• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJIAN TENGAH SEMESTER GDB-358 3D KADASTRAL

N/A
N/A
Johanes Bintang

Academic year: 2024

Membagikan "UJIAN TENGAH SEMESTER GDB-358 3D KADASTRAL "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

GDB-358 3D KADASTRAL

Tanggal Penyerahan:

Senin, 25 Maret 2024

Dosen:

Moh.Abdul Basyid, Ir.,M.T.

Disusun Oleh:

Johanes Bintang Parulian N (23-2021-015)

Kelas:

BB

PROGRAM STUDI TEKNIK GEODESI

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

BANDUNG 20

(2)

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan 3D kadastral dan dan apa saja kelebihan 3D kadastral dibandingkan kadastral 2D, serta jelaskan aplikasinya dalam melindungi hak dan kepemilikan rumah susun di Indonesia.

Jawab : 3D Kadaster merupakan sistem informasi yang mencatat dan merepresentasikan informasi hak dan kepemilikan properti secara tiga dimensi. Sistem ini tidak hanya memetakan batas bidang tanah seperti kadaster 2D, tetapi juga menyertakan informasi ketinggian dan ruang 3D, seperti bangunan, apartemen, dan ruang bawah tanah.

Kelebihan 3D Kadaster dibandingkan 2D Kadaster:

 Kejelasan dan kepastian hukum: 3D Kadaster memberikan gambaran yang lebih jelas dan akurat tentang batas-batas properti, terutama di kawasan dengan pembangunan vertikal seperti apartemen dan rumah susun. Hal ini dapat meminimalkan sengketa dan meningkatkan kepastian hukum bagi pemilik properti.

 Efisiensi dan kemudahan akses: 3D Kadaster memungkinkan visualisasi informasi properti secara digital, sehingga memudahkan proses administrasi dan penyelesaian sengketa.

 Pemanfaatan ruang yang optimal: 3D Kadaster dapat membantu pemerintah dalam merencanakan dan mengelola tata ruang kota dengan lebih baik, serta mendorong pemanfaatan ruang yang optimal.

 Informasi yang lebih lengkap: 3D Kadaster dapat memuat informasi tambahan seperti utilitas bawah tanah, jaringan transportasi, dan data lainnya yang bermanfaat untuk berbagai keperluan.

Aplikasi 3D Kadaster dalam Perlindungan Hak Kepemilikan Rumah Susun: 3D Kadaster memiliki peran penting dalam melindungi hak dan kepemilikan rumah susun di Indonesia, di antaranya:

 Memperjelas batas-batas unit: 3D Kadaster dapat menunjukkan secara jelas batas-batas unit apartemen, termasuk ruangan, balkon, dan area bersama. Hal ini dapat membantu mencegah sengketa antar pemilik unit.

(3)

 Memudahkan proses jual beli: 3D Kadaster dapat mempermudah proses jual beli apartemen karena informasi tentang unit dan legalitasnya dapat diakses dengan mudah dan transparan.

 Meningkatkan nilai investasi: 3D Kadaster dapat meningkatkan nilai investasi apartemen karena memberikan kepastian hukum yang lebih baik bagi pemiliknya.

Berikut beberapa undang-undang yang mendukung penerapan 3D Kadaster di Indonesia:

 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang : Undang-undang ini mengatur tentang penataan ruang di Indonesia, termasuk pemanfaatan ruang atas dan bawah tanah. 3D Kadaster dapat membantu dalam mewujudkan penataan ruang yang lebih baik dan terencana.

 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun : Undang- undang ini mengatur tentang kepemilikan dan pengelolaan rumah susun.

3D Kadaster dapat membantu dalam menyelesaikan permasalahan terkait kepemilikan dan pengelolaan rumah susun, seperti batas-batas unit dan hak atas ruang.

 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2016 tentang Sistem Informasi Pertanahan : Perpres ini merupakan peraturan pelaksana dari UUPA yang mengatur tentang Sistem Informasi Pertanahan (SIP). SIP memuat data dan informasi tentang pertanahan, termasuk data 3D Kadaster.

