MAKALAH
NILAI-NILAI PANCASILA DALAM STAATFUNDAMENTALNORM Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila
Disusun Oleh : KELOMPOK 4
10. Kharisma Aulia (P07120225010R) 11. M.Rizki (P07120225011R) 12. Marliasari Istiqomah (P07120225012R)
POLTEKKES KEMENKES BANJARMASIN JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN TAHUN 20204/2025
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Nilai-nilai Pancasila Dalam Staatfundamentalnorm” dengan tepat waktu. Makalah “Nilai-nilai Pancasila Dalam Staatfundamentalnorn” disusun guna memenuhi tugas dosen pada bidang Pendidilan Pancasila.
Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menamba hwawasan bagi pembaca.
Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Banjarbaru, 11 Februari 2025
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...1 B. Rumusan Masalah...3 C. Tujuan Penulisan...3 BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Staatfundamentalnorm………..4 B. Pancasila Dalam Staatfundamentalnorm...5 C. UUD 1945 Dalam Staatfundamentalnorm...6 BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan...10 B. Saran...10 DAFTAR PUSTAKA ...15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pembentukan berbagi sistem yang dianut bangsa Indonesia tertuang dalam sebuah konstitusi yang disebut Undang – Undang Dasar 1945, dan juga termuat dalam peraturan yang lain, akan tetapi pembentukan dari pada sistem tersebut juga harus mendasarkan pada sumber yang paling mendasar yang didalamnya termuat berbagai tujuan, cita – cita, serta cermin kepribadian bangsa, sehingga diharapkan setiap sistem, kebijakan, maupun peraturan yang disusun tidak bertentangan dengan beberapa hal tersebut tadi.
Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib hukum Indonesia yang pada hakikatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari bangsa Indonesia. Kemudian mengenai Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum ini dijelaskan kembali dalam Ketetapan MPR No.III/MPR/2000 tentang sumber hukum dan tata urutan peraturan perundang-undangan pada Pasal 1 ayat (3) yang menyatakan bahwa ”Sumber hukum dasar nasional adalah Pancasila. Dengan terbentuknya UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan, sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2 UU No.10 tahun 2004 yang menyatakan bahwa ”Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara”, dengan tegas menyebutkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sebagai berikut:
”Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi muatan peraturan perundang- undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila”.
Sehingga dengan hal tersebut hendaknya pancasila benar – benar mampu melaksanakan apa yang diamanatkan oleh rakyat Indonesia artinya setiap peraturan perundang – undangan di Indonesia harus mengacu kepadanya dan tidak menyimpang dari ketentuan serta asas – asas yang terkandung didalamnya. Segala cita – cita luhur bangsa Indonesia tersirat dalam naskah pancasila hal tersebut dapat diartikan bahwa pancasila dapat dijadikan alas dalam melaksanakan cita – cita yang luhur tersebut.
Dari pengertian pancasila merupakan cermin kepribadian bangsa yang mengandung arti pandangan hidup, dasar Negara, tujuan dan kesadaran bangsa juga terkandung didalamnya.
Dari hal tersebut maka bangsa Indonesia memiliki cita – cita luhur yang terkandung didalam pancasila, akan tetapi untuk dapat mewujudkan berbagai cita – cita dan tujuan bangsa Indonesia sesuai dengan apa yang diamanatkan rakyat yang tercantum dalam pancasila tidak akan dapat terwujud tanpa adanya upaya memaknai kembali nilai – nilai luhur yang terkandung dalam pancasila sehingga pancasila akan tetap mampu menjadi sumber hukum bangsa Indonesia. Dengan adanya pemaknaan akan nilai – nilai yang terkandung didalam pancasila maka langkah awal untuk melakukan pembaharuan khususnya di bidang hukum yang sesuai dengan apa yang menjadi harapan masyarakat akan dapat tercapai.
Sebelum membicarakan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum, adalah penting untuk mengintrodusir terlebih dahulu konsep tentang staats fundamental norm yang merupakan landasan penting bagi lahirnya konsep Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum. Staats fundamental norm (norma fundamental negara) merupakan istilah yang digunakan Hans Nawiasky dengan teorinya tentang Jenjang Norma Hukum (Die theorie von stufenordnung der rechtsnormen) sebagai pengembangan dari teori Hans Kelsen tentang Jenjang Norma (stufentheorie).
