ANALISIS KONTRIBUSI VOLUME EKSPOR CPO TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA
Dosen pengampu : Zakky Fathoni, S.P., M.Sc.
Kelompok 1:
Adam jhon willyam sipayung (D1B021070) Tinur Anjelita Pangaribuan (D1B021077) Jesimiel G Tondang (D1B021080) Maria Destita Felucia (D1B021112)
PROGRAM STUDI AGRBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan tulisan ilmiah yang berjudul "Analisis kontribusi volume ekspor CPO terhadap perekonomian di indonesia" ini dengan baik.
Tulisan ilmiah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah metode penulisan ilmiah. Kami menyadari bahwa tulisan ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan di masa mendatang.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zakky Fathoni, S.P., M.Sc. selaku dosen pengampu mata kuliah metode penulisan ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan tulisan ilmiah ini. Kami juga berterima kasih kepada teman- teman yang telah memberikan dukungan dan motivasi.
Semoga tulisan ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah wawasan kita semua mengenai kontribusi ekspor cpo terhadap perekonomian di indonesia.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... 2
DAFTAR ISI ... 3
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Crude Palm Oil (CPO) ... 8
2.2 Ekspor ... 9
2.2.1 Constant Market Share (CMS) ... 11
2.2.2 Export Product Dynamic (EPD)... 12
2.3 Teori Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi ... 12
2.4 Kajian Kontribusi ... 13
2.5 Kerangka pemikiran ... 15
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17
3.1. Sumber Data ... 17
3.1.1 Data Sekunder ... 17
3.2. Metode Pengumpulan Data ... 17
3.3 Metode Analisis Data ... 17
3.3.1 Analisis Deskriptif ... 17
3.3.3 Interpretasi Hasil ... 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 19
4.1 perkembangan ekspor CPO di Indonesia periode 2016-2020 ... 19
4.2 Kontribusi Volume Ekspor CPO terhadap Penerimaan Devisa Negara ... 20
4.3 Pengaruh Ekspor CPO terhadap Pertumbuhan Sektor Perkebunan Kelapa Sawit dan Penyerapan Tenaga Kerja ... 22
4.4 Tantangan dalam Optimalisasi Kontribusi Ekspor CPO ... 22
4.5 Dampak Fluktuasi Harga CPO terhadap Perekonomian Indonesia ... 23
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 25
5.1 Kesimpulan ... 25
5.2 Saran ... 26
DAFTAR PUSTAKA ... 27
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam konteks perekonomiaan suatu negara, pertumbuhan ekonomi menjadi hal yang penting karena dapat menjadi salah satu ukuran dari pencapaian perekonomian bangsa tersebut (Hasoloan, 2013). Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan pembangunan. Salah satu motor penggerak bagi pertumbuhan adalah perdagangan internasional (Soleh, 2015). Perdagangan internasional merupakan salah satu sarana untuk menjalin hubungan bilateral dan multilateral dengan negara lain. Perdagangan dilakukan untuk memperlancar pergerakan barang dan jasa dari dalam negeri ke luar negeri dan dari luar negeri ke dalam wilayah negara tersebut.
Ekspor mampu mendorong pertumbuhan GDP suatu negara. Peningkatan ekspor Indonesia diupayakan dengan strategi mengembangkan ekspor khususnya produk non migas untuk mendorong pertumbuhan ekonomi (Saragih, 2013). Pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja bagi masyarakat. Sektor pertanian memberikan kontribusi besar pada perekonomian Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan peningkatan Produk Domestik Bruto Indonesia pada sektor pertanian. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, kontribusi pertanian pada tahun 2019 adalah sebesar 13,57 persen. Hal ini disebabkan oleh sumber daya alam yang memadai dan jumlah penduduk (tenaga kerja) yang bekerja pada sektor pertanian yang sangat banyak.
Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor , yaitu Subsektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, subsektor perikanan, subsektor perternakan, dan sub sektor kehutanan. Subsektor perkebunan mencakup semua jenis kegiatan tanaman perkebunan yang diusahakan baik oleh rakyat maupun perusahaan perkebunan. Komoditi yang di cakup antara lain : coklat, cengkeh, karet, tebu, kelapa, kelapa sawit, kopi, tembakau, teh, jahe, pinang,
aren, kapas, kapok, kayu manis, kemiri, kina, lada, pala, panili, rami, serat karung serta tanaman perkebunan lainnya. Dalam perekonomian makro ekonomi Indonesia, industri minyak sawit memiliki peran strategis, antara lain penghasil devisa terbesar, lokomotif perekonomian nasional, kedaulatan energi, pendorong sektor ekonomi kerakyatan, dan penyerapan tenaga kerja. Perkembangan industri minyak sawit Indonesia yang berkembang cepat tersebut telah menarik perhatian masyarakat dunia, khususnya produsen minyak nabati utama dunia. Berikut data luas areal kelapa sawit Perkebunan Indonesia menurut status pengusahaannya (ha) tahun 2012-2020.
Tabel 1. Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan Indonesia Menurut Status Pengusahaannya (Ha) Tahun 2016-2020
Tahun Status pengusahaan ( Ha )
PBN PBS PR Indonesia
2016 707.428 5.754719 4.379.318 11.201.465
2017 638.143 6.047.066 5.697.892 12.383.101
2018 614.756 7.892.706 5.818.888 14.326.350
2019 617.501 7.942.336 5.896.775 14.456.612
2020 562.241 565.241 6.044.058 14.586.597
Sumber data : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun perkembangan luas areal lahan perkebunan di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat pesat, baik PBN, PBS, maupun PR. Namun sempat terjadi penurunan luas areal pada PBN di tahun 2020, penurunan luas areal ini kemungkinan disebabkan oleh beralihnya dari PBN ke PBS dan PR.
