• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA PEMENUHAN AIR BAKU PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA DENPASAR. Ir. I G. N. Kerta Arsana, MT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA PEMENUHAN AIR BAKU PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA DENPASAR. Ir. I G. N. Kerta Arsana, MT"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA PEMENUHAN AIR BAKU PADA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KOTA DENPASAR

Ir. I G. N. Kerta Arsana, MT.

0013106401

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS UDAYANA

2019

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulisan Karya Tulis dengan judul “Rencana Pemenuhan Air Baku Pada Sistem Penyediaan Air Minum Kota Denpasar” dapat diselesaikan.

Karya Ilmiah ini merupakan salah satu bagian dari penelitian yang rutin harus dilaksanakan di lingkungan Program S-1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Penulis menyadari kekurangan dan keterbatasan dalam penulisan Karya Ilmiah ini, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penilis harapkan untuk menyempurnakan penulisan ini.

Bukit Jimbaran, 24 Juli 2019.

(3)

Halaman KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud ... 3

1.3 Lokasi... 3

1.4 Refrensi Hukum……….. 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)... 4

2.2 Kebutuhan Air Bersih... 9

2.3 2.4 Proyeksi Jumlah Penduduk... Proyeksi Kebutuhan Air... 13 15 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 3.2 Objek Penelitian ……... Lokasi Penelitian………. 17 17 3.3 Penjabaran Alur ………... 18

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 Gambaran SPAM PDAM Eksisting……….. Analisis Proyeksi Kebutuhaan Air Minum……… Kebijakan Dan Strategi SPAM……….. Rencana Pengembangan SPAM……… Rencana Kapasitas SPAM………. 21 28 36 39 49 BAB V REKMENDASI 5.1 Simpulan……… 53

5.2 Saran……….. 53 DAFTAR PUSTAKA

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyediaan air minum merupakan salah satu kebutuhan dasar dan hak sosial ekonomi masyarakat yang harus dipenuhi oleh Pemerintah, baik itu Pemerintah Daerah maupun Pemerintah Pusat. Ketersediaan air minum merupakan salah satu penentu peningkatan kesejahteraan masyarakat. Diharapkan dengan ketersediaan air minum maka dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, dan dapat mendorong peningkatan produktivitas masyarakat, sehingga dapat terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masyarakat, oleh karena itu, penyediaan sarana dan prasarana air minum menjadi salah satu kunci dalam pengembangan ekonomi wilayah.

Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menyebabkan tingkat konsumsi air minum juga meningkat. Secara nasional tingkat pelayanan air minum pada tahun 2014 sebesar 70,05 %. Jumlah ini menyisakan ketimpangan sebesar 29,95% yang harus dipenuhi untuk mencapai target 100% pada akhir 2019 mendatang.

Penyelenggara Air Minum PDAM dan non PDAM masih dihadapkan pada beberapa masalah diantaranya adalah masalah pengembangan usaha dan perluasan pelayanan, masalah penyesuaian tarif, masalah teknis seperti kebocoran yang relatif masih tinggi, masalah keuangan, kelembagaan atau kapasitas sumber daya manusia, serta kepemimpinan dan profesionalisme.

Rendahnya cakupan pelayanan air minum ini merupakan masalah mendesak yang harus segera diatasi. Secara operasional, ini merupakan refleksi dari pengelolaan yang kurang efisien, selain kurangnya pendanaan untuk pengembangan sistem yang ada.

Pemerintah telah memberikan bantuan kepada daerah untuk meningkatkan kemampuan penyelengara SPAM dan peningkatan akses pelayanan air minum, namun demikian bantuan tersebut belum secara signifikan berdampak pada peningkatan sambungan rumah atau peningkatan akses pelayanan. Bantuan diantaranya mencakup bantuan teknis dalam rangka menyehatkan penyelenggara air minum PDAM dan non PDAM, bantuan manajemen sebagai pembinaan SDM, peningkatan efisiensi, serta bantuan program sebagai optimalisasi fungsi SPAM yang ada, perbaikan komponen, untuk menurunkan biaya operasional dan mengembalikan fungsi Sistem.

(5)

2 Pengembangan SPAM memerlukan dukungan aspek pendanaan, aspek kelembagaan, aspek teknis, aspek peran serta masyarakat / swasta dan yang juga penting yaitu aspek pengaturan.

Aspek pengaturan yang ada di tingkat Pusat saat ini sudah cukup lengkap, dimulai dari Undang-Undang nomor 11 tahun 1974 tentang Pengairan, lalu Peraturan Pemerintah nomor 122/2015 tentang Pengembangan SPAM serta Peraturan-Peraturan Menteri terkait pengembangan SPAM lainnya yang merupakan amanat langsung dari Perundangan dimaksud. Aspek pengaturan yang lengkap di tingkat pusat belum disesuaikan/ ditindaklanjuti dengan aspek pengaturan di tingkat daerah. Kejelasan dalam aspek pengaturan akan membuat pengembangan SPAM di daerah baik perpipaan dan non perpipaan (BJP) yang dilakukan oleh para penyelenggara (PDAM maupun non PDAM) dapat dipantau kinerja serta keberlanjutannya sehingga dapat mewujudkan pelayanan kepada masyakarat yang terjamin 4K-nya (Kualitas, Kuantitas, Kontinuitas, dan Keterjangkauan).

Pertumbuhan penduduk di Kota Denpasar yang merupakan wilayah administratif kota, dan juga berfungsi sebagai Ibu Kota Provinsi Bali, sampai saat ini bertumbuh dengan sangat pesat. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk, aktivitas dalam bidang pendidikan, perekonomian, pemerintahan, pariwisata budaya dan lain-lain juga meningkat dengan pesat. Pesatnya pertumbuhan dan perkembangan penduduk Kota Denpasar antara lain meningkatkan kebutuhan pelayanan air minum.

Cakupan Pelayanan air minum Kota Denpasar saat ini baru mencapai 59,45 % sedangkan target MDG’s untuk wilayah Bali di tahun 2019 adalah 100 %.

Keterbatasan existing sistem penyediaan air minum dari PDAM kota Denpasar terkait langsung dengan pemenuhan kebutuhan air minumnya, banyak masyarakat kota Denpasar harus membuat sumur-sumur gali, sumur bor dangkal maupun sumur bor dalam. Kondisi ini sangat rentan terhadap kondisi lingkungan hidup di kota Denpasar khususnya yang berkaitan dengan interusi air laut.

Saat ini penyelenggara SPAM kota Denpasar menghadapi kendala dalam pelayanan air minum untuk masyarakat kota Denpasar, antara lain keterbatasan kapasitas sistem yang ada, banyaknya pipa-pipa yang sudah tua melebihi umur teknis atau diatas 20 tahun, tingkat kehilangan air masih diatas 20 %. Peningkatan kondisi sistem yang ada serta peningkatan kapasitas sistem sangat diperlukan, hanya saja PDAM kota

(6)

3 Denpasar menghadapi keterbatasan sumber air baku yang potensial serta keterbatasan ketersediaan dana, baik dana PDAM sendiri maupun dana dari Pemerintah Daerah Kota Denpasar.