Dalam kehidupan bangsa Indonesia, Pancasila adalah filosofische grondslag dan common platforms atau kalimatun sawa. Pancasila adalah dasar negara.Salah satu masalah pada masa lalu yang mengakibatkan Pancasila cenderung digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan dan lebih menjadi ideologi tertutup adalah karena adanya pendapat bahwa Pancasila berada di atas dan diluar konstitusi. Pancasila disebut sebagai norma fundamentalnegara (Staats fundamental norm) dengan menggunakan teori Hans Kelsen dan Hans Nawiasky.
Teori Hans kelsen yang mendapat banyak perhatian adalah hierarki norma hukum dan rantai validitas yang membentuk piramida hukum (stufentheorie). Salah seorang tokoh yang mengembangkan teori tersebut adalah murid Hans Kelsen, yaitu Hans Nawiasky. Teori Nawiaky disebut dengan theorie von stufenufbau der rechtsordnung.
Namun di dalam susunan norma tersebut, di dalam makalah ini kami sebagai penulis akan lebih banyak menjelaskan mengenai Staats fundamental norm. Dengan
mengambil judul “Staats fundamental norm” yang mencakup tentang penjelasan Staats fundamental norm dan mengenai pancasila sebagai Staats fundamental norm.
B. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah mengenai Staats Fundamental Norm : 1. Apa pengertian Staats Fundamental Norm.
2. Penjelasan pancasila sebagai Staats Fundamental Norm.
3. Penjelasan UUD 1945 sebagai Staats Fundamental Norm.
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:
1. Bentuk perhatian mahasiswa terhadap norma hukum.
2. Untuk mempelajari pengertian Staats Fundamental Norm.
3. Untuk memberikan pengetahuan pancasila sebagai Staats Fundamental Norm.
4. Untuk memberikan pengetahuan UUD 1945 sebagai Staats Fundamental Norm.
5. untuk memenuhi tugas makalah pendidikan pancasila
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Staatfundamentalnorm
Mungkin beberapa ada yang sudah mengenal apa itu staats fundamental norm, dan beberapa mungkin ada yang belum mengenalnya. Staats fundamental norm merupakan suatu hal yang sangat berarti jika kita memaknai dengan benar. Pertama yang harus dijelaskan adalah mulai dari Norma Dasar. Dalam teorinya hukum norma dasar dapat dibedakan menjadi dua yaitu, norma dasar dalam arti formil dan dalam arti materil.
Dalam arti formil dapat dikenal melalui bentuknya sehingga dapat berlaku dan ditaati.
Contohnya, Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia 1945 yang dibacakan oleh Presiden pertama Ir. Soekarno dan pada tanggal 18 Agustus 1945 telah disahkan pula Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
Dengan adanya fakta tersebut telah membuktikan bahwa proklamasi dan UUD RI 1945 mempunyai bentuk sehingga dapat ditaati oleh seluruh rakyat sehingga juga membuktikan bahwa hal tersebut merupakan norma dasar secara formil. Norma dasar secara materiil menunjuk pada isi atau materi bahwa seluruh peraturan yang ada di suatu negara tersebut tidak boleh bertentangan dengan norma dasar tersebut. Negara Indonesia juga mempunyai norma dasar secara materiil yaitu Pancasila itu sendiri, dan nilai Pancasila telah dirumusakan dan disahkan sebagai dasar negara dan dimuat dalam pembukaan UUD RI 1945, oleh karena itu pembukaan dasar UUD RI 1945 memberikan peran sebagai staats fundamental norm.
Dalam penjelasannya secara etimologi staats fundamental norm berasal dari bahasa Belanda yang terdiri dari staat = Negara, fundamental yang paling mendasar dan norm
= norma. Jadi, bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia adalah pokok kaidah negara yang fundamental. Staats fundamental norm adalah norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau Undang-Undang Dasar (staatsverfassung) dari suatu negara. Posisi hukum dari suatu staats fundamental norm adalah sebagai syarat bagi berlakunya suatu konstitusi. staats fundamental norm juga ada terlebih dahulu dari konstitusi suatu negara.
