• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI ORANG JUJUR DISAYANG ALLAH DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI ORANG JUJUR DISAYANG ALLAH DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

582 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI ORANG JUJUR DISAYANG ALLAH DENGAN MODEL

COOPERATIVE LEARNING

OCKY HENDRAWAN1 Email [email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan pendekatan cooperative learning dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PAI materi Orang jujur disayang Allah kelas V di SDN 1 Luwe Hilir.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas pada peserta didik kelas V di SDN 1 Luwe hilir. Dari hasil observasi melalui prasiklus dapat diketahui metode yang digunakan belum mengedepankan pembelajaran aktif dan cenderung terjadi komunikasi satu arah. Hal ini dapat dilihat dari keaktifan pada saat pembelajaran berlangsung,dengan adanya hasil belajar yang belum optimal artinya belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Obyek penelitian ini adalah di SDN 1 Luwe Hilir. Subyek yang diteliti adalah siswa kelas V yang berjumlah 8 peserta didik.

Penelitian ini dilaksanakan tiga tahap yaitu tahap prasiklus, siklus I, siklus II. Pada tahap prasiklus, keaktifan belajar peserta didik mempunyai prosentase 41,6 % dan rata-rata tes akhir 65. Pada siklus I keaktifan belajar peserta didik meningkat menjadi 66,6 % dan rata- rata tes akhir 68. Pada siklus II keaktifan belajar peserta didik mengalami peningkatan yaitu dapat diprosentasekan menjadi 78,57% dan rata-rata tes akhir peserta didik adalah 75. Dari tiga tahap tersebut terlihat bahwa adanya peningkatan setelah diterapkan model cooperative learning.

Kata Kunci : Hasil belajar, Jujur, Cooperative Learning

Pendahuluan

Proses pembelajaran di sekolah sebagai suatu aktivitas mengajar dan belajar yang di dalamnya terdapat dua subyek yaitu guru (pendidik) dan siswa sebagai peserta didik. Tugas dan tanggung jawab utama dari seorang guru adalah menciptakan pembelajaran yang efektif, efisien, kreatif, dinamis, dan menyenangkan.

Untuk menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien, maka guru dapat melakukan upaya-upaya penting dalam proses pembelajaran, salah satunya adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat. Kedudukan model pembelajaran dipandang paling punya peran strategis dalam upaya mendongkrak keberhasilan proses belajar mengajar.

Dalam proses pembelajaran, diperlukan adanya suatu pembelajaran yang menarik, mudah dipahami, membuat aktif peserta didik dan tidak membosankan yang dapat menumbuhkan interaksi antar peserta didik (Surawan, 2020: 95). Oleh karena itu, agar pembelajaran bisa menyenangkan, guru memerlukan model pembelajaran yang aktif dan inovatif.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan terhadap siswa kelas V di SDN 1 Luwe Hilir, diperoleh gambaran tingkat hasil belajar PAI pada materi orang jujur disayang Allah yang belum optimal, masih terdapat beberapa siswa yang hasil belajarnya masih dibawah KKM. Hal itu disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan guru masih kurang berpariasi misalnya metode ceramah dan kurang memberi kesempatan pada siswa untuk melakukan tanya jawab dan saling

(2)

583 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam berinteraksi. Siswa masih banyak yang kurang bertanya kepada guru tentang materi yang belum dimengerti, karena mereka beranggapan bahwa pembelajaran PAI itu kurang menarik, siswa beranggapan bahwa guru sebagai satu-satunya sumber belajar karena hanya guru nya yang lebih aktif dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung sedangkan peserta didik hanya mendengar materi yang disampaikan oleh guru tanpa adanya proses pembelajaran yang aktif dan inovatif.

