• Tidak ada hasil yang ditemukan

upload_korespondensi.pdf - sipeg unj

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "upload_korespondensi.pdf - sipeg unj"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Nomer : 02/MJH.012/2021 Lampiran : -

Hal : Pemberitahuan Penerbitan dan Pembayaran Kontribusi

Kepada

Yth. Elindra Yetti

Penulis Harmonia Terbitan Bulan Desember 2021

Dengan hormat,

Kami mengucapkan selamat kepada saudara karena artikelnya diterima dan akan diterbitkan pada Vol. 21 Nomer 2 tahun 2021. Berkaitan dengan hal tersebut, saudara dibebani biaya sebesar Rp 3.750.000,- (Tiga Juta Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah). Rincian biaya sebesar Rp 3.000.000,- untuk keperluan: (1) manajemen jurnal; (2) biaya cetak; dan (3) biaya pengiriman jurnal versi cetak sebanyak 2 eksemplar kepada setiap penulis, dan sebesar Rp 750.000,-. untuk biaya translate. Pembayaran dapat dilakukan melalui transfer paling lambat Hari Selasa, 21 Desember 2021 melalui bendahara Jurnal Harmonia atas nama:

Malarsih

Rek. BNI Nomer: 0449248147 HP. 085640668862

Demikian pemberitahuan kami, atas kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.

Semarang, 12 Desmber 2021 a.n Pengelola Jurnal Harmonia

Dr. Udi Utomo, M.Si.

(2)

AKTIVITAS BRAINDANCE BERBASIS GERAK DASAR TARI MINANG PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI KOTAMADYA BUKITTINGGI



Elindra Yetti*

Erie Siti Syarah*

*Early Childhood Education, Postgraduate Program, Universitas Negeri Jakarta, Jl. R.Mangun Muka Raya No.11, RT.11/RW.14, Rawamangun, Kec. Pulo Gadung,

Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota, Jakarta, 13220, Indonesia

[email protected]  11pt.

Abstract

Aktivitas bergerak pada anak usia dini sangat penting sekali, karena dengan bergerak dapat mengembangkan kemampuan motorik anak dan juga berdampak pada perkembangan lainnya. Banyak penelitian yang membahas tentang aktivitas gerak atau braindance pada anak usia dini yang dapat meningkatkan kemampuan motorik, bahkan juga dapat mengembangkan potensi lainnya. Kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang merupakan aktivitas bergerak yang dilakukan anak usia 5-6 tahun pada sebuah Lembaga PAUD di Kota Bukittinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keunikan kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang dalam aktivitas gerak anak usia dini di Lembaga PAUD tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan Miles dan Huberman

& Saldana, dan validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi teknik, sumber, dan waktu. Penelitian dilakukan pada lima belas siswa berusia 5-6 tahun di salah satu Lembaga PAUD di Bukittinggi. Hasil penelitian menemukan bahwa, 1) kemampuan motorik anak menjadi lebih baik, 2) munculnya keterampilan gerak anak yang terkoordinasi dengan otak dan rasa, 3) anak menjadi gembira saat melakukan aktivitas gerak braindance, 4) kreativitas gerak anak menjadi lebih berkembang. Penelitian selanjutnya dapat menggali kekayaan tari daerah Indonesia lainnya yang dikembangkan menjadi braindance dalam kegiatan tari pendidikan, sehingga selain dapat mengembangkan kemampuan koordinasi gerak, otak, dan rasa anak juga dapat mengenal budaya daerahnya.

Keywords: Aktivitas braindance. berbasis gerak dasar tari minang, anak usia 5-6 tahun.

INTRODUCTION

Aktivitas gerak anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti olah raga, senam, melakukan gerak dasar, menari, dan lain sebagainya. Aktivitas gerak dapat mengembangkan berbagai kemampuan atau keterampilan anak, baik yang berhubungan dengan gerak tubuh atau kemampuan motorik, namun juga berpengaruh pada sikap dan mental anak. Selain itu aktivitas gerak juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif anak, seperti penelitian yang dilakukan oleh Cheung (2010) bahwa kegiatan tari kreatif yang dirancang berdasarkan empat aspek: (1) pengenalan tema; (2) memperoleh dan mengeksplorasi keterampilan gerakan; (3) kreasi dan ekspresi; dan (4) kinerja dan apresiasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa respon gerakan anak menjadi lebih variatif dan selalu memberikan kejutan kepada guru. Braindance yang dikembangkan oleh Anne Green Gilbert adalah penghangat seluruh tubuh dan otak yang efektif untuk orang-orang dari segala usia. Terdiri dari delapan pola gerak yang menghubungkan sistem saraf pusat. Dengan bergerak melalui pola ini dapat memberikan oksigen ke seluruh tubuh dan mengatur ulang otak bagi anak-anak dan orang dewasa yang melakukan kegiatan tersebut (Gilbert, 2019). Pendapat lain tentang aktivitas gerak braindance menurut Chiang (2017) menjelaskan bahwa braindance rangkaian gerakan fisik yang progresif dan terkontrol serta didasarkan pada delapan pola gerakan utama perkembangan otak.

