• Tidak ada hasil yang ditemukan

upaya guru bk dalam mengatasi masalah pubertas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "upaya guru bk dalam mengatasi masalah pubertas"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI MASALAH PUBERTAS PESERTA DIDIK DI SMPN 04 SUNGAI AUR

KABUPATEN PASAMAN BARAT

ARTIKEL

Oleh:

EVA SUSIETI NPM. 12060166

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(2)

1

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI MASALAH PUBERTAS PESERTA DIDIK DI SMPN 04 SUNGAI AUR

KABUPATEN PASAMAN BARAT

Oleh:

Eva Susieti*

Rici Kardo, M.Pd**

Besti Nora Dwi Putri, M.Pd., Kons.***

* Students

** Advisor I

*** Advisor II

Studies Guidance and Counseling STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACT

This research caused by the phenomenon occuring in the field, namely the learners who experience the problem at the time of their puberty, which result unpleasantness on self the learners. The purpose of this research is to describe: 1) the effort of BK teacher to solving the puberty problem of learners in term of physical. 2) the effort of BK teacher to solving the puberty problem of learners in term of emotional. The kind of this reseacrh is descriptive quantitative research. The population In this research is the students class VII and class VIII SMPN 04 Sungai Aur which amounts 40 learners. Sample taking by used total sampling technique, with a sample of 40 learners. The data retrievel tool by questionnaire. Data technique analysis in this research is percentage. The result of the research was done reveal as follows: 1. the effort of BK teacher to solving the puberty problem of learners in term of physical in the category good enough. the effort of BK teacher to solving the puberty problem of learners in term of emotional in the category good enough. Based on the result of this research recommended to the learners and and guidance and counseling teacher in SMPN 04 Sungai Aur in order to cooperate and more attention the change owned by the learners at puberty.

Keywords: Puberty Pendahuluan

Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya peningkatan dan kualitas individu dalam rangka menciptakan sumber daya manusia, untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan pendidikan yang terprogram. Pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa karena pendidikan mewariskan budaya kepada generasi penerusnya berupa pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap, sehingga manusia akan menjadi terhormat dan mempunyai kedudukan yang lebih tinggi.

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003, yaitu:

Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan sehat jasmani dan rohani, kepribadian mantap dan mandiri sertarasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UUSPN BAB II pasal 4 tahun 2003).

Peranan pendidikan semakin dirasakan dalam menunjang keberhasilan pembangunan nasional. Sekolah tinggi lembaga formal memiliki peranan yang amat penting dalam mewujudkan tujuan tersebut. Oleh karena itu berbagai upaya untuk meningkatkan aktualitas pendidikan pada setiap jenjang pendidikan yang terus dilakukan.

Salah satu usaha bersama yang harus dilakukan untuk mengembangkan pendidikan dan mencapai tujuan pendidikan adalah melalui lembaga pendidikan formal. proses ini diperlukan bimbingan sehingga apa yang

(3)

2 dilakukan sesuai dengan yang diharapkan baik di lingkungan sekolah maupun di luar sekolah.

Tugas perkembangan merupakan harapan sosial yang di kenakan pada setiap tahap perkembangan. Tugas perkembangan siswa adalah tugas yang muncul pada saat atau sekitar suatu priode kehidupan anak usia 12 sampai 18 atau 19 tahun, yang jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas pada periode berikutnya.

Kenyakinan tradisional akan manusia pada semua tingkat usia. budaya tradisional kita, dibedakan antara peran laki-laki dan peran perempuan. Kenyakinan ini umumnya akan mempengaruhi secara mendasar pola perkembangan, apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan mempengaruhi peran individu dalam masyarakat. Peserta didik sekolah menengah umumnya berusia antara 12 sampai 18 atau 19 tahun, sebagaimana yang telah disebut. Mereka ini, dilihatkan dari periode perkembangan, sedang mengalami masa puber dan masa remaja.

Desmita (2012:192) mengatakan bahwa Pubertas (puberity) ialah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual tejadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja.

Kematangan seksual merupakan suatu rangkaian dari perubahan- perubahan yang terjadi pada masa remaja, yang ditandai perubahan pada ciri-ciri seks primer (primary sex characteristik) dan ciri-ciri sex sekunder (scondary sex characteristics). Meskipun perkembangan ini biasanya mengikuti suatu urutan tertentu, namun urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap anak, dan terdapat perbedaan individual dalam umur dari perubahan-perubahan tersebut.

Perubahan fisik itu menyebabkan kecanggungan bagi remaja karna harus menyesuaikan diri dengan perubahan- perubahan yang terjadi pada dirinya.

Pertumbuhan badan yang mencolok, misalnya, pembesaran payudara yang cepat, membuat remaja merasa tersisih dari teman-temannya.

