangi kasus perundungan dan menciptakan lingkungan yang lebih aman.

2. Memberikan wawasan bagi pihak sekolah dalam menangani perundungan, serta membantu menciptakan kebijakan yang lebih efektif dalam mencegah dan menyelesaikan kasus perundungan di lingkungan pendidikan.

3.Memberikan pemahaman tentang hak-hak anak, perlindungan hukum, serta mekanisme yang ada dalam menangani perundungan baik bagi korban maupun pelaku, sehingga dapat mendukung perkembangan mereka dengan baik.

(8)

1.5 Metodologi Penelitian

Pada penulisan yang digunakan adalah studi pustaka (library research), yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif, yakni penulisan yang didasarkan dengan data-data yangdijadikan objek penelitian, seperti peraturan perundang-undangan, buku- buku pustaka, majalah, artikel, surat kabar, dan lain-lain tentang segala permasalahan yang sesuai dengan penulisan yang akan disusun dan dikaji secara komprehensif

peneliti menggunakan jenis analisis kualitatif. Analisis kualitatif yaitu sebuah cara menganalisis dengan mengumpulkan semua bahan hasil penelitian yang diperoleh kemudian ditelaah berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah penelitian analisis kualitatif yang diambil dalam penelitian ini menggunakan metode deduktif Metode deduktif yaitu proses yang bertujuan mendapatkan kesimpulan dimulai dari perihal umum yang merujuk pada perihal khusus atau yang lebih spesifik 20 Setelah itu, dilanjutkan dengan pengolahan data menggunakan metode editing. Metode editing yaitu proses pengolahan data dengan mengecek data yang diperoleh, menata data yang diperoleh dan mengkaji data yang diperoleh.

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Perudungan

Ken Rigby (2002) perundungan adalah upaya menyakiti orang lain secara sengaja dan berulang-ulang, di mana pelaku memiliki kekuatan yang lebih besar dibandingkan korban.

Perundungan bisa terjadi secara fisik, verbal, atau relasional. perundungan bukan merupakan suatu hal yang baru dalam masyarakat. Perudungan kerap diberitakan di berbagai sumber media baik media elektronik maupun media cetak.Perundungan melibatkan ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban serta dapat berupa fisik, verbal, atau relasional. Coloroso (2007) menekankan bahwa perundungan bukan hanya sekedar konflik antar teman sebaya, melainkan sebuah perilaku menindas yang disengaja.

Berdasarkan kajian dari Rigby (2002) dan Smith (2016), perundungan dapat dibagi menjadi beberapa jenis, antara lain:

1.Perundungan Fisik :

Melibatkan tindakan menyakiti tubuh korban, seperti memukul, menendang, atau merusak properti korban. ) Perundungan fisik biasanya dilakukan secara berulang-ulang oleh pelaku yang memiliki kekuatan lebih besar, baik secara fisik maupun psikologis, terhadap korban yang lebih lemah. spelage dan Swearer (2003 Dalam penelitian mereka tentang dinamika perundungan, Espelage dan Swearer menemukan bahwa perundungan fisik dipengaruhi oleh lingkungan sosial dan teman sebaya. Mereka menekankan bahwa perundungan fisik sering dilakukan untuk menunjukkan dominasi di dalam kelompok atau untuk memperoleh status sosial.

Contoh perundungan fisik meliputi:

Memukul, menendang, atau menampar korban.

Mendorong dengan kasar hingga korban terjatuh.

Mencubit, mencakar, atau menarik rambut korban.

Merusak barang milik korban, seperti tas, buku, atau gadget Penyebab Perundungan Fisik

Perundungan fisik dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik individu maupun lingkungan.

Berikut adalah beberapa penyebab utama:

1. Lingkungan Keluarga

(10)

a.Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kekerasan cenderung meniru perilaku agresif.

b.Pola asuh yang kurang mendidik empati dan pengendalian diri meningkatkan risiko perilaku perundungan.

