• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

N/A
N/A
Anzjar Azwa

Academic year: 2024

Membagikan "TUGAS BESAR PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

KELURAHAN SUNGAI JAWI LUAR KECAMATAN PONTIANAK BARAT

KOTA PONTIANAK KALIMANTAN BARAT

OLEH : SRI ANZJARWATI

D1051191015 DOSEN PEMBIMBING : Dr. RIZKI PURNAINI, ST. MT

NIP. 197207231998022001

JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK

2021

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat, rahmat, dan hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Tugas Besar Sistem Penyediaan Air Minum di Kelurahan Sungai Jawi Luar, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak, Kalimantan Barat tepat pada waktunya. Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM). Selama menyelesaikan laporan ini, penyusun telah banyak menerima bimbingan, pengarahan, petunjuk dan saran, serta fasilitas yang membantu dari awal hingga akhir dari penulisan serta penyusunan laporan ini. Tugas besar ini dapat diselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik bantuan secara moral maupun materi, terutama kepada dosen pengampu mata kuliah SPAM yaiti Ibu Dr.Rizki Purnaini, ST. MT. Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu, penyusun juga membutuhkan kritik dan saran dari teman-teman mahasiswa maupun dosen agar laporan ini menjadi lebih baik. Penyusun berharap laporan ini dapat dimanfaatkan sebagai referensi oleh mahasiswa Teknik Lingkungan dalam menggali ilmu pengetahuan di bidang ini.

Pontianak, 10 Juni 2021

Penyusun

(3)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan Perencanaan ... 2

1.3 Ruang Lingkup Perencanaan ... 2

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN ... 3

2.1 Letak Geografis dan Administratif ... 3

2.2 Kondisi Penduduk ... 5

2.3 Fasilitas Umum ... 6

2.3.1 Pendidikan ... 6

2.3.2 Fasilitas Ibadah ... 7

2.3.3 Kesehatan ... 7

2.3.4 Ekonomi ... 8

2.4 Kondisi Sosial Ekonomi ... 8

2.5 Sumber Air Baku ... 8

BAB III KRITERIA PERENCANAAN ... 10

3.1 Air Bersih ... 10

3.1.1 Air Permukaan ... 10

3.1.2 Standar Baku Mutu Air ... 11

3.1.3 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih ... 12

3.2 Kebutuhan Air ... 14

3.2.1 Kebutuhan Air Domestik ... 14

3.2.2 Kebutuhan Air Non Domestik ... 15

3.3 Kriteria Perencanaan ... 16

3.4 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) ... 17

3.4.1 Persyaratan Air Minum ... 17

3.5 Unit-Unit Sistem Penyediaan Air Minum ... 18

3.5.1 Unit Air Baku... 18

(4)

iii

3.5.2 Unit Produksi ... 18

3.5.3 Unit Distribusi... 19

3.5.4 Unit Pelayanan ... 19

3.5.5 Unit Pengelolaan ... 19

3.6 Kriteria Perencanaan Bangunan Pengambilan Air ... 20

3.6.1 Jenis Bangunan Pengambilan Air (Intake) ... 21

3.6.2 Komponen Intake ... 25

3.7 Sistem Transmisi ... 26

3.8 Sistem Distribusi ... 27

3.8.1 Layout Pipa Distribusi ... 28

3.8.2 Cara Sistem Distribusi ... 29

3.9 Sistem Reservoir ... 30

3.10 Pompa ... 30

3.11 Hidrolika Aliran Pada Sistem Jaringan Air Minum ... 33

3.11.1 Kehilangan Tekanan ... 34

3.11.2 Kehilangan Energi ... 34

3.12 EPANET ... 35

3.12.1 Langkah-Langkah Menjalankan EPANET ... 35

BAB IV ANALISA KEBUTUHAN AIR ... 39

4.1 Proyeksi Penduduk ... 39

4.1.1 Metode Proyeksi Penduduk ... 39

4.1.2 Perhitungan Metode Proyeksi ... 41

4.1.3 Proyeksi Jumlah Penduduk ... 43

4.2 Proyeksi Kebutuhan Air ... 45

4.2.1 Kebutuhan Air Domestik ... 45

4.2.2 Kebutuhan Air Non Domestik ... 46

4.3 Kebutuhan Air ... 58

4.4 Keperluan Air ... 59

4.5 Fluktuasi Pemakaian Air ... 60

BAB V PERENCANAAN JARINGAN PERPIPAAN ... 62

5.1 Unit Pengambilan Air Baku (Intake) ... 62

5.1.1 Sumber Air Baku ... 62

5.1.2 Bangunan Pengambilan Air Baku... 63

5.1.3 Perhitungan Dimensi Intake... 64

(5)

iv

5.2 Perhitungan Reservoir Air Baku ... 66

5.3 Jaringan Transmisi ... 67

5.3.1 Perhitungan Diameter Pipa Transmisi ... 68

5.3.2 Perhitungan Kehilangan Tinggi Tekanan di Dalam Pipa ... 70

5.4 Pompa Sentrifugal ... 72

5.5 Jaringan Distribusi ... 73

5.5.1 Perhitungan Reservoir Air Bersih ... 76

5.5.2 Perhitungan Pompa Distribusi ... 77

5.6 Hasil dan Analisis Simulasi Epanet ... 79

5.7 Detail Junction ... 80

BAB VI PENUTUP ... 83

6.1 Kesimpulan ... 83

6.2 Saran ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 84 LAMPIRAN

(6)

v

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Statistika Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kelurahan Sungai

Jawi Luar ... 4

Tabel 2.2 Statistika Pemerintahan Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 5

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 5

Tabel 2.4 Jumlah Sarana Pendidikan Kelurahan Sungai Jawi Luar 2015-2019 ... 6

Tabel 2.5 Jumlah Rumah Ibadah Kelurahan Sungai Jawi Luar 2015-2019 ... 7

Tabel 2.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kelurahan Sungai Jawi Luar 2015-2019 .... 7

Tabel 2.7 Jumlah Kegiatan Ekonomi Kelurahan Sungai Jawi Luar 2015-2019 ... 8

Tabel 3.1 Standar Kebutuhan Air Bersih Domestik ... 14

Tabel 3.2 Standar Kebutuhan Air Bersih Non Domestik ... 15

Tabel 4.1 Penentuan Nilai Korelasi Metode Aritmatika ... 42

Tabel 4.2 Penentuan Nilai Korelasi Metode Geometri ... 42

Tabel 4.3 Penentuan Nilai Korelasi Metode Least Square ... 43

Tabel 4.4 Data kependudukan Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 44

Tabel 4.5 Hasil Proyeksi Jumlah Penduduk Kelurahan Sungai Jawi Luar Tahun 2020-2035 ... 44

Tabel 4.6 Kebutuhan Air Domestik Tahun 2020 – 2035 di Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 45

Tabel 4.7 Proyeksi Kebutuhan Air Tingkat TK/RA Kelurahan Sungai Jawi Luar47 Tabel 4.8 Proyeksi Kebutuhan Air Tingkat SD/MI Kelurahan Sungai Jawi Luar 47 Tabel 4.9 Proyeksi Kebutuhan Air Tingkat SMP/MTs Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 48

Tabel 4.10 Proyeksi Kebutuhan Air Tingkat SMA/MA Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 49

Tabel 4.11 Proyeksi Kebutuhan Air Total Fasilitas Pendidikan Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 49

Tabel 4.12 Proyeksi Kebutuhan Air Puskesmas Kelurahan Sungai Jawi Luar... 50

Tabel 4.13 Proyeksi Kebutuhan Air Apotik Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 51

Tabel 4.14 Proyeksi Kebutuhan Air Klinik Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 51

(7)

vi

Tabel 4.15 Proyeksi Kebutuhan Air Total Fasilitas Kesehatan Kelurahan Sungai

Jawi Luar ... 52

Tabel 4.16 Proyeksi Kebutuhan Air Fasilitas Masjid di Kelurahan Sungai Jawi Luar. ... 52

Tabel 4.17 Proyeksi Kebutuhan Air Fasilitas Surau di Kelurahan Sungai Jawi Luar. ... 53

Tabel 4.18 Proyeksi Kebutuhan Air Fasilitas Gereja di Kelurahan Sungai Jawi Luar. ... 54

Tabel 4.19 Proyeksi Kebutuhan Air Fasilitas Vihara di Kelurahan Sungai Jawi Luar. ... 54

Tabel 4.20 Proyeksi Kebutuhan Air Total Fasilitas Ibadah di Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 55

Tabel 4.21 Proyeksi Kebutuhan Air Fasilitas Minimarket di Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 56

Tabel 4.22 Proyeksi Kebutuhan Air Fasilitas Toko di Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 56

Tabel 4.23 Proyeksi Kebutuhan Air Fasilitas Rumah Makan di Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 57

Tabel 4.24 Proyeksi Kebutuhan Air Total Fasilitas Ekonomi di Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 57

Tabel 4.25 Proyeksi Kebutuhan Air Total Non Domestik Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 58

Tabel 4.26 Tabel Kebutuhan Air Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 59