Oleh sebab itu perlu diterapkan suatu model tertentu dalam pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa secara keseluruhan, memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal sekaligus mengembangkan aspek afektif, kognitif dan psikomotor. Salah satu model yang dapat memotivasi siswa dalam belajar, meningkatkan hasil belajar siswa dan menumbuhkan minat siswa sehingga memuncukan suasana yang mendukung dalam belajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning.

Model pembelajaran Cooperative learning merupakan pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama peserta didik dalam tugas-tugas yang terstruktur. Dalam model Cooperative learning, siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan sebagainya. Adapun tujuan dari model Cooperative learning adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakang.

Melihat betapa pentingnya model pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa, oleh karena itu dengan model pembelajaran Cooperative learning diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PAI materi orang jujur disayang Allah. Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengambil judul tentang Upaya meningkatkan hasil belajar pada materi orang jujur disayang Allah dengan model cooperative learning pada siswa kelas V SDN 1 Luwe Hilir semester ganjil tahun ajaran 2021/2022

Metode Penelitian

Dalam metode penelitian ini, peneliti menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang memfokuskan pada proses belajar di kelas, dan memperhatikan guru dalam mengajar dikelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan penelitian yang dilaksanakan di kelas dengan memfokuskan pada permasalahan yang dialami oleh siswa dan guru, baik ditinjau dari segi metode, media, penguasaan kelas selama proses pembelajaran, maupun tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran. Guru dan kolaboratif bekerja sama untuk memecahkan permasalahan tersebut, sehingga siswa mengalami dan memperoleh hasil yang maksimal.

Dasar untuk mencapainya suatu penelitian ini, maka diperlukan data yang mempunyai validitas yang tinggi. Dalam penelitian ini penulis menggunakan triangulasi metode yaitu:

1. Metode Dokumentasi

(3)

584 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip yang digunakan dalam kerangka atau landasan teori, penyusunan hipotesis secara tajam.

Metode ini dilakukan untuk memperoleh daftar nama peserta didik yang termasuk dalam subjek penelitian, data-data yang berkaitan dengan madrasah mulai dari struktur organisasi, daftar nama peserta didik yang menjadi subjek penelitian, nilaiformatifmateriterakhirsebelumpemberiantindakandansebagainya.

Selainitujugadigunakanuntukpengambilangambarpesertadidikdalammelaksanaka nmodel cooperative learning.

2. Metode Observasi Sistematik

Observasi sistematik yaitu observasi dimana faktor-faktor yang sudah diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah didaftar menurut kategorinya.

Metode ini digunakan untuk mengamati kegiatan guru dan peserta didik dalam proses pembelajaran sehingga dapat diketahui apakah proses pembelajaran berlangsung efektif atau tidak. Selain itu untuk meneliti tingkat keaktifan peserta didik selama proses pembelajaran melalui aktivitas yang dilakukannya selama proses pembelajaran berlangsung.

Instrumen pengamatan disusun berdasarkan indikator-indikator yang bias mengukur tercapainya kompetensi dasar dan indicator pembelajaran pada materi orang jujur disayang Allah. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana peran aktif dari peserta didik dalam proses pembelajaran dengan mengunakan model cooperative learning.

3. MetodeTes

Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya tingkat kemampuan manusia secara tidak langsung yaitu melalui respon seseorang terhadap sejumlah stimulus atau petanyaan. Tes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa terhadap penguasaan materi pembelajaran dengan model cooperative learning. Dengan menggunakan tes ini peneliti akan mengetahui apakah hasil belajar, mengalami peningkatan sesuai dengan yang diharapkan peneliti.

Hasil Penelitian

Pembahasan yang diuraikan disini lebih banyak didasarkan atas hasil pengamatan yang dilanjutkan dengan kegiatan refleksi.

1. Prasiklus

Pada tahap pra siklus ini, menunjukan bahwa hasil belajar peserta didik tahun 2021/2022 adalah 65 dan prosentase keaktifan peserta didik sebesar 37,5%.