Demikian juga mengadapi haid dan ejakulasi yang pertama, anak-anak remaja itu perlu mengadakan penyesuaian-penyesuaian tingkah laku.

Perubahan ciri-ciri seks primer pada pria ini sangat dipengaruhi oleh hormon, terutama hormon perangsang yang diproduksi oleh kelenjer bawah otak (pituitary gland).

Hormon perangsang pria ini merangsang testis,

sehingga testis mengahasilkan hormon testosteron dan androgen serta spermatozoa, Desmita (Sarwono, 2012:192) ini terjadi pada anak laki-laki sekitar umur 12 tahun atau yang di sebut dengan mimpi basah. Sementara itu pada anak perempuan, perubahan ciri- ciri seks primer ditandai denga munculnya priode menstruasi.

Terjadinya mensturasi pertama ini memberi petunjuk bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan telah matang, sehingga memungkinkan mereka untuk mengandung dan melahirkan. Munculnya mensturasi pada perempuan ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan indung telur atau ovarium. Ovarium terletak dalam rongga perut wanita bagian bawah, didekat uterus, yang berfungsi memproduksi sel-sel telur atau ovum dan hormon-hormon estrogen dan progesteron. Hormon progesteron bertugas untuk mematangkan dan mempersiapkan sel telur atau ovum sehingga siap untuk dibuahi.

Sedangkan hormon ektrogen adalah hormon yang dipengaruhi pertumbuhan sifat-sifat kewanitaan pada tubuh seseorang.

Oleh sebab itu, menstruasi pertama pada seorang gadis didahului oleh sejumlah perubahan lain, yang meliputi pembesaran payudara, kemunculan rambut disekitar alat kelamin, pembesaran pinggul, bahu dan suara halus. Selanjutnya, ketika percepatan pertumbuhan mencapai puncaknya, maka ovarium, uterus, vagina, labina, dan klitoris berkembang pesat.

Berdasarkan hasil observasi peneliti pada tanggal 02-03 November 2015 di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat, peneliti melihat masih ditemukan peserta didik yang mengalami permasalahan dalam pubertasnya. Suka berkata-kata kotor kepada teman-teman, ingin selalu di puji seperti pada saat ia mengerjakan sesuau yang menurut dia bagus dan bermanfaat.

Disamping itu, untuk memperkuat pernyataan tersebut peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa peserta didik yang ada di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat pada tangal 06 November 2015.

Bahwa peserta didik banyak mengalami masalah pada masa pubertasnya. Terutama peserta didik perempuan banyak mengalami masalah yang mengganggu pada fisiknya seperti malu pada perubahan dirinya sendiri, minder karena payudara membesar, pinggung mulai membesar, dan tumbuhnya rambut

(4)

3 dibagian tertentu Peserta didik laki-laki mengalami masalah seperti kulit menjadi kasar, suara yang bertambah besar dan tumbuhnya jakun, adanya ketidaknyaman pada wanita karna perubahan seks yaitu mengalami priode menstruasi, kecewa karena tertarik pada pria seumur yang ada di dalam kelasnya.

Hasil wawancara peneliti kepada satu orang guru BK pada tanggal 09 November 2015 terungkap bahwa pubertas memberikan efek perubahan yang membawa sisi psikologis peserta didik menjadi terganggu, perilaku malas seperti malas untuk bekerja dan malas untuk belajar, perilaku menyesuaikan diri yang salah seperti memilih teman sembarangan, perilaku yang hiperaktif karena kurangnya perhatian seperti tidak betah di rumah, , ingin cepat bebas dari pengawasan orangtua karena tidak ingin ditekan. Suka marah karna keinginan yang tidak terpenuhi seperti dengan membanding barang yang ada, Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, maka perlu dipahami dan dikaji lebih mendalam tentang perubahan fisik peserta didik dan perubahan seks pada peserta didik oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengangkat judul ”Upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

Sebagaimana yang dikemukakan Ridwan (2008:115) masing-masing kehidupan ini terjadi pada usia tertentu dan mempunyai karakteristik tersendiri, salah satunya tahap kehidupan masa puber adalah masa remaja, masa ini merupakan tahap yang paling penting.

Adapun usianya adalah sekitar 11 – 15 tahun pada wanita dan 12 – 16 pada laki-laki. Pada tahap perkembangan bagi anak yang secara biologis sudah mengalami masa pra-remaja (pubertas).

