FUNCTIONS IN THE EVENT AQIQAH PETATAH PROVERB KAPUH IN NAGARI KOTO XI TARUSAN SUBDISTRICT NORTH COAST
SOUTH DISTRICT
by
Putri Madona 1, Lira Hayu Afdestis Mana, M.Pd 2, Helki Syuriadi 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat
2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research is motivated by the loss of function of proverbs in the event aqiqah in North Kapuh Nagari Koto XI Tarusan District of South Coastal District in the reality of life. The function of proverbs in the event that illustrates aqiqah advice and wisdom as well as recreational functions, didaktif, aesthetic, moral, religius.yang can serve as an example and the wisdom and lessons. The purpose of this study was to describe the function of proverbs in the event aqiqah in North Kapuh Nagari Koto XI Tarusan District of South Coastal District. The research is a qualitative research by using descriptive content analysis (content analysis). The object of this study is the function of proverbs in the event aqiqah in North Kapuh Nagari Koto District of South Coastal District XI Tarusan with a research focus are aspects of advice and wisdom as well as recreational functions, didaktif, aesthetic, moral. The results showed that. First, it can be seen from membangun advice and provide solutions in running problems. Before taking a decision expected negotiations or provide input. Second, the policy can be seen wisdom in a persolan. It symbolizes that in the Northern District of Kapuh Nagari Koto XI Tarusan when taking the decision to accept advice from anyone. Recreational functions can also provide entertainment when Mamak spoke with Imam katik or Rang Sumando when speaking they provide entertainment. Didaktif function that has values of truth because in the Northern District of Kapuh Nagari Koto XI Tarusan truth values are indispensable in the custom. Moral function is to give knowledge so knowing which moral good and bad morals. Namely religious function that has a religious teaching that can be seen and understood as Minangkabau society in Nagari North Kapuh see people who know about religion in implementing the aqiqah. In the event must be made by Imam aqiqah katik or people who have been in tuakan in the science of religion who has mastered about aqiqah.
Keywords: proverbs - Aqiqah in Nagari North Kapuh
FUNGSI PETATAH PETITIH DALAM ACARA AQIQAH DI NAGARI KAPUH UTARA KECAMATAN KOTO XI
TARUSANKABUPATENPESISIR SELATAN
Oleh
Putri Madona 1, Lira Hayu Afdestis Mana, M.Pd 2, Helki Syuriadi 3 1) Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat
2) 3) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh semakin hilangnya fungsi petatah-petitih dalam acara aqiqah di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan di dalam realita kehidupan. Fungsi petatah-petitih dalam acara aqiqah yang menggambarkan nasehat dan kebijaksanaan serta fungsi rekreatif, didaktif, estetis, moral, religius.yang dapat dijadikan contoh dan hikmah serta pelajaran. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fungsi petatah- petitih dalam acara aqiqah di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif yang bersifat analisis isi (content analysis). Objek penelitian ini adalah fungsi petatah-petitih dalam acara aqiqah di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dengan fokus penelitian adalah aspek nasehat dan kebijaksanaan serta fungsi rekreatif, didaktif, estetis, moral. Hasil penelitian menunjukan bahwa. Pertama, Nasihat dapat dilihat dari membagun dan memberikan solusi dalam menjalankan persoalan. Sebelum mengambil keputusan diharapkan rundingan atau memberikan masukan. Kedua, Kebijaksanaan dapat dilihat kebijaksanaan dalam sebuah persolan. Hal itu melambangkan bahwa di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan bila mengambil keputusan menerima nasihat dari siapapun. Fungsi rekreatif juga dapat memberikan hiburan ketika Mamak berbicara dengan Imam Katik ataupun Rang Sumando ketika berbicara mereka memberikan hiburan. Fungsi didaktif yaitu mempunyai nilai-nilai kebenaran karna di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan nilai-nilai kebenaran sangat diperlukan dalam adat tersebut. Fungsi moral yaitu memberikan pengetahuan sehingga mengetahui mana moral yang baik dan moral yang buruk. Fungsi religius yaitu yang memiliki ajaran agama yang dapat dilihat dan dipahami karena masyarakat Minangkabau di Nagari Kapuh Utara melihat orang yang mengetahui tentang agama dalam melaksanakan aqiqah tersebut. Dalam acara aqiqah harus dilakukan oleh Imam Katik atau orang yang telah di tuakan dalam ilmu agamanya yang telah menguasai tentang aqiqah.