Pada tahap pra siklus tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik belum terlibat aktif secara penuh dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa adalah sebagai indikator adanya semangat belajar dalam proses pembelajaran. Peserta didik yang kesiapannya matang dalam pembelajaran dan aktif dalam kelas menunjukkan adanya semangat atau keinginan untuk bisa. Rendahnya semangat belajar peserta didik pada kelas V yang menjadi obyek penelitian dapat ditunjukkan dari prosentase hasil penilaian keaktifan yaitu sebesar 41,6 % yang masih berada di bawah ketentuan yaitu 75 %.

Sebelum melaksanakan siklus I ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi untuk pelaksanakan tindakan pada siklus I, yaitu:

a. Pelaksanaan pembelajaran masih pada komunikasi satu arah yaitu guru ceramah dan siswa hanya mendengarkan.

b. Pembelajaran hanya ada dikelas belum pernah mengubah suasana belajar.

(4)

585 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam c. Belum ada perubahan formasi kelas.

d. Adanya penerapan satu metode yaitu ceramah, membuat peserta didik mudah jenuh dan perhatian siswa belum terfokus pada pembelajaran.

Dari refleksi di atas didapatkan beberapa permasalahan proses belajar mengajar di kelas berkaitan dengan hasil belajar peserta didik. Permasalahan tersebut kemudian didiskusikan dengan kolaborator untuk mencari solusi tersebut yaitu mengubah suasana belajar dan mengubah model dan metode pembelajaran.

Model dan metode yang diterapkan dalam pembelajaran adalah Model cooperative learning. Solusi ataupun hasil diskusi tersebut akan diterapkan menjadi sebuah tindakan untuk tahap berikutnya yaitu pada siklus I.

2. Siklus I

Pelaksanaan pada siklus I belum menunjukan adanya hasil yangdiharapkan dari penggunaan Model cooperative learning dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari persentase peserta didik yang aktif dalam pembelajaran hanya sebesar 66,6 % (terlampir), sedangkan sisanya masih belum memberikan perhatian terhadap apa yang dilakukan oleh guru. Dalam pembelajaran terlihat siswa diam aktif mendengarkan dan ketika diskusi mereka asyik ngobrol, bercanda dengan teman dalam diskusi. Dalam berdiskusi masihada peserta didik yang belum aktif dan dalam pengerjaan tugas masih menyontek hasil pekerjaan temannya.

Dalam menyelesaikan tes, persentase nilai ketuntasan klasikal yang diraih kelas sebanyak 79,6 % dan nilai rata-rata yang dicapai 68 (terlampir) yang berada di bawah standar yang ditentukan KKM yaitu 70, maka dapat dikatakan bahwa pada siklus I belum mencapai ketuntasan klasikal yaitu sebesar 79,6. % dan ini sudah memenuhi indikator yang ditetapkan sebesar 75%.

Ini berarti hasil yang dicapai pada siklus I belum maksimal, maka perlu adanya siklus lanjutan serta perbaikan dari refleksi siklus I.

Ketidak berhasilan siklus I terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu perencanaan yang dilakukan guru pada siklus I masih banyak kekurangan dan terlihat belum matang, selain itu guru juga terlalu cepat dalam menjelaskan materi pelajaran serta kurang memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta didik.

Dari pengamatan yang telah dilakukan secara menyeluruh oleh observer tampak bahwa proses pembelajaran masih kurang lancar. Kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam berdiskusi belum maksimal. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan dalam melaksanakan tindakan pembelajaran dikelas. Kemudian peneliti melanjutkan pada siklus II dengan materi lanjutan.

Kekurangan dalam siklus I menjadi bahan pertimbangan yang penting bagi guru pada saat pelaksanaan siklus II. Sebab siklus II merupakan penyempurnaan dari siklus I. Dan siklus II harus lebih baik dari pada siklus I.