Tabel 4.27 Tabel Keperluan Air Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 59

Tabel 4.28 Fluktuasi Pemakaian Air Hari Maksimum ... 60

Tabel 4.29 Fluktuasi Pemakaian Air Jam Puncak ... 61

Tabel 5.1 Koefisien Hazen-William ... 68

Tabel 5.2 Klasifikasi Jenis Pompa Sentrifugal Yang Ada Dipasaran Klasifikasi Jenis Pompa Sentrifugal ... 73

Tabel 5.3 Klasifikasi Jenis Pompa Sentrifugal Yang Ada Dipasaran Klasifikasi Jenis Pompa Sentrifugal ... 78

(8)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Sungai Jawi Luar ... 3

Gambar 3.1 Tower Intake ... 21

Gambar 3.2 Shore Intake... 22

Gambar 3.3 Siphon Well Intake ... 22

Gambar 3.4 Suspended Intake ... 23

Gambar 3.5 Floating Intake ... 23

Gambar 3.6 Intake Crib ... 24

Gambar 3.7 Direct Intake ... 24

Gambar 3.8 Canal Intake ... 24

Gambar 3.9 Intake Sumur ... 25

Gambar 3.10 Sistem Cabang ... 28

Gambar 3.11 Sistem Gridiron ... 29

Gambar 3.12 Sistem Melingkar ... 29

Gambar 3.13 Diagram Energi Pada Dua Tempat... 34

Gambar 5.1 River Intake ... 63

Gambar 5.2 Daerah Pelayanan Kelurahan Sungai Jawi Luar ... 79

Gambar 5.3 Hasil EPANET Jaringan Perpipaan... 80

Gambar 5.4 Detail Junction 1 - 14 ... 81

Gambar 5.5 Detail Junction 15 – 24 dan Reservoir ... 81

Gambar 5.6 Detail Pipa 1-13 ... 81

Gambar 5.7 Detail Pipa 13-26 ... 81

Gambar 5.8 Detail Pompa ... 82

(9)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Air minum merupakan salah satu aspek penting yang dibutuhkan oleh manusia untuk kelanjutan hidupnya, tetapi saat ini kebutuhan air minum terus meningkat seiring dengan perkembangan populasi manusia. Oleh karena hal tersebut air minum harus tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Salah satu caranya ialah dengan merencanakan suatu Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 27 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum, penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif. Dalam upaya penyediaan air bersih, sistem jaringan distribusi merupakan hal yang sangat penting karena tujuan dari sistem jaringan distribusi tersebut untuk menyalurkan air bersih dari instalasi pengolahan ke masyarakat dengan kualitas, kuantitas dan kontinuitas yang diinginkan serta tekanan yang mencukupi.

Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan untuk membangun, memperluas atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran serta masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 18/PRT/M/2007 Tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, pada Pasal 5 ayat (1) telah disebutkan bahwa Rencana Induk pengembangan SPAM adalah suatu rencana jangka panjang (15-20) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan memuat komponen utama sistem beserta dimensi-dimensinya.

Pelayanan PDAM Pontianak dikategorikan cukup baik, namun ada beberapa permasalahan yang harus diperbaiki yaitu berkaitan dengan sistem distribusinya.

Pada saat musim kemarau, distribusi air tidak lancar, bahkan ada yang tidak

(10)

mendapatkan air, kecuali dengan pemompaan dari rumah masing-masing terutama lokasi yang jauh dari booster. Hal tersebut yang menjadi dasar perencanaan sistem penyediaan air minum di salah satu Kelurahan yang ada di Kecamatan Pontianak Barat yaitu Kelurahan Sungai Jawi Luar. Kelurahan Sungai Jawi Luar merupakan kelurahan terbesar ketiga setelah Kelurahan Pal Lima dan Kelurahan Sungai Beliung. Luas Kelurahan Sungai Jawi Luar sebesar 3,01 Km² dengan jumlah penduduk sebanyak 41.365 jiwa dan kepadatan penduduk sebesar 13.743 km2 (BPS Kecamatan Pontianak Barat, 2020).

1.2 Maksud dan Tujuan Perencanaan

Maksud dari perencanaan sistem penyediaan air minum di Kelurahan Sungai Jawi Luar adalah untuk memenuhi kebutuhan air bagi masyarakat secara memadai baik dalam hal kuantitas, kualitas dan kontinuitas Adapun tujuan perencanaan sistem penyediaan air minum di Kelurahan Sungai Jawi Luar :

1. Membuat rancangan SPAM di Kelurahan Sungai Jawi Luar

2. Menganalisis rancangan berdasarkan kriteria desain berdasarkan proyeksi jumlah penduduk pada tahun perencanaan

1.3 Ruang Lingkup Perencanaan

Ruang lingkup dari tugas perencanaan sistem penyediaan air minum ini yaitu:

1. Memproyeksikan jumlah penduduk dan kebutuhan air di Kelurahan Sungai Jawi Luar untuk 15 tahun kedepan yaitu dari tahun 2020-2035 dengan menggunakan data BPS 5 tahun belakang.

2. Perencanaan sistem transmisi, jenis intake, sumber air baku yang digunakan dan teknis dalam pendistribusian air minum, serta perhitungan dan penggambaran reservoir kepada masyarakat Kelurahan Sungai Jawi Luar.

3. Perhitungan jaringan perpipaan dan pembagian debit, serta mendesain sistem eksisting dan menganalisis menggunakan program EPANET untuk wilayah Kelurahan Sungai Jawi Luar.

(11)

3 BAB II

GAMBARAN UMUM DAERAH PERENCANAAN 2.1 Letak Geografis dan Administratif

Lokasi perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum berada di Kelurahan Sungai Jawi Luar, Kecamatan Pontianak Barat, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Lokasi ini dipilih agar air bersih yang terdistribusi kepada masyarakat dapat terlaksana dengan baik dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Kelurahan Sungai Jawi Luar merupakan salah satu kelurahan yang berada di kecamatan Pontianak Barat. Kecamatan Pontianak Barat terdiri dari 4 kelurahan dengan luas wilayah 1.682 Ha atau sekitar 33% dari luas total Kota Pontianak.

Kelurahan Sungai Jawi Luar merupakan kelurahan dengan luas wilayah sebesar (3,01 km2) dari wilayah Kecamatan Pontianak Barat. (BPS Kecamatan Pontianak Barat Dalam Angka 2019).

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Sungai Jawi Luar (Sumber : BPS Kecamatan Pontianak Barat, 2019)

(12)

Kecamatan Pontianak Barat dibentuk berdasarkan SK Gubernur Kalimantan Barat No. 22/Pem.A/1961 tanggal 8 Agustus 1961 meliputi wilayah yang saat ini merupakan wilayah Kecamatan Pontianak Barat dan Pontianak Kota. Dengan batas Sungai Jawi, Kecamatan Pontianak Kota kemudian dibentuk sebagai hasil pemekaran berdasarkan Perda Kota Pontianak No. 5 Tahun 2002, menyisakan wilayah Pontianak Barat seperti yang dikenal saat ini. Kecamatan Pontianak Barat terletak di antara Kecamatan Pontianak Kota dan Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya dengan luas wilayah 1.682 Ha atau sekitar 33 persen dari luas Kota Pontianak. Kelurahan Sungai Sungai Jawi Luar berbatasan dengan tiga kecamatan dan satu sungai, batas-batas Kelurahan Sungai Jawi Luar adalah sebagai berikut:

1. Utara : Sungai Kapuas

2. Selatan : Kecamatan Pontianak Kota

3. Timur : Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya 4. Barat : Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Kubu Raya

Kelurahan Sungai Jawi Luar merupakan kelurahan terkecil sebelum Kelurahan Sungai Jawi Dalam. Jumlah penduduk Kelurahan Sungai Jawi Luar yang tercatat pada tahun 2019 adalah sebanyak 41.365 jiwa yang terdiri dari 20.528 penduduk laki-laki dan 20.837 penduduk perempuan. Kepadatan penduduk di Kelurahan Sungai Jawi Luar merupakan kepadatan penduduk terbesar kedua setelah Kelurahan Sungai Jawi Dalam. Kepadatan penduduk Kelurahan Sungai Jawi Luar yaitu sebesar 13.743 km2 pada tahun 2019.

Tabel 2.1 Statistika Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kelurahan Sungai Jawi Luar

Tahun 2015 2016 2017 2018 2019

Luas Wilayah 3,01 km2 3,01 km2 3,01 km2 3,01 km2 3,01 km2

Kepadatan 12.367 km2

13.141 km2

13.324 km2

13.554 km2

13.743 km2 Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Pontianak Barat

(13)

Seperti yang terlihat pada tabel di atas, dari tahun 2015 sampai tahun 2019 terjadi peningkatan kepadatan penduduk. Kepadatan penduduk ini dipengaruhi oleh jumlah populasi penduduk yang tiap tahunnya terus bertambah. Apabila kepadatan penduduk terus bertambah setiap tahunnya maka dapat berdampak terhadap ketersediaan air.