Definisi Staatsfundamental norm (norma fundamental negara) menurut para ahli:
1. Crl Schmitt (1888-1985), ahli hukum tata negara Jerman, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi dasar bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara".
2. Hans Kelsen (1881-1973), ahli hukum tata negara Austria-Amerika, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi landasan bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara, dan yang tidak dapat diubah oleh norma lainnya".
3. Georg Jellinek (1851-1911), ahli hukum tata negara Jerman, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi dasar bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara, dan yang menentukan struktur dan fungsi negara".
4. Sri Soemantri (1914-1995), ahli hukum tata negara Indonesia, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi landasan bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara, dan yang tidak dapat diubah oleh norma lainnya, kecuali melalui proses perubahan konstitusi".
5. Jimly Asshiddiqie (lahir 1956), ahli hukum tata negara Indonesia, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi dasar bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara, dan yang menentukan struktur dan fungsi negara, serta menjadi landasan bagi pembentukan undang- undang dan kebijakan publik".
6. Rudolf Smend (1882-1975), ahli hukum tata negara Jerman, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi dasar bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara, dan yang menentukan struktur dan fungsi negara".
7. Hermann Heller (1891-1933), ahli hukum tata negara Jerman, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi landasan bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara, dan yang tidak dapat diubah oleh norma lainnya".
8. Karl Loewenstein (1891-1973), ahli hukum tata negara Jerman-Amerika, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi dasar bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara, dan yang menentukan struktur dan fungsi negara".
9. Friedrich Müller (1900-1975), ahli hukum tata negara Jerman, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi landasan bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara, dan yang tidak dapat diubah oleh norma lainnya".
10. Mahfud MD (lahir 1957), ahli hukum tata negara Indonesia, mendefinisikan Staatsfundamentalnorm sebagai "norma yang menjadi dasar bagi seluruh sistem hukum dan pemerintahan suatu negara, dan yang menentukan struktur dan fungsi negara, serta menjadi landasan bagi pembentukan undang-undang dan kebijakan publik".
Secara definisi staats fundamental norm juga menyebutkan bahwa dalam tata tertib hukum dapat diadakan pembagian secara berjenjang dan ternyata UUD RI bukanlah merupakan tertib hukum yang tertinggi sebab diatas UUD RI masih ada dasar pokok bagi UUD RI yang memiliki sifat hakekat yang tetap, kuat, tidak berubah dan tidak boleh diubah oleh siapapun termasuk juga Majelis Pemusyawaratan Rakyat (MPR). Persyaratan untuk dapat disebut dengan Staat Fundamental Norm, ada dua yaitu :
1. Syarat Formil bahwa staat fundamental Norm harus dibentuk oleh pembentuk Negara.
2. Syarat selanjutnya bahwa staat fundamental norm isinya harus memuat tujuan negara, asas politik negara, falsafah negara dan merupakan sumber hukum bagi UUD nya
B. Pancasila Sebagai Staatfundamentalnorm
Penempatan Pancasila sebagai Staats fundamental norm pertama kali disampaikan oleh Notonagoro. Pancasila dilihat sebagai cita hukum (rechtsidee) merupakan bintang pemandu. Posisi ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif. Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staats fundamental norm maka pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapat dilepaskan dari nilai-nilai Pancasila.
Sebagaimana telah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara republik Indonesia. Dengan terbentuknya UU No.10 tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan, sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2 UU No.10 tahun 2004 yang menyatakan bahwa ”Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara”, dengan tegas menyebutkan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum sebagai berikut: ”Penempatan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum negara adalah sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 yang menempatkan Pancasila sebagai dasar ideologi negara serta sekaligus dasar filosofis bangsa dan negara, sehingga setiap materi muatan peraturan perundang- undangan tidak boleh bertentangan dengan nilai- nilai yang terkandung dalam Pancasila”.