Hal ini mengindikasikan bahwa kelapa sawit merupakan komoditas yang aktif diusahakan baik itu oleh Perkebunan rakyat (PR), Perkebunan Besar Swasta (PBS), dan Perkebunan
Besar Negara (PBN). Hal ini menunjukan bahwa Indonesia memiliki prospek yang sangat besar untuk menjadi sentra pemasok produk-produk dari kelapa sawit terbesar di dunia, terutama minyak sawit. Dengan demikian, kelapa sawit menjadi komoditas yang paling berpeluang untuk menjadi ekspor unggulan. Hal ini berdampak langsung terhadap luas areal, produksi dan produktivitas kelapa sawit Indonesia yang dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari tabel 2 berikut.
Tabel 2. Produksi dan Produktivitas kelapa sawit di Indonesia tahun 2016-2020
Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ton/ha)
2016 11.201.465 31.487.986 2,81
2017 12.383.101 34.940.289 2,82
2018 14.326.350 42.883.631 2,99
2019 14.456.612 47.120.247 3,25
2020 14.586.597 45.741.845 3,13
Sumber data : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan table 2 menunjukan bahwa Perkebunan sawit memiliki produktifitas yang terus meningkat setiap tahunnya walaupun di tahun 2020 mengalami penurunan 0,12 dari tahun 2019. Pembangunan subsektor perkebunan pada komoditi kelapa sawit di Indonesia memiliki peranan yang cukup penting dalam perekonomian negara. Peranan tersebut dapat dilihat dengan kontribusi yang diberikan subsektor perkebunan terhadap devisa negara, PDRB daerah, penyediaan lapangan kerja/kesempatan kerja, dan memacu pertumbuhan wilayah. Berbagai peran tersebut sejalan dengan tujuan pembangunan perekonomian nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia,
mempercepat pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan serta memelihara keseimbangan sumber daya alam dan lingkungan hidup.
Seiring dengan peningkatan kebutuhan akan CPO sebagai bahan baku industri dan makanan di negara tujuan ekspor. Indonesia merupakan negara yang mempunyai sumber daya alam yang sangat besar dibandingkan dari negara lain, sehingga Indonesia dapat menjadi sentra penghasil komoditas perkebunan terutama komoditas kelapa sawit, bahkan dapat menjadi negara pengekspor CPO terbesar di dunia. Dengan meningkatnya produksi CPO, Indonesia meningkatkan volume dan nilai ekspor CPO. Berikut data volume ekspor dan nilai ekspor CPO Indonesia dari tahun 2016-2020.
Tabel 3. Volume dan Nilai Ekspor CPO Indonesia tahun 2016-2020
Tahun Volume Ekspor (000 ton) Nilai Ekspor (000 US$)
2016 22.761.814 14.366.754
2017 27.353.337 18.513.121
2018 27.898.875 16.530.212
2019 28.279.350 14.716.275
2020 25.935.257 17.363.921
Sumber Data : Badan Pusat Statistik
Berdasarkan tabel 3 diatas volume dan nilai Ekspor CPO Indonesia terjadi peningkatan setiap tahunnya, namun pada tahun 2020 mengalami sedikit penurunan yang dipengaruhi oleh harga. Minyak sawit (CPO) Indonesia memiliki keunggulan komperatif yang lebih tinggi daripada Negara-Negara penghasil CPO di Dunia.
Dalam jangka panjang, permintaan dunia akan minyak kelapa sawit menunjukkan kecenderungan meningkat sejalan dengan jumlah populasi dunia yang bertumbuh dan karenanya meningkatkan konsumsi prooduk-produk dengan bahan baku minyak kelapa
sawit.(Ewaldo, 2015). Nilai tukar rupiah juga mempengaruhi volume ekspor CPO. Menurut Aprina (2014), karena kontribusi CPO yang cukup besar dibandingkan dengan komoditi lain, maka harga CPO dunia dinilai dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah, sehingga peran komoditi ekspor semakin penting dalam pergerakan nilai tukar.
Perkebunan kelapa sawit berpotensi dalam memacu pertumbuhan subsektor perkebunan yang berarti bahwa perkebunan kelapa sawit ikut memberikan kontribusi dalam menunjang perekonomian Indonesia. Perkebunan kelapa sawit memiliki daya saing yang cukup baik dan memiliki prospek dan potensi yang sangat besar dalam menunjang perekonomian wilayah terutama kontribusinya terhadap Indonesia. Maka dari itu, penulis tertarik ingin mengkaji lebih jauh tentang kontribusi perkebunan kelapa sawit yang masih memiliki peluang untuk menjadi sektor potensial yang berdampak terhadap perekonomian dalam sebuah penelitian dengan judul “Analisis Kontribusi Volume Ekspor CPO Terhadap Perekonomian di Indonesia”
1.2 Rumusan Masalah
Crude Palm Oil (CPO) atau minyak sawit mentah merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia. Sebagai produsen CPO terbesar di dunia, Indonesia memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pasar global. Ekspor CPO menghasilkan devisa yang signifikan bagi negara, berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi, dan menciptakan lapangan kerja di sektor perkebunan dan industri pengolahan. Namun, fluktuasi harga CPO di pasar internasional dan dinamika ekonomi global dapat memengaruhi kontribusi sektor ini terhadap perekonomian Indonesia.