Al-Mighwar (2006:26) menyatakan perubahan fisik tersebut, terutama dalam hal perubahan yang menyangkut ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri- ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder.

a. Akibat Terhadap Keadaan Fisik 1. Pertumbuhan Proporsi Tubuh

Perubahan fisik pertama adalah perubahan proporsi tubuh. Badan yang pada mulanya kurus dan panjang mulai melebar dibagian finggul dan bahu, pertumbuhan tungkai dan lengan mendahului pertumbuhan badan,

sehingga tampak terlalu panjang. Pola yang sama terjadi pada pertumbuhan lengan yang pertumbuhannya mendahului pertumbuhan pesat badan, sehingga tampak terlalu panjang.

Proporsi yang tidak seimbang ini akan berlangsung terus sampai ahirnya proporsi tubuh mulai tampak seimbang seperti tubuh orang dewasa.

2. Perubahan Ukuran Tubuh

Perubahan ini mencakup adanya pertambahan dalam tinggi dan berat badan. Diantara anak-anak perempuan, rata-rata peningkatan pertahun dalam tahun sebelum haid adalah 3 inci dan 2 tahun sebelum haid adalah adalah 5,5 inci setelah haid, tingkat

Pertumbuhan menurun sampai kira-kira 1 inci dalam setahun dan berhenti sekitar 18 tahun, bagi anak laki-laki, permulaan priode pertumbuhan pesat, tinggi tubuh dimulai rata-rata pada usia 12,8 tahun dan berakhir pada rata-rata usia 15,3 tahun, dengan puncak pada usia 14 tahun.

Pertambahan berat badan, tidak hanya karena lemak tetapi juga karena tulang dan jaringan otot bertambah besar walaupun pertumbuhan berlangsung dengan pesat, tetapi sering kali remaja kelihatan kurus, pertumbuhan berat badan yang besar pada anak perempuan terjadi pada saat sebelum dan sudah haid, sedangkan pada anak laki-laki pertumbuhan berat badan maksimal terjadi setahun atau dua tahun sesudah anak perempuan dan mencapai puncaknya pada usia 16 tahun.

3. Perubahan Ciri-ciri seks primer Menurut Desmita (2009:192) Ciri-ciri seks primer menunjukkan pada organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi.

Ciri-ciri seks primer pada laki-laki ditandai dengan sangat cepanya pertumbuhan testis, yaitu pada tahun pertama dan kedua, kemudian secara lambat dan mencapai ukuran matangnya pada usia 20 atau 21 tahun. Matangnya organ-organ seks tersebut, memungkinkan remaja laki-laki (sekitar usia 14-15 tahun) mengalami mimfi basah.

(5)

4 Pada perempuan, kematangan organ-organ seks ditandai timbulnya rahim, vagina dan ovarium (indung telur) secara cepat. Ovarium menghasilkan ovarium (telur) dan mengeluarkan hormon-hormon yang diperlukan untuk kehamilan, menstruasi dan perkembangan seks sekunder. Pada masa inilah (sekitar usia 11-15 tahun) untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami menstruasi pertama (Yusuf, 2009:194).

4. Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder Menurut Desmita (2009:193) ciri-ciri seks sekunder adalah tanda- tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan antara laki-laki dan perempuan.

b. Akibat Terhadap Keadaan Emosi Berbagai defenisi tentang emosi telah banyak dikemikakan para ahli psikologi. Secara sederhana, emosi merupakan reaksi psikologi yang ditampilkan dalam bentuk tingkah laku:

gembira, bahagia,sedih, berni, takut, marah,muak, haru, cinta, cemburu, sayang dan lain-lain.

Periode remaja cenderung memperlihatkan tempramental atau beremosi tinggi, dalam arti emosi negatif mereka lebih mudah muncul.

Hal ini disebabkan remaja banyak mengalami masalah dalam memenuhi kebituhan mereka, karena lingkungan tidak mendukung, bahkan menghalangi usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan itu (Prayitno, 2006:70) mengemukakan bahwa ada tiga jenis suasana emosi yang sangat menguasai remaja yaitu emosi cinta, emosi marah dan takut.

1. Emosi Cinta

Jenis emosi yang sering bergejolak dalam diri remaja adalah emosi cinta. Emosi ini telah ada sejak masa bayi dan terus menerus berkembang. Pada masa praremaja (pubertas) rasa cinta lebih mengarah pada lawan jenis, sedangkan pada masa bayi rasa cinta terarah pada orang tua terutama ibu. Pada masa kanak-kanak (umur tiga sampai lima tahun) rasa cinta mengarah pada orang tua yang berbeda jenis kelamin, misalnya anak laki-laki

lebih cinta kepada ibu dan anak perempuan lebih cinta kepada ayahnya.

Pada masa remaja arah atau objek cinta itu beralih pada teman sebaya yang berlawan jenis.