Tabel 2.2 Statistika Pemerintahan Kelurahan Sungai Jawi Luar Wilayah

Administratif

Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

RW 29 155 155 29 29

RT 156 29 29 155 155

Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Pontianak Barat

2.2 Kondisi Penduduk

Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk baik pertambahan maupun penurunannya, bisa dihitung sebagai perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi. Pertumbuhan penduduk di suatu wilayah dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan penduduk dapat dipengaruhi oleh mortalitas, fertilitas, dan migrasi.

Tabel 2.3 Jumlah Penduduk di Kelurahan Sungai Jawi Luar

Jumlah Penduduk Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 Laki-Laki 18.320 19.659 19.934 20.267 20.528 Perempuan 18.904 19.894 20.172 20.530 20.837 Jumlah Total (Jiwa) 37.224 39.553 40.106 40.797 41.365 Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Pontianak Barat

Berdasarkan data yang didapatkan dari Badan Pusat Statistika Kecamatan Pontianak Barat, selama lima tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah penduduk dari tahun 2015-2019. Peningkatan jumlah penduduk di Kelurahan Sungai Jawi Luar terus meningkat di setiap tahunnya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seperti angka kelahiran yang lebih tinggi dibandingkan angka kematian.

Jumlah populasi paling tinggi terjadi pada tahun 2019 yaitu ada 41.365 orang yang mendiami daerah di Kelurahan Sungai Jawi Luar. Jika dihitung kepadatan

(14)

penduduknya, kelurahan ini masih tergolong sangat padat dengan angka kepadatan tertinggi kedua dari Kelurahan Sungai Jawi Dalam di Kecamatan Pontianak Barat.

Kelurahan Sungai Jawi Luar memiliki luas wilayah paling kecil kedua dibandingkan kelurahan lain di Kecamatan Pontianak Barat, dengan luas wilayah 3,01 km2, Kelurahan Sungai Jawi Luar memiliki nilai rata-rata kepadatan penduduk untuk lima tahun terakhir sebesar 13.225 km2.

2.3 Fasilitas Umum 2.3.1 Pendidikan

Pendidikan menjadi salah satu aspek yang sangat penting dalam pembangunan masyarakat dimana tingkat pendidikan yang tinggi akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang rendah menunjukkan bahwa pembangunan di masyarakat tersebut juga kurang baik. Oleh karena itulah, penyediaan fasilitas pendidikan untuk masyarakat menjadi tugas yang penting agar masyarakat bisa dengan mudah mendapatkan akses pendidikan.

Tabel 2.4 Jumlah Sarana Pendidikan Kelurahan Sungai Jawi Luar 2015-2019 Tingkat

Pendidikan

Tahun

2015 2016 2017 2018 2019 TK/RA

Sekolah 4 8 1 1 5

Murid 609 600 77 77 288

Guru 43 48 6 6 30

SD/MI

Sekolah 9 9 9 9 9

Murid 3.985 3194 3419 3419 3.628

Guru 177 155 153 153 168

SMP/MTs

Sekolah 6 3 3 3 2

Murid 1276 1160 514 514 478

Guru 94 60 42 42 31

SMA/MA

Sekolah 4 4 4 4 3

Murid 1105 427 1271 1271 1271

Guru 73 105 67 67 84

Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Pontianak Barat

(15)

2.3.2 Fasilitas Ibadah

Adanya fasilitas ibadah sangatlah penting bagi masyarakat untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing- masing. Penyediaan fasilitas rumah ibadah bagi masyarakat menjadi salah satu tugas pemerintah agar masyarakat bisa mendapatkan akses dengan sangat mudah dalam menjalankan ibadah masing-masing.

Tabel 2.5 Jumlah Rumah Ibadah Kelurahan Sungai Jawi Luar 2015-2019

Sarana Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Masjid 14 13 13 13 13

Surau/Langgar 22 25 25 25 25

Gereja 2 2 2 1 1

Vihara - - 1 1 1

Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Pontianak Barat

2.3.3 Kesehatan

Tingkat kesehatan dalam masyarakat menjadi salah satu acuan keberhasilan pembangunan di suatu daerah. Untuk meningkatkan angka kesehatan masyarakat tersebut, maka dibangunlah berbagai macam fasilitas yang difungsikan sebagai sarana dalam membantu peningkatan kesehatan masyarakat.

Tabel 2.6 Jumlah Fasilitas Kesehatan Kelurahan Sungai Jawi Luar 2015-2019

Sarana Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Puskesmas 1 1 1 1 2

Apotik 2 2 2 2 2

Poliklinik 2 2 4 4 1

BKIA 1 1 - - -

Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Pontianak Barat

(16)

2.3.4 Ekonomi

Kegiatan ekonomi dalam suatu wilayah dilakukan agar dapat emenuhi kebutuhan hidup seseorang yang melakukan kegiatan ekonomi, untuk mendapat keuntungan serta dapat meningkatkan ekonomi nasional. Dengan adanya kegiatan ekonomi maka akan berdampak pada perubahan pada aspek sosial dan ekonomi masyarakat.

Tabel 2.7 Jumlah Kegiatan Ekonomi Kelurahan Sungai Jawi Luar 2015-2019

Sarana Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Minimarket 3 4 4 5 5

Toko 31 33 35 37 40

Rumah

Makan 10 12 14 16 18

Sumber: Badan Pusat Statistika Kecamatan Pontianak Barat

2.4 Kondisi Sosial Ekonomi

Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di Kelurahan Sungai Jawi Luar juga dapat mempengaruhi banyaknya konsumsi air yang digunakan serta mempengaruhi kriteria perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum. Pekerjaan masyarakat di Kelurahan Sungai Jawi Luar bermacam-macam, seperti pedagang, wirausaha, penjual jasa (sol sepatu, ojek online, tukang becak, dan lain-lain) dan pekerjaan lainnya, dengan beraneka ragam pekerjaan di Kelurahan Sungai Jawi maka air yang digunakan juga cukup banyak, selain itu juga menciptakan lingkaran ekonomi yang cukup baik. Sehingga dalam pemilihan kriteria perencanaan SPAM di Kelurahan Sungai Jawi Luar harus menggunakan perencanaan dengan nilai ekonomis yang sedang.

2.5 Sumber Air Baku

Sumber air baku aktivitas dan air minum bagi masyarakat Kelurahan Sungai Jawi Luar berasal dari air permukaan yang berasal dari Sungai Kapuas. Selain itu, masyarakat juga menggunakan sumber air baku dari air hujan, air sumur, dan air cekung tanah untuk kegiatan sampingan lainnya. Air yang akan didistribusikan tersebut akan diolah oleh perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Secara keseluruhan sistem pengaliran air yang ada pada PDAM Tirta Khatulistiwa untuk

(17)

Kota Pontianak mulai dari Intake air baku sampai ke pelanggan dilakukan dengan sistem pemompaan selama 24 jam. Pengolahan air dilakukan di dengan total kapasitas terpasang sebesar 450 L/det atau 38.880 m3/hari. PDAM Tirta Khatulistiwa juga menggunakan sumber air baku yang berasal dari Sungai Landak jika air Sungai Kapuas tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai sumber air baku di saat situasi dan kondisi tertentu. Dilansir dari Kompas.com, pada tahun 2016 Bapak Sutarmidji yang pada saat itu masih menjabat sebagai Walikota Kota Pontianak pernah menyarankan Sungai Jawi sebagai alternatif sumber air baku untuk PDAM Tirta Khatulistiwa saat musim kemarau atau ketika air baku PDAM terinterusi air laut.

(18)

10 BAB III

KRITERIA PERENCANAAN 3.1 Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes No. 492/Menkes/PER/IV/2010) dan penyediaan air bersih yang layak untuk dikonsumsi harus memenuhi Permenkes No. 907/Menkes/SK/VII/2002. Penyediaan air bersih harus memenuhi konsep 3K yaitu:

1. Kualitas air bersih, air bersih dipengaruhi oleh bahan baku air itu sendiri atau mutu air tersebut baik yang langsung berasal dari alam atau yang sudah melalui proses pengolahan.

2. Kuantitas air, tergantung jumlah dan ketersediaan air akan diolah pada penyediaan air bersih yang dibutuhkan sesuai dengan banyaknya konsumen yang akan dilayani.

3. Kontinuitas air, menyangkut kebutuhan air yang terus menerus digunakan karena air merupakan kebutuhan pokok manusia apalagi air sangat dibutuhkan pada saat musim kemarau tiba.

3.1.1 Air Permukaan

Air permukaan adalah bagian dari air hujan yang tidak mengalami infiltrasi (peresapan) atau air hujan yang mengalami peresapan dan muncul kembali ke permukaan bumi. Air permukaan dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu limpasan, sungai, danau, dan rawa. Salah satu jenis air permukaan yaitu sungai sebagai sumber air yang penting dan banyak dimanfaatkan, sepanjang keberadaannya cukup dalam jumlah dan kualitas untuk berbagai keperluan seperti rumah tangga, irigasi, industri, aktivitas perdesaan dan perkotaan serta kehidupan organisme lainnya dalam suatu ekosistem (Poedjiastoeti, dkk, 2017).