Kontribusi volume ekspor CPO terhadap perekonomian Indonesia dapat dilihat dari berbagai aspek. Pertama, dari sisi penerimaan devisa, peningkatan volume ekspor CPO akan meningkatkan devisa negara. Kedua, ekspor CPO mendorong pertumbuhan sektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahannya, yang pada gilirannya berdampak pada penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan masyarakat. Ketiga, perkembangan industri CPO juga memicu pertumbuhan sektor-sektor pendukung lainnya, seperti sektor transportasi dan logistik.
Meskipun demikian, terdapat pula tantangan yang perlu diperhatikan dalam mengoptimalkan kontribusi ekspor CPO. Fluktuasi harga CPO di pasar internasional, isu keberlanjutan lingkungan, dan persaingan dengan negara produsen lain merupakan faktor- faktor yang dapat memengaruhi kinerja ekspor CPO. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan daya saing dan menjamin keberlanjutan industri CPO agar dapat memberikan kontribusi optimal bagi perekonomian Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, rumusan masalah dalam tulisan ilmiah "Analisis Kontribusi Volume Ekspor Cpo Terhadap Perekonomian Di Indonesia" adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan ekspor CPO di Indonesia periode 2016-2020 ?
2. Bagaimana kontribusi ekspor CPO terhadap PDB sektor perkebunan di Indonesia periode 2016-2020 ?
3. Seberapa besar pengaruh volume ekspor CPO terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor perkebunan kelapa sawit?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan ekspor CPO di Indonesia periode 2016- 2020.
2. Untuk mengetahui Bagaimana kontribusi ekspor CPO terhadap PDB sektor perkebunan di Indonesia periode 2016-2020.
3. Untuk mengetahui pengaruh volume ekspor CPO terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor perkebunan kelapa sawit.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Crude Palm Oil (CPO)
CPO, singkatan dari Crude Palm Oil, merupakan minyak nabati yang diekstraksi dari mesokarp buah kelapa sawit (Elaeis guineensis). Minyak ini memiliki komposisi asam lemak yang unik, didominasi oleh asam palmitat, oleat, dan linoleat, serta mengandung beragam senyawa bioaktif seperti karotenoid dan vitamin E. CPO adalah salah satu komoditas dalam negeri yang sangat berharga sehingga peredarannya di Indonesia pun perlu dijaga. Bagi industri energi, makanan bahkan kosmetik, keberadaan minyak kelapa sawit mentah sangatlah penting. Bahkan, konsumsi minyak ini sekitar 40% dari total konsumsi minyak nabati di seluruh dunia. Memang, sudah tidak bisa dipungkiri bahwa minyak kelapa sawit mentah sangat bermanfaat. CPO kelapa sawit adalah minyak yang didapatkan dari proses ekstraksi daging buah kelapa sawit. Proses tersebut dilakukan dengan cara memisahkan biji dan daging buah terlebih dahulu. Biji tadi akan diolah sedemikian rupa agar menghasilkan minyak.
Minyak kelapa sawit mentah ini memiliki kandungan beta karoten yang tinggi. Inilah sebabnya kenapa minyak ini berwarna merah kekuningan. Adapun beta karoten itu sendiri ialah suatu senyawa yang berperan sebagai prekursor vitamin A serta berperan sebagai pemberi pigmen warna pada tumbuhan.
CPO merupakan salah satu jenis minyak nabati komersial yang bisa dijadikan sebagai bahan baku untuk pembuatan bahan bakar maupun bahan baku memasak. Indonesia menjadi salah satu negara yang bisa menghasilkan kelapa sawit dalam jumlah besar.
Hal ini membuat Indonesia juga berpeluang besar untuk menambah devisa negara melalui kegiatan ekspor produk minyak ini. Untuk produksi CPO Indonesia, kebun kelapa sawit terhampar begitu luas termasuk di Sumatera dan di Kalimantan.
2.2 Ekspor
Ekspor adalah kegiatan perdagangan dengan cara mengirimkan atau mengeluarkan barang dari dalam wilayah pabean keluar wilayah suatu negara. (Risa, 2018) Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dijelaskan bahwa ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari daerah pabean Indonesia dan/atau jasa dari wilayah negara Repubik Indonesia (Sutedi. 20141 Daerah pabean yang dimaksud adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan, udara, serta tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landasan kontinen
Ekspor merupakan salah satu aktivitas perdagangan internasional yang mempunyai peranan penting bagi perekonomian suatu negara yang dapat menghasilkan devisa dan dapat digunakan untuk membiayai impor dan pembiayaan pembangunan sektor-sektor di dalam negeri (Azizah, 2015) Kegiatan ekspor dapat terjadi jika kebutuhan di dalam negeri sudah terpenuhi dan ada permintaan dari negara lain. Kegiatan ekspor dilakukan ketika suatu negara memiliki keunggulan komparatif, terlebih lagi memiliki keunggulan kompetitif untuk menghasilkan produk barang dan jasa. Produk yang dihasilkan perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan selera di pasar internasional
Manfaat dari kegiatan ekspor selain untuk memperoleh laba (keuntungan), yaitu juga agar negara eksportir dapat membuka pasar baru dan memperluas pasar domestik, Industri dalam negeri pun didorong untuk terus dapat memproduksi barang-barang yang memiliki kualitas yang baik agar dapat bersaing di pasar internasional. Semakin berkembangnya industri dalam negeri mengindikasikan bahwa kegiatan ekspor dapat memberikan pengaruh yang positif bagi perekonomian nasional
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan
tugasnya. Jadi, kinerja ekspor adalah segala usaha yang dilakukan untuk menghasilkan kualitas dan kuantitas komoditas ekspor untuk dapat berdaya saing yang merupakan salah satu tujuannya. Kinerja ekspor merupakan sebuah perkembangan hasil ekspor yang secara historis bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan kondisi ekonomi dunia yang sifatnya turbulen (Akbar, 2020).