2. Emosi Marah

Dalam kehidupan mereka remaja, emosi marah lebih mudah timbul dibandingkan dengan bermacam emosi lainya. Penyebab marah yang sering terjadi pada remaja adalah kalau direndahkan, dipermalukan, dihina, atau dipojokkan dihadapan teman sebayanya. Remaja yang matang menampilkan rasa marahnya tidak lagi secara fisik misalnya dengan cara berkelahi seperti periode anak-anak, tetapi dengan cara menggerutu, mencaci maki, atau mengungkapkan ungkapan verbal lainya.

Memang kadang-kadang remaja melakukan tindakan kekerasan dalam melampiaskan emosi marah, walaupun mereka telah berusaha menahan dirinya. Sebenarnya, baik remaja putri maupu pria cenderung mengganti emosi kekanak-kanakan mereka dengan cara yang lebih sopan, yaitu: diam, mogok kerja, pergi keluar atau mengeluyur kemana-mana, dan latihan fisik yang keras sebagai pelahiran emosi marah mereka.

3. Emosi Takut

Emosi lainya juga banyak dialami remaja adalah emosi takut.

Emosi takut pada remaja misalnya menyangkut hal-hal seperti: takut ujian, takut sakit, kurang uang, kurang prestasi, tidak dapat atau kehilangan pekerjaan, keadaan dalam keluarga yang kurang harmonis, tidak populer dimata lawan jenis, tidak mendapat pacar, memikirkan kelemahan diri sendiri (bentuk tubuh yang kurang serasi), merasa bodoh, kesepian, kehilangan pegangan agama, perubahan-perubahan fisik, pengalaman seksual atau masturbasi, selalu berkhayal, menemui kegagalan sekolah atau karier, berbeda dari orang lain terutama dengan teman sebaya dengan teman sebaya, takut terpengaruhi oleh teman yang kurang baik, takut diejek dan sebagainya.

(6)

5 Guru BK adalah petugas sekolah yang memberikan layanan BK di sekolah, yang juga sering disebut guru pembimbing. Winkel dan Hastuti, (2004:171) mengatakan konselor adalah tenaga professional yang mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan (full time guide and counselor). Guru BK yang memberikan pelayanan BK kepada peserta didik dengan semua potensi dan keprofesionalannya sehingga dapat dalam pelayanan BK di sekolah tersebut.

Selanjutnya Tohirin, (2007:115) menyatakan bahwa Guru BK professional adalah mereka yang direkrut dan diangkat atas dasar keahlian atau berlatar belakang pendidikan profesi dan melaksanakan tugas khusus sebagai guru BK yang menjadi tenaga inti dan memegang peranan penting dalam pelayanan BK di sekolah tersebut. Diperkuat oleh Walgito, (2010:41) bahwa Guru BK di sekolah dipegang oleh orang yang khusus dididik menjadi konselor. Jadi pelaksana utama yang mengkoordinasi semua kegiatan yang terkait dalam pelaksanaan BK di sekolah.

Seorang guru BK di sekolah yaitu membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah. Amin, (2010:307) menyatakan bahwa fungsi guru BK di sekolah yaitu:

a. Mengadakan observasi terhadap kegiatan sekolah.

b. Berdasarkan hasil observasi tersebut, guru BK berkewajiban memberikan saran-saran atau pendapat kepada kepala sekolah ataupun staf pengajar yang lain demi kelancaran dan kebaikan sekolah. Menyelenggarakan bimbingan terhadap peserta didik.

Guru BK memiliki fungsi yang komplek yaitu dalam melaksanakan tugasnya sangat luas namun bukan tanpa batas atau tidak jelas. Oleh karena itu sudah menjadi keseharusan bagi guru BK untuk mengetahui yugas pokoknya serta sanggup melaksanakan tugasnya dengan baik yaitu sesuai dengan penyususnan program BK yang dibuat serta sesuai dengan aturan yang berlaku.

Guru BK di sekolah merupakan petugas bimbingan yang memberikan bantuan kepada peserta didik dalam berbagai hal baik dari segi permasalahan dalam pubertasnya. Masalah pubertas jika terus menerus dibiarkan maka dapat menyebabkan berbagai hal yang dapat

merugikan individu. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan dan pemyaluran, penguasaan konten, bimbingan kelompok, konseling kelompok, konseling individual, mediasi dan konsultasi. Salah satu layanan BK yang cocok diterapkan untuk dapat mengatasi masalah pubertas peserta didik adalah layanan informasi.

Layanan informasi adalah suatu layanan yang memberikan pemahaman kepada individu-individu yang berkepentingan berbagai hal yang diperlukan untuk menjalani suatu tugas atau kegiatan, atau untuk menentukan arah suatu tujuan atau rencana yang dikehendaki. Adapun upaya yang dapat dilakukan oleh guru BK dalam membantu masalah pubertas peserta didik Prayitno (2006:48) sebagai berikut:

1. Membantu remaja agar menguasai kemampuan membina hubungan baru dengan teman sebaya yang sama atau berbeda jenis kelamin yaitu dengan cara melatih peserta didik untuk selalu berpikir positif.