Kata kunci: Petatah-Petitih - Aqiqah di Nagari Kapuh Utara
A. PENDAHULUAN
Petatah-petitih merupakan salah satu unsur penting dalam acara Aqiqah yang dilakukan untuk menyampaikan maksud dan tujuan dengan hormat dimana mempunyai peranan yang penting sebagai alat penghubung antara tuan rumah dengan tamunya. Sebelum acara aqiqah dilaksanakan semua rangsumando,ninik mamak, imam katik sudah berada di dalam rumah anak yang mau di aqiqah kan tersebut, karena di dalam acara aqiqah tersebut barulah mereka ber petatah-petitih untuk melaksanakan aqiqah.Misalnya, petatah-petitih sebagai pembukaan sebelum acara aqiqah dilaksanakan menyampaikan maksud aqiqah setelah berlangsungnya acara aqiqah barulah mempersilahkan tamu menikmati makanan yang telah dihidangkan, meminta izin kepada tuan rumah untuk kembali kerumah masing-masing setelah jamuan makan selesai.
Aqiqah merupakan bentuk acara penyembelihan hewan seperti kambing. Penyembelihan itu merupakan bentuk syukur tuan rumah atau orang tua kepada Allah swt yang telah dikaruniai seorang anak. Aqiqah dilakukan kepada setiap anak yang lahir baik laki-laki maupun perempuan.
Pada acara aqiqah itulah petatah-petitih itu ada. Menurut Zainuddin MS (2014:52) pepatah adalah kato-kato yang mengandung pahatan kata, atau patokan hukum (norma). Petitih adalah aturan yang mengatur pelaksanaan adat dengan seksama.
Petatah-petitih mulai memudar sebab masyarakat di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan mulai tidak memperhatikan petatah-petitih lagi. Akibatnya petatah-petitih mulai bergeser akibat perkembangan zaman. Salah satu faktor penyebab memudarnya petatah-petitih yaitu karena masyarakat dan generasi muda yang tidak peduli terhadap budaya seperti, bertutur, bersikap, hubungan dengan masyarakat dan berhubungan dengan alam. Akibatnya banyak masyarakat Minangkabau yang tidak arif dan bijaksana lagi.
Sebagai sebuah karya sastra lisan Minangkabau, petatah-petitih menggunakan kesantunan dalam pemakaian bahasanya. Kesantunan itu muncul dari falsafah orang Minangkabau yang berbunyi “nan kuriak iyolah kundi, nan sirah iyolah sago, nan baiak iyolah budi, nan indah iyolah baso”. Arti falsafah tersebut adalah yang paling berharga di dalam kehidupan bergaul adalah budi pekerti yang baik serta sopan santun. Falsafah itu sangat melekat pada diri orang Minangkabau, sehingga jika mengatakan sesuatu mereka akan menggunakan bahasa yang santun. Kesantunan bahasa petatah-petitih terlihat pada ungkapan-ungkapan yang dijadikan sampiran dalam petatah- petitih tersebut. Kesantunan berbahasa merupakan aspek penting yang harus diperhatikan dalam interaksi petatah-petitih karena bagaimanapun cara berbahasa masyarakat akan mencerminkan kebudayaan masyarakat pemakainya.