 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 12 Tahun 2016 tentang Pedoman Pendaftaran Tanah : Peraturan Menteri ini mengatur tentang pedoman pendaftaran tanah, termasuk pendaftaran tanah 3D.

 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis Pendaftaran Tanah : Peraturan Menteri ini mengatur tentang petunjuk teknis pendaftaran tanah, termasuk petunjuk teknis pendaftaran tanah 3D

(4)

2. Jelaskan implementasi 3D kadastral baik di RBT (Ruang Bawah Tanah), RBL (Ruang Bawah Laut), dan RAT (Ruang atas tanah, rumah susun).

Berilah ilustrasinya disertai gambar, serta gambar bidang tanah dan contoh datanya.

Jawab :

3D Kadastral merupakan sistem pendaftaran tanah yang menggunakan model 3D untuk menggambarkan bidang tanah dan informasi terkait. Sistem ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi dan transparansi dalam pengelolaan data pertanahan. Berikut penjelasan implementasi 3D kadastral di RBT, RBL, dan RAT:

RBT (Ruang Bawah Tanah) : Pemodelan 3D: Model 3D ruang bawah tanah dibuat berdasarkan data geoteknis, seperti struktur tanah, utilitas bawah tanah, dan bangunan bawah tanah. Data ini dapat diperoleh dari berbagai sumber, seperti survei geoteknis, pemindaian laser, dan data sensor.

Informasi Yuridis: Informasi yuridis terkait ruang bawah tanah, seperti hak kepemilikan, hak sewa, dan servitut, diintegrasikan dengan model 3D.

Integrasi ini memungkinkan visualisasi informasi hak dan batasan ruang bawah tanah secara lebih mudah dan intuitif.

Visualisasi: Model 3D ruang bawah tanah dapat divisualisasikan dengan berbagai cara, seperti melalui perangkat lunak GIS, augmented reality (AR), dan virtual reality (VR). Visualisasi ini membantu dalam:

 Perencanaan pembangunan: Model 3D dapat digunakan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur bawah tanah, seperti terowongan, stasiun kereta bawah tanah, dan jaringan pipa.

 Pemantauan infrastruktur: Model 3D dapat digunakan untuk memantau kondisi infrastruktur bawah tanah dan mendeteksi potensi kerusakan.

 Penyelesaian sengketa: Model 3D dapat digunakan untuk memvisualisasikan bukti dan membantu menyelesaikan sengketa terkait ruang bawah tanah.

Contoh Implementasi: 3D kadastral untuk ruang bawah tanah telah diimplementasikan di beberapa negara, seperti Belanda dan Singapura. Di

(5)

Belanda, 3D kadastral digunakan untuk mengelola jaringan pipa bawah tanah yang kompleks di Amsterdam. Di Singapura, 3D kadastral digunakan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur bawah tanah di kota yang padat penduduk.

RBL (Ruang Bawah Laut) : Pemodelan 3D: Model 3D batimetri laut dan fitur bawah laut lainnya dibuat berdasarkan data sonar dan lidar. Data sonar digunakan untuk memetakan permukaan laut, sedangkan data lidar digunakan untuk memetakan struktur bawah laut.

Informasi Yuridis: Informasi yuridis terkait ruang bawah laut, seperti hak atas wilayah laut, hak eksplorasi dan eksploitasi sumber daya laut, dan kawasan lindung laut, diintegrasikan dengan model 3D. Integrasi ini memungkinkan visualisasi informasi hak dan batasan ruang bawah laut secara lebih mudah dan intuitif.

Visualisasi: Model 3D ruang bawah laut dapat divisualisasikan dengan berbagai cara, seperti melalui perangkat lunak GIS, AR, dan VR. Visualisasi ini membantu dalam:

 Pengelolaan sumber daya laut: Model 3D dapat digunakan untuk mengelola sumber daya laut secara berkelanjutan, seperti perikanan dan tambang bawah laut.

 Perencanaan pembangunan maritim: Model 3D dapat digunakan untuk merencanakan pembangunan infrastruktur maritim, seperti pelabuhan dan turbin angin lepas pantai.