2. Membantu peserta didik agar

menguasai kemampuan

melaksanakan perasaan sosial sesuai dengan jenis kelamin.

3. Membantu peserta didik agar menerima keadaan fisik dan mempergunakannya secara efektif.

4. Membantu peserta didik agar mencapai kemerdekaan atau kebebasan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainya.

5. Membantu peserta didik agar dapat menjaga sikap atau etika dalam bertingkah laku dengan cara memperkenalkan filsapat hidup sesuai dengan nilai agama.

Dapat disimpulakan bahwa Guru BK sangat berperan penting dalam pemberian layanan yang sesuai dengan permasalahan peserta didik. Agar permasalah tersebut dapat terhentaskan dengan baik.

Berdasarkan dari latar belakang masalah di atas dapat didefenisikan masalah sebagai berikut:

1. Adanya peserta didik yang mengalami masalah pada perubahan fisiknya.

2. Adanya ketidak nyamanan peserta didik karena perubahan seks terutama pada peserta didik perempuan yaitu saat mensturasi.

(7)

6 3. Adanya peserta didik yang merasa

kecewa karna tertarik pada lawan jenis terutama teman sekelasnya.

4. Perubahan prilaku yang tidak baik pada peserta didik yaitu perilaku malas untuk bekerja dan belajar.

5. Adanya peserta didik yang belum bisa menyesuaikan dirinya dengan baik terutama dalam memilih teman.

6. Adanya peserta didik yang memiliki sifat yang hiperaktif tidak betah di rumah.

7. Adanya peserta didik yang ingin cepat bebas dari pengawasan orang tuanya karena tidak ingin ditekan.

8. Adanya peserta didik yang marah atau emosi ketika keinginannya tidak terpenuhi.

9. Adanya peserta didik yang memiliki sikap yang tidak baik yaitu suka berkata-kata kotor kepada teman- temannya.

10. Adanya peserta didik yang memiliki perilaku yang ingin selalu dipuji jika ia mengerjakan sesuatu yang dia anggap bermanfaat dan bagus.

Berdasarkan identifikasi maka peneliti membatasi masalah sebagai berikut:

1. Upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari segi fisik.

2. Upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari segi emosional.

Berdasarkan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana Upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat?.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari segi fisik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

2. Upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari segi emosional di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditemukasebelumnya, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

a. Peserta didik, sebagai masukan untuk bisa menerima perubahan

yang terjadi pada masa remaja atau masa pubertas.

b. Orang tua, sebagai acuan untuk lebih menaruh perhatian pada anak yang sedang mengalami masa puberas.

c. Bagi Guru BK, selaku pihak yang memiliki tanggung jawab memahami masalah yang dihadapi oleh remaja pada masa pubertas, serta dapat memberi bantuan atau layanan yang tepat bagi remaja remaja tersebut.

d. Bagi Sekolah, sebagai bahan untuk menjaga citra sekolah agar tidak terjadi masalah yang bisa membuat nama sekolah tidak baik di masyarakat karna ulah peserta didik yang belum paham atau yang belum menerima perubahan yang ada masa remaja tersebut.

e. Bagi Penulis, sebagai bahan menambah wawasan dan ilmu

pengetahuan dalam

mempersiapkan diri sebagai guru BK yang profesional. Serta syarat untuk menyelesaikan tugas akhir skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar strata satu dari jurusan Program Studi Bimbingan dan Konseling di STKIP PGRI Sumatera Barat.

f. Bagi Pengelola Prodi BK, agar dapat mempersiapkan mahasiswa Bimbingan dan Konseling dengan ilmu pengetahuan. Serta dapat mempersiapkan lulusan yang memiliki wawasan, keterampilan, nilai, dan sikap.

g. Bagi Peneliti Selanjutnya, memberikan sumbangan pikiran dari penulis untuk ilmu pengetahuan, wawasan dan sebagai acuan dan bahan masukan pada peneliti selanjutanya. Dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda.

Metode Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah dan tujuan yang telah dirumuskan pada bagian terdahulu, maka jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

(8)

7 Menurut Iskandar (2009: 61)

Penelitian deskriptif merupakan penelitian untuk pemberi uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih (independent) berdasarkan indikator-indikator dari variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan antara variabel yang diteliti guna untuk eksplorasi dan klasifikasi dengan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah variabel yang diteliti.

Pendapat tersebut senada dengann Arikunto (2006: 129) mengemukakan

“penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengumpulkan informasi mengenai suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 25 Mei 2016. Adapun tempat atau lokasi untuk melaksanakan penelitian ini adalah di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat. Alasan peneliti memilih, tempat ini adalah karena masalah yang akan diteliti ditemukan pada peserta didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas VII dan VIII di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat yang terdaptar pada tahun ajaran 2015/2016.

