[email protected], dan c [email protected] Jalan Diponegoro, Salatiga 50711, Indonesia
https://journal.unesa.ac.id/index.php/jpfa
email: ke [email protected],
DOI: 10.26740/jpfa.v9n1.p32-43
Faculty of Science and Mathematics, Universitas Kristen Satya Wacana
32 Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Sains dan Matematika Universitas Kristen Satya Wacana
Pusat Penelitian Pendidikan Sains, Teknologi, dan Matematika (e-SisTeM),
1,2,c
ISSN: 2087-9946 e- ISSN: 2477-1775
Abstrak Abstrak
Pada umumnya pengajar membuat desain pembelajaran dengan membuat tujuan pembelajaran kemudian langkah pembelajaran dan terakhir soal evaluasi. Adanya masalah-masalah terkait pembelajaran fisika materi gerak parabola mengindikasikan kemungkinan adanya ketidakterkaitan antar komponen tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran, dan evaluasi. Understanding by Design (UbD) diterapkan sebagai salah satu alternatif desain untuk memperbaiki kualitas pembelajaran dengan mengaitkan ketiga komponen tersebut, dengan cara membalik urutan desain pembelajaran; membuat tujuan pembelajaran terlebih dahulu, kemudian membuat soal evaluasi, dan terakhir membuat langkah pembelajaran. Tujuan penelitian ini adalah membuat alternatif desain pembelajaran fisika tentang gerak parabola dengan UbD. Desain pembelajaran yang telah dibuat menggunakan template UbD dikaji oleh reviewer. Hasil review dianalisis kemudian
dilakukan revisi pada desain pembelajaran sehingga diperoleh desain final. Understanding by Design (UbD) dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif
Secara umum dalam mempersiapkan pembelajaran, guru menentukan beberapa komponen yaitu tujuan pembelajaran, prosedur, dan instrumen evaluasi dan penilaian. Beberapa permasalahan dalam pembelajaran
Fisika pada Gerak Parabola menunjukkan kemungkinan adanya kekurangan dari ketiga komponen dalam merancang pembelajaran.
Kata Kunci: desain pembelajaran, pemahaman dengan desain, gerak parabola
Fransiska Retno Kuntari 1,a, Ferdy Semuel Rondonuwu 1,2,b, and Debora Natalia Sudjito
Understanding by Design (UbD) diterapkan sebagai salah satu alternatif strategi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dengan mempertimbangkan tujuan pembelajaran, prosedur, dan evaluasi dengan membalik desain yaitu mengajukan tujuan terlebih dahulu, evaluasi kedua, dan langkah pembelajaran
sebagai langkah pembelajaran. langkah terakhir. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk menyusun alternatif desain pembelajaran Fisika Gerak Parabola menggunakan UbD. Desain awal pembelajaran Fisika ditinjau dan dianalisis oleh para ahli dan direvisi hingga desain akhir. Understanding by Design (UbD) dapat dijadikan salah satu alternatif konstruksi desain karena membantu guru menghubungkan tiga komponen utama yaitu tujuan pembelajaran, evaluasi, dan langkah-langkah sehingga memudahkan siswa memahami materi secara komprehensif dan memperoleh nilai maksimal. Meskipun perkembangan material saat ini
masih memerlukan perbaikan, namun Understanding by Design (UbD) dapat diterapkan pada banyak material. Perbaikan dan pengembangan desain masih diperlukan.
Understanding by Design (UbD) untuk Pembelajaran Fisika tentang Gerak Parabola
Artikel Penelitian
Understanding by Design (UbD) untuk Pembelajaran Fisika tentang Gerak Parabola
2 1
B
▸ Baca selengkapnya: tugas kelompok 1.2 pemetaan rancangan pembelajaran dengan konsep understanding by design (ubd)
(2)Seorang guru hendaknya mempersiapkan rancangan pembelajaran atau RPP sebelum berangkat ke kelas dan memberikan materi kepada siswa. Secara umum dalam
mempersiapkan pembelajaran, seorang guru menentukan beberapa komponen utama yaitu
tujuan pembelajaran, langkah atau prosedur pembelajaran, dan evaluasi atau penilaian [1].
Artinya langkah pembelajaran hendaknya bergerak berdasarkan tujuan pembelajaran dan evaluasi. Namun dalam praktik nyata, guru umumnya hanya merancang langkah pembelajaran berdasarkan pengalaman mengajar tanpa melihat tujuan pembelajaran dan instrumen evaluasi [1]. Begitu pula dengan evaluasi, hasil evaluasi hendaknya menjadi indikator apakah tujuan pembelajaran yang direncanakan telah tercapai oleh siswa setelah kegiatan kelas berlangsung.
Dari ketiga komponen utama tersebut, idealnya dapat diasumsikan bahwa langkah pembelajaran adalah cara seorang guru menerapkan strategi pembelajaran agar siswa mencapai kompetensi tertentu sesuai tujuan pembelajaran, kemudian pencapaian kompetensi tersebut diukur melalui instrumen evaluasi atau penilaian. . Dia
Namun evaluasi dilakukan pada akhir pembelajaran (sebelum tes) dan seterusnya
Permasalahan umum dalam hal ini adalah tidak adanya keterkaitan antara tujuan
pembelajaran dan langkah pembelajaran dengan evaluasi.
Umumnya guru menghasilkan evaluasi setelah langkah-langkah pembelajaran dibuat,
sedangkan evaluasi dibuat atau diambil dari buku teks tanpa mengaitkannya secara tepat dengan tujuan dan langkah pembelajaran.
Akibat dari praktik umum tersebut, dampaknya terhadap siswa adalah mereka mungkin tidak mengetahui apa yang harus mereka kuasai atau
capai di kelas [1]. Adalah tidak adil bagi siswa jika mereka tidak memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang dipelajarinya di kelas dan harus dinilai atau dievaluasi tanpa pengetahuan dan kemampuan yang memadai untuk
melakukannya. Tidak adanya hubungan antara
tujuan dan langkah pembelajaran dengan evaluasi diyakini akan merugikan siswa [2, 3].