(6)

 Penegakan hukum laut: Model 3D dapat digunakan untuk memantau aktivitas di laut dan menegakkan hukum laut.

Contoh Implementasi: 3D kadastral untuk ruang bawah laut sedang dikembangkan di beberapa negara, seperti Australia dan Kanada. Di Australia, 3D kadastral digunakan untuk mengelola kawasan lindung laut Great Barrier Reef. Di Kanada, 3D kadastral digunakan untuk memetakan dasar laut di wilayah Arktik.

RAT (Ruang Atas Tanah, Rumah Susun) : Pemodelan 3D: Model 3D bangunan dan lingkungan sekitarnya dibuat berdasarkan data arsitektur, survei, dan foto udara. Data arsitektur digunakan untuk membuat model 3D interior bangunan, sedangkan data survei dan foto udara digunakan untuk membuat model 3D eksterior bangunan dan lingkungan sekitarnya.

Informasi Yuridis: Informasi yuridis terkait ruang atas tanah, seperti hak kepemilikan, hak sewa, dan strata title, diintegrasikan dengan model 3D.

Integrasi ini memungkinkan visualisasi informasi hak dan batasan ruang atas tanah secara lebih mudah dan intuitif.

Visualisasi: Model 3D ruang atas tanah dapat divisualisasikan dengan berbagai cara, seperti melalui perangkat lunak GIS, AR, dan VR.

Manfaat Implementasi 3D Kadastral di RAT :

 Mempermudah proses pendaftaran tanah dan bangunan: Model 3D dapat membantu dalam visualisasi dan verifikasi bidang tanah dan bangunan, sehingga mempermudah proses pendaftaran tanah dan bangunan.

(7)

 Meningkatkan akurasi data pertanahan: Model 3D dapat membantu dalam pemetakan yang lebih akurat, sehingga meningkatkan akurasi data pertanahan.

 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas: Model 3D dapat membantu dalam visualisasi informasi pertanahan, sehingga meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan data pertanahan.

 Meningkatkan kualitas layanan kepada masyarakat: Model 3D dapat membantu dalam memberikan layanan pertanahan yang lebih cepat, mudah, dan akurat kepada masyarakat.

Contoh Implementasi: 3D kadastral untuk ruang atas tanah telah diimplementasikan di beberapa negara, seperti Inggris dan Swedia. Di Inggris, 3D kadastral digunakan untuk mengelola data pertanahan di London. Di Swedia, 3D kadastral digunakan untuk memvisualisasikan informasi pertanahan dan menyelesaikan sengketa terkait ruang atas tanah.

(8)

Tantangan Implementasi 3D Kadastral:

 Biaya yang tinggi: Biaya untuk membangun dan memelihara sistem 3D kadastral masih tergolong tinggi.

 Kebutuhan akan data yang akurat dan terkini: Sistem 3D kadastral membutuhkan data yang akurat dan terkini, sehingga perlu dilakukan pemutakhiran data secara berkala.

 Kurangnya pengetahuan dan keterampilan: Diperlukan pelatihan dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan sistem 3D kadastral.

 Kerangka hukum: Kerangka hukum di beberapa negara belum mendukung implementasi 3D kadastral secara penuh.

(9)

3. Dalam permodelan spasial 3D Kadastral kita mengenal model konseptual, fungsional dan logikal, Jelaskan hubungan ketiga model tersebut serta implementasinya.

Jawab : Dalam permodelan spasial 3D Kadastral, terdapat tiga model utama yang saling terkait: model konseptual, fungsional, dan logikal. Ketiga model ini bekerja sama untuk membangun representasi digital yang komprehensif dan akurat tentang hak dan kepemilikan tanah.

Model Konseptual : Model konseptual adalah tahap pertama dalam pengembangan sistem kadastral. Pada tahap ini, konsep dasar sistem kadastral dirancang berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang kebutuhan pengguna, persyaratan hukum, dan karakteristik wilayah yang akan dipetakan.

Model konseptual menyajikan struktur konseptual secara abstrak tanpa mempertimbangkan teknologi atau platform implementasi yang spesifik.