Suharsimi Arikunto (2002: 112) menjelaskan bahwa “jika subjek sampelnya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi”. Berdasarakan pendapat ini, maka peneliti menetapkan sampelnya keseluruhan kelas VII dan kelas VIII. Maka peneliti menggunakan teknik total sampling.

Jenis data pada penelitian adalah interval. Menurut Yusuf (2005: 133) variabel adalah antara kategori dalam variabel ini dapat diketahui selisih atau jumlahnya. Sedangkan menurut Riduwan (2011: 85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain mempunyai bobot yang sama

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Bungin (2011:132) data primer adalah “Data yang langsung diperoleh

dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian”. Jadi sumber data yang digunakan langsung ke objek penelitian yaitu peserta didik kelas VII dan VIII di SMPN 04 Sungai Aur.

Penelitian ini untuk mendapatkan data sesuai dan sumber data yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu angket. Menurut Riduwan (2010: 71) angket merupakan”daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yag bersedia memberikan respon (responden) sesuai dengan permintaan pengguna”.

Tujuannya adalah mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden sedangkan model angket yang digunakan adalah angket tertutup yang alternatif jawabannya sudah ditetapkan sebelumnya (Yusuf,2005: 256)

Uji validitas data dapat dilakukan untuk melihat apakah istrumen mampu mengukur variabel masalah yang terjadi pada peserta didik pada masa puberitas, untuk menguji validitas dan menyeleksi pernyataan- pernyataan yang dapat dipakai dalam penelitian dengan jumlah peserta didik praktik.

Menurut Riduwan (2012:73) “jika instrumen dikatakan valid berarti menunjukkan alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid sehingga valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Untuk menghitung validitas alat ukur digunakan rumus person product moment

(∑ ) − (∑ ) ∙ (∑ )

∙ ∑ − (∑ ) ∙ { ∙ ∑ − (∑ )

Keterangan :

: Koefisien Korelasi x : Jumlah skor item Yi : Jumlah skor total N :Jumlah Responden Uji reliabilitas dilakukan untuk mendapatkan tingkat ketepatan alat pengumpulan data (instrumen) yang digunakan. Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan rumus alpha (Riduwan, 2012:74)

Keterangan:

: Nilai Reabilitas

∑ : Jumlah varians skor tiap-tiap item : Varians Total

k : Jumlah item

(9)

8 Hasil dan Pembahasan

Secara umum upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman dapat diketahui bahawa dari 40 peserta didik, terdapat 3 orang dengan persentase (7,5%) berada pada kategori sangat baik , kemudian sebanyak 7 orang dengan persentase (17,5%) berada pada kategori baik, dan sebanyak 17 orang dengan persentase (42,5%) berada pada katergori cukup baik kemudian sebanyak 13 orang dengan persentase (32,5%) berada pada kategori kurang baik dan sebanyak 0 orang dengan persentase (0,0%) berada pada kategori sangat kurang baik.

Hal ini mengungkapkan bahwa secara umum frekuensi tertinggi upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik berada pada kategori cukup baik ditinjau dari perubahan proposi tubuh, perubahan ukuran tubuh, perubahan ciri-ciri seks primer, perubahan ciri-ciri seks sekunder, emosi cinta, emosi marah dan emosi takut, , yakni 17 orang dengan persentase (42,5%).

Ridwan (2008:115) menyatakan pubertas adalah priode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah dari makhluk aseksual menjadi mahluk seksual.

Masa pubertas adalah suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat- alat seksual dan tercapainya kemampuan alat reproduksi. Masa ini biasanya berlangsung saat anak berusia 11 sampai 15 tahun untuk perempuan, dan untuk laki-laki usia 12 sampai 16 tahun. Yang penting pada masa puber ini adalah penekanan aristoteles pada perubahan- perubahan perilaku anak puber bahwa anak perempuan yang lagi puber akan mudah marah, penuh gairah, sangat rajin, dan selalu memerlukan pengawasan karena berkembangnya dorongan-dorongan seksual.

Hal ini terlihat dalam masalah fisik, terutama dalam hal perubahan yang menyangkut ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, perkembangan ciri-ciri seks primer dan perkembangan ciri-ciri seks sekunder. Dan masalah emosional, terutama emosi cinta, emosi marah dan takut.