1.2. Maksud Maksud

Maksud kegiatan Penelitian Rencana Pemenuhan Air Minum Kota Denpasar, diantaranya sebegai berikut:

1. Untuk mengetahui proyeksi kebutuhan air baku air minum di Kota Denpasar.

2. Merencanakan skematis pemenuhan air baku system penyediaan air minum Kota Denpasar.

1.3. Lokasi Kegiatan

Kegiatan ini dilaksanakan di wilayah Kota Denpasar

1.4. Refrensi Hukum

Peraturan perundang-undangan yang digunakan antara lain : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan ;

2. Peraturan Pemerintah Nomor 121 Tahun 2015 tentang Pengusahaan Sumber Daya Air 3. Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum 4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 25/PRT/M/2016

tentang Pelaksanaan Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum Untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri oleh Badan Usaha ;

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 26/PRT/M/2016 tentang Prosedur Operasional Standar Pengelolaan Sistem Penyediaan Air Minum ; 6. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 27/PRT/M/2016

tentang Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum ;

(7)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) 1. Pengertian SPAM

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem Penyediaan Air Minum, beberapa pengertian dijelaskan sebagai berikut:

a. Air baku untuk air minum rumah tangga, yang selanjutnya disebut air baku adalah air yang berasal dari sumber air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang memenuhi baku mutu tertentu sebagai air baku untuk air minum.

b. Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

c. Kebutuhan pokok air minum sehari-hari adalah air untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang digunakan untuk keperluan minum, masak,mandi,cuci,peturasan dan ibadah.

d. Penyediaan air minum adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan kehidupan yang sehat,bersih dan produktif.

e. Sistem penyediaan air minum yang selanjutnya disingkat SPAM merupakan satu kesatuan sarana dan prasarana penyediaan air minum.

f. Jenis SPAM meliputi SPAM jaringan perpipaan dan SPAM bukan jaringan perpipaan.

g. SPAM jaringan perpipaan meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi dan unit pelayanan.

(8)

5

h.

i. SPAM jaringan perpipaan diselenggarakan untuk menjamin kepastian kuantitas dan kualitas air minum yang dihasilkan serta kontinuitas pengaliran air minum.

j. Kuantitas air minum yang dihasilkan paling sedikit mencukupi kebutuhan pokok air minum sehari-hari.

k. Kualitas air minum yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

l. Kontinuitas pengaliran air minum memberikan jaminan pengaliran selama dua puluh empat jam per hari.

m. Unit air baku merupakan sarana pengambilan atau penyediaan air baku.

n. Unit air baku terdiri atas bangunan penampungan air, bangunan pengambilan atau penyadapan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan, sistem pemompaan dan bangunan sarana pembawa serta perlengkapannya.

o. Air baku wajib memenuhi baku mutu air dengan klasifikasi dan kriteria mutu air baku untuk penyediaan air minum sesuai dengan peraturan perundang- undangan.

p. Unit produksi merupakan infrastruktur yang dapat digunakan untuk proses pengolahan air baku menjadi air minum melalui proses fisika, kimia, dan biologi.

q. Unit produksi terdiri atas bangunan pengolahan dan perlengkapannya, perangkat operasional, alat pengukur dan peralatan pemantauan, dan bangunan penampungan air minum.

r. Unit produksi harus dilengkapi dengan sarana pengolahan lumpur sisa hasil pengolahan air baku menjadi air minum.

s. Unit distribusi merupakan sarana pengaliran air minum dari bangunan penampungan sampai unit pelayanan.

t. Unit distribusi terdiri atas jaringan distribusi dan perlengkapannya, bangunan penampungan, alat pengukuran dan peralatan pemantauan.

u. Pengaliran air pada unit distribusi dapat dilakukan menggunakan sistem pemompaan atau secara gravitasi.

v. Unit pelayanan merupakan titik pengambilan air.

(9)

6

w.

x. Unit pelayanan terdiri atas sambungan langsung, hidran umum dan hidran kebakaran.

y. Unit pelayanan harus dipasang alat pengukuran berupa meter air.

2. Komponen SPAM

Komponen sistem penyediaan air minum meliputi : a. Sumber air dan broncaptering

Sumber air adalah bagian terpenting dari jaringan air minum. Sumber air dapat berupa mata air, sungai, air tanah dan sebagainya. Sumber air yang berupa mata air ditampung oleh bangunan penangkap air (broncaptering) (Triatmadja,2007).

b. Instalasi Pengolahan Air (IPA)

Instalasi pengolahan air adalah bagian yang sering menjadi komponen yang sangat penting bagi jaringan air minum. IPA tidak begitu dibutuhkan apabila sumber air sudah memenuhi persyaratan air minum dilihat dari sudut fisis, kimia maupun biologi. Sumber air ini dapat dijumpai pada air pegunungan yang belum banyak terkena polusi dan sumber ini hanya mungkin ditambah klorin sekedar untuk memastikan bahwa air akan sampai ke masyarakat masih dalam keadaan sehat setelah melalui pipa transmisi dan distribusi (Triatmadja,2007).

c. Jaringan transmisi dan distribusi.

Pipa merupakan komponen utama dalam jaringan perpipaan meliputi transmisi dan distribusi. Pemanfaatan pipa untuk pengaliran air minum sangat menguntungkan karena berbagai alasan seperti keamanan terhadap polusi, pencurian, tekanan (sisa tekanan pada pelanggan) dan sebagainya (Triatmadja,2007). Secara ringkas Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No 18 Tahun 2007 mansyaratkan tentang pipa transmisi dan distribusi seperti diberikan pada Tabel 2.1 dibawah ini :

(10)

7 Tabel 2.1 Kriteria Pipa Transmisi

No Uraian Notasi Kriteria

1. Debit Perencanaan Q maks Kebutuhan air maksimum

Qmaks =Fmaks xQrata- rata

2. Faktor hari maksimum F maks 1,10-1,50

3. Jenis saluran - Pipa atau saluran terbuka

4. Kecepatan aliran dalam air a) Kecepatan minimum b) Kecepatan maksimum

- Pipa PVC - Pipa DCIP

V min

V maks V maks

0,3-0,6 m/dt

3,0-4,5 m/dt 6,0 m/dt 5. Tekanan air dalam pipa

a) Tekanan minimum b) Tekanan maksimum

- Pipa PVC - Pipa DCIP - Pipa PE 100 - Pipa PE 80

H min H maks

1 atm

6-8 atm 10 atm 12,4 MPa

9 MPa 6. Kecepatan saluran terbuka

a) Kecepatan minimum b) Kecepatan maksimum

V min V maks

0,6 m/dt 1,5 m/dt

7. Kemiringan saluran terbuka S (0,5-1)0/100

8. Tinggi bebas saluran terbuka

Hw 15 cm (minimum)

9. Kemiringan tebing terhadap saluran

- 45 derajat (untuk bentuk

trapesium) Sumber : Permen PU No.18 (2007)

(11)

8 d. Tangki

Tangki adalah elemen dalam jaringan pipa yang berfungsi untuk menyimpan air sementara. Tangki adalah tempat air yang terbatas, sehingga elevasi muka air dalam tangki akan berfluktuasi secara signifikan. Fluktuasi muka air ini mengubah tekanan yang dibutuhkan oleh pompa untuk mengisi tangki, atau mengubah tekanan yang tersedia dalam jaringan (Triatmadja,2007).

e. Tangki (bak) Pelepas Tekan

Tangki pelepas tekan (Pressure Breaker Tank) lebih dikenal sebagai bak pelepas tekan. Bak ini dimaksudkan untuk melepas energi atau tekanan yang tersisa di suatu lokasi jalur pipa. Sesuai dengan fungsinya, maka bak pelepas tekan dipasang di beberapa lokasi sepanjang pipa transmisi dari elevasi tinggi ke elewasi yang lebih rendah (Triatmadja,2007).

f. Pompa

Pompa dapat dianggap sebagai alat untuk menaikkan tekanan atau energi potensi air. Dengan pompa maka tinggi tekanan yang telah berkurang dapat dinaikkan kembali sehingga sistem dapat mengairi daerah yang jauh dan semula tidak terjangkau. Jika sebelum pemasangan pompa sudah ada aliran maka tugas pompa disini adalah menambah debit yang berarti juga mempercepat aliran, dengan kata lain pompa dapat dipandang atau digunakan sebagai alat untuk menambah debit dan tekanan (Triatmadja,2007).

g. Katup

Katup merupakan asesori yang dapat dipastikan ada dalam jaringan pipa. Fungsi katup sebagai berikut (Triatmadja,2007) :

- Mengatur debit atau aliran dalam pipa.

