1. Pendekatan/Advokasi di Tingkat Kecamatan dan Desa a. Advokasi di Tingkat Kecamatan
Koordinasi Lintas Sektor: Mengajak Camat, Puskesmas, Polsek, Koramil, dan tokoh masyarakat untuk rapat koordinasi terkait ancaman penyebaran virus.
Sosialisasi Potensi Penyebaran: Melibatkan dinas kesehatan kabupaten dan kecamatan untuk mengadakan penyuluhan, mendistribusikan informasi mengenai gejala dan cara penanganan awal.
Peningkatan Kewaspadaan di Fasilitas Kesehatan: Melibatkan fasilitas kesehatan setempat untuk lebih proaktif dalam mendeteksi kasus-kasus yang datang dan mencatat gejala yang terkait dengan wabah.
Pembentukan Satgas Kecamatan: Menginisiasi pembentukan tim tanggap darurat di tingkat kecamatan untuk mengkoordinasikan langkah cepat.
b. Advokasi di Tingkat Desa
Penyuluhan Langsung ke Masyarakat: Mengadakan forum desa dengan melibatkan kepala desa, perangkat desa, dan masyarakat untuk memberikan penjelasan langsung tentang risiko penyakit, cara pencegahan, serta apa yang harus dilakukan bila mengalami gejala.
Gerakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN): Mengajak masyarakat melakukan tindakan kebersihan dan PSN secara bersama-sama.
Pembentukan Posko: Membentuk posko kesehatan di desa sebagai pusat informasi dan pemeriksaan awal untuk memantau kondisi masyarakat yang mengalami gejala.
Pelibatan Tokoh Masyarakat: Meningkatkan keterlibatan tokoh adat, agama, dan pemuda untuk memperkuat pesan kesehatan kepada seluruh lapisan masyarakat.
c. Menjalin Kemitraan di Tingkat Kecamatan
Keterlibatan Sektor Pendidikan: Mengajak sekolah-sekolah untuk mengadakan penyuluhan dan memberikan materi tentang pencegahan penyakit bagi siswa dan orang tua.
Kerja Sama dengan Pihak Swasta: Bekerja sama dengan perusahaan atau lembaga swasta di kecamatan, seperti perusahaan transportasi dan distribusi, untuk membantu dalam logistik dan penyebaran
informasi.
Koordinasi dengan Lintas Sektor Pemerintah: Membentuk kemitraan antara dinas kesehatan, dinas sosial, dan dinas komunikasi untuk memaksimalkan cakupan informasi dan tindakan.
d. Menjalin Kemitraan di Tingkat Desa
Kerja Sama dengan LSM dan Komunitas Lokal: Melibatkan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau komunitas lokal yang memiliki pengalaman dalam penanganan wabah.
Kolaborasi dengan Puskesmas dan Bidan Desa: Memperkuat kemitraan antara Puskesmas dan bidan desa untuk memberikan layanan kesehatan langsung kepada masyarakat.
Pelibatan Sukarelawan: Merekrut sukarelawan dari masyarakat untuk membantu dalam sweeping dan edukasi kesehatan.
2. Pengalaman peserta sebagai surveilence
Berpartisipasi dalam advokasi kesehatan masyarakat seperti sosialisasi kepada masyarakat, mendirikan posko kesehatan, atau melakukan sweeping kasus untuk mengidentifikasi penderita yang belum terdeteksi.
3. Peran Peserta dalam Melakukan Kegiatan
Edukator: Memberikan informasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai gejala dan cara pencegahan.
Koordinator: Mengatur posko-posko kesehatan, mengkoordinasikan sweeping, serta melacak dan melaporkan kasus-kasus baru.
Petugas Lapangan: Terlibat langsung dalam pengambilan sampel atau mendampingi tenaga kesehatan dalam pemeriksaan penduduk.
4. Implementasi Teori di Lapangan
Teori yang dapat diimplementasikan dalam situasi ini adalah:
Teori Epidemiologi: Menggunakan metode pelacakan kontak dan identifikasi pola penyebaran penyakit berdasarkan gejala yang muncul di masyarakat.
Teori Komunikasi Kesehatan: Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi efektif untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat dengan cara yang mudah dipahami dan dapat diterima oleh berbagai kalangan.
Teori Kewaspadaan Masyarakat: Membangun ketahanan masyarakat melalui partisipasi aktif dan edukasi kesehatan.
5. Skenario Penanganan Berdasarkan Hasil Diskusi
Peningkatan kewaspadaan: Setelah penduduk kembali ke desa, pemerintah kecamatan dan desa segera melakukan monitoring melalui posko.
Sweeping kesehatan: Mengidentifikasi penduduk yang mengalami gejala melalui kunjungan rumah dan mendata seluruh pasien yang berpotensi terkena infeksi.
Penanganan cepat: Melibatkan tim tanggap darurat untuk merespon gejala serius dan
mengkoordinasikan evakuasi pasien yang membutuhkan perawatan khusus ke rumah sakit rujukan.
6. Identifikasi Permasalahan
Penularan cepat akibat kurangnya tindakan preventif di awal.
Mobilisasi penduduk yang tinggi selama perayaan Idul Fitri memperbesar risiko penyebaran.
Keterbatasan akses ke daerah terpencil menyulitkan deteksi dini dan penanganan.
7. Identifikasi Stakeholder
Dinas Kesehatan (Kabupaten dan Provinsi) Puskesmas, Klinik, Praktek dokter/bidan Kepala Desa, Tokoh Masyarakat, dan Relawan Rumah Sakit Rujukan
Kementerian Kesehatan
LSM yang bergerak di bidang Kesehatan
8. Perencanaan Advokasi dan Kemitraan
Persiapan Data: Mengumpulkan data terkait gejala, jumlah kasus, dan penyebaran penyakit dari puskesmas, rumah sakit, serta posko-posko kesehatan.
Advokasi kepada Masyarakat: Menyesuaikan pendekatan advokasi sesuai dengan budaya setempat, misalnya melalui pengajian atau pertemuan adat.
Evaluasi Kegiatan: Memantau jumlah kasus baru dan menilai efektivitas dari tindakan sweeping dan advokasi melalui evaluasi berkala.