Biasanya diambil dari buku-buku tanpa dikaitkan secara spesifik dengan tujuan pembelajaran, maka soal-soal evaluasi cenderung kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan langkah- langkah pembelajaran [1]. Oleh karena itu, evaluasi yang harus dilakukan dalam merancang pembelajaran dimulai dari tujuan pembelajaran dan berhubungan dengan langkah-langkah pembelajaran. Dalam persiapan pembelajaran perlu dibuat tujuan, evaluasi, dan langkah pembelajaran yang relevan dan saling berkaitan.
I. PENDAHULUAN
© 2019 Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA). This work is licensed under CC BY-NC 4.0 Kata Kunci: desain pembelajaran, understanding by design, gerak parabola
PACS: 01.40.Di, 45.50.-j, 45.50.Dd
desain pembelajaran materi gerak parabola. Understanding by Design (UbD) membantu dalam membuat keterkaitan antar komponen tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran, dan evaluasi sehingga membantu siswa memahami materi dan mendapatkan nilai maksimal. Understanding by Design (UbD) relevan digunakan dalam membuat desain pembelajaran untuk berbagai materi.
Perbaikan dan pengembangan dari desain ini masih diperlukan.
33 Revisi (Putaran 1): 13 April 2019
Sejarah Artikel: Diterima: 16 Agustus 2018
Diterima: 26 Juni 2019
Memutuskan untuk mengajukan ulang (Putaran 1): 5 Maret 2019 Disetujui dengan sedikit revisi: 1 Mei 2019
Diterbitkan: 30 Juni 2019 Cara Mengutip: Kuntari FR, Rondonuwu FS, dan Sudjito DN. Understanding by Design (UbD) untuk Pembelajaran Fisika tentang Gerak Parabola. Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA). 2019;
9(1): 32-43. DOI: https://doi.org/10.26740/jpfa.v9n1.p32-43.
Fransiska Retno Kuntari, et al
dikuasai siswa termasuk kompetensi yang seharusnya dimiliki siswa berdasarkan standar kurikulum yang ada. Pada Tahap 2, guru menentukan bukti validasi ketercapaian tujuan yang dapat diterima dengan membuat instrumen evaluasi baik berupa tes tertulis, kuis, dan tugas lainnya. Hal ini menempatkan guru untuk berpikir sebagai penilai sebelum membuat desain
pembelajaran.
Siswa menilai evaluasi yang diberikan tidak sesuai dengan materi pembelajaran, dengan nilai yang rendah pada saat evaluasi, mereka dikategorikan tidak mampu mencapai tujuan meskipun terdapat inkoherensi dan keterputusan antara tujuan pembelajaran, evaluasi, dan langkah pembelajaran.
Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan kualitas desain pembelajaran khususnya pada pendidikan Fisika Gerak Parabola.
Terdapat juga kesulitan dalam pengajaran materi Gerak Parabola dengan menggunakan media lain selain papan tulis; siswa juga mengalami kesulitan dalam menerapkan persamaan yang tepat untuk menyelesaikan masalah pada saat evaluasi. Selain itu data terkait nilai sekolah siswa diperoleh untuk materi Gerak Parabola dari ketiganya
selama sesi evaluasi. Dengan urutan perancangan pembelajaran yang terbalik, maka mungkin terdapat hubungan antar komponen utama perancangan pembelajaran yaitu tujuan, evaluasi, dan langkah pembelajaran [1, 13–15].
Pada Tahap 3, guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran melalui strategi pengajaran yang tepat. Prosedur dan kegiatan pembelajaran yang diusulkan harus mengacu pada tujuan
pembelajaran, yaitu langkah dan kegiatan mana yang harus mengakomodasi tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, kegiatan yang diusulkan mengakomodasi tujuan pembelajaran dan siswa mampu mengerjakan materi
Understanding by Design (UbD) adalah salah satunya
pada
strategi yang dapat diterapkan sebagai alternatif solusi untuk meningkatkan kualitas desain pembelajaran [6-12].
kelas yang berbeda masih berada di bawah
UbD biasa juga disebut desain mundur karena proses merancang pembelajaran dilakukan dalam urutan terbalik; Praktik umum dalam merancang pembelajaran adalah dari menentukan tujuan pembelajaran, dilanjutkan dengan membuat langkah-langkah pembelajaran, dan evaluasi, menjadi penentuan tujuan sebagai langkah awal, dilanjutkan dengan menentukan instrumen evaluasi, dan merancang prosedur pembelajaran sebagai langkah terakhir. Urutan desain UbD, menurut Wiggins dan McTighe, terbagi menjadi tiga bagian. Pada tahap 1, guru sebaiknya mengidentifikasi kompetensi yang diinginkan dengan membuat tujuan pembelajaran.
Untuk menentukan tujuan pembelajaran, guru hendaknya menelaah materi apa yang seharusnya
standar minimal sebesar 70 yaitu masing-masing 27,61, 32,97, dan 42,63. Data serupa diperoleh Noviandini (4) dan Lila (5) bahwa nilai sekolah siswa pada materi yang sama berada di bawah standar minimal.
Salah satu permasalahan yang diamati dalam penelitian ini adalah sulitnya pembelajaran Fisika Gerak Parabola bagi mahasiswa baru di tingkat universitas. Berdasarkan hasil wawancara dengan tiga dosen mata kuliah Fisika Dasar di salah satu perguruan tinggi swasta di Jawa Tengah, ditemukan beberapa kendala yang ditemukan dalam proses pembelajaran Gerak Parabola di kalangan mahasiswa karena masih terpaku pada hafalan rumus-rumus yang mereka pelajari. telah diperoleh semasa sekolah menengah atas; Siswa merasa bingung ketika harus
dihadapkan pada input nilai percepatan gravitasi (negatif atau positif). Siswa juga mengalami kesulitan dalam memvisualisasikan besar dan arah gaya, kecepatan, dan percepatan yang bekerja pada gerak parabola, sehingga disarankan
pembelajaran menggunakan video berbantuan gambar vektor gaya kerja, kecepatan dan percepatan.