2. Pengaruh Teman Sebaya

a.Tekanan kelompok atau keinginan untuk menunjukkan dominasi di antara teman sebaya sering memicu tindakan perundungan fisik.

3. Lingkungan Sekolah

-.Kurangnya pengawasan dari guru dan staf sekolah membuat pelaku merasa bebas melakukan perundungan.

- Budaya sekolah yang tidak mendukung nilai-nilai positif juga berkontribusi terhadap perilaku ini.

4. Masalah Pribadi atau Psikologis

-.Pelaku perundungan sering kali memiliki masalah pengendalian emosi atau merasa tidak aman secara emosional.

5. Pengaruh Media dan Teknologi

-.Eksposur terhadap konten media yang mengagungkan kekerasan dapat membentuk pola pikir bahwa kekerasan adalah cara yang sah untuk menyelesaikan konflik.

2.Perundungan Verbal:

Berupa penghinaan, ejekan, atau menyebarkan rumor negatif yang dapat merusak harga diri korban.Nansel et al. (2001) Dalam studi internasional yang melibatkan lebih dari 15.000 siswa di Amerika Serikat, Nansel dan rekan-rekannya menemukan bahwa perundungan verbal, seperti ejekan, panggilan nama, atau penghinaan, merupakan bentuk perundungan yang paling umum terjadi. Mereka juga menyatakan bahwa dampak perundungan verbal dapat memengaruhi kesehatan mental, kecemasan, dan kepercayaan diri korban secara negatif. Bentuk-Bentuk Perundungan Verbal :

1. Ejekan dan Penghinaan

o Pelaku mengejek kondisi fisik, prestasi, atau latar belakang korban.

2. Pemberian Julukan Merendahkan

o Memberikan panggilan yang bersifat ofensif atau mempermalukan, seperti

"gendut", "bodoh", atau "jelek".

(11)

3. Mengkritik Berlebihan

o Memberikan kritik yang tidak membangun dengan tujuan menjatuhkan mental korban.

4. Ancaman Lisan

o Menggunakan kata-kata yang menakut-nakuti korban, seperti ancaman akan menyakiti secara fisik atau sosial.

5. Menyebarkan Rumor atau Fitnah

o Menyebarkan informasi palsu atau gosip yang dapat merusak reputasi korban.

6. Mengolok-olok dalam Kelompok

o Perundungan verbal yang dilakukan di depan umum dengan tujuan mempermalukan korban di hadapan banyak orang.

Penyebab Perundungan Verbal

Beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya perundungan verbal antara lain:

1. Lingkungan Keluarga

o Anak yang tumbuh di lingkungan keluarga penuh kritik atau kekerasan verbal cenderung meniru perilaku tersebut.

2. Tekanan dari Teman Sebaya

o Keinginan untuk mendapatkan pengakuan dari kelompok dapat mendorong seseorang untuk melakukan perundungan.

3. Rasa Tidak Aman pada Diri Pelaku

o Pelaku sering kali menggunakan perundungan verbal untuk menutupi kelemahan atau ketidakamanan dalam dirinya.

4. Pengaruh Media dan Budaya Populer

o Konten media yang menggambarkan penghinaan sebagai bentuk humor dapat memengaruhi perilaku anak dan remaja.

5. Kurangnya Empati

o Anak-anak atau remaja yang kurang diajarkan tentang empati dan menghargai perasaan orang lain lebih rentan menjadi pelaku perundungan.

Dampak Perundungan Verbal

(12)

Dampak perundungan verbal tidak kalah serius dibandingkan perundungan fisik. Dampak tersebut dapat memengaruhi korban secara psikologis, emosional, sosial, dan akademis. Berikut adalah beberapa dampaknya:

1. Gangguan Psikologis

o Rasa rendah diri, kecemasan, depresi, dan bahkan gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

2. Penurunan Prestasi Akademik

o Kesulitan berkonsentrasi di sekolah dan menurunnya motivasi belajar.