Konsep kinerja ekspor digambarkan sebagai keberhasilan relatif suatu negara untuk menjual barang dan jasa yang diproduksi di dalam negeri di negara lain. Hal tersebut juga dapat dianggap sebagai indikator daya saing suatu negara di pasar global. Kinerja ekspor dalam arti luas yaitu mencakup kombinasi berbagai faktor seperti akses ke pasar internasional, peningkatan pangsa pasar dan daya saing harga, diversifikasi barang eskpor dan dijadikan sebuah merk (Gulo, 2019).
Kinerja ekspor tidak hanya diukur dari laju pertumbuhan (nilai atau volume), tetapi juga harus dilihat dari tingkat diversifikasinya baik dalam arti variasi produk (pendalaman struktur) maupun diversifikasi pasar (negara tujuan). Laju pertumbuhan yang tinggi hanya merupakan satu sisi dari keberhasilan pengembangan ekspor suatu negara. Di samping itu adalah perluasan jenis- jenis komoditas ekspor dan pasarnya. Tambunan (2001), kinerja ekspor dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pertumbuhan
Ada sejumlah indikator yang umum digunakan untuk mengetahui perkembangan struktur ekspor, diantaranya adalah proporsi migas dan non migas terhadap ekspor total, pangsa ekspor menurut kelompok barang, misalnya barang konsumsi, barang modal dan perantara, dan bahan baku, serta persentase ekspor terhadap output agregat atau Produk Domestik Bruto (PDB)
b. Diversifikasi output
Struktur ekspor Indonesia mengalami perubahan seiring dengan perubahan struktur ekonomi nasional yang terjadi pada masa pemerintahan orde baru, dimana ekonomi yang sepenuhnya berlandaskan sektor pertanian beralih menjadi ekonomi yang berorientasi non pertanian atau industri/manufaktur
c. Diversifikasi pasar
Diversifikası pasar adalah suatu strategi perusahaan dalam melakukan perluasan pasar melalui peningkatan mutu dan kualitas produk serta dapat juga dengan menambah produk baru sebagai bentuk dukungan promosi ekspor yang memadai.
2.2.1 Constant Market Share (CMS)
Kinerja ekspor di pasar dunia dapat diukur dari suatu negara produsen relatif terhadap negara pesaing, dapat digunakan model Pangsa Pasar Konstan (Constant Market Share/CMS). CMS adalah salah satu alat deskriptif yang paling banyak digunakan dalam mengukur kinerja ekspor suatu negara relatif dengan negara lain atau wilayah perdagangan barang dan jasa. Penggunaan pendekatan ini didasarkan pada pemahaman bahwa laju pertumbuhan ekspor suatu negara bisa lebih kecil, atau lebih tinggi daripada laju pertumbuhan ekspor rata-rata dunia Penggunaan model CMS dilatarbelakangı adanya kemungkinan bahwa ekspor suatu negara selama periode tertentu mengalami perubahan terhadap dunia sebagai pertumbuhan standar (Akbar, 2020)
Soekarno dalam Gulo (2019) keunggulan metode CMS adalah mampu menjelaskan sumber-sumber pertumbuhan ekspor sehingga mampu melihat potensi daya saing suatu komoditas. Di sisi lain, kelemahan CMS adalah sifatnya yang statis Artinya nilai yang dihitung merupakan gambaran masa lalu atau setidaknya hingga saat sekarang dan tidak
2.2.2 Export Product Dynamic (EPD)
Salah satu metode yang dapat di gunakan untuk mengukur kinerja ekspor yaitu menggunakan metode analisis Export Product Dynamic (EPD) EPD merupakan suatu indikator yang mengukur posisi pasar dari produk suatu negara untuk tujuan pasar tertentu.
Ukuran ini mempunyai kemampuan untuk membandingkan kinerja ekspor diantara negara- negara di seluruh dunia. Jika pertumbuhan ekspor suatu komoditi di atas rata-rata secara kontinu dalam waktu yang lama, maka produk ini mungkin menjadi sumber pendapatan ekspor yang penting bagi negara tersebut
Pada metode analisis EPD ini cara mengukurnya yaitu dengan mengkombinasikan daya tarik pasar dan kekuatan bisnis untuk menghasilkan karakter posisi dari produk yang ingin dianalisis ke dalam empat kategori. Keempat kategori itu adalah "Rising Star", "Falling Star", "Lost Opportunity dan "Retreat” Nilai EPD juga menentukan gerakan dinamis darı suatu komoditas. Secara khusus, kedinamisan tersebut memperlihatkan tingkat pertumbuhan ekspor suatu komoditas. Apabila suatu komoditas mengalami pertumbuhan di atas rata-rata dalam jangka waktu yang panjang, maka komodias tersebut berpeluang menjadi sumber penting pendapatan ekspor suatu negara
2.3 Teori Ekspor dan Pertumbuhan Ekonomi
Ekspor merupakan salah satu faktor terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara, sejalan dengan hipotesis export-led growth (ELG). Penelitian ini menganalisis perkembangan ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia periode kuartal I 2001 sampai dengan kuartal IV 2015. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dalam menggambarkan perkembangan pertumbuhan ekonomi serta ekspor dan analisis kuantitatif metode Error Correction Model (ECM) dalam menganalisis efek jangka panjang dan jangka pendek dari ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi. Pada periode penelitian, data yang ada menunjukkan bahwa ekspor dan pertumbuhan ekonomi Indonesia sama-sama mengalami
peningkatan. Hasil regresi ECM menunjukkan bahwa ekspor memiliki pengaruh yang positif dan signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, yang mendukung hipotesis bahwa ELG berlaku untuk Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia diperlukan peningkatan kinerja ekspor Indonesia. Peningkatan kinerja ekspor Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan perbaikan sistem administrasi ekspor, peningkatan riset dan pengembangan produk Indonesia, peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur, stabilitas nilai tukar dan perluasan pasar non tradisional, termasuk perbaikan struktur ekspor komoditas.