Fransiska Retno Kuntari, et al 34
Tujuan 1
dll.
Gambar 1. Prosedur Penelitian
dll.
Langkah 2 : {deskripsi singkat tentang kegiatan}
• Kesimpulan Evaluasi 3 Evaluasi 2
Tahap 1: Tujuan
untuk menarik kesimpulan
• Hasil Observasi Evaluasi 1
• Petunjuk dan/atau pertanyaan untuk memicu siswa
35 untuk melakukan observasi
Tahap 2: Evaluasi dll.
• Observasi terhadap kasus yang dipelajari
(opsional) • Instruksi dan/atau pertanyaan untuk memicu siswa
Gambar 2. Template Sederhana untuk UbD yang Digunakan dalam Penelitian
Fransiska Retno Kuntari, et al
Tujuan 3
Langkah 1:{deskripsi singkat tentang kegiatan}
Tujuan 2
Tahap 3: Langkah Pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan alternatif desain pembelajaran Fisika Gerak Parabola untuk tingkat universitas dengan menggunakan konsep UbD dan mengetahui keefektifannya di kelas. Selain itu, rancangan yang diusulkan diyakini dapat memberikan manfaat dalam proses pembelajaran Gerak Parabola dalam pendidikan Fisika.
Merupakan penelitian dengan data dalam penelitian ini disajikan secara kualitatif dan naratif. Data tersebut mencakup uraian rinci tentang situasi, kegiatan, atau peristiwa atau fenomena tertentu; pendapat orang-orang yang berpengalaman, termasuk persepsi, sikap, keyakinan dan cara berpikirnya; dan dokumentasinya berdasarkan dokumen pelaporan dan arsip. Beberapa teknik untuk memperoleh data adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumen [16]. Gambar 1 menyajikan tata cara pengumpulan data terkait perancangan pendidikan Fisika Gerak Parabola yang dirancang dengan menggunakan konsep Understanding by Design (UbD). Panah menunjukkan langkah- langkah berurutan untuk merancang pelajaran.
II. METODE
evaluasi Gerak Parabola dengan menggunakan model UbD yang lebih sederhana. Gambar 2 menampilkan template UbD yang lebih sederhana yang diadaptasi dari model yang diusulkan oleh Wiggins dan McTighe [1] karena hanya untuk beberapa rangkaian di kelas, bukan untuk keseluruhan desain kurikulum.
Tahap 1 sebagian besar berisi tentang tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran yang tercantum didasarkan pada asumsi kompetensi utama yang harus dikuasai oleh mahasiswa S1, tidak hanya terpaku pada kurikulum yang ada.
Tahap 2 menjelaskan tentang instrumen evaluasi. Evaluasi dilakukan dengan
mempertimbangkan apakah permasalahan yang ada dapat membuat siswa menunjukkan
kinerjanya, sehingga pada akhirnya dengan evaluasi dapat ditentukan apakah tujuan
pembelajaran telah tercapai oleh siswa. Evaluasi di Berdasarkan Gambar 1, proses perancangan
pembelajaran fisika yang diusulkan terdiri dari
tujuan pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan
Merevisi usulan desain pembelajaran berdasarkan hasil analisis review
Merancang pembelajaran Fisika pada Gerak Parabola menggunakan UbD
Meninjau lembar kerja
Rancangan pembelajaran yang diusulkan direview oleh para ahli/reviewer dengan menggunakan lembar review/pedoman
Menyelesaikan rancangan pembelajaran yang diusulkan
keterkaitan antara tujuan, evaluasi, dan langkah pembelajaran), kompetensi siswa, karakteristik materi, karakteristik siswa, waktu pembelajaran sebenarnya di kelas, dan penilaian tingkat kognitif siswa. Indikator penilaian pada lembar review dibuat khusus mengacu pada segala sesuatu yang
dimaksudkan untuk memudahkan reviewer dalam melakukan penilaian. Usulan desain pembelajaran Fisika Gerak Parabola direview oleh reviewer berdasarkan lembar review atau pedoman. Lembar review diisi oleh tiga orang reviewer ahli yang terdiri dari guru Fisika dan dosen.
Format langkah pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik secara implisit. Langkah pembelajaran diawali dengan prakonsepsi siswa terhadap gerak parabola yang dilanjutkan dengan observasi kasus-kasus yang relevan dengan kompetensi. Strategi pembelajaran yang digunakan terutama terdiri dari instruksi dan pertanyaan untuk
mendorong keterlibatan siswa dan partisipasi aktif untuk melakukan observasi.
Setelah tahap review dilakukan oleh reviewer, selanjutnya dilakukan analisis terhadap review berdasarkan feedback yang diberikan. Peneliti sebagai pengamat
memegang peranan penting dalam merancang pembelajaran yang diusulkan, yang mana kualitas penelitian kualitatif ditentukan oleh kemampuan mengumpulkan data dan menginterpretasikan data [16]. Tidak semua inkuiri dari hasil review diambil, hanya feedback yang relevan yang dimaksudkan untuk perbaikan kualitas desain pembelajaran yang diusulkan. Kajian tersebut tetap menjadi dasar untuk merevisi desain pembelajaran Fisika untuk mematangkan rancangan
pembelajaran yang diusulkan. Metode analisis
yang sama juga digunakan oleh Pertiwi, dkk dan Setyanto, dkk untuk mengkaji desain pembelajaran dalam penelitiannya [17, 18].
konteks ini merupakan evaluasi akhir dalam bentuk esai. Model esai dipilih dengan alasan agar siswa dapat mengeksplorasi pemikiran kritisnya. Salah satu pokok tujuan
pembelajaran dapat dievaluasi dengan satu atau lebih pertanyaan atau instrumen evaluasi.