3. Masalah Kesehatan Fisik

o Gejala psikosomatik seperti sakit kepala, gangguan tidur, atau gangguan pencernaan akibat stres berkepanjangan.

4. Isolasi Sosial

o Korban cenderung menarik diri dari lingkungan sosial karena merasa malu atau takut.

5. Pikiran untuk Bunuh Diri

o Dalam kasus yang ekstrem, korban mungkin berpikir untuk mengakhiri hidupnya karena tidak tahan dengan tekanan psikologis.

3.Perundungan Sosial/Relasional

Bertujuan untuk merusak hubungan sosial korban, misalnya mengisolasi korban dari kelompok atau menyebarkan fitnah. Crick dan Grotpeter (1995, 2001) mendefinisikan perundungan sosial atau relasional sebagai tindakan yang bertujuan merusak hubungan interpersonal korban atau merusak status sosialnya. Contohnya meliputi menyebarkan gosip, mengucilkan seseorang dari kelompok, atau mengancam memutuskan hubungan pertemanan.

Mereka menekankan bahwa perundungan sosial lebih sering dilakukan oleh anak perempuan, meskipun anak laki-laki juga bisa melakukannya. Perundungan jenis ini sering kali lebih sulit dikenali karena dilakukan secara diam-diam atau manipulatif, tetapi dampaknya bisa sangat serius bagi kesejahteraan mental dan emosional korban. Artikel ini akan membahas secara lengkap mengenai perundungan sosial, mulai dari pengertian, bentuk-bentuk, penyebab, dampak, hingga strategi pencegahan dan penanganannya.

(13)

A. Bentuk-Bentuk Perundungan Sosial Mengucilkan atau Mengeksklusi

Korban sengaja ditinggalkan atau dikeluarkan dari kelompok atau aktivitas sosial.

1. Menyebarkan Gosip atau Rumor

Menyebarkan informasi palsu atau memutarbalikkan fakta untuk merusak reputasi korban.

2. Memanipulasi Hubungan Pertemanan

Menghasut orang lain untuk menjauhi atau memusuhi korban.

3. Mempermalukan di Depan Umum

Sengaja membuat korban merasa malu atau terhina di hadapan orang banyak.

4. Ancaman Sosial

Mengancam untuk mengakhiri persahabatan atau menyebarkan rahasia jika korban tidak menuruti kemauan pelaku.

5. Mengabaikan atau Mengisolasi

Perlakuan diam atau tidak mengakui keberadaan korban secara sengaja.

6. Menghancurkan Reputasi

Menyebarkan informasi yang merusak citra atau kepercayaan orang lain terhadap korban.

b. Penyebab Perundungan Sosial

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang melakukan perundungan sosial antara lain:

1.Kebutuhan Mendominasi atau Mengontrol

Pelaku ingin merasa lebih berkuasa atau lebih penting dengan cara menjatuhkan orang lain.

2.Rasa Tidak Aman atau Cemburu

Pelaku merasa terancam oleh kesuksesan atau popularitas korban dan ingin merusak status sosialnya.

2.Pengaruh Lingkungan Sosial

Budaya kelompok yang memandang perundungan sebagai cara untuk menjaga hierarki atau status sosial.

4.Kurangnya Empati

Pelaku tidak mampu memahami atau peduli dengan perasaan orang lain.

5.Pengaruh Media dan Budaya Populer

Tayangan atau konten media yang menggambarkan perundungan sosial sebagai sesuatu yang normal atau lucu dapat memengaruhi perilaku anak dan remaja.

(14)

6.Pengalaman Perundungan

Pelaku mungkin pernah menjadi korban dan mengulangi perilaku tersebut sebagai mekanisme pertahanan.

c. Dampak Perundungan Sosial

Perundungan sosial memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang yang serius terhadap korban. Berikut adalah beberapa dampaknya:

1. Dampak Psikologis

o Rasa Tidak Berharga: Korban merasa tidak dihargai atau diinginkan oleh lingkungannya.

o Kecemasan dan Depresi: Tekanan sosial yang terus-menerus dapat memicu gangguan kesehatan mental.

o Stres Berkepanjangan: Rasa takut dan khawatir terus-menerus akan dikucilkan atau dihina.