2.4 Kajian Kontribusi
Kontribusi berasal dari Bahasa inggris yaitu Contribute, contribution, maknanya adalah keikutsertaan, keterlibatan, melibatkan diri maupun sumbangan. Berarti dalam hal ini kontribusi dapat berupa materi atau Tindakan. Dalam definisinya kontribusi dapat diartikan sebagai sumbangsih atau keikutsertaan. Dalam teori kontribusi bentuk dari kontribusi itu ialah dapat menyumbangkan suatu ide/pikiran, tenaga, ataupun materi yang dapat menghasilkan sebuah karya kegiatan ataupun menjadi penghasilan.
Menurut Suseno Widodo dalam Fitri (2012), kontribusi sektor adalah sumbangan atau peranan yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap PDRB. Indikator kontribusi sektor dapat digunakan untuk menganalisa sektor mana yang paling besar menyumbang atau berperan dalam PDRB. Disamping itu juga untuk mengetahui jumlah mana tahap industrialisasi suatu daerah dan penyerapan tenaga kerja dalam sektor. Kontribusi sektor dalam PDRB dihitung terutama sebagai indikator perubahan struktur ekonomi, biasanya perubahan struktur ekonomi akan dilihat secara relatif.
PDRB dibentuk dari beberapa sector ekonomi atau lapangan usaha, ada yang dibentuk dari 9 (Sembilan) sector ekonomi/ lapangan usaha ada yang dibentuk dari 17 sektor ekonomi/
lapangan usaha. Masing-masing sector ekonomi pembentuk PDRB dapat dikatakan memiliki kontribusi atau sumbangan terhadap total PDRB. Kontribusi atau sumbangan masing-masing sector ekonomi itu kalau dijumlahkan menjadi total PDRB, sehingga kalau kontribusi atau sumbangan masing-masing sector ekonomi itu dinyatakan dalam bentuk persentase maka total kontribusi atau sumbangan masing-masing sector ekonomi atau total PDRB itu adalah 100 persen.
Dengan demikian kontribusi atau sumbangan masing-masing sector ekonomi dalam PDRB itu dapat dihitung dengan menggunakan formulasi kontribusi atau sumbangan atau proporsi (share) sebagai berikut:
Pxt=x_t/〖PDRB〗_t 100%
Ket;
Pxt : Kontribusi sektor x pada tahun ke t Xt : Nilai sektor x pada tahun t
PDRBt: PDRB tahun ke t
Menurut Badan Pusat Statistik (2021), PDRB merupakan hasil penjumlahan dari Nilai Tambah Bruto (NTB) yang mencakup seluruh komponen pendapatan dari sektor ekonomi.
NTB diperoleh dari hasil perkalian antara produksi dengan harga dikurangi dengan biaya antara. Nilai Produksi Bruto merupakan nilai produksi dikali harga, sedangkan biaya operasional yang digunakan dalam produksi disebut dengan biaya antara.
Kontribusi sektor terhadap penyerapan tenaga kerja dapat diformulasikan sebagai berikut (Widodo, 1990) :
Indikator Tenaga Kerja Kt = TKi x 100% TK Dimana:
Kt = Kontribusi penyerapan tenaga kerja subsektor komoditi X terhadap perekonomian wilayah.
TKi = Jumlah tenaga kerja subsektor/komoditi Y (orang).
TK = Jumlah tenaga kerja sektor Y (orang).
2.5 Kerangka pemikiran
Indonesia adalah salah satu produsen dan pengekspor utama CPO di dunia. Ekspor CPO memiliki peranan penting dalam meningkatkan devisa negara serta mendukung perekonomian nasional. Namun, terdapat tantangan fluktuasi harga global, kebijakan perdagangan internasional, dan isu lingkungan yang mempengaruhi stabilitas sektor ini. Oleh karena itu, penting untuk menganalisis bagaimana volume ekspor CPO berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia.
Ekspor merupakan salah satu pilar penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Pada kasus Indonesia, CPO merupakan komoditas unggulan ekspor yang memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa. Semakin tinggi volume ekspor CPO, semakin besar pula devisa yang diperoleh negara, yang pada gilirannya memperkuat cadangan devisa nasional dan mendukung stabilitas nilai tukar rupiah. Peningkatan penerimaan devisa dari ekspor CPO juga berperan dalam mengurangi defisit neraca perdagangan dan mendukung stabilitas ekonomi makro.
Volume ekspor CPO yang tinggi mendorong pertumbuhan sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Luas areal perkebunan yang meningkat mencerminkan permintaan yang terus tumbuh akan CPO, baik di pasar domestik maupun internasional. Perluasan perkebunan kelapa sawit ini membawa dampak positif dalam penyerapan tenaga kerja, terutama di daerah perkebunan, di mana banyak lapangan kerja tercipta dari kegiatan produksi, pengolahan, hingga transportasi hasil kelapa sawit.