Pada zaman sekarang, manusia dihadapkan kepada perubahan kemajuan teknologi, yang tidak terkecuali dialami oleh masyarakat Minangkabau. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dan pergeseran struktur sosial dan tata nilai dalam masyarakat, Petatah- petitih hanya dianggap sebagai formalitas adat yang hanya disampaikan oleh para mamak atau panghulu (orang yang di tuakan). Pada saat ini petatah-petitih banyak dikuasai, dipahami dan disampaikan hanya oleh orang-orang yang sudah tua. Kemungkinan hanya sebagian kecil dari para remaja yang tertarik pada penyampaian petatah-petitih tersebut.Berdasarkan masalah tersebut penulis penting untuk meneliti fungsi petatah-petitih dalam acara aqiqah di Nagari Kapuah Utara Kecematan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Hal ini disebabkan karena dalam tuturan petatah-petitih tersebut tindak tutur yang dilakukan penuturnya menghendaki agar orang yang diajarkanya memiliki sifat yang baik dan bijaksanah. petatah-petitih juga merupakan salah satu hasil budaya daerah yang memang seharusnya dikembangkan dan dilestarikan.
B. METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, dengan metode deskriptif. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Williams (dalam Moleong, 2010:5) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah, dan dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah. Menurut Ratna (2004:93), metode deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan utama menggambarkan secara sistematis fakta dan karekteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat. Data yang
rekreatif, didaktif, estetis, moral, religius.yang dapat dijadikan contoh dan hikmah serta pelajaran.
Adapun pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui: (1) melalukan pengamatan lapangan terhadap penelitian ini; (2) merekam data yang disampaikan melalui lisan yang dituturkan oleh informan; (3) wawancara, menggunakan pedoman wawancara untuk mengetahui informasi atau data yang dibutuhkan dalam menjawab fokus penelitian; (4) mencatat kembali informasi pada saat wawancara berlangsung sampai selesai.
C. HASIL PENELITIAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa fungsi petatah-petitih dalam acara aqiqah di Nagari Kapuah Utara Kecematan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan berhubungan nasihat dan kebijaksanaan. Pertama, Nasihat dapat dilihat dari membagun dan memberikan solusi dalam menjalankan persoalan. Sebelum mengambil keputusan diharapkan rundingan atau memberikan masukan. Bila dipanggil oleh orang lain apakah itu mamak atau orang yang dituakan diharuskan untuk memenuhinya. Dalam kehidupan harus melaksanakan tugas sesuai dengan semestinya.
Jika seseorang terlambat datang, maka tempat duduknya harus dipersiapkan. Jangan sampai orang yang datang mencari-cari tempat duduk dan dimana ia harus duduk. Hal itu menunjukkan sikap kearifan orang di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan. Nasihat mendengarkan kata-kata yang keluar dari mulut mamak atau orang yang dituakan. Kata-kata yang disampaikan oleh mamak atau orang yang dituakan itu, itulah kata-kata atau aturan yang sebenarnya. Kata-kata yang keluar dari mulut mamak berupa nasihat, anjuran, suruhan, tuntunan yang tujuannya untuk kebaikan kepada anak dan kemenakan dari suatu kaum.
Kedua, Kebijaksanaan dapat dilihat kebijaksanaan dalam sebuah persolan. Hal itu melambangkan bahwa di Nagari Kapuh Utara KecamatanKoto XI Tarusan bila mengambil keputusan menerima nasihat dari siapapun. Nasihat itu sifatnya membagun dan memberikan solusi dalam menjalankan persoalan. Nilai kehidupan yaitu melambangkan kebijaksanaan. Sendainya kita sudah berpangkat atau berjabatan kita diharuskan tempat bersandar anak dan kemenakan.
Penghargaan kepada ninik amak. Penghargaan itu melambangkan kebijaksanaan dalam bertutur.
Fungsinya agar lawan bicara terasa sangat dihormati dengan panggilan tersebut.
Kebijaksanaan dalam menempatan pembicaraan kepada orang yang lebih tinggi jabatannya atau yang dianggap orang yang lebih tua. Penghormatan kebijaksanaan orang rumah kepada mamak selaku orang yang dituakan. Semua kata-kaka disusun sehingga kebijaksanaan itu terlihat jelas di atas rumah tangga. Kata-kata yang melambangkan syarat dalam penyemblihan hewan. Perundingan itu dilaksanakan ditempat terbuka dan dihimpun oleh suku yang bayak.
Tujuan untuk mencari kata mufakat. Kebijaksanaan yang juga digambarkan yaitu cara melakukan sesuatu sesuai dengan fungsinya seperti orang yang tinggi ilmu agamanya ia bertugas untuk bordoa sesuai dengan yang sudah-sudah. Intinya mengambil contoh kepada yang sudah-sudah.