1. Upaya Guru BK dalam Mengatasi Masalah Pubertas Peserta Didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Dilihat dari Perubahan Proposi Tubuh

Berdasarkan data yang diperoleh maka upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat dilihat dari aspek perubahan proposi tubuh, upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas dilihat dari aspek perubahan proposi tubuh ada 2 orang dari 40 orang peserta didik dalam kategori sangat baik dengan persentase (5,0%), kategori baik berjumlah 6 dari 40 peserta didik dengan persentase (15,0%), kategori cukup baik berjumlah 9 dari 40 peserta didik dengan persentase (22,5%), kategori kurang baik berjumlah 11 dari 40 peserta didik dengan persentase (27,5%) dan kategori sangat kurang baik berjumlah 12 dari 40 peserta didik dengan persentase (30.0%)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek perubahan proposi tubuh berada pada kategori sangat kurang baik dengan rata-rata 30,0%.

2. Upaya Guru BK dalam Mengatasi Masalah Pubertas Peserta Didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Dilihat dari Segi Perubahan Ukuran Tubuh

Berdasarkan data yang diperoleh maka upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek perubahan ukuran tubuh, upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek perubahan ukuran tubuh ada 2 orang dari 40 orang peserta didik dalam kategori sangat baik dengan persentase (5,0%), kategori baik berjumlah 5 dari 40 peserta didik dengan persentase (12,5%), kategori cukup baik berjumlah 9 dari 40 peserta didik dengan persentase (22,5%), kategori kurang baik berjumlah 15 dari 40 peserta didik dengan persentase (37,5%) dan kategori sangat kurang baik berjumlah 9 dari 40 peserta didik dengan persentase (22,5%)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa bentuk upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari pendekatan konseling realitas dilihat dari aspek perubahan ukuran tubuh berada pada kategori kurang baik dengan rata-rata 37,5%.

(10)

9 3. Upaya Guru BK dalam Mengatasi

Masalah Pubertas Peserta Didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Dilihat dari Segi Perubahan Ciri-Ciri Seks Primer Berdasarkan data yang diperoleh maka upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta dilihat dari aspek perubahan ciri-ciri seks primer, upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek perubahan ciri-ciri seks primer ada 2 orang dari 40 orang peserta didik dalam kategori sangat baik dengan persentase (5,0 %), kategori baik berjumlah 2 dari 40 peserta didik dengan persentase (5,0%), kategori cukup baik berjumlah 5 dari 40 peserta didik dengan persentase (12,5%), kategori kurang baik berjumlah 18 dari 40 peserta didik dengan persentase (45,0%) dan kategori sangat kurang baik berjumlah 13 dari 40 peserta didik dengan persentase (32,5%).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari pendekatan perilaku kaku dilihat dari aspek perubahan ciri-ciri seks primer berada pada kategori kurang baik dengan rata-rata 45,0%.

4. Upaya Guru BK dalam Mengatasi Masalah Pubertas Peserta Didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Dilihat dari Segi Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder Berdasarkan data yang diperoleh maka upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek perubahan ciri-ciri seks primer, upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek perubahan ciri-ciri seks sekunder ada 0 orang dari 40 orang peserta didik dalam kategori sangat baik dengan persentase (0,0 %) ,3 orang dari 40 orang peserta didik dalam kategori dengan persentase baik (7,5 %) kategori cukup baik berjumlah 5 dari 40 peserta didik dengan persentase (12,5%), kategori kurang baik berjumlah 8 dari 40 peserta didik dengan persentase (20,0%) dan kategori sangat kurang baik berjumah 24 dari 40 peserta didik dengan persentase (60,0%).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek perubahan ciri- ciri seks sekunder berada pada kategori sangat kurang baik dengan rata-rata 60,0%.

5. Upaya Guru BK dalam Mengatasi Masalah Pubertas Peserta Didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Dilihat dari Segi Emosi Cinta

Berdasarkan data yang diperoleh maka upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek emosi cinta, upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta dilihat dari aspek emosi cinta ada 1 orang dari 40 orang peserta didik dalam kategori sangat baik dengan persentase (2,5%), 1 orang dari 40 orang peserta didik dalam kategori baik dengan persentase (2,5%), kategori cukup baik berjumlah 4 dari 40 peserta didik dengan persentase (10,0%).kategori kurang baik berjumlah 12 dari 40 peserta didik dengan persentase (30,0%) dan kategori sangat kurang baik berjumlah 22 dari 40 peserta didik dengan persentase (55.0%).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek emosi cinta berada pada kategori sangat kurang baik dengan rata-rata 55,0%.

6. Upaya Guru BK dalam Mengatasi Masalah Pubertas Peserta Didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Dilihat dari Segi Emosi Marah

Berdasarkan data yang diperoleh maka upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek emosi marah, upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek emosi marah ada 1 orang dari 40 orang peserta didik dalam kategori sangat baik dengan persentase (2,5 %), kategori baik berjumlah 1 dari 40 peserta didik dengan persentase (2,5%), kategori cukup baik berjumlah 2 dari 40 peserta didik dengan persentase (5,0%), kategori kurang baik berjumlah 16 dari 40 peserta didik dengan persentase (40,0%).dan kategori sangat kurang baik 20 dari 40 peserta didik dengan persentase (50,0%)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek emosi marah berada pada kategori sangat kurang baik dengan rata-rata 60,0.