Kontribusi ekspor CPO terhadap perekonomian
Indonesia Nilai ekspor
CPO
Volume ekspor CPO Faktor yang mempengaruhi
harga CPO dunia permintaan CPO dunia kebijakan pemerintah produktivitas
Neraca perdagangan Pertumbuhan
ekonomi
Kesejahteraan petani Pendapatan
devisa
Untuk menganalisis kontribusi ekspor CPO terhadap perekonomian Indonesia, kita dapat menggunakan kerangka pemikiran berikut:
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sumber Data
3.1.1 Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, artikel dan penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian ini selain itu, bersumber dari Badan Pusat Statistik , data deret waktu (time series) yang mencakup volume ekspor CPO, nilai ekspor CPO, PDB (Produk Domestik Bruto) sektor perkebunan, dan data terkait tenaga kerja di sektor perkebunan sawit
3.2. Metode Pengumpulan Data
3.2.1 Metode Studi Pustaka
Metode studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang berasal dari dokumen, arsip, buku-buku atau literatur sebagai bahan referensi untuk memperoleh kesimpulan atau pendapatan dari para ahli.
3.3 Metode Analisis Data
3.3.1 Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran umum mengenai karakteristik data yang digunakan dalam penelitian. Analisis ini meliputi penyajian data dalam bentuk tabel, grafik, dan perhitungan statistik deskriptif seperti rata-rata, standar deviasi, dan minimum-maksimum. Analisis deskriptif akan membantu dalam memahami tren dan pola volume ekspor dan indikator ekonomi makro Indonesia selama periode penelitian.
3.3.3 Interpretasi Hasil
Hasil analisis data akan diinterpretasikan secara komprehensif dan dikaitkan dengan teori ekonomi serta penelitian-penelitian terdahulu. Interpretasi hasil akan menjelaskan signifikansi, arah, dan besarnya pengaruh volume ekspor terhadap perekonomian Indonesia.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, hasil dan pembahasan didasarkan pada analisis data dan literatur yang mendukung kontribusi ekspor Crude Palm Oil (CPO) terhadap perekonomian Indonesia, serta tantangan dan peluang yang ada dalam sektor ini. Berikut adalah penjelasan rinci dari hasil penelitian yang dibagi sesuai rumusan masalah yang telah dibahas pada tabel diatas.
4.1 perkembangan ekspor CPO di Indonesia periode 2016-2020 a. Perkembangan Volume Ekspor CPO Indonesia (2016-2020)
Volume ekspor CPO Indonesia menunjukkan tren yang bervariasi selama periode 2016-2020.
Pada 2016, volume ekspor CPO Indonesia tercatat sebesar 22.761.814 ton, menjadi titik awal untuk mengevaluasi kinerja ekspor CPO Indonesia. Pada 2017, volume ekspor meningkat signifikan menjadi 27.353.337 ton, mencatatkan kenaikan sekitar 20,3% dibandingkan tahun sebelumnya.Peningkatan ini disebabkan oleh permintaan yang kuat dari pasar internasional, terutama untuk bahan baku industri makanan dan energi terbarukan.
Namun, pada 2018, meskipun volume ekspor sedikit meningkat menjadi 27.898.875 ton, kenaikan ini hanya sekitar 2%, yang menunjukkan adanya stagnasi dalam pertumbuhan ekspor.
Penurunan harga CPO dunia pada tahun tersebut menjadi faktor penghambat, meskipun permintaan tetap ada. Tahun 2019, volume ekspor kembali meningkat menjadi 28.279.350 ton, meskipun ada penurunan harga CPO di pasar internasional. Kenaikan ini tetap menunjukkan Indonesia sebagai eksportir utama CPO global..Pada tahun 2020 , volume ekspor mengalami penurunan sekitar 8,2%, menjadi 25.935.257 ton. Penurunan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk dampak pandemi COVID-19 yang mengganggu permintaan global serta ketidakpastian pasar internasional yang berdampak pada sektor perkebunan kelapa sawit.
b. Perkembangan Nilai Ekspor CPO Indonesia (2016-2020)
Meskipun volume ekspor CPO mengalami fluktuasi, nilai ekspor CPO Indonesia mengalami pergerakan yang lebih signifikan. Pada 2016, nilai ekspor tercatat sebesar 14.366.754 ribu USD.
Kenaikan besar terjadi pada 2017, di mana nilai ekspor meningkat menjadi 18.513.121 ribu USD, naik sekitar 29% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh kenaikan harga CPO dunia, yang membantu meningkatkan pendapatan dari ekspor CPO.
Namun, pada 2018, nilai ekspor menurun menjadi 16.530.212 ribu USD, meskipun volume ekspor masih mencatatkan angka yang relatif tinggi. Penurunan harga CPO yang signifikan menyebabkan nilai ekspor turun meskipun permintaan tetap ada. Pada 2019, nilai ekspor kembali menurun menjadi 14.716.275 ribu USD, seiring dengan penurunan harga dan ketidakpastian pasar. Meskipun volume ekspor meningkat, harga yang lebih rendah mengurangi pendapatan dari ekspor CPO.
Pada 2020, meskipun volume ekspor menurun, nilai ekspor sedikit pulih menjadi 17.363.921 ribu USD. Pemulihan harga CPO di pasar internasional pada tahun 2020 membantu meningkatkan nilai ekspor meskipun volume ekspor mengalami penurunan. Ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga memainkan peran penting dalam menentukan nilai ekspor CPO Indonesia.