(19)

Air permukaan merupakan air hujan yang mengalir dipermukaan bumi.

Pada umumnya air permukaan ini akan mengalami pengotoran selama pengairannya. Seperti air lumpur, batang-batang kayu, daun-daun, kotoran industri kota dan lainnya (Sutrisno dkk., 2010). Air permukaan dibagi atas 2 macam, yaitu :

a. Air sungai

Air sungai berasal dari mata air dan air hujan yang mengalir pada permukaan tanah. Secara fisik, air sungai terlihat berwarna cokelat dengan tingkat kekeruhan yang tinggi karena bercampur dengan pasir, lumpur, kayu, dan kotoran lainnya.

b. Air rawa

Air rawa merupakan air permukaan yang mengumpul pada cekungan permukaan tanah. Permukaan air biasanya berwarna hijau kebiruan. Warna tersebut disebabkan oleh banyaknya lumut yang tumbuh permukaan air maupun dasar rawa (Alamsyah, 2006).

Air permukaan yang dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi adalah air yang terdapat proses sirkulasi air (siklus hidrologi), jika sirkulasi tidak merata makan akan terjadi bermacam kesulitan diantaranya sirkulasi yang kurang, maka kekurangan air ini harus ditambah dalm suatu usaha pemanfaatan air (Sosrodarsono, 2006). Air hujan yang jatuh ke bumi dan menjadi air permukaan memiliki kadar bahan-bahan terlarut atau unsur hara yang sangat sedikit. Air hujan biasanya bersifat asam, dengan nilai pH sekitar 4,2. Hal ini disebabkan air hujan melarutkan gas-gas yang terdapat di atmosfer, misalnya gas karbondioksida (CO2), Sulfur (S), dan Nitrogen oksida (NO2) yang dapat membentuk asam lemah. Setelah jatuh ke permukaan bumi, air hujan mengalami kontak dengan tanah dan melarutkan bahan-bahan yang terkandung di dalam tanah (Effendi, 2003).

3.1.2 Standar Baku Mutu Air

Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, mengkalisifikasikan air ke dalam empat kelas berdasarkan peruntukannya, yaitu:

(20)

1. Kelas I, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dana tau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

2. Kelas II, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan tau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas III, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanian, dan tau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas IV, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi, pertanian, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3.1.3 Persyaratan Dalam Penyediaan Air Bersih

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

173/Men.Kes/Per/VII/1977 tentang pengawasan pencemaran air dan badan air untuk berbagai kegunaan yang berhubungan dengan kesehatan. Penyediaan air harus memenuhi kuantitas dan kualitas, yaitu:

1. Persyaratan Kualitas

Persyaratan kualitas menggambarkan mutu dari air baku air bersih.

Dalam Modul Gambaran Umum Penyediaan dan Pengolahan Air Minum Edisi Maret 2003 dinyatakan bahwa persyaratan kualitas air bersih adalah sebagai berikut:

a. Persyaratan Fisik

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa.

Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25°C, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25°C ± 3°C.

b. Persyaratan Kimiawi

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah:

(21)

pH yang diperbolehkan berkisar antara 6,5-8,5, total solid, zat organik, CO2 agresif, 4 kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), chloride (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.

c. Persyaratan Bakteriologis

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasit yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. Coli atau fecal coli dalam air.

d. Persyaratan Radioaktifitas

Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa, beta dan gamma.

2. Persyaratan Kuantitas (Debit)

Persyaratan kuantitas dalam penyediaan air bersih adalah ditinjau dari banyaknya air baku yang tersedia. Artinya air baku tersebut dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebutuhan daerah dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Persyaratan kuantitas juga dapat ditinjau dari standar debit air bersih yang dialirkan ke konsumen sesuai dengan jumlah kebutuhan air bersih. Kebutuhan air bersih masyarakat bervariasi, tergantung pada letak geografis, kebudayaan, tingkat ekonomi, dan skala perkotaan tempat tinggalnya.

3. Persyaratan Kontinuitas

Air baku untuk air bersih harus dapat diambil terus menerus dengan fluktuasi debit yang relatif tetap, baik pada saat musim kemarau maupun musim hujan. Kontinuitas juga dapat diartikan bahwa air bersih harus tersedia 24 jam per hari, atau setiap saat diperlukan, kebutuhan air tersedia.

Akan tetapi kondisi ideal tersebut tidak dapat dipenuhi pada setiap wilayah di Indonesia, sehingga untuk menentukan tingkat kontinuitas pemakaian air dapat dilakukan dengan cara pendekatan aktivitas konsumen terhadap prioritas pemakaian air. Prioritas pemakaian air yaitu minimal selama 12 jam per hari, yaitu pada jam-jam aktifitas kehidupan, yaitu pada pukul 06.00 – 18.00. yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir

(22)

pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat. Sistem jaringan perpipaan didesain untuk membawa suatu kecepatan aliran tertentu.

Kecepatan dalam pipa tidak boleh melebihi 0,6-1,2 m/dt. Ukuran pipa 5 harus tidak melebihi dimensi yang diperlukan dan juga tekanan dalam sistem harus tercukupi. Dengan analisis jaringan distribusi, dapat ditentukan dimensi atau ukuran pipa yang diperlukan sesuai dengan tekanan minimum yang diperbolehkan agar kuantitas aliran terpenuhi.

Kontinuitas aliran sangat penting ditinjau dari dua aspek. Pertama adalah kebutuhan konsumen. Sebagian besar konsumen memerlukan air untuk kehidupan dan pekerjaannya, dalam jumlah yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan pada waktu yang tidak ditentukan. Karena itu, diperlukan reservoir pelayanan dan fasilitas energi yang siap setiap saat.

3.2 Kebutuhan Air

Kebutuhan air yang dimaksud adalah kebutuhan air yang digunakan untuk menunjang segala kegiatan manusia, meliputi air bersih domestik dan non domestik, air irigasi baik pertanian maupun perikanan, dan air untuk penggelontoran kota. Air bersih digunakan untuk memenuhi kebutuhan:

a. Kebutuhan Air Domestik : keperluan rumah tangga.

b. Kebutuhan Air Non Domestik : untuk industri, pariwisata, tempat ibadah, tempat sosial, serta tempat-tempat umum lainnya.

3.2.1 Kebutuhan Air Domestik

Kebutuhan Air domestik sangat ditentukan oleh jumlah penduduk dan konsumsi perkapita. Estimasi populasi untuk masa yang akan datang merupakan salah satu parameter utama dalam penentuan kebutuhan air domestik. Standar kebutuhan air domestik yaitu kebutuhan air bersih yang digunakan pada tempat-tempat hunian pribadi untuk memenuhi hajat hidup sehari-hari,seperti pemakaian air untuk minum, mandi, dan mencuci. Satuan yang dipakai adalah liter/orang/hari.

Tabel 3.1 Standar Kebutuhan Air Bersih Domestik

No. Jenis Pemakaian Kebutuhan

1 Sambungan Rumah Tangga 150 L/Org/Hari

(23)

2 Hidran Umum 30 L/Org/Hari Sumber: Perencanaan Ditjen Dinas PU, 2007

3.2.2 Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan air non domestik meliputi pemanfaatan komersial, kebutuhan institusi dan kebutuhan industri. Kebutuhan air komersial untuk suatu daerah cenderung meningkat sejalan dengan peningkatan penduduk dan perubahan tataguna lahan. Kebutuhan institusi antara lain meliputi kebutuhan-kebutuhan air untuk sekolah, rumah sakit, gedung-gedung pemerintah, tempat ibadah dan lain-lain.

Tabel 3.2 Standar Kebutuhan Air Bersih Non Domestik

No. Jenis Pemakaian Kebutuhan

Fasilitas Pendidikan

1 TK 10 L/Org/Hari

2 SD 40 L/Org/Hari

3 SMP 50 L/Org/Hari

4 SMA/SMK 80 L/Org/Hari

Tempat Ibadah

5 Masjid 800 L/Unit/Hari

6 Surau 300 L/Unit/Hari

7 Gereja 200 L/Unit/Hari

8 Vihara 100 L/Unit/Hari

9 Kelenteng 100 L/Unit/Hari

Perniagaan Dan Industri

10 Peternakan (Sapi) 40 L/Ekor/Hari

11 Industri Kecil 25 L/Org/Hari

12 Hotel 150 L/Bed/Hari

13 Pasar 3000 L/Unit/Hari

Fasilitas Kesehatan

14 Rumah Sakit Umum 400 L/Bed/Hari

15 Rumah Sakit Bersalin 1000 L/Unit/Hari

16 Puskesmas 1200 L/Unit/Hari

(24)

17 Klinik 800 L/Unit/Hari

18 Posyandu 800 L/Unit/Hari

19 Apotek 100 L/Unit/Hari

Sumber: Perencanaan Ditjen Dinas PU, 2007

3.3 Kriteria Perencanaan a) Kebutuhan rata-rata

Kebutuhan Air Rata-Rata adalah kebutuhan air bersih rata-rata setiap hari.