Dari hasil pengamatan pada tahap siklus I tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik mulai ada peningkatan kesiapan belajar maupun keaktifannya dalam proses pembelajaran. Keaktifan siswa adalah sebagai indikator adanya semangat belajar dalam proses pembelajaran.

3. Siklus II

Pada siklus II guru sudah lebih memperhatikan dan memberi bimbingan yang lebih baik khususnya pada peserta didik yang belum tuntas pada siklus I.

Pada siklus II ini guru juga memberikan waktu pada siswa untuk menanyakan kesulitan dalam pembelajaran. Disamping itu pada siklus II ini peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran yaitu 78,51% (terlampir), prosentase ini melampaui indikator yang telah ditetapkansebelumnya yaitu 75% dan dari tugas yang diberikan oleh guru, mereka menjawab dengan lengkap dan sudah banyak yang benar.

(5)

586 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Selain itu pada siklus II ketuntasan klasikal yang dicapai adalah 79,16%

dengan nilai rata-rata 75 (terlampir). Hal ini terjadi karena banyak hal yaitu :

a. Dari hasil pengamatan terhadap peserta didik diperoleh temuan sebagai berikut.

1) Sudah ada peningkatan pada siklus II yaitu semua individu dapat menunjukan pemahaman terhadap materi yang disampaikan

2) Pada siklus II ini peserta didik lebih aktif dalam pembelajaran yaitu sebesar 78,51%.

b. Dari pengamatan terhadap guru diperoleh hasil sebagai berikut.

Guru sudah bisa memberikan bimbingan kepada peserta didik yang malu bertanya/pasif serta bisa memberikan motivasi sehingga peserta didik lebih aktif bertanya dan lebih berani menjawab kuis.

Dari hasil pengamatan pada tahap siklus II tersebut dapat disimpulkan bahwa peserta didik hampir secara keseluruhan terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Peserta didik keseluruhan terlibat aktif dalam melaksanakan pembelajaran.

Walaupun ada satu peserta didik yang pasif dalam pembelajaran yang duduk dibelakang dan sering bermain sendiri ternyata diteliti lebih lanjut anak tersebut hanya kurang siap menerima materi pembelajaran dan akhirnya anak tersebut pun dapat mengikuti pembelajaran seperti teman lainnya.

Keaktifan belajar peserta didik jika dibandingkan dengan tahap pra siklus dan siklus I telah mengalami peningkatan dari sebelumnya.

Berkaitan dengan hasil tes akhir yang dilakukan diakhir pembelajaran pada siklus II didapat bahwa rata-rata hasil tes pada siklus II yaitu 75 dan persentase ketuntasan klasikalnya adalah 79,16 % yang berada di atas pada standar yang ditentukan yaitu diatas 70.

Model cooperative learning ternyata dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik dalam materi pembelajaran orang jujur disayang Allah.

Dengan kata lain bahwa Model cooperative learning yang lebih bervariasi tersebut dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar peserta didik. Sehingga dapat dikatakan bahwa langkah yang telah dilakukan oleh guru dalam menerapkan Model cooperative learning merupakan langkah yang tepat. Dapat dilihat bahwa dari model pembelajaran yang berbeda dan lebih pariatif dari yang sebelumnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kesimpulan

Berdasarkan deskripsi data dan analisis penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar pada materi orang jujur disayang Allah dengan Model cooperative learning pada siswa kelas V di SDN 1 Luwe Hilir semester ganjil tahun ajaran 2021/2022. Dengan menggunakan Model cooperative learning dalam pembelajaran PAI materi orang jujur disayang Allah ternyata efektif dan dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik kelas V SDN 1 Luwe Hilir. Hal ini dapat ditunjukan pada peningkatan hasil akhir tiap siklus yaitu pada prasiklus persentase keaktifan sebesar 41,6%, rata-rata hasil belajar sebesar 65, dan ketuntasan klasikal 37,5%. Pada siklus I persentase keaktifan sebesar 66,6%, rata- rata hasil belajar sebesar 68, dan ketuntasan klasikal 79%. Pada siklus II persentase keaktifan sebesar 79,57%, rata-rata hasil belajar sebesar 75, dan ketuntasan klasikal.