Secara yuridis konstitusional, Pancasila sebagai dasar negara yang dipergunakan sebagai dasar mengatur menyelenggarakan pemerintahan negara. Secara objektif ilmiah karena Pancasila adalah suatu paham filsafat, suatu philosophical way of thinking system, sehingga uraiannya harus logis dan dapat diterima akal sehat.
Namun, dengan penempatan Pancasila sebagai Staats fundamental norm berarti menempatkannya di atas Undang-Undang Dasar. Jika demikian, Pancasila tidak termasuk dalam pengertian konstitusi, karena berada di atas konstitusi. Untuk membahas permasalahan ini dapat dilakukan dengan melacak kembali konsepsi norma dasar dan konstitusi menurut Kelsen dan pengembangan yang dibuat oleh Nawiasky, serta melihat hubungan antara Pancasila dan UUD 1945. Pancasila dilihatnya sebagai cita hukum (rechtsidee) merupakan pengemudi. Hal ini mengharuskan pembentukan hukum positif adalah untuk mencapai ide-ide yang
tercantum dalam Pancasila, serta dapat digunakan untuk menguji hukum positif.
Dengan ditetapkannya Pancasila sebagai Staats fundamental norm maka pembentukan hukum, penerapan, dan pelaksanaanya tidak dapatdilepaskan dari apa yang tercantum dalam Pancasila.
C. Undang Undang Dasar 1945 Sebagai Staatfundamentalnorm
Jika mencermati Pembukaan UUD 1945, masing-masing alenia mengandung pula cita-cita luhur dan filosofis yang harus menjiwai keseluruhan sistem berpikir materi Undang-Undang Dasar. Alenia pertama menegaskan keyakinan bangsa Indonesia bahwa kemerdekaan adalah hak asasi segala bangsa, dan karena itu segala bentuk penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan. Alenia kedua menggambarkan proses perjuangan bangsa Indonesia yang panjang dan penuh penderitaan yang akhirnya berhasil mengantarkan bangsa Indonesia ke depan pintu gerbang negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Alenia ketiga menegaskan pengakuan bangsa Indonesia akan ke-Maha Kuasaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memberikan dorongan spiritual kepada segenap bangsa untuk memperjuangkan perwujudan citacita luhurnya sehingga rakyat Indonesia menyatakan kemerdekaannya. Terakhir alenia keempat menggambarkan visi bangsa Indonesia mengenai bangunan kenegaraan yang hendak dibentuk dan diselenggarakan dalam rangka melembagakan keseluruhan cita- cita bangsa untuk merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam wadah Negara Indonesia. Dalam alenia keempat inilah disebutkan tujuan negara dan dasar negara.
Keseluruhan Pembukaan UUD 1945 yang berisi latar belakang kemerdekaan, pandangan hidup, tujuan negara, dan dasar negara dalam bentuk pokok-pokok pikiran sebagaimana telah diuraikan tersebut-lahyang dalam bahasa Soekarno disebut sebagai Philosofische grondslag atau dasar negara secara umum. Jelas bahwa Pembukaan UUD 1945 sebagai ideologi bangsa tidak hanya berisi Pancasila. Dalam ilmu politik, Pembukaan UUD 1945 tersebut dapat disebut sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Jika UUD 1945 merupakan staats-fundamentalnorm maka Pembukaan UUD 1945 merupakan bagian terpisah dari pasal-pasal dalam UUD 1945 karena sebagai staatsfundamentalnorm Pembukaan UUD 1945 merupakan norma yang merupakan dasar bagi pembentukan konstitusi atau Undang- Undang Dasar (staatsverfassung), atau dalam bahasa Kelsen Pembukaan UUD 1945 adalah yang mempresuposisikan validitas UUD 1945.