Penelitian berikutnya adalah braindance dalam konteks pendidikan jasmani di lingkungan

(3)

sekolah, mendukung perkembangan psikomotorik, kognitif, kreatif, serta sosial dan emosional siswa (Lykesas et al., 2020). Berbeda dengan Braindance berbasis tari tradisional yang dimodifikasi dan dikembangkan dengan menggunakan gerak dasar tari Minang dalam penelitian sebelumnya oleh (Yetti, 2019). Braindance berbasis gerak dasar tari Minang dikembangkan mengacu pada delapan (8) gerak braindance yang memadukan antara gerak senam dan dasar gerak tari tradisional Minang, yang disesuaikan dengan kemampuan gerak anak usia dini , serta diiringi musik yang bernuansa Minang. Penelitian Lykesas et al., (2020) menunjukkan bahwa program BrainDance itu penting dan perlu dipahami dalam rangka meningkatkan pendidikan yang terstruktur dan terorganisir melalui implementasi BrainDance dan Analisis Gerakan Laban dalam program tari tradisional untuk anak di Yunani.

Kreativitas dalam dunia yang terus berubah telah dianggap penting dalam berbagai bidang seperti teknologi, seni, ekonomi, sosiologi, serta pendidikan (Kanematsu & Barry, 2016).

Keterampilan berpikir kreatif perlu dikembangkan sejak usia dini agar anak terlatih dalam menghasilkan ide-ide baru dan mampu memecahkan masalah (Carroll & Howieson, 1991).

Seiring dengan meningkatnya minat terhadap kreativitas, guru PAUD perlu mencari cara untuk memperkuat potensi kreatif anak usia dini. Hasil penelitian pun menunjukkan munculnya perilaku kreatif, seperti peningkatan kebebasan berekspresi, kecenderungan untuk mengeksplorasi dan bereksperimen, dan mempertanyakan apa yang diterima secara umum, dianggap sebagai konsekuensi dari implementasi program pendidikan musik dan gerak (Chronopoulou &

Riga, 2012). Beberapa penelitian eksperimental menghasilkan informasi berharga tentang desain dan filosofi program pendidikan, dan tentang metode pengajaran aktivitas musik dan gerakan di taman kanak-kanak (Lobo & Winsler, 2006; Moreno et al., 2011; Tsompanaki, 2019; Williams, 2018).

Tari melibatkan pembelajar dalam proses mengetahui melalui transformasi pengalaman konkret bergerak secara kreatif, merefleksikan gerakan mereka sendiri atau orang lain, mengevaluasi mereka, dan membentuk makna bersama yang baru (Vygotski, 2012) tentang gerakan dan proses kreatif. Kegiatan menari perlu

dilakukan untuk mengembangkan kemampuan imajinasi yang merupakan situasi fantasi, serta penting untuk menawarkan konteks kepada anak- anak dalam ekspresi diri (Chappell, 2007). Tari dalam pendidikan meningkatkan pendidikan seni, budaya, sosial, multikultural dan multidisiplin.

Anak akan berkembang dalam pengetahuan diri, harga diri, otonomi, hubungan antara perasaan, pikiran dan tindakan. Anak akan mampu mengendalikan perasaan dan pikirannya, mengembangkan keterampilan komunikasinya, mengembangkan kepercayaan dengan orang lain dan akan mengembangkan keterampilan kolaboratifnya (Tsompanaki, 2019).

Apalagi di masa pandemi Covid-19 yang melanda dunia, merupakan situasi yang membutuhkan banyak kreativitas manusia untuk bertahan hidup. Menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif sejak dini merupakan hal yang urgen untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi rintangan yang lebih besar (Glaveanu et al., 2020). Pengajaran online dapat dilihat sebagai perubahan besar yang dihadapi oleh para pendidik tari karena pandemi COVID-19. Selama beberapa tahun terakhir, ada banyak diskusi mengenai teknologi dan pendidikan tari, dengan para sarjana menganjurkan penerapan teknologi yang efektif dalam pendidikan tari, sementara juga membongkar keterbatasan teknologi dalam pendidikan tari (Hong et al., 2020). Guru juga berbagi pengalaman kolektif mereka tentang jenis perangkat keras atau alat teknologi yang dapat meningkatkan pengalaman anak dalam pendidikan tari (misalnya, lensa sudut lebar;

tentang aplikasi terbaik dari speaker nirkabel portabel; cara terbaik untuk menggunakan musik dan suara saat berbicara, menggunakan webcam dengan detektor gerakan, menggunakan layar ganda, menyiapkan ruangan belajar untuk tampilan yang lebih baik). Kreativitas para ahli membuat materi yang bijaksana dan informatif, membantu ratusan pendidik tari yang haus akan ide-ide tentang bagaimana memberikan instruksi tari jarak jauh yang efektif dan menarik dapat dijangkau oleh siswa dan para pendidik tari (Schmid & McGreevy-Nichols, 2021). Pembelajaran anak yang terkurung selama pandemi membutuhkan stimulasi yang berbeda dalam meningkatkan berbagai aspek perkembangan (Singh et al., 2020).