(6)

587 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Daftar Pustaka

Baharudin dan Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar & Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar- Ruzz Media).

Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada:2014).

Oemar Malik, Proses Belajar Mengajar ( Jakarta, PT Bumi Aksara, 2013).hlm

Nashar, Peranan Motivasi dan Kemampuan Awal Dalam Kegiatan Pembelajaran, Cet.2, Dillia Press, Jakarta, 2004

Udin.S. Winaputra, Teori Belajar dan Pembelajaran, Universitas Terbuka Jakarta, 2008

Oemar Hamalik, proses Belajar Mengajar.(Bandung: Bumi Aksara, 2006) Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2007).

Muhammad Thobroni & Arif Mustofa, Belajar & Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), Cetakan II

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2000)

Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter: Kajian Teori dan Praktik di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012)

Ibnu Burdah, Pendidikan Karakter Islami (Erlangga, 2013)

Fuad Abdul Aziz Asy-Syalhub dan Haris bin Zaidan Al-Muzaidi, Panduan Etika Muslim Seharihari (Surabaya: Pustaka Elba, 2011)

Muhasim, “Budaya Kejujuran Dalam Menghadapi Perubahan Zaman (Studi Fenomenologi Masyarakat Islam Modern)”, Studi Keislaman dan Ilmu Pendidikan, (Mei 2017), Vol. 5

Srijanti, dkk, Etika Membangun Masyarakat Islam Modern (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2006)

Kesuma, dkk, Pendidikan.

https://mughits-sumberilmu.blogspot.com/2011/10/allah.html

Trianto M.Pd,Mendesain model pembelajaran inovatif‐progresif, (jakarta: kencana) Isjoni, Cooperative learning, (Bandung: Alfabeta 2011)

Trianto,M.Pd, Mendesan model Pembelajaran Inovatif‐progresif (jakarta : kencana, 2009)

Novi Emildadiany, Cooperative Learning-Teknik Jigsaw (http: www.yahoo.com, diakses 18 Februari 2009 ).

(7)

588 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam Zainal Aqib, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung : Yrama Widya, 2008)

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004) Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006),

edisi revisi

Djemari Mardapi, Teknik Penyusunan Instrumen Tes Dan Non Tes, (Yogyakarta:

Mitra Cendikia Press, 2008)

Departemen Pendidikan Direktorat Jenderal Pendidikan dasar dan Menengah, Penelitian Tindakan (Action Research)s, (Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan, 1999)

Suharsimi Arikunto, dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007) Surawan. (2020). Dinamika Dalam Belajar : Sebuah Kajian Psikologi Penelitian.

Yogyakarta : K-Media.

(8)

589 Vol. 1 No. 1 September 2021| Seminar Nasional Pendidikan Profesi Guru Agama Islam

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan rumusan masalah yang telahdiuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah “peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Team Assisted Individualization (TAI)

Dari tabel dan grafik diatas dapat diketahui bahwa di siklus I dengan tindakan penerapan model pembelajaran Cooperative Learning hasil belajar siswa pada materi

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti mengambil kesimpulan penggunaan model pembelajaran Cooperative metode STAD dengan pemanfaatan alat peraga dalam pembelajaran

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Hasil Bel ajar Siswa Dengan Menggunakan Pendekatan

Berdasarkan latar belakang, salah satu upaya dalam membantu terwujudnya tujuan pendidikan adalah dengan melaksanakan penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan

Puji syukur pada Tuhan Yesus atas segala berkat dan karuniaNya, sehingga skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Model Cooperative

Berdasarkan latar belakang ini maka peneliti mempunyai pemikiran untuk melakukan penelitian dengan judul : “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama Buddha Melalui Model