- Mengatur tekanan di hulu maupun di hilir katup atau daerah lain yang dapat dipengaruhi.

- Menutup pipa sementara untuk berbagai tujuan seperti perbaikan, dan lain- lain.

- Menutup dan menjaga agar tidak terjadi aliran balik.

- Mengurangi tenaga (penghancur tenaga/tinggi tekanan).

(12)

9 h. Pengukur volume air (flow meter)

Pengukur debit air selalu dipasang pada setiap outlet untuk mengukur dan mencatat volume air yang telah keluar dari pipa. Selain itu flow meter dipasang di IPA, atau lokasi yang dipilih untuk melihat debit yang masuk ke dalam jaringan. Flow meter sebagai alat untuk mengetahui berapa produksi air serta jumlah air yang sampai ke pelanggan (Triatmadja,2007).

2.2. Kebutuhan Air Bersih

Air bersih merupakan kebutuhan pokok manusia dan setiap kebutuhan lainnya. Air bersih juga menjadi cerminan dari kehidupan yang sehat. Berikut ini merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk merencanakan kebutuhan air bersih.

1. Syarat Air Minum

Secara ringkas Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010 .

2. Kebutuhan Air Domestik

Konsumsi domestik dimaksudkan untuk kebutuhan air rumah tangga sehari- hari atau tujuan intensif lainnya seperti memasak, minum, berkebun, mencuci mobil, dan lainlain (Trifunovic,2008).

3. Kebutuhan Air Non Domestik

Kebutuhan non-domestik atau komersial terjadi dalam industri, pertanian, lembaga dan kantor, pariwisata, dan lain-lain. Masing-masing kategori memiliki kebutuhan air yang spesifik. Adapun kategori dalam kebutuhan air non domestik yang dimaksud adalah sebagai berikut (Trifunovic,2008) :

(13)

a. Industri

Air dalam industri dapat digunakan untuk berbagai keperluan sebagai bagian dari produk akhir, untuk pemeliharaan proses manufaktur seperti pembersihan, pembilasan, sterilisasi, pendinginan dan untuk kebutuhan pribadi (biasanya relatif kecil). Total jumlah akan sangat tergantung pada jenis industri dan proses teknologi.

Pada umumnya, kebutuhan air dalam industri dinyatakan dalam liter per unit dari produk atau bahan baku.

b. Pertanian

Konsumsi air di bidang pertanian terutama ditentukan oleh kebutuhan irigasi dan peternakan. Di daerah pedesaan pinggiran kota atau daerah berkembang, permintaan ini juga dapat dipasok dari sistem distribusi lokal. Jumlah yang dibutuhkan untuk tujuan irigasi berdasarkan pada jenis tanaman, tahap pertumbuhan, jenis irigasi, karakteristik tanah, kondisi iklim, dan lain-lain. Jumlah ini dapat dinilai baik dari catatan atau dengan pengukuran sederhana.

c. Lembaga

Konsumsi komersial di restoran, toko-toko, sekolah dan lembaga lainnya dapat dinilai sebagai pasokan total dibagi dengan jumlah konsumen (karyawan, murid, pasien, dan sebagainya). Angka akurat harus tersedia dari catatan lokal di perusahaan pasokan air. Beberapa indikasi konsumsi satuan akan diberikan dalam Tabel 2.4.

d. Pariwisata

Wisata dan kegiatan rekreasi juga mungkin memiliki dampak yang cukup besar pada kebutuhan air. Jumlah per orang (atau per tempat tidur) per hari sangat besar bervariasi tergantung pada jenis dan kategori akomodasi yang dipergunakan.

(14)

Tabel 2.4 Kebutuhan Minimum Air Bersih

No. Parameter Metropolitan Kota

Besar

Kota Sedang

1. Target Layanan 100% 100% 100%

2. Pemakaian air (l/org/hari) Sambungan Rumah

Hidran Umum (HU) 190

30

170 30

150 30 3. Kebutuhan Non Domestik

Industri Berat Industri Sedang Industri Ringan Komersial Pasar Hotel Lokal (l/bed/hari) Hotel Internasional (l/bed/hari)

Sosial

Universitas (l/orang/hari) Sekolah

Mesjid

Rumah Sakit (l/org/hari) Puskesmas(l/hari) Kantor (l/pegawai/hari) Militer (l/orang/hari)

0,50-1,00 0,25-0,50 0,15-0,25 0,1-1,00 400 1000 22 10 1000-2000 200 1200 10 60

15% s/d 30%

Kebutuhan domestik

4. Kebutuhan air maksimum Kebutuhan rerata x 1,38

5. Kehilangan air sistem baru 20% kebutuhan rerata 6. Kehilangan air sistem lama 30%-40% kebutuhan

rerata

7. Kebutuhan jam puncak 165% s/d 200 % Sumber : Triatmadja (2007)

4. Fluktuasi Penggunaan Air

Penggunaan air dalam suatu kelompok masyarakat bervariasi hampir secara terus- menerus. Di saat musim dingin penggunaan air rata-rata biasanya kira-kira 20%

lebih rendah daripada rata-rata harian tahunan, sedangkan di musim panas dapat mencapai 20-30 % lebih tinggi daripada rata-rata harian tahunan

(Triatmadja,2007). Fluktuasi pemakaian air didasarkan pada : a. Kebutuhan air rata-rata harian (Qm)

(15)

Merupakan banyaknya air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan domestik dan non domestik yang ditambah dengan kehilangan air.

b. Kebutuhan air harian maksimum (Qhm)

Merupakan jumlah pemakaian air terbanyak pada suatu hari dalam satu tahun yang berdasarkan pada Qm dan faktor fluktuasi kebutuhan air maksimum (Fhm).

Qhm = Fhm x Qm

Dimana Fhm adalah faktor harian maksimum, berkisar antara 115 - 120%. c.

Kebutuhan air jam maksimum

Merupakan jumlah pemakaian air terbanyak pada saat jam tertentu dalam satu hari.

Qjm = Fjm x Qm

Dimana Fjm adalah faktor jam maksimum, berkisar antara 175-210%. Tabel 2.5 dan Tabel 2.6 berikut ini merupakan contoh koefisien fluktuasi kebutuhan air.

Tabel 2.5 Koefisien Fluktuasi Harian

Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien

1 0,53 7 0,9 13 1,2 19 1,55

2 0,45 8 1,4 14 1,25 20 1,4

3 0,4 9 1,3 15 1,3 21 1,1

4 0,4 10 1,25 16 1,3 22 1,75

5 0,45 11 1,2 17 1,42 23 0,6

6 0,62 12 1,2 18 1,5 24 0,53

Sumber : Triatmadja (2007)

Tabel 2.6 Koefisien Fluktuasi Harian Sekolah dan Perkantoran

Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien Jam Koefisien

1 0,2 7 1,8 13 1,2 19 1,2

2 0,2 8 1,8 14 1,5 20 0,8

3 0,2 9 2 15 1,4 21 0,2

4 0,2 10 1,7 16 1,3 22 0,2

5 0,6 11 1,5 17 1,3 23 0,2

6 1,5 12 1,5 18 1,3 24 0,2

Sumber : Triatmadja (2007)

(16)

5. Ketersediaan Air

Ketersediaan air di bumi secara total sangat melimpah. Lautan, danau,dan sungai- sungai asalah sumber air yang segera tampak menjanjikan akan ketersediaan air.