Pemakaian air rata-rata dalam satu hari merupakan pemakaian air dalam setahun dibagi dengan 365 hari.

b) Kebutuhan maksimum (Qmax)

Kebutuhan air hari maksimum adalah kebutuhan air bersih terbesar yang terjadi pada suatu hari dalam satu tahun. Fluktuasi pemakaian air dari hari ke hari dalam satu tahun sangat bervariasi dan terdapat satu hari dimana pemakaian air lebih besar dibandingkan dengan hari lainnya. Kebutuhan air pada hari maksimum digunakan sebagai dasar perencanaan untuk menghitung kapasitas bangunan penangkap air, perpipaan transmisi dan Instalasi Pengolahan Air (IPA). Faktor hari maksimum (fm) berkisar antara 1,1 sampai 1,5 (Lampiran III Permen PU NO. 18 Tahun 2007).

c) Kebutuhan Puncak (Qpeak)

Kebutuhan air jam puncak adalah kebutuhan air bersih tertinggi yang terjadi pada jam-jam sibuk (tertentu) setiap hari. Faktor jam puncak (fp) adalah suatu kondisi dimana pemakaian air pada jam tersebut mencapai maksimum. Faktor jam puncak biasanya dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan tingkat perkembangan kota, dimana semakin besar jumlah penduduknya semakin beraneka ragam aktivitas penduduknya. Dengan bertambahnya aktivitas penduduk, maka fluktuasi pemakaian air semakin kecil. Berdasarkan standar yang tercantum dalam Lampiran III Permen PU No.18 Tahun 2007, faktor jam puncak (fp) berkisar antara 1,15.

(25)

3.4 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Menurut Permen PU No. 18/PRT/M/2007, Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) merupakan sarana dan prasarana air minum yang meliputi kesatuan fisik (teknis) dan non fisik (non teknis). Perencanaan teknis terinci pengembangan SPAM yang selanjutnya. Perencanaan teknis adalah suatu rencana rinci pembangunan SPAM di suatu kota atau kawasan meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, dan unit pelayanan. Perencanaan teknis disusun berdasarkan rencana induk pengembangan SPAM yang telah ditetapkan, hasil studi kelayakan, jadwal pelaksanaan konstruksi, dan kepastian sumber pembiayaan serta hasil konsultasi teknis dengan dinas teknis terkait.

Penyelenggaraan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan, konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut penyelenggara adalah Badan Usaha Milik Negara/

Badan Usaha Milik Daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

Kriteria perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) harus berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku. Berdasarkan Pasal 34 UU No. 7 Tahun 2004, dinyatakan bahwa pengembangan sumber daya air pada wilayah sungai ditujukan untuk peningkatan kemanfaatan fungsi sumber daya air guna memenuhi kebutuhan air baku untuk rumah tangga, pertanian, industri, pariwisata, pertahanan, pertambangan, ketenagaan, perhubungan, dan untuk berbagai keperluan lainnya.

3.4.1 Persyaratan Air Minum

Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Np. 492/2010 Pasal 3, Air minum aman bagi kesehatan apabila memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi, dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan tambahan.

1. Persyaratan fisika, yaitu:

a) Tidak berbau

(26)

b) Jumlah zat padat yang terlarut kurang dari 500 mg/L c) Kekeruhan kurang dari 5 skala NTU

d) Tidak berasa

e) Suhu 0℃, suhu udara ±3℃

f) Tidak berwarna, kurang dari 15 skala NCU 2. Persyaratan kimia, yaitu:

a) pH 6,5 – 8,5

b) Kadar kimia anorganik dan kimia organik, sesuai dengan PP RI No 82 Tahun 2001

3. Persyaratan mikrobiologis, yaitu:

a) Koliform 0/100mL b) Total koliform 0/100mL 4. Persyaratan radioaktif, yaitu:

a) Aktivitas 𝛼 kurang dari 0,1 Bg/L b) Aktivitas 𝛽 kurang dari 1,0 Bg/L

3.5 Unit-Unit Sistem Penyediaan Air Minum

Menurut Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 Tentang Sistem Pengembangan Air Minum menyebutkan bahwa sistem penyediaan air minum terdiri dari unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan sebagai berikut:

3.5.1 Unit Air Baku

Unit Air Baku dapat terdiri dari bangunan penampungan air, bangunanpengambilan/penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan, dan/atau bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya. Unit air baku, merupakan sarana pengambilan dan/atau penyediaan air baku. Air baku wajib memenuhi baku mutu yang ditetapkan untuk penyediaan air minum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan.

3.5.2 Unit Produksi

Unit Produksi merupakan prasarana dan sarana yang dapat digunakan untuk mengolahair baku menjadi air minum melalui proses fisik, kimiawi,

(27)

dan/atau biologi. Unit produksi, dapat terdiri dari bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, serta bangunan penampungan air minum.

3.5.3 Unit Distribusi

Unit Distribusi terdiri dari sistem perpompaan, jaringan distribusi, bangunanpenampungan, alat ukur dan peralatan pemantauan. Unit distribusi wajib memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran, yang memberikan jaminan pengaliran 24 jam per hari. Unit distribusi merupakan prasarana dan sarana yang digunakan untuk memberikan kepastian kuantitas, kualitas air, dan kontinuitas pengaliran (memberikan jaminan pengaliran 24 jam per hari). Unit distribusi terdiri dari :

1. Sistem perpompaan, 2. Jaringan distribusi, 3. Bangunan penampungan,

4. Alat ukur dan peralatan pemantauan.

Air minum yang dihasilkan dari SPAM yang digunakan oleh masyarakat pengguna/pelanggan harus memenuhi syarat kesehatan. Baku mutu air minum Keputusan Menteri Kesahatan No. 32 Tahun 2017 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum.

3.5.4 Unit Pelayanan

Unit Pelayanan terdiri dari sambungan rumah, hidran umum, dan hidran kebakaran. Besaran pelayanan diukur pada sambungan rumah dan hidran umum harus dipasang alat ukur berupa meter air. Distribusi air harus dijamin keakurasiannya, meter air wajib ditera secara berkala oleh instansi yang berwenang.

3.5.5 Unit Pengelolaan

Unit Pengelolaan terdiri dari pengelolaan teknis dan pengelolaan nonteknis. Pengelolaan teknis terdiri dari kegiatan operasional, pemeliharaan dan pemantauan dari unit air baku, unit produksi dan unit distribusi. Sedangkan pengelolaan non teknis terdiri dari administrasi dan pelayanan.

(28)

3.6 Kriteria Perencanaan Bangunan Pengambilan Air

Intake adalah suatu konstruksi yang berguna untuk mengambil air dari sumber air di permukaan tanah seperti reservoir, sungai, danau atau kanal. Konstruksi intake disesuaikan menurut konstruksi bangunan air dan umumnya secara kualitas airnya kurang baik namun biasanya secara kuantitas airnya cukup banyak.

Bangunan penyadap atau intake adalah unit yang berfungsi untuk menyadap atau mengambil air baku dari badan air sesuai dengan debit yang diperlukan unutk pengolahan. Variasi kualitas air permukaan sangat berarti dalam menentukan titik pengambilan air (Yunanto, 2007). Berikut fungsi intake secara umum :

1. Mengumpulkan air baku dari sumber untuk menjaga kuantitas debit air yang dibutuhkan oleh instalasi.

2. Menyaring benda-benda kasar dengan menggunakan bar screen.

3. Mengambil air baku yang sesuai dengan debit yang diperlukan oleh instalasi pengolahan yang direncanakan untuk menjaga kontinuitas penyediaan atau pengambilan air dari sumber.

Adapun persyaratan lokasi penempatan dan konstruksi bangunan pengambilan air yang akan di bangun di Kelurahan Sungai Jawi Luar antara lain :

1. Penempatan bangunan pengambilan air berlokasi di tempat dimana tidak terdapat arus/aliran kuat yang dapat merusak intake.

2. Bangunan pengambilan air sebaiknya tertutup untuk mencegah masuknya sinar matahari yang bisa menstimulus pertumbuhan lumut atau ganggang di air maupun pengotor-pengotor dari luar.