III.HASIL DAN PEMBAHASAN Metode pembelajaran yang digunakan adalah
diskusi, penugasan, dan demonstrasi. Strategi yang ditekankan di UbD adalah menyusun langkah-langkah pembelajaran agar mahasiswa berhasil mengerjakan evaluasi.
Pada Tahap 1, tujuan pembelajaran dibuat dengan rumusan tertentu yaitu setelah pembelajaran, siswa mampu mendeskripsikan arah vektor gaya, kecepatan, dan percepatan pada posisi tertentu suatu benda yang
bergerak parabola; siswa mampu menentukan besaran fisis (x, y, v, dan t) suatu benda yang bergerak parabola; siswa mampu meramalkan bentuk gerak suatu benda jika besaran fisis benda ( , ) diubah.
Soal evaluasi ada yang dibuat sendiri oleh guru dan ada pula yang diambil dari referensi perkuliahan. Soal evaluasi dibuat dengan model open-ended yang dimaksudkan untuk merangsang berpikir kritis dan menguji pemahaman konsep siswa; Pertanyaan tertutup juga dimasukkan untuk menguji kompetensi siswa dalam menerapkan
persamaan dasar pada materi pelajaran yang relevan.
dasar penilaian inti UbD (mis
Selanjutnya dibuat lembar review untuk meninjau desain pembelajaran. Di dalamnya terdapat indikator-indikator yang menilai
relevansi evaluasi dengan tujuan pembelajaran, tujuan dengan langkah-langkah pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran dengan
evaluasi, kedalaman materi untuk tingkat sarjana, kesesuaian metode penyampaian materi, kesesuaian media pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan materi
pembelajaran, kesesuaian petunjuk langkah pembelajaran yang diberikan untuk mencapai hasil yang diharapkan, alokasi waktu yang
cukup, serta pertanyaan terbuka dan tertutup untuk evaluasi. Indikator-indikator ini dibuat pada Tahap 3 berisi prosedur pembelajaran.
Fransiska Retno Kuntari, et al 36
Fransiska Retno Kuntari, et al 37
pada
,
Pada langkah ini guru membekali siswa untuk mampu menentukan besaran fisis pada benda bergerak parabola, sehingga dapat mengerjakan Evaluasi 1b-e dan 2.
Jika siswa mampu mengerjakan Evaluasi 1b-e dan 2, Tujuan 2 telah tercapai. Pada Langkah 2, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok ditugaskan
untuk menentukan persamaan seperti dan pada salah satu posisi yang ditentukan. Setelah berdiskusi dalam kelompok, masing-masing kelompok
diminta mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Diskusi tambahan yang
melibatkan seluruh kelas dilakukan dan guru bertindak sebagai fasilitator.
, ,
Pada Tahap 2 dilakukan enam evaluasi yaitu: siswa diminta
mendeskripsikan arah vektor gaya, percepatan, dan kecepatan benda bergerak parabola dan siswa juga diminta menentukan nilai besaran fisika
seperti siswa ditugaskan untuk menghitung nilai besaran fisis
seperti dan ; siswa diminta
meramalkan barisan beberapa lintasan parabola berdasarkan besaran fisis, dan; siswa diminta meramalkan barisan beberapa lintasan parabola berdasarkan kecepatan akhirnya; siswa diminta meramalkan urutan beberapa lintasan parabola berdasarkan kecepatan sebelum menyentuh tanah; dan siswa diminta meramalkan bentuk lintasan
gerak suatu partikel bermuatan antara dua pelat muatan yang berbeda.
Tujuan tersebut dibuat dengan harapan memperoleh kompetensi yang diharapkan siswa (berturut-turut
berdasarkan tujuan): memahami konsep benda bergerak parabola,
menentukan besaran fisika benda bergerak parabola, dan meramalkan bentuk lintasan geraknya. suatu benda jika besaran fisika benda tersebut berubah.
,
, ,
, ,
Pada Tahap 3 dibuat langkah-langkah pembelajaran dengan alokasi waktu selama 2 jam 30 menit, sebagai berikut:
Langkah 1, siswa diinstruksikan untuk menggambarkan arah vektor berbagai besaran fisis pada gerak parabola, sehingga memberikan bekal kepada siswa konsep benda bergerak parabola, sehingga siswa dapat mengerjakan Evaluasi 1a dan 4. Jika siswa mampu mengerjakan Evaluasi 1a dan 4 maka Tujuan 1 telah tercapai. Pada langkah ini, awalnya setiap siswa diberikan selembar kertas yang berisi gambar bola
basket yang bergerak secara parabola. Setelah itu, siswa diminta menjelaskan arah perjalanan tersebut ,
,
Evaluasi 4 menguji kemampuan siswa dalam memahami konsep kecepatan benda parabola yang bergerak sehingga dapat menunjukkan ketercapaian Tujuan 1.
Evaluasi 1 mengkaji kinerja siswa tentang pemahamannya tentang gaya, percepatan, dan kecepatan benda bergerak parabola yang dapat merujuk pada pencapaian Tujuan 1, serta kinerja siswa tentang besaran-besaran fisis seperti dan yang dapat merujuk pada pencapaian Tujuan. 2. Evaluasi 2 bertujuan untuk menguji kinerja siswa tentang pemahaman jarak dan kecepatan gerak parabola mengacu pada
pencapaian Tujuan 2. Evaluasi 3, 5, dan 6 bertujuan untuk menguji kinerja siswa dalam memprediksi hubungan gerak parabola. besaran fisis dengan bentuk
lintasan, untuk menunjukkan pencapaian Tujuan 3.