(11)

10 7. Upaya Guru BK dalam Mengatasi

Masalah Pubertas Peserta Didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat Dilihat dari Segi Emosi Takut

Berdasarkan data yang diperoleh maka upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek emosi takut, upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek emosi takut ada 1 orang dari 40 orang peserta didik dalam kategori sangat baik dengan persentase (2,5%), kategori baik berjumlah 2 dari 40 peserta didik dengan persentase (5,0%), kategori cukup baik berjumlah 2 dari 40 peserta didik dengan persentase (5,0%). Sedangkan kategori kurang baik berjumlah 21 dari 40 peserta didik dengan persentase (52,5) dan kategori sangat kurang baik berjumlah 14 dari 40 peserta didik dengan persentase(35,0%).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek emosi takut berada pada kategori kurang baik dengan rata- rata 52,5%.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan temuan hasil penelitian mengenai

“Upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik di SMPN 04 Sungai Aur Kabupaten Pasaman Barat”, dapat disimpulkan bahwa secara umum berada pada kategori cukup baik. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan indikator dari penelitian ini adalah upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari aspek yaitu:

1) perubahan proposi tubuh 2) perubahan ukuran tubuh 3) perubahan ciri-ciri seks primer 4) perubahan ciri-ciri seks sekunder 5) emosi cinta 6) emosi marah 7) emosi takut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas dilihat dari segi fisik berada pada kategori cukup baik.

2. Upaya guru BK dalam mengatasi masalah pubertas peserta didik dilihat dari segi emosional berada pada kategori cukup baik.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dalam penelitian ini, peneliti ingin mengajukan beberapa saran kepada:

1. peserta didik, sebagai masukan untuk bisa menerima perubahan yang terjadi pada masa remaja atau masa pubertas.

2. Bagi orang tua, sebagai acuan untuk lebih menaruh perhatian pada anak yang sedang mengalami masa pubertas.

3. Bagi Guru BK,. selaku pihak yang memiliki tanggung jawab dapat memahami masalah yang dihadapi oleh remaja pada masa pubertas, serta dapat memberi bantuan atau layanan yang tepat bagi remaja remaja tersebut.

4. Bagi Sekolah, sebagai bahan untuk menjaga citra sekolah agar tidak terjadi masalah yang bisa membuat nama sekolah tidak baik di masyarakat karna ulah peserta didik yang belum paham atau yang belum menerima perubahan yang ada masa remaja tersebut.

5. Bagi Pengelola Prodi BK, agar dapat mempersiapkan mahasiswa Bimbingan dan Konseling dengan ilmu pengetahuan. Serta dapat mempersiapkan lulusan yang memiliki wawasan, keterampilan, nilai, dan sikap.

6. Bagi Peneliti Selanjutnya, memberikan sumbangan pikiran dari penulis untuk ilmu pengetahuan, wawasan dan sebagai acuan dan bahan masukan pada peneliti selanjutanya. Dan sumber informasi untuk melakukan penelitian selanjutnya dengan variabel yang berbeda

KEPUSTAKAAN

Amin, Samsul Munir. 2010. Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: Bumi.

Al-Mighwar, Muhammad. 2006. Psikologi Remaja. Bandung: Pustaka Setia.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek).Jakarta:

Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian (suatu pendekatan praktek).Jakarta:

Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2011. Metodologi penelitian kuantitatif (Komunikasi, ekonomi dan kebijakan publik serta ilmu-ilmu sosial lainya). Jakarta: Kencana.

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Desmita. 2012. Psikologi Perkembangan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

(12)

11 Prayitno Elida. 2006. Psikologi Perkembangan

Remaja. Padang: Angkasa Raya.

Ridwan. 2008. Bimbingan dan Konseling di Sekolah.. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Jakarta: Alfabeta.

Riduwan. 2011. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Jakarta: Alfabeta.

Riduwan. 2012. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Jakarta: Alfabeta.

Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Madrasah (berbasis integrasi).

Jakarta: Rajawali Prers.

Iskandar. 2009. Metode Penelitian dan Sosial (kuantitatif dan kualitatif). Jakarta:

Persada Press.

Yusuf, A Muri. 2005. Metodologi Penelitian”

Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah”.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

kerjasama guru BK dengan guru PAI dalam meningkatkan pemahaman agama peserta didik di SMAN 1 Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan dilihat dari dari kerjasama guru BK dengan guru