2. Dampak Sosial

o Isolasi Sosial: Korban cenderung menarik diri dari lingkungan dan mengalami kesulitan membangun hubungan baru.

o Kehilangan Kepercayaan: Kesulitan mempercayai orang lain akibat pengalaman buruk di masa lalu.

3. Dampak Akademik

o Penurunan Prestasi: Kesulitan berkonsentrasi di sekolah akibat tekanan emosional.

o Bolos Sekolah: Rasa takut untuk berinteraksi dengan teman sebaya dapat mendorong korban untuk menghindari sekolah.

4. Dampak Fisik

o Gangguan Tidur atau Psikosomatik: Gejala seperti sakit kepala, sakit perut, atau sulit tidur akibat stres.

5. Pikiran untuk Bunuh Diri

o Dalam kasus ekstrem, korban mungkin merasa putus asa dan berpikir untuk mengakhiri hidup.

(15)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menerapkan metode systematic review, yaitu suatu pendekatan penelitian yang dilakukan dengan mengacu pada metodologi yang terstruktur untuk mengumpulkan, mengkaji, dan menganalisis berbagai studi yang relevan dengan topik tertentu. Tujuan dari systematic review adalah untuk mengidentifikasi, mengevaluasi, menganalisis, dan menjelaskan berbagai penelitian yang berkaitan dengan topik yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, artikel yang dikaji berfokus pada partisipan anak-anak dan remaja dengan batas usia maksimal 18 tahun.

Proses systematic review ini melibatkan langkah-langkah seperti identifikasi, pengkajian, evaluasi, dan interpretasi terhadap topik mengenai dampak perundungan terhadap kesehatan mental dan penangan kasus perudungan.

Untuk menemukan artikel yang relevan, penelitian ini menggunakan panduan dari Preferred Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA), yang mencakup checklist dan flow diagram untuk mempermudah proses penyaringan dan seleksi artikel.

Artikel yang dianalisis bersumber dari berbagai publikasi yang diterbitkan dalam rentang waktu 2010 hingga 2020. Sumber data penelitian diperoleh melalui basis data elektronik seperti Google Scholar dan PubMed. Proses identifikasi artikel dilakukan dengan menggunakan sejumlah kata kunci yang spesifik, yakni “kesehatan mental”, “bullying”, “anak”, dan “remaja”.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan SMA Rk Abdi Sejati Perdagangan. SMA RK Abdi Sejati Perdagangan, yang terletak di Kabupaten Simalungun, memiliki akreditasi A (Unggul). Penelitian ini

dilakukan dalam waktu selama 30 hari,dalam waktu tersebut dimanfaatkan untuk pencarian sumber data dan Susunan pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan.

(16)

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Dokumen merupakan catatan penting peristiwa dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentas merupakan catatan penting yang bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang. Arikunto (2006:160) menyatakan bahwa penelitian adalah sarana yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar proses pengumpulan data menjadi lebih efisien dan hasilnya lebih optimal, baik dari segi waktu, kelengkapan, maupun sistematisasinya.

3.4 Data dan Sumber Data

Keberadaan data dan sumber data dalam setiap penelitian, sangat penting dan tidak dapat diabaikan. Data dan sumber data berfungsi sebagai dukungan utama dalam proses penelitian. Data sendiri adalah informasi yang akan dipilih dan dianalisis (Siswantoro, 2014:70). Terdapat dua kategori data, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer yang diperoleh oleh peneliti dalam penelitian ini mencakup Data dari individu atau kelompok yang terlibat dalam perundungan baik pelaku dan korban yang menjadi perudungan yang dapat memberikan informasi langsung terkait dengan fenomena tersebut. Dalam konteks perundungan, data primer biasanya diperoleh melalui wawancara, survei, observasi langsung, dan studi kasus yang langsung diobservasi langsung disekolah.