Namun demikian, ternyata air yang dapat digunakan untuk kehidupan manusia mempunyai berbagai macam syarat sehingga air laut tidak serta merta dianggap sebagai air yang tersedia bagi kehidupan. Menurut Raju (1995) sumber air diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Air permukaan

Yang termasuk didalamya : danau, sungai, hujan, laut/rawa. Danau dapat berupa danau alami maupun danau buatan seperti waduk. Air dari laut atau dari rawa saat ini merupakan pilihan yang walaupun masih sangat mahal tetapi secara teknologi sudah dapat diolah menjadi air minum. Sumber air hujan banyak digunakan dengan tampungan langsung sederhana. Sumber air sungai cukup banyak terdapat di Indonesia. Kualitas air sungai sangat bervariasi tergantung pada lokasi, muatan sedimen dan polutan yang dibawahnya dan sebagainya.

b. Air bawah permukaan

o Penggunaan sumur dangkal masih banyak digunakan oleh masyarakat dibandingkan dengan air layanan dari SPAM. Banyak pengguna yang menggunakan yang menggunakan air dari SPAM untuk mencuci selain untuk konsumsi.

o Sumur dalam menembus air tanah dan mencari daerah akuifer yang lebih baik kualitasnya, serta kapasitasnya baik pada musim kering maupun musim hujan.

o Sumber mata air umumnya memenuhi syarat sebagai air minum atau mendekati air minum. Mata air biasanya tersedia di daerah pegunungan, hal ini karena elevasi muka air dalam tanah baik sebagai akuifer tertekan maupun akuifer bebas masih lebih tinggi dari daerah di bawahnya.

2.5 Proyeksi Jumlah Penduduk

Metode proyeksi penduduk beragam dan banyak macamnya. Adapun metode proyeksi penduduk yang biasa digunakan ada beberapa macam, antara lain:

1. Metode Aritmatik

(17)

Metode ini dianggap baik untuk kurun waktu yang pendek sama dengan kurun waktu perolehan data. Persamaan yang digunakan adalah:

Pn= Po + (r.n) (2.1)

Dimana:

Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n (jiwa) Po : jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa) n : periode waktu proyeksi

r : rata-rata pertumbuhan penduduk per tahun (jiwa) 2. Metode Geometri

Metode ini menganggap bahwa perkembangan atau jumlah penduduk akan secara otomatis bertambah dengan sendirinya dan tidak memperhatikan penurunan jumlah penduduk. Persamaan yang digunakan adalah:

Pn= Po (1 + r)n (2.2)

Dimana:

Pn : jumlah penduduk tahun ke-n (jiwa) Po : jumlah penduduk pada tahun awal (jiwa) n : periode waktu proyeksi

r : rata-rata prosentase pertambahan penduduk per tahun (%) 3. Metode Least Square

Metode ini merupakan metode regresi untuk mendapatkan hubungan antara sumbu Y dan sumbu X dimana Y adalah jumlah penduduk dan X adalah tahunnya dengan cara menarik garis linier antara data-data tersebut dan meminimumkan jumlah pangkat dua dari masing-masing penyimpangan jarak data-data dengan garis yang dibuat.

Persamaan yang digunakan adalah:

Pn = a + (b.n) (2.3)

Dimana:

Pn : jumlah penduduk pada tahun ke-n

n : beda tahun yang dihitung terhadap tahun awal a dan b : konstanta, dimana:

(18)

a =

       

 

2

 

2

2 .

  

t t

n

t P t t

P

b =

     

 

.2

 

2

x x

n

P t t

P n

Untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih dahulu menguji nilai koefisien korelasi (r) untuk tiap-tiap metode. Metode dengan nilai uji koefisien korelasi paling mendekati satu dipakai untuk memproyeksikan penduduk.

Persamaan yang digunakan adalah:

r =

    

   

n

yn2

xyy2

 

n

y

x2

x

 

x 2

Nilai y untuk masing-masing metode berbeda, untuk metode aritmatik nilai y adalah jumlah pertumbuhan penduduk, nilai y untuk metode geometri adalah ln dari jumlah penduduk dan untuk metode least square nilai y adalah jumlah penduduk.

3.6 Proyeksi Kebutuhan Air

Sistem penyediaan air minum digunakan untuk memenuhi kebutuhan air baku yang meliputi kebutuhan air bersih penduduk (domestik), fasilitas umum, dan kebutuhan air di sektor pariwisata. Oleh karena itu, maka perlu diperhitungkan beberapa faktor yang dapat menunjang atau menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih. Faktor tersebut antara lain (RISPAM SARBAGITA,2013) :

1. Pertambahan jumlah penduduk 2. Tingkat sosial ekonomi penduduk

3. Keadaan sosial ekonomi daerah setempat

4. Rencana daerah pelayanan dan kemungkinan perluasannya 5. Keadaan sistem penyediaan air minum eksisting

Proyeksi kebutuhan air bersih dihitung berdasarkan beberapa komponen sebagai berikut.

a. Kebutuhan air untuk rumah tangga (domestik)

Penyediaan air baku untuk keperluan rumah tangga dihitung berdasarkan:

1. Jumlah penduduk

(19)

2. Presentase jumlah penduduk yang akan dilayani 3. Cara pelayanan air

4. Konsumsi pemakaian (l/org/hari)

Pelayanan air bersih untuk rumah tangga direncanakan sebesar 120 l/org/hr untuk kota kecil, 60 l/org/hr untuk desa dan 30 lt/org/hr untuk hidran umum.

b. Kebutuhan air untuk non domestik

Kebutuhan air untuk keperluan non domestik dihitung sebesar 20% dari kebutuhan air domestik.

c. Kehilangan air

Dalam setiap penyediaan air bersih, sangat sulit untuk menghindari terjadinya kemungkinan kehilangan air dari sistem. Kehilangan air dapat disebabkan oleh faktor teknis maupun non teknis. Faktor teknis meliputi kebocoran pipa,kerusakan meter air dan lain-lain (faktor alat). Sedangkan faktor non teknis meliputi kesalahan pencatatan/pembacaan alat,kesalahan perhitungan dan lain-lain. Oleh karena itu, dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air minum, diperhitungkan suatu besaran volume air untuk menghindari kemungkinan terjadinya kehilangan air. Hal ini dimaksudkan agar penyediaan air untuk konsumen tidak terganggu bila terjadi kehilanganair. Kehilangan air diasumsikan sebesar 20% dari kebutuhan rata-rata air bersih penduduk.

d. Fluktuasi pemakaian air bersih

Dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air minum, faktor fluktuasi pemakaian air bersih dapat menggunakan Standar Cipta Karya yaitu : - Hari maksimum = 1,15 x kebutuhan air rata-rata

- Jam puncak = 1,75 x kebutuhan air rata-rata

(20)
(21)

17 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian Rencana Pemenuhan Kebutuhan Air Baku Pada Sistem Penyediaan Air Minum Kota Denpasar.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian di Kota Denpasar

Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian

(22)

18 3.3 Penjabaran Alur Rencana Pemenuhan Air Minum Kota Denpasar

1) Perumusan Masalah

Proses perumusan masalah yang akan di bahas yaitu :

 Proses perencanaan jaringan pipa transmisi dan distribusi yang didalamnya mencakup berapa besar kebutuhan air standar tiap orang yang ditetapkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dalam hal ini Direktorat Jendral Cipta karya dan berapa besar debit air yang dibutuhan untuk melayani masyarakat di lokasi tinjauan.

 Hal-hal yang dilakukan pada saat survey.

- Kondisi alam sekitar mengenai keberadaan sumber air dan perilaku masyarakat setempat mengenai penggunaan air bersih.

- Mencari lokasi yang tepat untuk penempatan reservoir, hidran umum dan jaringan pipa sehingga tidak mengganggu fasilitas umum yang lainnya.