Implementasi dari Model Konseptual:

 Identifikasi kebutuhan pengguna: Mendefinisikan kebutuhan dan tujuan utama dari sistem kadastral, seperti pencatatan kepemilikan properti, pemetaan batas properti, dan penanganan sengketa.

 Analisis hukum: Memahami kerangka hukum yang mengatur kepemilikan properti dan batas-batas hukum yang perlu diperhatikan dalam pengembangan sistem kadastral.

 Pemetaan wilayah: Menganalisis karakteristik wilayah termasuk topografi, tata ruang, dan struktur bangunan untuk memahami kompleksitas pemodelan spasial yang diperlukan.

Model Fungsional : Model fungsional adalah tahap kedua yang mengonversi konsep-konsep dalam model konseptual menjadi fungsi-fungsi operasional yang dapat dilaksanakan oleh sistem kadastral. Ini mencakup identifikasi fitur-fitur kunci yang akan ada dalam sistem dan hubungan antara fitur-fitur tersebut.

(10)

Implementasi dari Model Fungsional :

 Identifikasi entitas kadastral: Menentukan entitas-entitas kadastral seperti lahan, properti, batas-batas, dan unit-unit properti.

 Definisi operasi-operasi kadastral: Menentukan operasi-operasi seperti perekaman kepemilikan, pemetaan batas, identifikasi sengketa, dan pembaruan data.

 Desain antarmuka pengguna: Mengembangkan antarmuka yang intuitif untuk pengguna agar dapat mengakses dan memanipulasi data kadastral sesuai kebutuhan mereka.

Model Logikal : Model logikal adalah tahap terakhir dalam pengembangan sistem kadastral yang merinci struktur data dan aliran informasi dalam sistem.

Ini mencakup desain database, spesifikasi data, dan proses-proses yang diperlukan untuk menyimpan, mengelola, dan memanipulasi data kadastral.

Implementasi dari Model Logikal :

 Desain basis data: Menentukan struktur database termasuk tabel-tabel, relasi, dan indeks untuk menyimpan informasi kadastral.

 Spesifikasi data: Mendefinisikan atribut-atribut yang akan disimpan untuk setiap entitas kadastral, seperti koordinat geografis, informasi kepemilikan, dan atribut-atribut lainnya.

 Pemetaan proses: Menjelaskan alur kerja sistem, termasuk proses perekaman data, pembaruan, validasi, dan penarikan laporan.

Hubungan Ketiga Model : Ketiga model ini saling terkait dan mempengaruhi satu sama lain:

 Model konseptual membentuk dasar untuk pengembangan model fungsional dan logikal dengan merinci konsep dan persyaratan sistem.

 Model fungsional menguraikan konsep-konsep dalam model konseptual menjadi fungsi-fungsi yang dapat diimplementasikan.

 Model logikal menggambarkan implementasi konkret dari model fungsional, menentukan struktur data dan aliran informasi dalam sistem.

(11)

Manfaat : Permodelan spasial 3D Kadastral menawarkan banyak manfaat, termasuk:

 Peningkatan akurasi dan keandalan data kadastral: Sistem 3D memungkinkan representasi yang lebih akurat dan realistis dari hak dan kepemilikan tanah.

 Peningkatan efisiensi dan transparansi: Sistem 3D dapat membantu mengotomatisasi proses kadastral dan membuat informasi lebih mudah diakses oleh publik.

 Peningkatan penyelesaian sengketa: Sistem 3D dapat membantu memvisualisasikan dan menganalisis data kadastral, yang dapat membantu menyelesaikan sengketa tanah dengan lebih cepat dan efektif.

 Peningkatan perencanaan dan pengelolaan tanah: Sistem 3D dapat digunakan untuk memodelkan dan menganalisis berbagai skenario perencanaan dan pengelolaan tanah, yang dapat membantu membuat keputusan yang lebih baik tentang penggunaan lahan.

(12)

4. Review pembuatan prototipe 3d kadastral di BPN Kabupaten Sleman yang meliputi :analisis kebutuhan,Peerancangan UML, pengumpulan data fisik dan yuridis, pengolahan data fisik dan yuridis, pembuatan aplikasi web gis, pembuatan prototipe dan pengujiannya.