, Dan
,
Langkah 2, siswa diinstruksikan
untuk menentukan persamaan gerak parabola.
vektor gaya, percepatan, dan kecepatan pada setiap posisi. Langkah selanjutnya adalah diskusi, yaitu siswa dibimbing untuk berdiskusi guna menentukan
jawaban yang benar dari kegiatan sebelumnya.
,
, ,
Langkah 3 dibagi menjadi Simulasi 1 dan Simulasi 2. Pada Simulasi 1 siswa dibimbing untuk mencari hubungan
dengan xmax, tmax, ymax, dan vfinal, sedangkan pada Simulasi 2,
4
2
Fransiska Retno Kuntari, et al
4
Evaluasi
3
1b
1
Gambar 3. Gambar Pendukung Soal Evaluasi 1a 1a
Tujuan
2 Tabel 1. Keterkaitan Tujuan Pembelajaran,
Evaluasi, dan Langkah Pembelajaran Usulan Rancangan Pembelajaran Sebelum Direview
1c
Tujuan
2
6
3 Simulasi 1
4
Langkah Pembelajaran
2
3 Simulasi 1
1d
Langkah Pembelajaran
6
1 1a
3
4
38 5
2 Tabel 2. Keterkaitan Tujuan Pembelajaran, Evaluasi, dan Langkah Pembelajaran Setelah Review
1e
Evaluasi
4 1e
1
1d 2
3 3
3 Simulasi 2 1c
5 1b
1
3 Simulasi 2
Ulasan Pertama. Tujuan 3 yang berbunyi
“Siswa mampu meramalkan bentuk lintasan gerak suatu benda jika besaran fisis benda ( , ) diubah” tidak sesuai dengan Langkah 3 Evaluasi 3 dan 4 sebagai informasi lintasan
Ulasan Kedua. Evaluasi 1a, pada posisi E, harus dilengkapi dengan pernyataan yang mendefinisikan bahwa posisi adalah titik yang dicapai suatu benda ketika menyentuh tanah sesaat (Gambar 3). Jika tidak
disertakan, dapat menyebabkan perbedaan Oleh karena itu ditambahkan tujuan
pembelajaran, “Siswa mampu meramalkan besaran fisis suatu benda dari berbagai lintasan parabola”; sedangkan Tujuan 3
tetap karena dapat dievaluasi dengan Evaluasi 6 Langkah 4, siswa dibekali materi gerak
parabola yang diterapkan pada benda bermuatan antara dua pelat bermuatan berbeda. Langkah 3 dan 4 membekali siswa untuk mampu meramalkan bentuk lintasan gerak suatu benda jika besaran fisisnya diubah, sehingga siswa mampu mengerjakan Evaluasi 3, 5, dan 6. Jika siswa mampu mengerjakan Evaluasi 3, 5, dan 6, Tujuan 3 telah tercapai.
Tabel 1 merangkum hubungan antara tujuan pembelajaran, evaluasi, dan langkah pembelajaran sebelum disampaikan kepada reviewer. Terdapat delapan ulasan yang dipertimbangkan untuk merevisi desain awal pembelajaran fisika pada Gerak Parabola.
dan diakomodasi dengan menggunakan Langkah 4. Tabel 2 menunjukkan hubungan antara tujuan pembelajaran, evaluasi, dan langkah pembelajaran setelah diberikan saran oleh reviewer. Bagian kotak merah di
bawah ini merupakan versi revisi dari Rancangan Pembelajaran awal.
yang telah disediakan sedangkan siswa diminta menentukan besaran fisis.
siswa diinstruksikan untuk mencari hubungan dengan xmax, tmax, ymax, dan vfinal. Kedua simulasi tersebut didemonstrasikan oleh guru dengan menggunakan simulasi gerak proyektil Physics Education and Technology
(PhET). Setelah simulasi, siswa didorong untuk menarik kesimpulan.
Ulasan Ketiga. Langkah 1 pada awalnya
dimaksudkan untuk mengajarkan siswa menggambar vektor kecepatan, gaya, dan percepatan. Menurut pengulas, urutan ini seharusnya mengajarkan menggambar vektor gaya, percepatan, dan
kecepatan. Hal ini dianggap sebagai cara yang tepat dan dapat membimbing siswa dalam membuat gambar vektor dengan lebih tepat. Selain itu, aspek terpenting pada bagian ini adalah mengajarkan kepada siswa tentang pengertian dasar gerak parabola, yaitu gerak linier beraturan pada suatu sumbu, dan gerak linier dipercepat pada sumbu lainnya. Dengan mengajarkan gaya terlebih dahulu, siswa dituntun untuk memahami bahwa gaya yang bekerja merupakan gaya gravitasi yang hanya bekerja pada sumbu y. Gaya gravitasi menyebabkan percepatan gravitasi ke arah y saja, sedangkan percepatan ke arah y tidak ada
parabola, bukan sekedar memberikan gambaran
yang membentuk jalur parabola seperti terlihat pada Gambar 4.
Ulasan Kelima. Perlu ditambah lagi soal-soal latihan setelah siswa diminta mencari persamaan gerak parabola. Menurut reviewer, persamaan pada gerak parabola sangat banyak, dan meskipun siswa sudah menemukan dan menghafal rumusnya, namun siswa belum tentu dapat menerapkan persamaan yang tepat tersebut untuk mengerjakan soal (evaluasi).
Dalam memperlihatkan lintasan parabola kepada siswa yang kemudian akan dipelajarinya, perlu diperhatikan apakah lintasan tersebut berbentuk lintasan parabola karena
dari x. Dengan kata lain, pada sumbu x berlaku untuk gerak linier beraturan dan pada sumbu y berlaku untuk gerak linier dipercepat. Konsep dasar inilah yang perlu ditekankan dalam pembelajaran mata pelajaran gerak parabola
Ulasan Keenam. Dalam mendemonstrasikan gerak parabola menggunakan simulasi PhET pada
Langkah 3 dari Simulasi 1 dan Simulasi 2, perlu untuk menuliskan besaran fisis yang diamati dalam demonstrasi tersebut sehingga siswa memiliki datanya di buku catatannya untuk memudahkan pengambilan kesimpulan.
urusan.