Data sekunder diperoleh melalui data yang telah dikumpulkan dan dianalisis oleh pihak lain sebelumnya dengan tujuan untuk menambah wawasan dalam pengerjaan artikel ini,seperti laporan penelitian, artikel jurnal, buku dan lieratur yang mendukung, dan dokumen resmi. Dalam konteks perundungan, data sekunder sering digunakan untuk memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai dampak perundungan berdasarkan penelitian atau laporan yang telah dilakukan oleh lembaga lain.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

(17)

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan datan yang memenuhi standar data yang ditetapkan, dalam pengumpulan data pasti ada teknik yang digunakan sesuai dengan perolehan yang dilakukan.

1. Observasi Dalam sebuah penelitian, observasi menjadi bagian hal yang terpenting yang harus dilakukan oleh peneliti. Sebab dengan observasi keadaan subjek ataupun objek penelitian dapat dilihat dan dirasakan langsung oleh seorang peneliti. Observasi diartikan sebagai pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa pertolongan atal standar lain untuk keperluan tersebut. Dalam penelitian ini dilaksanakan dengan teknik observasi partisipan (participant observation), yaitu dilakukan dengan cara peneliti melibatkan diri atau berinteraksi pada kegiatan yang dilakukan oleh subyek penelitian dalam lingkungannya, selain itu juga mengumpulkan data secara sistematik dalam bentuk catatan lapangan.

2. Wawancara yaitu pengumpulan data berbentuk pengajuan pertanyaan secara lisan dan pertanyaan yang diajukan dalam wawancara itu telah dipersiapkan secara tuntas, dilengkapi dengan instrumennya. Dalam penelitian ini peneliti mewawancarai Siswa yang pernah mengalami Bullying dan bagi Siswa yang mngerti tindakan Bullying, untuk mencari informasi tentang dampak dan pengkajian untuk menemukan tindak penanganan bullying pada remaja sekolah ini.

3. Reduksi data Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan, dan pengabstraksian data mentah menjadi data yang bermakna. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, yang memfokuskan pada hal-hal yang penting. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data.

4. Penyajian data (data display) Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplay data. dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian, hubungan antar kategori. Dengan penyajiann data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.

5. Penarikan kesimpulan.

(18)

BAB IV PEMBAHASAN

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian mengenai Profil Anak Putus Sekolah Dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan Anak (Studi Kasus Di Dusun Kembu Desa Waru Kecamatan Kebakkramat

Hasil penelitian mengenai Profil Anak Putus Sekolah Dalam Perspektif Undang-Undang Perlindungan Anak (Studi Kasus Di Dusun Kembu Desa Waru Kecamatan Kebakkramat

ANALISIS YURIDIS PUTUSAN HAKIM TIDAK MENERAPKAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM TINDAK. PIDANA PERKOSAAN

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir yang berjudul : ANALISIS YURIDIS PENCATATAN KELAHIRAN ANAK YANG TIDAK DIKETAHUI ASAL USULNYA SEBAGAI UPAYA PERLINDUNGAN

BAB IV ANALISIS YURIDIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG (PUTUSAN NOMOR 149/PID.SUS/2015/TBH). Merupakan bab yang berisi upaya

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tugas Akhir dengan judul “ Klasifikasi Dalam Penanganan Kasus ISPA Pada Balita Menggunakan Metode Support Vector Machine” beserta seluruh

Maka dari itu, perlunya strategi perlindungan untuk anak yang putus sekolah pada saat ini dan perlunya penanganan dalam perlindungan anak agar peran dan fungsi pemerintah dapat

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh UPTD PPA Kota Medan sebagai penyelenggara perlindungan perempuan dan anak, dalam proses penanganan kasus kekerasan seksual pada