3. Bangunan intake harus kedap air

4. Selama banjir, air tidak boleh masuk ke dalam intake

5. Konstruksi bangunan pengambilan air direncanakan dengan umur rencana yaitu 15 tahun.

Faktor utama sistem intake adalah reabilitas, keamanan, operasi minimal dan biaya pemeliharaan. Intake hendaknya ditempatkan pada sungai sebagai sumber air permukaan. Sumber air baku berasal dari air sungai permukaan, maka sistem intake berupa intake sungai. Bangunan intake menurut cara pengambilan ada dua yaitu :

1. Intake gravitasi adalah bangunan penangkap air dari sumber yang menggunakan prinsip gavitasi.

(29)

2. Intake perpompaan adalah bangunan penangkap air dari sumber air yang menggunakan bantuan pompa.

3.6.1 Jenis Bangunan Pengambilan Air (Intake)

Bangunan intake banyak jenis dan sangat tergantung dari lokasi sumber air baku serta faktor biaya seperti biaya konstruksi, operasional maupun pemeliharaannya. Selain itu, juga tergantung pada tingkat sedimentasi dari lokasi sumber air baku, faktor estetis juga bisa menjadi pertimbangan, kombinasi dari beberapa tipe bangunan intake juga bisa dilakukan untuk mengakomodir kondisi di lapangan. Adapan tipe dari bangunan intake yaitu :

1. Tower Intake

Intake tower digunakan untuk air permukaan dengan kedalaman air berada dalam level tertentu. Intake tower terletak pada bagian pelimpahan atau dekat sisi bendungan. Pondasi menara (tower) terpisah dari bendungan dan dibangun pada bagian hulu. Menara terdiri dari atas beberapa inlet yang terletak pada ketinggian bervariasi untuk mengantisipasi fluktuasi tinggi muka air dapat mengalir secara gravitasi ke fasilitas penjernihan air, maka intake tower tidak diperlukan.

Gambar 3.1 Tower Intake 2. Shore Intake

Shore intake adalah intake yang dibangun di tepi sungai berupa rumah pompa dengan intake berada dibawah permukaan air minimum.

Menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur pengumpul. Intake ini lebih ekonomis untuk air sungai yang mempunyai perbedaan level muka air pada musim hujan dan musim kemarau yang cukup tinggi.

(30)

Gambar 3.2 Shore Intake

Shore Intake terbagi atas 3 jenis, yakni siphon well intake, suspended intake dan floating intake. Berikut uraian masing-masing jenis shore intake:

a. Siphon Well Intake

Siphon well intake yaitu bangunan intake pada tepi sungai dan air baku dialirkan dengan menggunakan siphon (pipa pemindah) menuju sumur pengumpul dan akan dipompakan menuju instalasi pengolahan. Ciri khas dari intake ini adalah memiliki saluran air masuk ke bangunan intake berupa pipa, sehingga tekanan air yang berfluktuasi tidak memberi pengaruh pada interior intake.

Gambar 3.3 Siphon Well Intake b. Suspended Intake

Memiliki karakteristik tersendiri yakni pipa hisap dibenamkan kedalam sumber air tanpa menggunakan bangunan pelindung dan langsung tercampur dengan aliran sumber air.

(31)

Gambar 3.4 Suspended Intake c. Floating Intake

Floating Intake yaitu intake dengan rumah pompa yang dapat bergerak mengikuti ketinggian muka air dan dihubungkan dengan pipa yang dapat mengikuti pergerakan pompa karena menggunakan flexible joint.

Gambar 3.5 Floating Intake 3. Intake Crib

Intake crib adalah intake yang dibangun di dasar sungai/sumber air baku yang dilengkapi pipa dengan screen dan pipa untuk mengalirkan air ke instalasi pengolahan.

(32)

Gambar 3.6 Intake Crib 4. Direct Intake

Intake jenis ini mungkin dibangun jika sumber air memiliki kedalaman yang besar seperti sungai dan danau dan apabila tanggul tahan terhadap erosi dan sedimentasi. Keuntungan dari intake jenis ini yaitu biaya konstruksi lebih murah dari jenis intake yang lain.

Gambar 3.7 Direct Intake 5. Canal Intake

Ketika air diambil dari kanal, ruangan yang terbuat dari batu dengan lubang dibangun di pinggiran kanal. Lubang tersebut dilengkapi dengan saringan kasar. Dari ruangan batu, air diambil menggunakan pipa yang memiliki bell mouth, yang dilapisi dengan tutup hemispherical yang berlubang-lubang. Luas daerah lubang yang terdapat pada penutup adalah satu pertiga dari area hemisphere. Karena pembangunan intake di kanal, lebar kanal menjadi berkurang dan mengakibatkan meningkatnya kecepatan aliran. Hal ini dapat menyebabkan penggerusan tanah, oleh karena itu di bagian hulu dan hilir intake harus dilapisi.

Gambar 3.8 Canal Intake

(33)

6. Intake Sumur

Intake sumur adalah intake berupa sumur beton berdiameter 3-6 m yang dilengkapi dua atau lebih pipa besar (penstock) yang dilengkapi dengan katup sehingga memungkinkan air memasuki intake secara berkala, lalu air yang terkumpul dalam sumur dipompa ke instalasi pengolahan (Al-Layla, 1978).

Gambar 3.9 Intake Sumur 3.6.2 Komponen Intake

Beberapa hal dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu:

1. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk menuju sumur pengumpul.

2. Sumur pengumpul (Sump well)

Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas area yang cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 m dibawah dasar sungai atau tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan.

Konstruksi sumur disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya terbuat dari beton dengan ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal.

3. Screen

Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul, berfungsi untuk menyaring padatan atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku. Adapun dari jenis-jenis screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan bukaan atau jarak antar bar, yaitu :

a. Saringan kasar (coarse screen)

(34)

Menjaga alat-alat dan biasanya digunakan pada pengolahan pertama.

Tipenya secara umum adalah bara rack (bar screen), coarse weir, screen, dan kominutor.

b. Saringan halus (fine screen)

Bukaan berkisar antara 2,3 – 6 mm, bahkan untuk instalasi tertentu bisa lebih kecil dari 2,3 mm. Biasanya digunakan untuk primary treatment atau pre treatment. Pompa intake (dengan Bell Mouth strainer, pipa suction, discharge, valve, dan aksesoris lainnya).

c. Strainer

Menyaring benda-benda yang terkandung dalam air baku, perlu direncanakan strainer pada ujung pipa suction pompa intake. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :

1. Kecepatan melalui lubang strainer = 0,15 – 0,3 m/dt, dan dianjurkan untuk berada pada batas rendah untuk mencegah masuknya padatan dari dasar badan air.

2. Bukaan pada lubang strainer antara 6 – 12 mm. 3. Luas area strainer adalah 2 kali dari luas total lubang.

d. Pipa Suction dan Discharge

Kecepatan pada pipa suction antara 1 – 1,5 m/dt.

e. Valve

Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam pengontrolan aliran, penggantian, perbaikan, dan perawatannya.

3.7 Sistem Transmisi

Sistem perpipaan transmisi ini bertujuan untuk menyalurkan air dari sumber air baku, misalnya mata air menuju ke bangunan pengolahan, serta mengalirkan air hasil olahan menuju ke reservoir induk. Sistem transmisi air bersih dapat dilakukan dengan beberapa cara tergantung kondisi topografi yang menghubungkan sumber air dengan reservoir induk. Sistem perpipaan yang digunakan tergantung topografi dari wilayahnya, dan dapat dilakukan secara gravitasi, pemompaan maupun kombinasi pemompaan dan gravitasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan sistem transmisi adalah :

(35)

1. Sistem Pengaliran Air Baku

Cara untuk mengalirkan air dari sumber air baku ke reservoir di Kelurahan Sungai Jawi Luar yaitu dengan sistem pipa (pipa line), dimana air dialirkan melalui sistem perpipaan dengan tekanan lebih besar dari pada tekanan udara luar.

2. Tipe Pengaliran Jaringan Pipa Transmisi

Tipe pengaliran jaringan pipa pada sistem transmisi di Kelurahan Sungai Jawi Luar yaitu dengan menggunakan sistem perpipaan. Sistem ini digunakan karena elevasi sumber air lebih rendah dari elevasi reservoir sehingga memerlukan pompa untuk mengalirkan air baku menuju yang berasal dari pegunungan menuju reservoir.

3. Penempatan Sistem Transmisi Dalam menempatkan sistem transmisi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perletakan dan penempatan sistem transmisi yaitu :

a. Kondisi air yang dibawa.

b. Kondisi lingkungan yang dilewati sebagai bahan pertimbangan adanya dampak bagi sistem transmisi, kondisi geologis yang dilewati dengan menghindari medan yang sulit.

c. Pemilihan jalur yang pendek.

d. Pemilihan konstruksi yang paling ekonomis.

e. Sedikit mungkin menggunakan perlengkapan sistem.

3.8 Sistem Distribusi

Menurut Triatmodjo (1995), sistem jaringan pipa distribusi merupakan bagian yang paling mahal dari sistem penyediaan air suatu perusahaan air minum. Oleh karena itu harus dibuat perencanaan yang teliti untuk mendapatkan sistem distribusi yang efesien. Jumlah debit air yang disediakan tergantung pada jumlah penduduk dan jenis industri yang dilayani.

Dua hal penting yang harus diperhatikan pada sistem distribusi adalah tersedianya jumlah air yang cukup dan tekanan yang memenuhi (kontinuitas pelayanan), serta menjaga keamanan kualitas air yang berasal dari instalasi pengolahan. Tugas pokok sistem distribusi air bersih adalah menghantarkan air

(36)

bersih kepada para pelanggan yang akan dilayani, dengan tetap memperhatikan faktor kualitas, kuantitas dan tekanan air sesuai dengan perencanaan awal. Faktor yang didambakan oleh para pelanggan adalah ketersediaan air setiap waktu. Suplai air melalui pipa induk mempunyai dua macam sistem :

a. Continuous system

Sistem ini air minum yang disuplai ke konsumen mengalir terus menerus selama 24 jam. Keuntungan sistem ini adalah konsumen setiap saat dapat memperoleh air bersih dari jaringan pipa distribusi di posisi pipa manapun.