Ulasan Ketujuh. Langkah 3 Simulasi 2, kesimpulannya berbunyi “Kecepatan awal suatu benda berbanding lurus dengan jarak terjauh, waktu mencapai titik terjauh, tinggi maksimum benda, dan kecepatan sesaat benda sebelum mencapai tanah ”.
Sebaiknya ditulis sebagai berikut: “Semakin besar kecepatan awal benda, maka semakin besar jarak terjauh dan semakin cepat waktu mencapai titik terjauh, tinggi maksimum benda, dan kelajuan sesaat benda sebelum sampai ke tanah. ”
Ulasan Kedelapan. Saran perbaikan terhadap beberapa persamaan pada Langkah 2 dan beberapa saran editorial serta perbaikan gambar langkah pembelajaran dan evaluasi diterima. Berikut salah satu perubahan gerak parabola pada salah satu lembar kerja siswa (digunakan untuk menggali prasangka siswa pada Langkah 1). Gambar atau gambarnya diubah menyerupai lintasan bola basket yang bergerak masuk
Ulasan Keempat. Persamaan yang diberikan pada Langkah 2 adalah persamaan yang berlaku untuk gerak parabola dengan lintasan simetris dan
= 0 . Bagian ini dikritik oleh para reviewer karena tidak mengajarkan tentang gerak parabola secara umum di luar persyaratan tersebut. Meskipun ada saran dari reviewer, namun pada Langkah 2 tidak dilakukan perubahan karena sesuai dengan kompetensi yang ditargetkan mahasiswa pada program studi ini; Oleh karena itu, sebagai bagian dari pengayaan mata pelajaran ini, guru yang akan melaksanakan RPP ini diperbolehkan mengembangkan persamaan yang akan diberikan kepada siswa.
persepsi benda berhenti sehingga kecepatannya 0.
Hal ini tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Penting untuk membuat instruksi pertanyaan sejelas mungkin untuk meminimalkan salah tafsir siswa yang disebabkan oleh ketidakjelasan instruksi oleh guru.
Fransiska Retno Kuntari, et al 39
(A) (B)
siswa dilatih menentukan jarak terjauh dari sebuah bola dengan berbagai variasi massa.
Keunggulan penelitian tersebut adalah media pembelajaran peluncur proyektil menunjukkan hasil yang signifikan dengan peningkatan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa.
Kekurangan dari media ini adalah
ketidakmampuan alat dalam menentukan tinggi maksimum dan interval waktu gerak parabola.
Permasalahan yang sama juga dialami oleh Indah dan Prabowo yang membuat alat peraga sederhana untuk materi gerak parabola [20].
Jika dibandingkan dengan perancangan ini, kegiatan pendukung yang dilakukan
menggunakan simulasi PhET untuk menentukan jarak terjauh.
Pada penelitian lain tentang gerak parabola, Wijaya, dkk menggunakan media peluncur proyektil pembelajaran Fisika sebagai alat
praktikum fisika untuk menunjang materi [19]. Dalam penelitian itu,
Simulasi ini membantu siswa tidak hanya dalam menentukan jarak terjauh saja, namun juga dapat digunakan untuk menentukan titik terjauh dan interval waktu benda bergerak parabola dalam waktu yang lebih singkat dibandingkan penelitian Wijaya, dkk. Proses pembelajaran juga dapat dilakukan tidak hanya di sekolah saja, namun dapat dilakukan di rumah atau dimana saja [21] sehingga lebih praktis, namun kekurangan dari simulasi ini adalah tidak melibatkan aspek psikomotorik siswa. Apabila guru ingin menanamkan pemahaman materi dengan menekankan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa meskipun dalam waktu yang relatif lama, maka pembelajaran disarankan menggunakan metode praktis. Namun jika guru ingin menanamkan penguasaan materi lebih praktis dan dalam waktu lebih singkat, disarankan menggunakan metode simulasi.
akan mempengaruhi vektor dari komponen yang digambar.
Terdapat pula hal penting dalam penelitian ini selain komponen yang ditinjau, yaitu:
perlunya memberikan variasi kasus gerak parabola serta variasi evaluasi dan soal yang diberikan kepada siswa agar dapat meminimalisir pembelajaran yang membosankan dan
memberikan pembelajaran yang baru dan menarik. suasana alternatif bagi siswa seperti pada Langkah 4 dan Evaluasi 6. Selain itu, hal ini juga diyakini dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam menerapkan konsep gerak parabola, tidak hanya sekedar menghafal konsep
tersebut; Penting untuk memberikan evaluasi yang bersifat open-ended (artinya proses evaluasi memerlukan pemahaman konsep, sekedar hafalan teori atau rumus) karena soal- soal seperti ini dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman dan pengetahuan siswa, serta merangsang berpikir kritis siswa. ; Dalam menentukan tujuan pembelajaran, evaluasi, dan langkah pembelajaran, yang terpenting adalah menghubungkan ketiga aspek tersebut [17, 18]. Dengan demikian, dari proses review dan revisi hingga dibuatnya desain akhir menunjukkan bahwa UbD dapat dijadikan sebagai alternatif desain pembelajaran, dalam hal ini adalah desain pembelajaran Gerak Parabola.
bukan
Pada penelitian lain tentang UbD di Indonesia, hasil yang baik diperoleh dari penelitian Pertiwi, dkk dan Setyanto, dkk.
Mereka menggunakan UbD untuk membuat desain pembelajaran tentang rangkaian listrik dan Hukum Kedua Newton. Understanding by Design membantu guru dalam menghubungkan tujuan, evaluasi, dan langkah pembelajaran dan diharapkan dapat menjadi alternatif dalam
membuat desain pembelajaran [17, 18]. Artinya UbD berfungsi dengan baik untuk banyak material.