Jika Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasalnya merupakan satu kesatuan, tentu tidak dapat memisahkannya dengan menempatkan Pembukaan UUD 1945 sebagai staatsfundamentalnorms yang lebih tinggi dari pasal- pasalnya sebagai staatsverfassung. Apalagi dengan menyatakan bahwa Pembukaan UUD 1945 adalah dasar pembentukan pasal-pasal UUD 1945 sebagai konstitusi, atau Pembukaan UUD 1945 adalah presuposisi bagi validitas pasal-pasal UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 (termasuk di dalamnya Pancasila) dan pasal-pasalnya adalah konstitusi tertulis bangsa Indonesia. Pembukaan UUD 1945 walaupun merupakan pokok-pokok pikiran yang abstraksinya tinggi dan dijabarkan dalam pasal-pasalnya, tetapi bukan merupakan dasar keberlakuan pasal-pasal UUD 1945 dan berarti bukan pula presuposisi validitas pasal- pasal tersebut.
Pembukaan UUD 1945 bukan sekedar sebuah postulat dari juristic- thinking. UUD 1945 secara keseluruhan ditetapkan sebagai konstitusi (staatsverfassung) yang mengikat dalam satu tindakan hukum, yaitu keputusan PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Penempatan Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian dari Konstitusi sekaligus menempatkannya sebagai norma abstrak yang dapat dijadikan sebagai standar valuasi konstitusionalitas norma hukum yang lebih rendah. Bahkan juga dapat digunakan sebagai prinsip-prinsip dalam menafsirkan konstitusi. Dengan posisi Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian dari konstitusi, maka pokok- pokok pikiran yang terkandung di dalamnya, termasuk Pancasila, benar-benar dapat menjadi rechtsidee dalam pembangunan tata hukum Indonesia. Jika Pancasila bukan merupakan staats fundamental norms, lalu apa yang menjadi dasar keberlakuan UUD 1945 sebagai konstitusi? Apa yang mempresuposisikan validitas UUD 1945? Proklamasi 17 Agustus 1945. Proklamasi menurut hukum yang berlaku pada saat itu bukan merupakan tindakan hukum karena dilakukan bukan oleh organ hukum dan tidak sesuai dengan prosedur hukum. Proklamasi 17 Agustus 1945 yang menandai berdirinya Negara Republik Indonesia, yang berarti terbentuknya suatu tata hukum baru (New Legal Order). Adanya Negara Indonesia setelah diproklamasikan adalah postulat berpikir yuridis (juristic thinking) sebagai dasar keberlakuan UUD 1945 menjadi konstitusi Negara Indonesia.
Keberadaan Negara Indonesia yang merdeka adalah presuposisi validitas tata hukum Indonesia berdasarkan UUD 1945 sekaligus meniadakan tata hukum lama sebagai sebuah sistem.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Salah satu peranan Pancasila adalah sebagai sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya telah dijabarkan dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai sumber dari keseluruhan politik hukum nasional Indonesia.
Pancasila merupakan azas atau prinsip hukum yang merupakan sumber nilai dan sumber norma bagi pembentukan hukum derivatnya atau turunannya seperti undang- undang dasar, undang-undang, Perpu, Peraturan Pemerintah; Perda, dan seterusnya. Hal demikian ini dapat kita simak dari rumusan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menegaskan:
“Pancasila merupakan sumber dari segala hukum”.
Pancasila mengandung nilai dasar yang bersifat tetap, tetapi juga mampu berkembang secara dinamis. Dengan kata lain, Pancasila menjadi dasar yang statis, tetapi juga menjadi bintang tuntunan (lightstar) dinamis. Pancasila juga sebagai dasar dan ideologi negara, yaitu sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar negara. Selain itu Pancasila merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar Negara
B. Saran
Penulis menyadari dalam proses pembuatan dan penyampaian makalah terdapat banyak kesalahan dan kekhilafan penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk penulis guna mengingatkan danmemperbaiki.
Terakhir penulis mengucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT serta terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu dalam proses pembuatan makalah.
DAFTAR PUSTAKA
Ridwan, M. V. 2016. Nilai Pancasila Dalam Staatsfundamentalnorm. (Online).
(https://id.scribd.com/presentation/367354436/333182264-Nilai-Pancasila- Dalam-Staatsfundamentalnorm), diakses 29 Agustus 2021
Hardja, S. S. 2018. Nilai nilai pancasila dalam staatsfundamentalnorm. (Online).
(h ttps :// s l i dep l aye r . i n f o / s li de / 1355 6 434 / ), diakses 29 Agustus 2021