4.2 Kontribusi Volume Ekspor CPO terhadap Penerimaan Devisa Negara
Indonesia sebagai salah satu produsen CPO terbesar di dunia memiliki peran penting dalam perdagangan minyak kelapa sawit global. Berdasarkan data yang diperoleh, volume ekspor CPO Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2016 hingga 2020, meskipun terdapat fluktuasi pada tahun-tahun tertentu akibat harga pasar internasional yang tidak stabil.
Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa pada 2016, volume ekspor CPO mencapai 22,76 juta ton dengan nilai sebesar 14,36 miliar USD, dan meningkat pada tahun-
Penerimaan devisa dari ekspor CPO ini sangat membantu dalam menjaga cadangan devisa negara yang penting untuk stabilitas ekonomi makro Indonesia. Semakin besar volume ekspor, semakin besar pula kontribusi yang diberikan sektor ini terhadap penguatan nilai tukar rupiah. Dalam konteks ekonomi makro, peningkatan devisa dari ekspor CPO ini memungkinkan Indonesia untuk mendanai berbagai kebutuhan impor, membiayai pembangunan infrastruktur, dan memperkuat sektor-sektor strategis lainnya. Ekspor CPO juga mendukung neraca perdagangan nasional, khususnya dalam memperbaiki defisit transaksi berjalan yang menjadi tantangan ekonomi Indonesia.
4.3 Pengaruh Ekspor CPO terhadap Pertumbuhan Sektor Perkebunan Kelapa Sawit dan Penyerapan Tenaga Kerja
Pertumbuhan ekspor CPO di Indonesia juga memiliki dampak langsung terhadap pertumbuhan sektor perkebunan kelapa sawit. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia terus meningkat dari 11,2 juta hektar pada tahun 2016 menjadi 14,58 juta hektar pada tahun 2020. Peningkatan luas lahan ini seiring dengan peningkatan produksi CPO dari tahun ke tahun. Selain itu, produktivitas perkebunan sawit juga terus meningkat hingga mencapai rata-rata 3,13 ton per hektar pada tahun 2020, meskipun mengalami sedikit penurunan dibandingkan tahun sebelumnya.
Industri kelapa sawit berkontribusi signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja, terutama di daerah-daerah perkebunan. Dengan adanya perkebunan sawit, ribuan tenaga kerja diserap, baik dalam tahap penanaman, pemeliharaan, maupun pengolahan. Pertumbuhan ini juga membawa dampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat di wilayah perkebunan, terutama dengan meningkatnya pendapatan masyarakat setempat. Selain itu, sektor ini juga mendorong pertumbuhan sektor-sektor pendukung, seperti transportasi, logistik, penyediaan alat pertanian, dan jasa lain yang terkait dengan pengelolaan kelapa sawit.
4.4 Tantangan dalam Optimalisasi Kontribusi Ekspor CPO
Meskipun sektor ekspor CPO memberikan kontribusi besar bagi ekonomi nasional, terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi untuk mengoptimalkan potensi industri ini:
1. Fluktuasi Harga di Pasar Internasional : Harga CPO sangat bergantung pada permintaan global dan harga minyak nabati lainnya, seperti minyak kedelai dan minyak bunga matahari, yang menjadi pesaing di pasar internasional. Penurunan harga CPO dapat menyebabkan pendapatan dari ekspor menurun, yang berdampak
pada pemasukan devisa. Misalnya, pada tahun 2020, volume ekspor menurun seiring dengan penurunan harga global, yang mengakibatkan penurunan pendapatan ekspor meskipun volumenya cukup tinggi.
2. Isu Keberlanjutan : Pasar internasional semakin menuntut praktik berkelanjutan dalam produksi CPO. Negara-negara pengimpor utama, seperti Uni Eropa, menerapkan kebijakan yang ketat terkait keberlanjutan dan dampak lingkungan.
Masalah keberlanjutan meliputi dampak lingkungan yang diakibatkan oleh deforestasi, hilangnya habitat satwa liar, dan emisi gas rumah kaca. Untuk memenuhi permintaan ini, Indonesia perlu terus memperbaiki praktik-praktik produksi, seperti melalui penerapan sertifikasi ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) dan standar internasional lainnya.
3. Persaingan Global dengan Negara Produsen Lain : Indonesia bersaing ketat dengan negara-negara produsen CPO lainnya, terutama Malaysia. Selain itu, beberapa negara di Afrika dan Amerika Selatan mulai memperluas perkebunan kelapa sawit untuk memenuhi permintaan global. Persaingan ini menuntut Indonesia untuk meningkatkan daya saing melalui peningkatan efisiensi produksi, kualitas produk, dan inovasi teknologi untuk menghasilkan produk turunan dengan nilai tambah yang lebih tinggi.
4.5 Dampak Fluktuasi Harga CPO terhadap Perekonomian Indonesia
Fluktuasi harga CPO di pasar internasional berpengaruh signifikan terhadap pendapatan dari ekspor CPO dan, secara tidak langsung, terhadap stabilitas ekonomi Indonesia. Ketika harga CPO naik, pendapatan devisa dari ekspor meningkat, yang berdampak positif pada perekonomian. Sebaliknya, ketika harga turun, pendapatan devisa dan stabilitas nilai tukar rupiah dapat terganggu. Sebagai salah satu komoditas unggulan, harga
CPO global juga berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah, karena fluktuasi harga memengaruhi arus devisa.