(a) Sebelum Peninjauan (b) Setelah Peninjauan
Fransiska Retno Kuntari, et al 40
Gambar 4. Lintasan Gerak Parabola pada Langkah 2
REFERENSI [1]
Wiggins G dan McTighe J. Understanding by Design Edisi Kedua Alexandria: Asosiasi Pengawasan dan Pengembangan
Kurikulum (ASDC). Kolombia Diterapkan
metode. Selain itu, Arie dkk menawarkan
solusi untuk meremediasi miskonsepsi materi gerak parabola dengan model kooperatif tipe 'Kancing Gemerincing' [25].
mendeteksi kemampuannya meskipun tidak digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi yang mungkin terjadi pada siswa. Pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan deteksi miskonsepsi terutama pada konsep yang rawan miskonsepsi.
pembelajaran, pada Langkah 1 dilakukan prakonsepsi penggalian terhadap siswa untuk
Understanding by Design (UbD) dapat dijadikan alternatif dalam merancang pembelajaran khususnya pembelajaran Fisika pada Gerak Parabola dengan menekankan keterkaitan antara tujuan pembelajaran, langkah pembelajaran, dan evaluasi. Dengan adanya perancangan ini diharapkan dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswa dalam memahami materi dan memperoleh nilai yang maksimal. Hal- hal penting dari penelitian ini adalah:
sebaiknya setiap komponen tujuan, langkah pembelajaran, dan evaluasi valid dan jelas, sebaiknya guru melakukan variasi dalam bahan ajar dan evaluasi (terutama evaluasi open-ended), tepat cara yang dapat
membimbing siswa dalam membuat bangun vektor yang lebih presisi adalah dengan menggambar vektor gaya sebagai yang pertama, yang kedua adalah percepatan, dan kecepatan sebagai yang terakhir, disarankan untuk menggunakan metode simulasi jika guru lebih menanamkan penguasaan materi secara lebih praktis dan apik. dalam waktu yang lebih singkat
sebaiknya dilakukan deteksi miskonsepsi, terutama untuk konsep yang rawan
miskonsepsi seperti Gerak Parabola,
pemahaman by Design dapat dimanfaatkan untuk banyak bahan ajar. Penyusunan tujuan, evaluasi, dan langkah pembelajaran dapat dilakukan karena masih terdapat kekurangan pada desain yang dihasilkan dari penelitian ini.
Berkaitan dengan miskonsepsi, terdapat berbagai miskonsepsi terkait gerak parabola.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Karim dan Saepuzaman ditemukan miskonsepsi gerak parabola pada calon guru fisika [24].
Hal ini menunjukkan sulitnya memahami gerak parabola yang terdapat pada orang yang telah menerima materi secara berulang- ulang. Hal positif yang dapat diambil dari penelitian ini adalah hendaknya guru menyelidiki konsepsi siswa sebelum memberikan materi. Hal ini juga
direkomendasikan dalam jurnal yang ditulis oleh Noviandini, agar guru harus berhati-hati dalam merancang suatu pembelajaran karena harus mengetahui konsepsi siswa yang telah dimilikinya [4]. Salah satu solusi yang ditawarkan adalah dengan meremediasi
konsep kinematika dengan menggunakan umpan balik cepat dan interaksi demonstrasi IV.KESIMPULAN
Hasil evaluasi yang tidak sesuai dengan harapan guru disebabkan oleh dua faktor yaitu siswa belum memahami konsep dan siswa mengalami miskonsepsi sehingga apa yang diajarkan tidak sesuai dengan konsepsi yang telah dibangun di kepalanya. 23].
Desain pembelajaran gerak parabola menggunakan UbD ini dibuat dengan mempertimbangkan keterkaitan antara tujuan, evaluasi, dan langkah pembelajaran dan diharapkan desain pembelajaran yang telah dibuat dapat digunakan oleh guru untuk membantu siswa memahami konsep gerak parabola. gerak dan mendapatkan skor maksimal.
Menurut Suparno, ada berbagai cara untuk mengatasi miskonsepsi, antara lain: pertama, guru harus mencari atau mengungkap
miskonsepsi siswa. Kedua, guru harus
menemukan penyebab terjadinya miskonsepsi tersebut. Ketiga, guru harus menemukan
pengobatan yang tepat untuk mengatasi kesalahpahaman ini [26]. Di dalam
Fransiska Retno Kuntari, et al 41
[2] Nurdin S. Aspek Aplikasi Konsep Sains dalam Evaluasi Pembelajaran IPA di MI.
Remediasi Miskonsepsi Kinematika dengan Umpan Balik Cepat Menggunakan Simulasi Komputer dan Demonstrasi. Inkuiri. 2014; 1-
di Kota Pontianak. Jurnal Pendidikan dan
Disertasi doktoral. Tidak diterbitkan. New York:
Universitas Columbia; 2014. Tersedia dari:
[15] Sgro SD dan Freeman SA. Mengajarkan Berpikir Kritis Menggunakan Pemahaman Berdasarkan Desain.
Tidak diterbitkan. Minessota: Universitas Walden; 2013.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/arti Tersedia dari:
DOI:
[14] McTighe J dan Thomas RS. Desain Mundur untuk Aksi Maju. Kepemimpinan Pendidikan:
Menggunakan Data untuk Meningkatkan Prestasi Siswa. 2003; 60(5): 52-55. Tersedia dari:
Doktoral
[8] Anderson AR. Penerapan Lingkaran Sastra: Studi Eksperimental di Kelas Pembelajar Bahasa Inggris. Disertasi doktoral. Tidak diterbitkan.
Minneapolis: Universitas Capella; 2012.
[13] Fox BE dan Doherty JJ. Desain untuk Belajar, Belajar Desain: Menggunakan Desain Mundur untuk Instruksi Literasi Informasi.
10.7916/D8RV0W3K/unduh.