2) Pengumpulan Literatur

Proses pengumpulan buku-buku yang akan digunakan sebagai referensi dan dasar teori . 3) Pengumpulan Data penduduk. Beberapa data yang dibutuhkan :

1. Data Penduduk

Data penduduk yang digunakan adalah data penduduk Kota Denpaasar tahun 2019 dan 5 tahun sebelumnya. Data penduduk digunakan untuk mengetahui tingkat kepadatan dan pertumbuhan penduduk Kota Denpasar.

2. Peta Topografi

Peta Topografi digunakan untuk mengetahui tata letak, elevasi dan pendukung dalam penentuan jalur pipa pada suatu sistem jaringan distribusi air minum.

3. Potensi Air Baku

Potensi air baku digunakan untuk mengetahui potensi dan pemanfaatan eksisting, sehingga bisa dipastikan rencana pengembangan dan pemanfaatan sumber air baku dalam hal ini sumber mata air.

4) Perhitungan Perkiraan Pertumbuhan Penduduk

Perkiraan jumlah penduduk dipergunakan sebagai langkah awal dalam menghitung proyeksi kebutuhan air bersih. Beberapa faktor yang menyebabkan atau mempengaruhi ketelitian proyeksi jumlah penduduk pada masa yang akan datang adalah :

- Kecepatan pertumbuhan penduduk

(23)

19 - Kurun waktu proyeksi dan jumlah tahun pengambilan data

Perhitungan proyeksi jumlah penduduk dapat menggunakan metode yang telah diakui secara umum dengan menggunakan metode-metode berikut ini :

a. Metode Aritmatik Pn = Po + Ka(Tn – To) 𝐾𝑎 =𝑃2−𝑃1

𝑇2−𝑇1 Dimana :

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n Po = jumlah penduduk pada tahun dasar Tn = tahun ke n

To = tahun dasar

Ka = konstanta aritmatik

P1 = jumlah penduduk pada tahun I P2 = jumlah penduduk pada tahun II T1 = tahun I yang diketahui

T2 = tahun II yang diketahui

b. Metode Geometrik Pn = Po(1 + r)n Dimana :

Pn = jumlah penduduk pada tahun ke n Po = jumlah penduduk pada tahun dasar r = laju pertumbuhan penduduk per tahun n = jumlah interval tahun

c. Metode Least Square Y = a + bx

Dimana :

2 2

2 2

2

) ( .

. .

.

) ( .

. .

SX SX

n

SY SX Y SX b n

SX SX

n

SXY SX SX a SY

 

 

Untuk menentukan metode yang dipakai untuk proyeksi penduduk, terlebih dahulu

(24)

20 menguji nilai koefisien korelasi (r) untuk tiap-tiap metode. Metode dengan nilai uji koefisien korelasi paling mendekati satu dipakai untuk memproyeksikan penduduk.

5) Perhitungan Kebutuhan Air

Proses perhitungan akan kebutuhan air di masyarakat setempat baik kebutuhan domestik maupun kebutuhan non domestik.

6) Analisis Rencana Pemenuhan Air Baku Air Minum Kota Denpasar

(25)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran SPAM PDAM Eksisting 1. Umum

Sistem penyediaan air minum perpipaan yang melayani kebutuhan air minum masyarakat kota Denpasar sudah sejak tahun 1932, yaitu sistem penyediaan air minum yang menggunakan air baku dari mata air Riang Gede dengan kapasitas 14 l/dt yang terletak di Kabupaten Tabanan. Melayani kota Tabanan dan Denpasar sebesar 5 l/dt dialirkan ke Kota Denpasar untuk melayani (kurang lebih) 8000 jiwa atau 7,7 % jumlah penduduk saat itu. Dialirkan secara gravitasi melalui pipa transmisi 200 mm sepanjang 17,300 dan 150 mm sepanjang 9.140 meter. Setelah kemerdekaan statusnya berubah menjadi perusahaan Air Minum Negara dikelola oleh Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga listrik Propinsi Daerah Tingkat I Bali.

Pada tahun 1971 Pemerintah Australia melalui Colombo Plan memberikan bantuan dana berupa grant sebesar $ 1.194.000 yang mana dana tersebut dipergunakan untuk membangun berbagai sarana penyediaan air minum sbb:

- 10 buah sumur bor/dalam dengan kapasitas seluruhnya 425 I/dt - Pipa transmisi 375 mm sampai dengan 650 mm sepanjang 8500 meter - Pipa Distribusi AC&PVC dng diameter 25 mm s/d 350 mm sepjg 125.000 m - Balance Tank Darmasaba dengan kapasitas 1.250 m³

- Reservoir Belusung dengan kapasitas 10.000 m³ - Reservoir Tonja dengan kapasitas 3000 m³

Seiring dengan pembentukan Pemerintah Daerah Kotamadya Dati II Denpasar, didirikan PDAM Kotamadya Dati II Denpasar yang mengelola sistem penyediaan air minum di kota Denpasar. Hingga tahun 2018 PDAM kota Denpasar mengelola sistem penyediaan air minum dengan kapasitas kurang lebih 1.195 l/dt yang berasal dari 3 instalasi pengolahan air lengkap dan 20 sumur bor, serta air curah sekitar 202 l/dt yang berasal dari PDAM Kabupaten Badung, PDAM Kabupaten Gianyar, SPAM Penet dan Unit SPAM Petanu.

(26)

22

Untuk sumber air baku IPA Ayung secara produksi, kapasitas yang terpasang sudah maksimum 500 l/dt, mengingat air sungai Ayung pada musim kemarau debitnya sangat kecil sehingga air yang mengalir di badan sungai sangat kecil dan air ini juga sudah tidak bisa dimanfaatkan lagi mengingat di hilir IPA Ayung masih ada petani yang memanfaatkan untuk irigasi melalui dam Oongan. Selain IPA Ayung, PDAM Kota Denpasar juga memanfaatkan sisa air Sungai Ayung di daerah Waribang dan beberapa sumber air yang mengalir di badan Sungai Ayung di daerah Waribang untuk sumber air baku dengan mengolahnya melalui IPA Waribang dengan kapasitas 225 l/dt. Sedangkan untuk sumur dalam jumlahnya sudah sangat banyak hal ini dikawatirkan akan berdampak serius terhadap lingkungan Kota Denpasar secara khusus dan Bali secara umum sehingga pembuatan sumur dalam untuk sumber air baku seyogyanya tidak dilakukan lagi dan dicarikan alternatif lain.

Selain dampak lingkungan juga terkait dengan kondisi geologi wilayah Denpasar yang sebagian besar kondisinya tanah berlempung sehingga muka air tanah sangat jauh di bawah dan juga debit air yang diperoleh sangat kecil.

2. Sumber Air Baku

Sumber air baku yang digunakan PDAM Kota Denpasar memanfaatkan air permukaan dan air tanah yang terletak pada lokasi yang berbeda. Air permukaan yang dimanfatkan sebagai sumber air baku adalah sungai ayung di produksi pada IPA Ayung dan IPA Waribang. Sedangkan sumur bor yang memanfaatkan air tanah dalam sebanyak 20 unit sumur bor yang tersebar diseluruh kecamatan di Kota Denpasar. Berikut tabel uraian unit air baku sistem penyediaan air minum Kota Denpasar :

(27)

Tabel 4.1 Sumber Air Baku PDAM Denpasar

No Nama Alamat Mulai Dibangun Selesai Mulai

Operasi

Kapasitas Desain (lt/dt) Terpasang (lt/dt)