Jawab : Tahap ini mengidentifikasi kebutuhan sistem secara detail, termasuk:

 Visualisasi 3D bidang tanah dengan informasi yuridis yang lengkap dan akurat.

 Integrasi dengan sistem BPN yang ada, seperti Sistem Informasi Pertanahan (SIP) dan Sistem Pendataan Pejabat Pembuat Akta Tanah (SP2AT).

 Kemudahan akses dan penggunaan bagi pengguna, baik internal BPN maupun eksternal seperti masyarakat umum.

 Keamanan data dan privasi.

Perancangan UML :

Dilakukan untuk merancang sistem secara detail, dengan menggunakan Unified Modeling Language (UML). Diagram yang dibuat meliputi:

 Use case diagram untuk menggambarkan interaksi antara pengguna dan sistem.

 Class diagram untuk menggambarkan struktur kelas dan hubungan antar kelas.

 Activity diagram untuk menggambarkan alur kerja sistem.

Pengumpulan Data :

Data fisik dan yuridis dikumpulkan dari berbagai sumber, seperti:

Peta bidang tanah, Surat ukur, Sertifikat tanah, Data spasial lainnya seperti

(13)

citra satelit dan peta digital dan Data yuridis seperti buku tanah dan peraturan pertanahan.

Pengolahan Data :

Data fisik dan yuridis diolah untuk menghasilkan model 3D bidang tanah dan informasi terkait. Pengolahan data meliputi:

 Konversi data spasial ke format 3D

 Integrasi data fisik dan yuridis

 Pembuatan database

Pembuatan Aplikasi Web GIS :

Sebuah aplikasi web GIS dibuat untuk menampilkan data 3D dan informasi yuridis. Aplikasi web GIS ini memungkinkan pengguna untuk:

 Menjelajahi model 3D bidang tanah

 Mencari informasi yuridis tentang bidang tanah

 Melakukan pengukuran dan analisis spasial

 Mencetak peta dan laporan

 Pembuatan Prototipe dan Pengujian:

Prototipe 3D kadastral dibuat dan diuji untuk memastikan fungsionalitas dan kegunaannya. Pengujian dilakukan dengan melibatkan berbagai pengguna, baik internal BPN maupun eksternal.

Hasil :

 Prototipe 3D kadastral berhasil dibuat dan diuji.

 Sistem dapat memvisualisasikan bidang tanah 3D dengan informasi yuridis yang lengkap dan akurat.

 Integrasi dengan sistem BPN yang ada memungkinkan akses data yang lebih mudah dan efisien.

Referensi

Dokumen terkait

Publik Bidang Izin Usaha Perikanan dan Penangkapan Ikan di Badan Pelayanan Perizinan Terpadu dalam Pengelolaan Sumber Daya Berkelanjutan di Kabupaten

Kebijakan yang dikaji terkait kurikulum dan rencana kegiatan anggaran sekolah yang mendukung upaya pengelolaan sumber daya perikanan berkelanjutan; pelaksanaan kurikulum

Paket perangkat lunak aplikasi dapat membantu jika suatu perusahaan tidak memiliki staf sistem informasi internal atau sumber daya keuangan untuk

Dari hasil penilaian tingkat kelayakan lokasi budi daya laut (ikan, rumput laut, dan tiram mutiara) di perairan Kepulauan Togean menunjukkan bahwa sumber daya lahan perikanan

7 (3) merekomendasikan strategi pengelolaan sumber daya perikanan Danau Tempe secara berkelanjutan dengan pemberdayaan kearifan lokal. Kedua, kajian yang lebih ditekankan

Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,

Dalam hal ini pemanfaatan sumber daya ikan belum memberikan peningkatan taraf hidup yang berkelanjutan dan berkeadilan melalui pengelolaan bidang perikanan,

Kebijakan yang dikaji terkait kurikulum dan rencana kegiatan anggaran sekolah yang mendukung upaya pengelolaan sumber daya perikanan berkelanjutan; pelaksanaan kurikulum