Sedang kerugiannya pemakaian air akan cenderung akan lebih boros dan bila terjadi sedikit kebocoran saja, maka jumlah air yang hilang akan sangat besar jumlahnya.

b. Intermitten system

Sistem ini air bersih disuplai 2-4 jam pada pagi hari dan 2-4 jam pada sore hari.

Kerugiannya adalah pelanggan air tidak bisa setiap saat mendapatkan airdan perlu menyediakan tempat penyimpanan air dan bila terjadi kebocoran maka air untuk fire fighter (pemadam kebakaran) akan sulit didapat. Dimensi pipa yangdigunakan akan lebih besar karena kebutuhan air untuk 24 jam hanya disuplai dalam beberapa jam saja. Sedang keuntungannya adalah pemborosan air dapat dihindari dan juga sistem ini cocok untuk daerah dengan sumber air yang terbatas.

3.8.1 Layout Pipa Distribusi

Ada tiga metode dalam jaringan pipa (Al Layla,1980 yaitu) : 1. Sistem cabang

Sistem ini sama seperti cabang pada pohon dengan pipa utama, pipa sekunder yang dihubungkan dengan gedung.

Gambar 3.10 Sistem Cabang 2. Sistem gridiron

(37)

Metode ini semua pipa tersambung dan tidak ada yang terputus pada ujungnya. Air dapat menjangkau lebih seluruh tempat.

Gambar 3.11 Sistem Gridiron 3. Sistem melingkar

Loop dapat menambah tekanan pada daerah pelayanan. Pada daerah yang strategis seperti kota sehingga tekanannya dapat bertambah.

Gambar 3.12 Sistem Melingkar

3.8.2 Cara Sistem Distribusi

Sistem distribusi air bersih dapat dilakukan dengan cara gravitasi, pemompaan, ataupun kombinasi dari kedua cara tersebut. Berikut penjelasan dan gambar dari masing-masing sistem pengaliran distribusi air bersih (Al Layla,1980) :

1. Cara Gravitasi

Cara gravitasi dapat digunakan apabila elevasi sumber air mempunyai perbedaan cukup besar dengan elevasi daerah pelayanan, sehingga tekanan yang diperlukan dapat dipertahankan.

2. Cara Pemompaan

Pompa digunakan untuk meningkatkan tekanan yang diperlukan untuk mendistribusikan air dari reservoir distribusi ke konsumen.

3. Cara Gabungan

Reservoir pad acara gabungan digunakan untuk mempertahankan tekanan yang diperlukan selama periode pemakaian tinggi dan pada kondisi darurat,

(38)

misalnya saat terjadi kebakaran, atau tidak adanya energi. Karena reservoir distribusi digunakan sebagai cadangan air selama periode pemakaian tinggi atau pemakaian puncak, maka pompa dapat dioperasikan pada kapasitas debit rata-rata.

3.9 Sistem Reservoir

Bangunan reservoir ini akan dibangun di atas permukaan tanah dengan ketinggian tertentu sehingga tekanan air pada titik terjauh masih dapat tercapai.

Pada Kelurahan Sungai Jawi Luar menggunakan reservoir sebagai alternatif menyimpan cadangan air, karena tekanan telah dikendalikan oleh bak pelepas tekan yang terdapat pada pipa transmisi. Fungsi reservoir, yaitu:

1. Penyimpanan (storage), untuk melayani fluktuasi pemakaian per jam, cadangan air untuk pemadam kebakaran, pelayanan darurat, akibat putus sumber, transmisi atau kerusakan pada bangunan pengolahan air.

2. Pemerataan aliran dan tekanan (equalizing), biasanya akibat variasi pemakaian di dalam daerah distribusi.

3.10 Pompa

Pompa adalah alat yang digunakan untuk memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat yang lain, melalui media pipa (saluran) dengan cara menambahkan energi pada cairan yang dipindahkan. Pompa beroperasi dengan prinsip membuat perbedaan tekanan antara bagian hisap (suction) dan bagian tekan (discharge). Cairan yang berada ditempat yang lebih tinggi memiliki energi potensial yang lebih besar dari pada cairan ditempat yang lebih rendah, sehingga cairan dapat mengalir dan apabila cairan dikedua tempat memiliki tekanan yang sama maka cairan tidak dapat mengalir ke salah satu tempat tersebut. Tenaga penggerak pompa biasanya adalah steam engine, gas engine, steam turie, motor listrik dan motor bakar.

Pemilihan pompa yang akan digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan sehingga instalasi pompa dapat beroperasi secara ekonomis, aman, dan berkesinambungan. Ditinjau dari cairan yang dialirkan, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya :

(39)

1. Sifat fluida atau cairan yang akan dipindahkan, yang didalamnya mencangkup antara lain :

Berat cairan per unit volume (specific weight)

Kekentalan (viskositas)

Gravitasi spesifik (specific gravity)

2. Tekanan udara dan temperatur disekitar sumber cairan 3. Karakter sumbernya yang meliputi antara lain :

Letak sumber

Ketinggian sumber

Letak penempatan pompa

4. Jumlah volume cairan yang harus dipompakan dan kecepatan aliran cairan atau fluida (kapasitas)

5. Faktor pembebanan selama pompa bekerja, yaitu variasi rata-rata tekanan yang dibutuhkan pada berbagai fungsi, waktu, atau pada saat-saat tertentu

6. Tujuan tempat cairan dipompakan antara lain :

Jarak vertikal

Jarak horizontal sumber ke penimbunan/reservoir

7. Jarak pompa ke sumber dan ketempat yang dituju (penimbunannya/reservoir) 8. Tinggi isap, tinggi tekan, head dan termasuk tekanan hidroliknya

9. Bentuk dan harga energi yang dipergunakan didalam mengoperasikan pompa.

Jika ditinjau dari pompanya, maka hal-hal yang perlu menjadi bahan pertimbangan antara lain :

Jenis pompa yang mungkin dipergunakan

Kesederhanaan desainnya

Dasar kebutuhannya, dan sampai dimana kemudahannya untuk suatu instalasi

Prinsip pengoperasiannya dalam kondisi-kondisi khusus yang akan mungkin timbul

Kesiapannya untuk dipergunakan akan memakan waktu berapa lama dan bagaimana kesederhanaan desainnya

Dasar kebutuhannya, dan sampai dimana kemudahannya untuk suatu instalasi penggunaannya sejak distart

(40)

Efesiensi dan efesien komersialnya

Harga awalnya dan harga relatif didalam penggunaannya

Hal diatas perlu diperhatikan, sebab pompa yang akan dipergunakan dalam pendistribusian air minum pada perencanaan kali ini menuju ke wilayah Kelurahan Sungai Jawi Luar yang memiliki permukaan tanah relative datar. Maka terdapat 2 alternatif pompa yang akan digunakan, yaitu :

1. Pompa Sentrifugal

Pompa yang memiliki elemen utama sebuah motor dengan sudut impeler berputar dengan kecepatan tinggi. Fluida masuk dipercepat oleh impeler yang menaikkan kecepatan fluida maupun tekanannya dan melemparkan keluar volute.

Keuntungan :

a. Berat pompa relatif lebih ringan b. Luas ruang instalasi relatif lebih kecil

c. Biaya pembelian dan pemeliharan relatif ringan d. Getaran yang terjadi saat pengoperasian relatif kecil

e. Dapat memompakan zat cair dengan kapasitas besar dan tekanan yang lebih tinggi

Kerugian :

a. Pelaksanaan normal tidak dapat menghisap sendiri

b. Kurang sesuai untuk memompakan zat cair kental terutama pada aliran volume yang kecil

2. Pompa Torak

Pompa torak mengeluarkan cairan dalam jumlah yang terbatas selama pergerakan piston sepanjang langkahnya. Volume cairan yang dipindahkan selama 1 langkah piston akan sama dengan perkalian luas piston dengan panjang langkah.

Keuntungan :

a. Dapat distart tanpa melalukan pemancingan

b. Mempunyai efesiensi lebih tinggi dari pada pompa sentrifugal

c. Dipergunakan untuk head yang lebih tinggi dan kapasitas yang rendah.

(41)

d. Dalam keadaan operasi konstan akan membawa kapasitas yang tetap pada tekanan yang berubah-ubah pada saluran tetap

Kerugian :

a. Berat atau dimensi yang cukup besar sehingga pondasi yang digunakan harus cukup kuat

b. Tidak dapat dihubungkan langsung dengan motor penggerak sehingga memerlukan transmisi

c. Harga relatif mahal

d. Menimbulkan suara yang lebih berisik yang diakibatkan gerak bolak-balik e. Rumit didalam pemeliharaan.