Produksi (lt/dt) pada Desember

2018 A SUMUR BOR

1 Sumur E.1 Subita Jl. Subita 1974 1974 1982 90 73 71.61

2 Sumur E.2 Kecubung Jl. Kecubung 1974 1974 1983 60 30 32.21

3 Sumur E.4 Sari Gading Jl. Saigading 1986 1988 1988 5 2 0.55

4 SB. 3 Peguyangan Jl. Kertanegara 1986 1986 1987 10 4 2.64

5 SB. 4 Sanur Jl. Tukad Bilok 1985 1985 1986 25 4 2.37

6 TPW 4 Panjer Jl. Tukad Pakerisan 1989 1989 1991 35 30 28.67

7 SB. 6 Panjer Jl. Tukad Pakerisan 1994 1994 1994 28 30 29.62

8 SB. Tonja Jl. Kemuda 1994 1994 1999 8 5 4.64

9 SB. Ubung Jl. Cargo 1999 1999 2000 7 5 5.37

10 SB. Sedapmalam I Jl. Sedapmalam 1989 1989 1999 50 50 43.51

11 SB. Sedapmalam II Jl. Sedapmalam 2000 2000 2001 35 30 28.96

12 SB. Penatih I Jl. Siulan 2001 2001 2002 30 6 5.63

13 SB. Br. Gunung Jl. Siulan 2007 2007 2007 25 16 14.82

14 SB. Badak Agung Jl. Badak Agung VIII 2002 2002 2002 40 25 30.58

15 SB. Sidakarya Jl. Dewata 2008 2008 2008 20 18 19.12

16 SB. Pelagan Jl. Trenggana 2008 2009 2009 15 12 9.42

17 SB. Kebo Iwo Jl. Kebo Iwo 2008 2009 2009 10 4 2.77

18 SB. Singkep Jl. P Singkep 2009 2010 2010 20 37 35.68

19 SB. Mahendaradata Jl. Mahendaradata 2009 2010 2010 10 6 4.36

20 SB. Tukad Badung Jl. Tukad Badung 2011 2012 2012 10 37 38

(28)

24

No Nama Alamat Mulai Dibangun Selesai Mulai

Operasi

Kapasitas Desain (lt/dt) Terpasang (lt/dt)

Produksi (lt/dt) pada Desember

2018

Jumlah A 425 410.52

B AIR PERMUKAAN

IPA AYUNG BELUSUNG Jl. Antasura 1994 1995 1995 300 500 392.60

IPA PAKET BELUSUNG Jl. Antasura 2002 2003 2003 50 45 38.01

IPA WARIBANG I dan II Jl. Waribang 2003 2004 2004 150 225 287

Jumlah Air Permukaan 770 717.61

Jumlah Sumur Bor + Air Permukaan 1195 1128.13

Sumber : PDAM Kota Denpasar, 2018

(29)

3. Unit Produksi Air

Sistem penyediaan air minum PDAM kota Denpasar saat ini berkapasitas 1195 l/dt dengan sumber produksi air berasal dari 3 unit IPA dan 20 sumur bor :

 IPA Ayung Belusung : 500 l/dt

 IPA Paket Belusung : 45 l/dt

 IPA Waribang : 225 l/dt

 Sumur bor dalam kota : 425 l/dt

Untuk menambah kapasitas pelayanan air minum kepada masyarakat di kota Denpasar, selain memanfaatkan air dari sumber air/instalasi pengolahan air tersebut diatas, PDAM Kota Denpasar juga membeli air curah hujan dari PDAM Badung, PDAM Gianyar dan Unit SPAM Petanu.

Tabel 4.2 Pembelian Air PDAM Kota Denpasar

No. Sumber Rencana

Pembelian Air (l/det)

Realisasi

Pembelian Air (l/det)

1. PDAM Badung 25 18.6

2. SPAM Petanu 75 55

3. SPAM Penet 100 63.3

4. PDAM Gianyar 2 1.9

Jumlah 202 138.8

Sumber: PDAM Kota Denpasar, 2018

Produksi air pada tahun 2018 adalah 40.18 juta m3/tahun. Sedangkan volume air terjual pada tahun 2018 yaitu 26.67 juta m3/tahun. Dengan demikian kehilangan air PDAM Kota Denpasar adalah sebesar 33.62%.

3. Unit Distribusi

PDAM Kota Denpasar pada tahun 2018 merencanakan pembuatan Zoning Blok sebanyak 10 lokasi yaitu di Jalan Sekar Tunjung, Mekar Sari (Pemogan), Gandapura, Gunung Talang, Gunung Guntur, Tegal buah, Prajaraksaka, Danau Tamblingan, Danau Poso dan Kutat Lestari. Pembelian air akan dioptimalkan dari Tukad Penet dan Petanu serta melakukan evaluasi air dari PDAM Badung dan PDAM Gianyar.

(30)

26

Pada tahun 2018 telah dilakukan pengembangan Jaringan pipa primer dan distribusi yaitu:

 Panjang pipa transmisi sampai akhir 2018 yaitu 4106 m’

 Panjang pipa distribusi sampai akhir 2018 yaitu 1,661,485 m’

 Pemasangan distribusi tersier 4” PVC sepanjang 281 m’

 Pemasangan distribusi tersier 3” PVC sepanjang 758 m’

 Pemasangan distribusi tersier 2” PVC sepanjang 4436 m’

Pengaliran air dari tiap unit produksi dilakukan sebagai berikut :

 Air dari IPA Ayung Belusung dan IPA Paket Belusung dialirkan secara gravitasi ke Reservoir I Belusung. Kemudian dari reservoir ini dialirkan ke konsumen sebagai berikut :

 Dialirkan secara gravitasi ke jaringan pipa distribusi melalui pipa distribusi Ǿ 24”.

 Dialirkan ke jalur barat dengan menggunakan 4 pompa booster (semua beroperasi secara terus menerus bersamaan) yang masing-masing berkapasitas 25 l/dt dan head 40 meter, melalui pipa Ǿ 10”.

 Dialirkan ke jalur selatan dengan menggunakan 3 unit pompa booster (semua beroperasi terus menerus secara bersamaan) yang masing-masing berkapasitas 15 l/dt dan head 40 meter, melalui pipa Ǿ 8”.

 Dialirkan melalui 5 unit pompa submersible (1 unit sebagai pompa cadangan dan yang lainnya dioperasikan sesuai dengan kebutuhan) yang masing- masing berkapasitas 60 l/dt dan head 40 meter yang dialirkan melalui pipa Ǿ 16”. Pompa ini dipasnag diatas atap reservoir R1. Tujuan semula dari pemasangan pompa ini adalah untuk meningkatkan aliran air ke “in-line booster pump lembusura”.

 Air dari IPA Waribang dialirkan secara gravitasi ke reservoir Waribang dan kemudian air dari reservoir ini dipompakan ke jaringan pipa distribusi melalui pipa Ǿ 16”.

 Untuk meningkatkan tekanan air pada jaringan pipa distribusi yang melayani daerah Barat, dipasang 2 unit in-line booster pum Lembusura yang masing- masing berkapasitas 90 l/dt dan tekanan 80 meter.