DOI :
[11] Yurtseven N dan Altun S. Understanding by Design (UbD) dalam Pengembangan Profesional Guru Pengajaran EFL dan Prestasi Siswa. Ilmu Pendidikan: Teori dan Praktek. 2017; 17(2):
437-461. Situs web.
[12]Almaseid TF. Dampak Penggunaan Model Understanding by Design (UbD) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas 8 Mata Pelajaran
01.
0/141.
Menjelajahi Pemakaman Bersejarah sebagai Sumber Daya Kelas Dasar. Tesis Magister.
2012; 5(2): 144-155. DOI:
https://doi.org/10.15760/comminfolit.2012.5
Disertasi.
http://dx.doi.org/10.14483/calj.v19n1.11490.
[4] Noviandini D, Sunarno W, and Cari.
l-leadership/feb03/vol60/num05/Desain Mundur-untuk-Aksi-Maju.aspx.
[5] Lila K. Pengembangan Tes Diagnostik Fisika Materi Gerak Parabola untuk Siswa Kelas XI
(NGSS): Belajar Mandiri di Kelas Sains, Teknik, dan Matematika Saya.
[10] Takacs JA. Menggunakan Penilaian Formatif dalam Komunitas Pembelajaran Profesional untuk Memajukan Pengajaran dan Pembelajaran.
Disertasi doktoral. Tidak diterbitkan. Minessota:
Universitas Walden; 2010.
Jurnal Linguistik. 2005; 19(1): 140-142.
14. DOI:
Jurnal Pionir. 2013; 1(1): 115-130.
Pembelajaran. 2017; 6(9): 1-8. Available from:
.2.109.
Prosiding Konferensi dan Eksposisi Tahunan ASEE 2008. Departemen Teknik Pertanian dan Biosistem, Iowa State University. 2008; 224.
Tersedia https://jurnal.ar
raniry.ac.id/index.php/Pionir/article/view/16
[9] Schoellhorn L. “Menghidupkan Sejarah”
Sains. Jurnal Ilmiah Eropa. 2017; 13(4): 301-315.
DOI: http://dx.doi.org/
10.19044/esj.2017.v13n4p3
https://doi.org/10.12738/estp.2017.2.0226.
bersih/lihat/21854.
Komunikasi dalam Literasi Informasi.
Tidak diterbitkan. Missouri: Universitas Webster;
2012.
https://academiccommons.columbia.edu/doi/
[6] Korvo AF. Memanfaatkan Kerangka Konseptual Dewan Riset Nasional (NRC) untuk Standar Sains Generasi Berikutnya
[3] Sanjaya W. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana; 2015.
https://doi.org/10.20961/inkuiri.v3i01.9702.
[7] Pandangan Guru Molina W. tentang Perencanaan Terbelakang di Sekolah Dasar Pinggiran Kota di Hawaii.
http://www.ascd.org/publications/educationa
Fransiska Retno Kuntari, et al 42
Gerak
12010/artikel/lihat/3062.
Tersedia dari:
hapus/lihat/6124.
Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Projectile Launcher sebagai Alat Praktikum Fisika pada Materi Gerak Parabola Fisika Kelas XI IPA. Edu-Sains: Jurnal Pendidikan
Menggunakan Simulasi PhET ”Projectile Motion”. Proceeding of Seminar Nasional Pendidikan, Sains dan Teknologi. Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Universitas Muhamadiyah Semarang. 2017; 216-226.
Available from:
[23] Berg EV. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi.
ngsnf/artikel/lihat/4031.
2014; 3(2): 46-56. Diakses dari:
https://online
journal.unja.ac.id/edusins/article/view/1895.
Fisika. 2014; 3(2): 89-94. Tersedia dari:
https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.ph
[21] Karanggulimu L, Sudjito DN, and Noviandini D. Desain Modul Praktikum
Perancangan Pembelajaran Fisika tentang Rangkaian Seri dan Paralel untuk Resistor Menggunakan Understanding by Design (UbD). Jurnal Sains dan Edukasi Sains.
[24] Karim S and Saepuzaman D. Analisis Kesulitan Mahasiswa Calon Guru Fisika
1936.
[16] Yusuf AM. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Jakarta:
Prenada Media; 2016.
[18] Setyanto JR, Sudjito DN, dan Rondonuwu FS.
Pemanfaatan Understanding by Design dalam Merancang RPP Fisika Tentang Hukum Kedua Newton. Jurnal Sains dan Pendidikan Sains.
2018; 2(2): 69-80.
[25] Yarso AA, Sahala S, dan Arsyid SB.
[26] Suparno P. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep dalam Pendidikan Fisika. Jakarta:
Grasindo; 2013.
Tentang
https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn120
Proceeding of Seminar Nasional Fisika (SNF) 2016. Department of Physics, Universitas Negeri Jakarta. 2016; 1-5.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. 2014;
3(6): 6124. Available from:
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/arti dari:
[17] Pertiwi S, Sudjito DN, and Rondonuwu FS.
[22] Suwarto. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Belajar;
2013.
Parabola
[19] Wijaya RC, Damris M, and Kamid K.
http://journal.unj.ac.id/unj/index.php/prosidi 2019; 2(1): 1-7. DOI:
https://doi.org/10.24246/juses.v2i1p1-7.
https://lib.dr.iastate.edu/abe_eng_conf/224.
https://ejournal.uksw.edu/josse/article/view/
Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana;
1991.
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
[20] Indah DS. Pengembangan Alat Peraga Sederhana Gerak Parabola untuk Memotivasi
Mandiri
Siswa pada Pembelajaran Fisika Pokok Bahasan Gerak Parabola. Inovasi Pendidikan
Remediasi Miskonsepsi Siswa Menggunakan Model Kooperatif Tipe Kancing Gemerincing pada Gerak Parabola di SMA.
Tersedia dari:
dalam Memahami Konsep Gerak Parabola.
p/inovasi-pendidikan fisika/article/view/8075.
Fransiska Retno Kuntari, et al 43