Harga CPO di pasar global sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kebijakan dagang negara importir, ketersediaan alternatif minyak nabati, dan perkembangan ekonomi global. Untuk mengurangi dampak fluktuasi ini, Indonesia perlu meningkatkan nilai tambah pada ekspor dengan mengembangkan produk-produk turunan dari CPO yang lebih stabil permintaannya di pasar global.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai kontribusi volume ekspor Crude Palm Oil (CPO) terhadap perekonomian Indonesia, dapat disimpulkan beberapa hal berikut:
1. Kontribusi Ekonomi : Ekspor CPO merupakan salah satu komoditas unggulan Indonesia yang berkontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional. Volume ekspor CPO yang tinggi berdampak pada peningkatan devisa negara, yang menjadi pendukung utama dalam menstabilkan ekonomi dan memperkuat cadangan devisa Indonesia.
2. Penyerapan Tenaga Kerja dan Pertumbuhan Sektor Terkait : Perkebunan kelapa sawit tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi langsung tetapi juga menciptakan banyak lapangan pekerjaan di sektor perkebunan dan industri pengolahan. Peningkatan volume ekspor CPO mendorong perkembangan industri kelapa sawit serta sektor-sektor pendukung lainnya, seperti transportasi dan logistik, yang secara keseluruhan berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi wilayah.
3. Tantangan dalam Ekspor CPO : Beberapa tantangan signifikan yang dihadapi oleh industri CPO Indonesia antara lain fluktuasi harga di pasar internasional, isu keberlanjutan lingkungan, serta persaingan dengan negara-negara produsen lainnya. Harga CPO yang tidak stabil dapat memengaruhi pendapatan negara dan memicu ketidakpastian dalam sektor perkebunan sawit. Sementara itu, tantangan keberlanjutan perlu diperhatikan agar ekspor CPO tetap kompetitif di pasar global yang semakin menekankan pentingnya praktik berkelanjutan.
4. Pentingnya Peningkatan Daya Saing dan Keberlanjutan : Industri CPO Indonesia memiliki prospek besar untuk terus berkontribusi pada perekonomian, tetapi peningkatan
daya saing melalui inovasi, efisiensi, dan keberlanjutan sangat diperlukan. Dengan daya saing yang kuat dan kepatuhan terhadap standar keberlanjutan, Indonesia dapat menjaga posisi sebagai eksportir utama CPO di dunia.
5.2 Saran
1. Diversifikasi Produk dan Nilai Tambah : Pemerintah dan pelaku industri perlu mendorong diversifikasi produk turunan CPO yang memiliki nilai tambah, sehingga ekspor tidak hanya bergantung pada CPO mentah tetapi juga pada produk olahan. Hal ini dapat meningkatkan nilai ekspor dan memberikan kontribusi ekonomi yang lebih besar.
2. Penguatan Daya Saing Global : Untuk mempertahankan daya saing, diperlukan peningkatan teknologi dan inovasi dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit serta dalam proses pengolahan CPO. Langkah ini penting agar produktivitas meningkat dan biaya produksi dapat ditekan sehingga lebih kompetitif di pasar internasional.
3. Implementasi Praktik Berkelanjutan : Industri CPO di Indonesia harus semakin mengedepankan prinsip-prinsip keberlanjutan yang meliputi perlindungan lingkungan, efisiensi sumber daya, dan kesejahteraan pekerja. Dengan demikian, produk CPO Indonesia dapat memenuhi standar internasional yang ketat dan memiliki reputasi yang baik di pasar global.
4. Kebijakan Stabilitas Harga : Pemerintah perlu mempertimbangkan kebijakan untuk membantu menjaga stabilitas harga CPO di pasar internasional, seperti melalui diplomasi ekonomi dan kerja sama dengan negara-negara penghasil CPO lainnya.
Stabilitas harga akan memberi kepastian bagi pelaku industri dan menjaga kontribusi sektor ini terhadap perekonomian nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Nuviadi, “Analisis Daya Saing CPO (Crude Plam Oil) Lokal di Pasar Internasional,” 2023.
Aisyah, S., & Kuswantoro, K. (2017). Pengaruh Pendapatan, harga dan nilai tukar negara mitra dagang terhadap ekspor crude palm oil (CPO) Indonesia. Jurnal Ekonomi-Qu, 7(1), 55–64.
Sianturi, M. (2021). Analisis Pengaruh Harga Internasional dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Volume Ekspor Minyak Kelapa Sawit (CPO) Serta Pengaruh Ekspor Minyak Kelapa Sawit (CPO) Terhadap Produk Domestik Regional Bruto Sumatera Utara.
Aprina, H. (2014).Analisis Pengaruh Harga Crude Palm Oil (CPO) Dunia terhadap Nilai Tukar Riil Rupiah. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, Volume 16, Nomor 4.
Rosita,R; H Haryadi; & A Amril. (2014).Determinan ekspor CPO Indonesia, Jurnal Perspektif Pembiayaan dan Pembangunan Daerah.
Ermawati, T., & Saptia, Y. (2013). Kinerja ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Buletin Ilmiah Litbang Perdagangan, 7(2), 129–148.
Fahrizal, F. (2019). Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Dan Harga CPO Internasional Terhadap Volume Ekspor CPO Indonesia. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
Kartika, I.T. 2016. Interaksi Kebijakan Renewable Energy Directive (RED) dan Kebijakan Indonesian Sustainable Palm Oil Terhadap Ekspor Kelapa Sawit Indonesia Ke Uni Eropa. Skripsi. Universitas Hasanuddin.