(31)

 Pompa

Pompa yang ada pada system penyediaan air minum PDAM kota Denpasar adalah seperti terlihat pada tabel 4.3 berikut ini :

Tabel 4.3 Data Pompa Intake, Distribusi dan Booster PDAM kota Denpasar

No. Lokasi Fungsi Pompa Jumlah

Unit

Spesifikasi Keterangan

1 Belusung Pompa intake cadangan (submersible)

1 + 1 Q = 310 l/dt H = 18 m

Satu unit sebagai cadangan Pompa air baku,

mengalirkan air dari bak prasedimentasi ke IPA Ayung 3

4 1

Q = 165 l/dt, H=

40 m

Q = 125 l/dt, H = 40 m

Pompa Booster, meningkatkan debi dan tekanan air kea rah barat, melaui pipa 10”

4 Q = 23 l/dt, H = 40 m

4 pompa beroperasi terus menerus Pompa dipasang tahun 2010

Pompa Booster, meningkatkan debi dan tekanan air kea rah barat, melaui pipa 8”

3 Q = 15 l/dt, H = 40 m

3 pompa beroperasi terus menerus Pompa dipasang tahun 2010

Pompa Booster

Submersible,meningkatkan aliran air ke booster Lembusura/debit dan tekanan air kea rah selatan/barat melalui pipa 16”

4 + 1 Q = 60 l/dt, H = 40 m

1 pompa cadangan, lainnya beroperasi sesuai kebutuhan Pompa dipasang tahun 2010

2 Waribang Pompa intake (submersible)

1 + 1 Q = 180 l/dt, H = 35 m

1 pompa cadangan, lainnya beroperasi sesuai kebutuhan

Pompa distribusi 2

1

Q = 225 l/dt, H = 60 m

Q = 150 l/dt, H = 60 m

Pompa dioperasikan sesuai kebutuhan

3 Lembusura In-line booster pump 2 Q = 90 l/dt, H =

80 m

Pompa dipasang tahun 2008

Sumber : PDAM Kota Denpasar, 2018

(32)

28

4.2 Analisis Proyeksi Kebutuhan Air Minum 1. Rencana Pemanfaatan Ruang Kota Denpasar

Kota Denpasar sebagai kota otonom sekaligus juga merupakan ibukota Provinsi Bali, dan pusat pelayanan wilayah Bali bagian selatan dengan fungsi sebagai Kota Pusat Pemerintahan, Pusat Pelayanan Barang dan Jasa, Pusat pelayanan Pendidikan Tinggi, pusat permukiman yang memiliki pengaruh langsung yang kuat kepada wilayah sekitarnya. Kota Denpasar dan kawasan perkotaan di wilayah Kabupaten sekitarnya telah mengalami kecenderungan penyatuan fungsional kawasan perkotaan terutama dengan Kawasan Perkotaan Gianyar, Tabanan, serta Kota-kota Kecamatan yang berdekatan seperti Kawasan Perkotaan Kediri, Mengwi, Abiansemal, Ubud, Sukawati, Kerobokan, Kuta, Jimbaran serta pusat-pusat Kawasan Pariwisata Kuta, Tuban, Nusa Dua, Ubud, Lebih serta KDTWK Tanah Lot.

Penyatuan ini secara tidak langsung telah membentuk sebuah metropolitan terlebih jumlah penduduk penyatuan kawasan tersebut telah mencapai 1.305.851 jiwa pada tahun 2007.

Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), yang selanjutnya diakomodasi dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali No.

16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Bali 2009- 2029, menegaskan bahwa Kota Denpasar yang terintegrasi dalam Kawasan Perkotaan Denpasar- Badung-Gianyar-Tabanan dalam sistem perkotaan nasional ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN). Selanjutnya Perkotaan Denpasar-Badung-Gianyar-Tabanan juga sekaligus ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dari pertimbangan sudut kepentingan ekonomi nasional, dengan nama Kawasan Metropolitan Sarbagita. Selanjutnya telah pula ditetapkan bahwa Kota Denpasar beserta Kawasan Perkotaan Kuta merupakan Kota Inti dari Kawasan Metropolitan Sarbagita yang didukung beberapa pengembangan Kota Satelit seperti Kawasan Perkotaan Badung (Mangupura), Gianyar, Tabanan, Ubud dan Jimbaran, serta kawasan perkotaan pendukung lainnya.

2. Standar Kebutuhan Air Minum

Penyediaan air baku di daerah studi direncanakan untuk memenuhi kebutuhan air baku meliputi air bersih penduduk (domestik) dan fasilitas umum, dengan

(33)

demikian maka diperhitungkan dengan mempertimbangkan faktor yang dapat menunjang atau menyebabkan bertambahnya kebutuhan air bersih

Kebutuhan air minum suatu daerah perkotaan dianalisis berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu:

a. Jumlah penduduk saat perencanaan sampai dengan akhir tahun perencanaan.

b. Target pelayanan yaitu rasio pelayanan air minum yang diperhitungkan berdasarkan julah penduduk yang akan mendapatkan pelayanan air minum sesuai dengan anjuran pemerintah.

c. Jenis pelayanan dan satuan kebutuhan air untuk:

Rumah tangga baik sambungan langsung maupun kran umum

Fasilitas siosial

Fasilitas perdagangan

Industri

Kebutuhan khusus

d. Karakteristik kebutuhan air suatu daerah yang menggambarkan variasi kebutuhan air harian yaitu kebutuhan rata-rata dan kebutuhan puncak.

e. Jumlah air yang hilang

Dari pertimbangan di atas terlihat bahwa kependudukan merupakan faktor penting dalam penentuan kebijakan penyediaan prasarana perkotaan termasuk pembuatan prakiraan kebutuhan air minum. Parameter kependudukan yang harus dicermati meliputi jumlah, kepadatan, laju pertambahan dan sebaran.

Jumlah penduduk akan menentukan jumlah kebutuhan air yang harus dipenuhi.

Tingkat kepadatan penduduk memberikan indikasi perlunya sistem perpiipaan diterapkan pada daerah yang bersangkutan. Hal ini mengingat bahwa meningkatnya kepadatan penduduk akan meningkatkan kompleksitas permasalahan termasuk permasalahan air minum. Perencanaan kebutuhan air yang memenuhi syarat tentunya harus dapat digunakan untuk dapat melayani seluruh warga masyarakat dimulai saat perencanaan sampai suatu kurun waktu tertentu. Untuk ini maka informasi tentang laju pertumbuhan penduduk sangat diperlukan dalam perencanaan prasarana air minum.Terakhir keadaan sebaran penduduk perlu pula diketahui menentukan penentuan sistem jaringan yang

(34)

30

akan digunakan baik yang menyangkut sistem jaringan maupun dalam sistem distribusinya.

Berkaitan dengan target pelayanan, maka penyediaan prasarana air minum selain untuk memenuhi kebutuhan domestik atau kebutuhan rumah tangga bagi warga masyarakat baik melalui sambungan langsung maupun melalui kran umum, juga diperlukan untuk memenuhi kebutuhan air pada berbagai fasilitas perkotaan seperti fasilitas umum, fasilitas bisnis/perdagangan maupun untuk memenuhi kebutuhan industri dan kebutuhan khusus.

Dalam menentukan daerah pelayanan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:

 Mengingat bahwa prasarana penyediaan air minum harus dapat melayani sejak perencanaan hingga suatu kurun waktu tertentu, maka perencanaannya harus mengacu pada skenario perkembangan kota yang telah dibuat. Rencana pengembangan daerah perkotaan dan rencana tata guna tanah yang mana daerah pengembangan tersebut akan termasuk dalam daerah pelayanan.

 Kepadatan penduduk, merupakan faktor penting yang mempengaruhi kebutuhan. Daerah-daerah dimana kepadatan penduduk kecil dibandingkan dengan biaya pemasangan pipa distribusi biasanya tidak dimasukkan ke dalam daerah pelayanan dipandang dari sudut keuangan pengadaan air.

 Konstruksi jalan-jalan umum, konstruksi atau pelebaran jalan akan mempengaruhi pengembangan komersil, pengembangan daerah perumahan dan bentuk-bentuk lainnya dari pengembangan daerah perkotaan sehingga rencana daerah pelayanan akan dibuat berdasarkan rencana konstruksi jalan- jalan tersebut.

Tidak semua penggunaan yang terdapat di daerah pelayanan akan dilayani dengan air minum. Hal ini terjadi karena tidak semua penduduk yang bersedia memberikan kompensasi biaya terhadap pelayanan air minum yang diberikan. Hal ini berhubungan dengan pemasangan sambungan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah akan berkeberatan karena menyangkut biaya/retribusi sehingga mereka akan mengambil dari sumur-sumur dangkal dan bagi masyarakat yang air tanahnya tidak baik akan menggunakan air dari kran-kran umum yang tersedia.