Orang di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan tidak ingin mengambil resiko, jadidapat disimpulkan kegiatan itu harus kepada yang ahlinya.
Begitu juga dengan fungsi rekreatif juga dapat memberikan hiburan ketika Mamak berbicara dengan Imam Katik ataupun Rang Sumando ketika berbicara mereka memberikan hiburan, hiburan yang diberikan oleh Imam Katiksesuai petatah-petitih yang diberikannya.Fungsi didaktif yaitu mempunyai nilai-nilai kebenaran karna di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan nilai-nilai kebenaran sangat diperlukan dalam adat tersebut. Pada petatah-petitih di Nagari Kapuh utara tersebut juga terdapat fungsi didaktif yang mempunyai nilai-nilai kebenaran dalam melaksanakan tugasnya seperti Rang Sumando.
Fungsi moral yaitu memberikan pengetahuan sehingga tau mana moral yang baik dan moral yang buruk. Dalam masyarakat Minangkabau pengetahuan yang akan dilaksanakan oleh kaum suku seperti Rang Sumando yang akan menjalankan tugasnya harus memiliki pengetahuan yang akan dijalankannya terlebih dahulu. Fungsi religius yaitu yang memiliki ajaran agama yang dapat dilihat dan dipahami karena masyarakat Minangkabau di Nagari Kapuh Utara melihat orang yang mengetahui tentang agama dalam melaksanakan aqiqah tersebut. Dalam acara aqiqah harus dilakukan oleh Imam Katik atau orang yang telah di Tuakan dalam ilmu agamanya yang telah menguasai tentang aqiqah.
D. PEMBAHASAN
Aqiqah ini dilaksanakan ketika ada suatu keluarga yang melahirkan anak baik laki-laki maupun perempuan sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah diadakan acara aqiqah. Petatah- petitih ini dilakukan oleh dua orang yang disebut dengan juru alek dan juru pangka yang melakukan dalam bentuk sambah. Mamak atau pembantu Mamak dibidang berbicara disebut Rang Tuo yang telah ditentukan secara adat. Rang Tuo adalah orang yang dihormati dalam suatu kampung khususnya di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan. Rang Tuo dipilih oleh masyarakat di Nagari Kapuh Utara Kecamatan Koto XI Tarusan untuk dijadikan sebagai pembantu Mamak dibidang berbicara atau juru bicara Mamak.
E. PENUTUP Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa penelitian ini sangat baik implementasinya di dunia pendidikan. Dan hendaknya dengan membacafungsi petatah-petitih dalam acara aqiqah di Nagari Kapuah Utara Kecematan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan menamba kecintaan siswa-siawi terhadap dunia sastra Indonesia.
Berdasarkan hasil penelitian tentang fungsi petatah-petitih dalam acara aqiqah di Nagari Kapuah Utara Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:
1. Peneliti sendiri, dapat meneliti tentang karya sastra khususnya sastra lisan dengan lebih baik.
2. Masyarakat/pecinta sastra, dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang analisis sastra lisan dan karya sastra lainnya.
3. Mahasiswa, dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang karya sastra, khususnya yang mengkaji tentang pepatah-petitih.
4. Pembaca, dapat menambah daya apreisasi terhadap sastra Indonesia khususnya sastra lisan mengenai pepatah-petitih..
F. KEPUSTAKAAN
Abdi. Yusri. 2010. Keutamaan Melakukan Aqiqah dan Qurban. Padang: Penerbit Lbc Darul Hikmah.
Amir, Adriyetti. 1990. “Sastra Lisan Minangkabau I”. Bahan Ajar. Padang: Fakultas Universitas Andalas.
Djamaris, Edwar. 2002. Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau. Jakarta: Yayasan Obor.
Moleong. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Navis, A.A. 1984. Alam Takambang Jadi Guru. Jakarta: Pustaka Grafiti Press.
Zainuddin MS, Musyair. 2014. Ranah Minang dan Lingkungan Hidup. Yogyakarta: Anggota IKAPI.