1. Apa kekuatan konteks sosio-kultural di daerah Anda yang sejalan dengan pemikiran KHD?
Kekuatan konteks sosio-kultural yang ada di daerah tulungagung adalah a) Adab dan sopan santun
Penerapan 5 S
Menunduk didepan orang yang lebih tua
Memakai baju yang sopan
Menggunakan Bahasa yang sopan, jika berbicara mengunakan Bahasa jawa dengan orang yang lebih tua menggunakan Bahasa krama inggil/alus
Menunduk didepan orang lebih tua
Mengucapkan “tolong”saat meminta bantuan
Mengucapokan “terimakasih” setelah mendapat pertolongan
Mengucapkan “maaf” ketika melakukan kesalahan b) Pembiasaan positif religious
Sholat dhuha
Pembiasaan disekolah
Yasin tahlil
Pembiasan disekolah
Pembiasan Jumat berkah (infaq dimasjid)
Mengikuti Organisasi remaja masjid
Sholat dhuhur
Pembiasaan disekolah c) Gotong royong
Kerja kelompok
Beberapa kegiatan Akademik atau non Akademik, anak mengerjakan tugas dengan cara kerja kelompok
Kerja bakti
Setiap jumat pagi terdapat kegiatan jumat bersih, yaitu kerja bakti membersihkan sekolah
d) Menghargai adat/budaya
Mempelajari seni tari, seni musik serta budaya daerah Tulungagung Seperti : Reog Gendang dl
Memakai baju lurik/jadul saat memperingati hari besar seperti hari pahlawan, hari sumpah pemuda
Nilai kebersamaan
Peduli terhadap sesama dan saling membantu
Contohnya mengadakan bantuan social ketika ada bencana disuatu daerah
2. Bagaimana pemikiran KHD dapat dikontekstualkan sesuaikan dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya daerah asal yang relevan menjadi penguatan karakter murid sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat pada konteks lokal sosial budaya di daerah Anda?
a. Pendidikan Budi Pekerti
Salah satu pemikiran Ki hajar Dewantara adalah Pendidikan Budi Pekerti. Menurut KHD, budi pekerti, atau watak atau karakter merupakan perpaduan antara gerak pikiran,
perasaan dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga. Budi pekerti juga dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (psikomotor).
Manusia mempunyai dasar-dasar yang jahat yang memang dapat dihilangkan, maupun dalam arti neutraliseeren (menutupi, mengurani) tabiat tabiat jahat yang biologis atau yang dapat lenyap sama sekali. Jadi kalau kecerdasan budi pekerti tersebut sungguh baik, yaitu dapat mengadakan budi pekerti yang baik dan kokoh sehingga dapat mewujudkan kepribadian dan karakter itu sendiri. Makai ia akan selalu dapat mengalahkan nafsu dan tabiat-tabiatnya yang asli dan biologis tadi.
Jadi kesimpulannya, hasil dari Pendidikan Budi Pekerti yaitu kemampuan menguasai diri.
Jika pikirannya baik, maka perbuatan yang akan dihasilkan pun akan baik pula. Dengan ditanamkan budi pekerti maka juga akan berdampak pada tujuan Pendidikan khususnya nilai-nilai konteks social kultural budaya. Salah satu Contohnya adalah untuk
melestarikan budaya ditulungagung, memperkenalkan dan mempelajari sejarah Seni Reog Kendang kepada peserta didik, selanjutnya peserta didik mempraktekkan Tari Seni Reog Kendang, Guru memberi pemahaman bahwa dengan belajar Seni juga dapat menghibur dan membuat orang Bahagia, belajar arti kekompakan dan menambah kepercayaan diri
b. Tuntunan Pendidikan
Pendidikan diartikan sebagai ‘tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak’. Maksud pendidikan yaitu: menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
KHD mengibaratkan peran pendidik seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani atau pak tukang kebun di lahan yang telah disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam.
Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik maka meskipun biji jagung adalah bibit jagung yang kurang baik (kurang berkualitas) dapat tumbuh dengan baik karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya
matahari serta ‘tangan dingin’ pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal.Sehingga dengan adanya tuntunan Pendidikan menjadikan proses
‘menebalkan’ kekuatan kodrat anak yang masih samar-samar. untuk menuntun (memfasilitasi/membantu) anak untuk menebalkan garis samar-samar agar dapat memperbaiki laku-nya untuk menjadi manusia seutuhnya. Salah satu contoh tuntunan Pendidikan yang berdampak pada nilai nilai luhur kearifan budaya adalah penanaman adab dan etika yang ada di Tulungagung seperti menunduk ketika menyapa atau didepan orangtua, jika berbicara mengunakan Bahasa jawa dengan orang yang lebih tua
menggunakan Bahasa krama inggil/alus.Tuntunan pendidikannya bisa berupa guru memberikan contoh dengan mempraktekkan adab dan etika yang baik di sekolah, lalu guru juga memberi dorongan kepada peserta didik untuk mempraktekkan adab dan etika yang baik, guru memberi pemahaman pentingnya ber adab dan ber etika.
3. Sepakati satu kekuatan pemikiran KHD yang menebalkan laku murid di kelas atau sekolah Anda sesuai dengan konteks lokal sosial budaya di daerah Anda yang dapat diterapkan.
Budi Pekerti
Menurut pemikiran KHD, Budi pekerti adalah kemampuan menguasai diri yang menjadikan nilai-nilai hidup manusia yang sungguh-sungguh dilaksanakan, bukan sekedar kebiasaan. Tapi berdasarkan pemahaman dan kesadaran diri untuk menjadi baik.
Tentu kesadaran itu harus dimulai dari menyadari diri sendiri sehingga diri akan lebih bisa memantau dan mengendalikan tingkah lakunya secara lebih optimal.
Konteks social kultural di jaman sekarang dianggap kuno oleh anak-anak jaman
sekarang, sulit untuk menanamkan karakter anak dengan nilai-nilai luhur kearifan budaya sehinnga akan lebih kuat apabila bukan sekedar terpaksa atau oleh karena adanya aturan, tapi dilakukan dengan kesadaran yang merupakan tujuan dari Budi Pekerti