(35)

Kriteria perencanaan teknis yang akan digunakan menyangkut proyeksi kebutuhan air bersih secara ringkas dan jelas akan dijabarkan pada subbab dibawah ini.

a. Kebutuhan Domestik

Kebutuhan air untuk rumah tangga/domestik ialah pemakaian air untuk aktivitas di lingkungan rumah tangga. Penyediaan air baku untuk keperluan rumah tangga dihitung dengan berdasarkan:

 Jumlah penduduk

 Prosentase jumlah penduduk yang akan dilayani

 Cara pelayanan air

 Konsumsi pemakaian air (lt/org/hari)

Beberapa parameter yang dipakai dalam menentukan tingkat pelayanan air bersih yang akan direncanakan meliputi:

1. Konsumsi pemakaian air bersih

Untuk konsumsi pemakaian air bersih domestik perkotaan ditentukan untuk SR sebesar 120 L/dt dan SU sebesar 30 L/dt. Untuk konsumsi domestik perdesaan ditentukan sebesar 60 L/or/hr.

2. Jumlah Persambungan

Jumlah jiwa per sambungan rumah dihitung berdasarkan jumlah rata-rata untuk SR sebesar 5 jiwa/sambungan dan KU sebesar 100 jiwa/sambungan.

b. Kebutuhan Non Domestik

Yang dimaksud sebagai kebutuhan air untuk keperluan non domestik ialah pemakaian air di luar pemakaian untuk rumah tangga. Termasuk ke dalam kelompok kebutuhan air untuk keperluan non domestik meliputi niaga, kesehatan, sosial, perkantoran, pendidikan dan peibadatan. Kebutuhan air non domestik dihitung sebesar 20% dari kebutuhan air domestik.

3. Kehilangan Air

Kehilangan air dapat diartikan sebagai selisih antara banyaknya air yang disediakan (water supply) dengan air yang dikonsumsi (water consumption). Dalam setiap penyediaan air bersih, sangat sulit sekali untuk menghindari terjadinya

(36)

32

kemungkinan kehilangan air dari sistem. Kehilangan air yang terjadi bisa disebabkan oleh faktor teknis maupun non teknis. Kehilangan air yang bersifat teknis disebabkan oleh kebocoran pipa distribusi atau kerusakan meter air. Sedangkan kehilangan air yang bersifat non teknis misalnya adanya pencurian air dari pipa distribusi air minum.

Untuk itu dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air bersih, selalu diperhitungkan suatu besaran volume air untuk menghindari kemungkinan terjadinya kehilangan air. Besarnya kehilangan air tersebut diperkirakan sebesar 20% dari kebutuhan air total. Besar kehilangan air ini diperkirakan konstan mulai awal sampai tahun rencana. Hal ini dimaksudkan agar penyediaan air untuk masyarakat konsumen tidak terganggu bila terjadinya kehilangan air baik yang disebabkan oleh faktor teknis maupun non teknis.

c. Fluktuasi Pemakaian Air Bersih

Dalam perencanaan suatu sistem penyediaan air bersih, dikenal istilah fluktuasi pemakaian air pada waktu hari maksimum dan fluktuasi pemakaian air pada saat jam puncak. Yang dimaksud dengan fluktuasi pemakaian air bersih pada saat jam puncak adalah sebagai berikut:

 Selama sehari ada jam-jam tertentu dimana penggunaan air bersih lebih tinggi dari pemakaian per jam rata-rata.

 Pemakaian air pada jam tertinggi inilah yang disebut sebagai pemakaian jam puncak, yang biasa terjadi pada pagi dan sore hari. Sedangkan yang dimaksud dengan fluktuasi pemakaian air bersih pada waktu hari maksimum.

 Selama setahun ada hari-hari tertentu dimana pemakaian air lebih tinggi dari pemakaian air per hari rata-rata, pemakaian inilah yang disebut pemakaian air pada hari maksimum.

Bila tidak ada data yang lengkap, yang menunjukkan beberapa faktor pengali untuk pemakaian air hari maksimum dan jam puncak, maka faktor-faktor tersebut diambil dari Standar Cipta Karya, yaitu:

 Hari maksimum = 1,15 x Kebutuhan rata-rata

 Jam puncak = 1,75 x Kebutuhan rata-rata

(37)

4. Proyeksi Penduduk a. Standar Deviasi

Perhitungan standar deviasi untuk ke 3 metode proyeksi jumlah penduduk sebagai berikut :

Tabel 4.1 Standar Deviasi Dari Hasil Perhitungan Aritmatik

Sumber : Hasil Analisis

Tabel 4.2 Standar Deviasi Dari Hasil Perhitungan Geometrik

Sumber : Hasil Analisis

Tahun ke Jumlah PendudukHasil Aritmatik Yi -Ymean (Yi - Ymean)^2

i (Y) (Yi)

2013 0 833,900.00 833,900.00 (38,750.00) 1,501,562,500.00 2014 1 846,200.00 930,380.00 57,730.00 3,332,752,900.00 2015 2 863,600.00 946,460.00 73,810.00 5,447,916,100.00 2016 3 880,600.00 944,803.62 72,153.62 5,206,144,820.57 2017 4 897,300.00 955,195.99 82,545.99 6,813,840,724.91 2018 5 914,300.00 994,700.00 122,050.00 14,896,202,500.00

JUMLAH 5,235,900.00 37,198,419,545.47

Ymean 872,650.00

S 78,738.41

Tahun

Tahun ke Jumlah PendudukHasil Geometrik Yi -Ymean (Yi - Ymean)^2

i (Y) (Yi)

2013 0 833,900.00 865,633.40 (7,016.60) 49,232,668.52 2014 1 846,200.00 924,356.85 51,706.85 2,673,598,054.43 2015 2 863,600.00 934,524.31 61,874.31 3,828,430,841.47 2016 3 880,600.00 944,803.62 72,153.62 5,206,144,820.57 2017 4 897,300.00 955,195.99 82,545.99 6,813,840,724.91 2018 5 914,300.00 965,702.67 93,052.67 8,658,800,231.44

JUMLAH 5,235,900.00 27,230,047,341.33

Ymean 872,650.00

S 67,367.21

Tahun

Gambar

Tabel 2.4 Kebutuhan Minimum Air Bersih
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian
Tabel 4.1 Sumber Air Baku PDAM Denpasar
Tabel 4.2 Pembelian Air PDAM Kota Denpasar
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menyelenggarakan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) yang ada saat ini, masih banyak yang mengalami kesulitan dalam pendanaan untuk pengembangan

RENCANA INDUK SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KABUPATEN SERANG 2019-2038 LAPORAN AKHIR – 2018 Pada bab kelima, pembahasan akan dilakukan dengan memfokuskan terkait

Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah sistem informasi berbasis web mapping tentang pemetaan sistem penyediaan air minum dengan mengacu pada kebutuhan air

Adapun sumber air yang dimiliki oleh PDAM Kota Denpasar dalam rangka melayani kebutuhan air bersih seluruh masyarakat pelanggan yang berada di Kodya Denpasar

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air minum dan penyediaan air minum yaitu dengan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui kebutuhan air

Melalui Program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (Pamsimas) tahun 2012 masyarakat Banjarnegara dengan pendampingan Dinas Pekerjaan Umum (DPU) membangun sistem penyediaan

SUMBER HUKUM PENYELENGGARAAN SPAM  Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 4 Tahun 2020 tentang Standar Penyelenggaraan Sistem Penyediaan Air Minum  Peraturan

Strategi Penanganan Untuk mendapatkan suatu perencanaan yang optimum, maka strategi pemecahan permasalahan dan pemenuhan kebutuhan air minum di suatu kota diatur sebagai berikut: 