Setelah melihat beberapa alternatif diatas, akhirnya pompa yang akan digunakan dalam Perencanaan Sistem Penyediaan Air Minum Kelurahan Sungai Jawi Luar ialah pompa jenis sentrifugal. Hal yang sangat mendasar pada pemilihan pompa tersebut adalah jauhnya jarak pendistribusian air dari reservoir menuju rumah konsumen, sehingga diperlukan suatu pompa yang memliki nilai ekonomis dan efesiensi yang cukup tinggi untuk dapat mengatasi hal tersebut diatas.

3.11 Hidrolika Aliran Pada Sistem Jaringan Air Minum

Aliran yang terjadi di dalam pipa memiliki tiga macam energi yaitu :

1. Energi kecepatan, merupakan energi yang terdapat pada setiap partikel massa air sehubungan dengan kecepatan.

2. Energi tekanan,merupakan energi yang terdapat pada setiap partikel massa air sehubungan dengan tekanannya.

3. Energi ketinggian,merupakan energi yang terdapat pada setiap partikel massa air sehubungan dengan ketinggiannya terdapat garis referensi (datum line).

Sesuai dengan prinsip Bernoulli, Tinggi energi total pada sebuah penampang pada elemen pipa adalah jumlah dari energi kecepatan energi tekanan dan energi elevasi. Garis yang menghubungkan titik tersebut dinamakan garis energi, yang tampak digambarkan sebagai garis memanjang seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.13

(42)

Gambar 3.13 Diagram Energi Pada Dua Tempat 3.11.1 Kehilangan Tekanan

Kehilangan tekanan maksimum 10m/km panjang pipa.kehilangan tekanan (hf) dalam pipa terjadi akibat adanya friction antara fluida dengan permukaan pipa. Kehilangan tekanan ada dua macam yaitu mayor losses dan minor losses. Mayor losses adalah kehilangan tekanan sepanjang pipa lurus sedangkan minor losses adalah kehilangan tinggi minor yang ditimbulkan adanya perubahan mendadak dari geometric aliran karena perubahan ukuran pipa, belokan, katub serta jenis jenis sambungan.

3.11.2 Kehilangan Energi

Zat cair yang ada di alam ini mempunyai kekentalan,meskipun demikian dalam berbagai perhitungan mekanika fluida ada yang dikenal atau dianggap sebagai fluida ideal. Adanya kekentalan pada fluida akan menyebabkan terjadinya tegangan geser pada waktu bergerak. Tegangan geser ini akan merubah sebagian energi aliran seperti panas, suara dan sebagainya.

Pengubahan bentuk energi tersebut menyebabkan terjadinya kehilangan energi.

Secara umum didalam suatu instalasi jaringan pipa dikenal dua macam kehilangan energi:

a. Kehilangan energi akibar gesekan

Kehilangan energi akibat gesekan disebut juga kehilangan energi primer atau major loss, terjadi akibat adanya kekentalan zat cair dan turbulensi karena adanya kekasaran dinding batas pipa dan akan menimbulkan gaya gesek yang akan menyebabkan kehilangan energi disepanjang pipa dengan

(43)

diameter konstan pada aliran seragam. Kehilangan energi sepanjang satu satuan panjang akan konstan selama kekasaran dan diameter ridak berubah.

b. Kehilangan energi akibat perubahan penampang dan aksesoris lainnya Kehilangan energi akbat perubahan penampang dan aksesoris lainnya disebut juga kehilangan energi sekunder. Misalnya terjadi pada pembesaran tampang (expansion), pengecilan penampang (constraction), belokan atau tikungan. Kehilangan energi sekunder atau minor losses ini akan mengakibatkan adanya tumbukan antara partikel zat cair dan meningkatnya gesekan karena turbulensi serta tidak seragamnya distribusi kecepatan pada suatu penampang pipa. Adanya olakan ini akan mengganggu pola aliran laminar sehingga akan menaikkan turbulensi.

3.12 EPANET

EPANET adalah program komputer yang secara luas melakukan periode simulasi dari hidrolika dan kualitas air dalam jaringan pipa bertekanan. Jaringan tersebut terdiri dari pipa, titik (persimpangan pipa), pompa, katup, dan tangki penyimpanan atau reservoir. EPANET menjalankan aliran air dalam tiap pipa, tekanan dari tiap titik, ketinggian air dari tiap tangki dan konsentrasi suatu zat sepanjang jaringan selama beberapa waktu periode simulasi. Dalam penambahan konsentrasi zat, umur air dan jaringan tambahan dapat juga disimulasikan.

Keistimewaan dari EPANET adalah pendekatan koordinat untuk memodelkan jaringan air dan kualitas air. Program dapat menghitung penyelesaian secara bersama untuk dua kondisi bersamaan.

3.12.1 Langkah-Langkah Menjalankan EPANET

Menjalankan program epanet dengan beberapa langkah:

 Membuka Program dan Setting Program

1. Jalankan program epanet Start – Program – Epanet 2w

2. Setelah muncul Program Epanet, kemudian klik File lalu klik New atau klik Open kemudian klik dua kali nama file jika file tersebut sudah ada.

(44)

3. Buat file gambar untuk peta dasar yang akan dibuat eksisting pipa dengan file “BMP” (bila masih dalam JPG harus di convert dalam BMP) yang akan dibuat loading gambar pada epanet.

4. Memasukkan gambar peta dalam bentuk BMP yaitu klik ViewBackdropLoad – tekan file gambar rencana.

5. Sebelum membuat jaringan suatu sistem, terlebih dahulu menyamakan ukuran satuan debit dan penentuan formula/rumus headloss, yaitu klik pada Toolbar Browser:

- Data – Options Hydraulics

- Pada Hydraulics klik 2 kali, kemudian isi Flow unit (LPS); Head Loss Formula (H-W); Status Report (Yes).

- Data – OptionsTimes, kemudian isi Total duration 24 jam.

Note: untuk menampilkan menu browser dengan cara klik Window – Browser

 Membuat Gambar Model Jaringan

Membuat jaringan sistem distribusi sesuai dengan sistem yang ada, menggunakan Toolbars Map yang tersedia dalam program epanet.

1. Klik Toolbar Reservoir dan letakkan pada gambar rencana 2. Klik Toolbar Node/Junction dan letakkan pada gambar rencana 3. Klik Toolbar Pipa dan hubungkan antar junction (tekan junction untuk

node kemudian letakkan pada gambar rencana)

4. Kemudian diteruskan untuk Reservoir, Pipa, Valve, Pompa dll.

 Memasukkan Data

1. Setelah membuat jaringan sistem, kemudian mengisi masing-masing data pada junction, pipe, reservoirs, pump, tanks dll. Data yang diisi sesuai dengan sistem yang ada.

2. Membuat Time Patterns. Time pattern berisi faktor jam puncak (peak factor) fluktuasi pemakaian air per jamnya.

Data – Patterns Add

Patterns editor, data yang harus diisi antara lain:

- Nama Pattern (Pattern ID) → misal 1

(45)

- Multiplier diisi faktor jam puncak. Faktor jam puncak (peak faktor) diisi berdasarkan fluktuasi pemakaian air.

3. Mengisi data Junctions. Junction properties yang harus diisi antara lain:

- Nama Junction (Junction ID) - Elevasi (Elevation) → dalam meter - Debit (Base Demand) → dalam L/dt

- Demand pattern → diisi nama pattern yang sudah dibuat, misal 1 Note :

Gambar

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Sungai Jawi Luar  (Sumber : BPS Kecamatan Pontianak Barat, 2019)
Tabel 2.4 Jumlah Sarana Pendidikan Kelurahan Sungai Jawi Luar 2015-2019  Tingkat
Gambar 3.10 Sistem Cabang  2.  Sistem gridiron
Tabel 4.1 Penentuan Nilai Korelasi Metode Aritmatika  Tahun
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adanya Rencana Strategis Sistem Informasi di Direktorat Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum diharakan mampu memenuhi kebutuhan pihak manajemen dalam

Perencanaan Jaringan Transmisi Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) Regional Kamijoro Wilayah Layanan Kawasan Industri Sentolo (KIS)4.

merencanakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru data yang diperoleh digunakan sebagai sumber data perencanaan yang

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi kriterian perencanaan dan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) adalah perencanaan teknis air baku, unit

Perencanaan aspek teknis dalam merumuskan basic design Rencana Induk Sistem Penyediaan Air Minum (RISPAM) Wilayah Siau dibuat sesuai dengan kebijakan

Untuk menaikkkan air pada sistem jaringan pipa dibutuhkan pompa yang fleksibel, maksudnya adalah mampu dalam hal penyediaan debit dan perbedaan elevasi yang

Melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (Pamsimas) tahun 2012 masyarakat Banjarnegara dengan pendampingan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) membangun sistem penyediaan

merencanakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) untuk Kecamatan Bukit Raya Kota Pekanbaru data yang diperoleh digunakan sebagai sumber data perencanaan yang