(4)

Braindance berbasis gerak dasar tari Minang dikembangkan dari idiom tari tradisional Minang.

Tari tradisional merupakan jenis ekspresi budaya yang menggabungkan latihan fisik, hubungan sosial, serta ekspresi pribadi dan emosional. Semua aspek ini digabungkan untuk menciptakan pengalaman komprehensif yang menyenangkan orang dan meningkatkan keinginan mereka untuk berpartisipasi. Pola gerakan terstruktur dilakukan sebagai respons terhadap rangsangan ritmis dalam jenis tarian ini, yang memungkinkan ekspresi diri (Chatzopoulos et al., 2021). Seperti tarian rakyat di Yunani, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan ditampilkan di setiap peristiwa penting dalam kehidupan. Tarian tradisional Yunani telah terbukti menawarkan keuntungan psikososial dalam beberapa penelitian (Georgios et al., 2017).

Salah satu Lembaga PAUD di Bukittinggi sudah menerapkan kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang pada setiap aktivitas gerak anak.

Kegiatan ini sudah berjalan sejak tahun 2019 sampai saat ini. Sebelumnya aktivitas gerak anak di Lembaga PAUD tersebut hanya melakukan kegiatan olah raga, bermain, dan gerak dasar.

Semenjak kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang diterapkan oleh guru Lembaga PAUD tersebut, anak terlihat senang dan gembira, serta anak dapat bertahan lebih lama dalam aktivitas braindance tersebut. Berdasarkan penelitian relevan dan fenomena yang sudah dijelaskan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji atau membahas keunikan dari kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang dalam aktivitas gerak yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun di salah satu Lembaga PAUD Bukittinggi.

METHOD

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dan merupakan penelitian lapangan pada salah

satu Lembaga PAUD di Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat. Ada 15 anak usia 5-6 tahun yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Data primer dalam penelitian ini adalah kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun di Lembaga PAUD tersebut. Data sekunder adalah terkait profil dan lokasi Lembaga PAUD.

Sumber data primer adalah guru dan orang tua, sedangkan sumber data sekunder adalah kepala sekolah Lembaga PAUD tersebut. Tim peneliti mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tim peneliti melakukan pengamatan terstruktur dengan tahapan: 1) mengamati proses kegiatan pembelajaran, 2) lokasi lembaga PAUD, 3) kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang, dan 4) waktu kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang. Selanjutnya tim peneliti melakukan wawancara pada guru dan orang tua secara terstruktur dengan tahapan: 1) perencanaan wawancara, 2) pelaksanaan wawancara, 3) pengumpulan data wawancara, 4) kegiatan setelah wawancara. Selanjutnya pengumpulan data dokumentasi dilakukan dengan tahapan: 1) menyusun daftar dokumentasi, 2) pengambilan data dengan gambar, video, dan dokumen tertulis, 3) Pengumpulan data dokumentasi. Kemudian setelah pengumpulan data dilanjutkan dengan analisis data yang menggunakan model Miles et al., (2014) dengan tahapan: 1) 1) kondensasi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan.

Validasi data penelitian dilakukan dilakukan dengan triangulasi teknik, sumber, dan waktu.

RESULT AND DISCUSSION

Hasil kajian kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang dan braindance yang dikembangkan oleh Gilbert (2019), dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Ringkasan Analisis Data No Jenis Braindance Gerak

Dasar Tari Minang

Kegiatan Braindance (Guilford)

1 Gerak sambah Menarikan gerak tangan, kaki, badan, dan kepala sesuai dengan gerak dasar tari Minang mulai dari gerak 1 sampai 8, yang diiringi musik nuansa Minang. Dan anak juga bisa mengembangkan gerak sendiri.

Breath Bergerak sesuai dengan 8 gerakan braindance, seperti melakukan gerak senam

2 Gerak pitunggua Tactile touch

3 Gerak Lapiah Jarami Core distal

4 Gerak Pijak baro + Gelek

Head - tile

5 Gerak Langkah Panjang Upper lower

6 Gerak Cabiak kain Body half

7 Gerak Tangan silang - Cross lateral

(5)

langkah silang

8 Gerak Alang Tabang Vestibular

Berdasarkan pengamatan kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang yang terdapat pada tabel 1 pada prinsipnya gerak tersebut memiliki motif gerak yang sama dengan braindance yang asli, namun dimodifikasi dengan menggunakan gerak dasar tari Minang yang memiliki ciri gerak pencak silat dan lebih dinamis serta memberikan penyegaran pada tubuh (Asriati et al., 2019). Kegiatan tersebut menjadikan anak laki-laki dan perempuan senang ketika melakukan aktivitas gerak tersebut. Kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang yang dilaksanakan anak usia 5-6 tahun pada salah satu PAUD di Bukittinggi, dilakukan dengan bentuk gerakan tarian dan diiringi musik nuansa Minang, sehingga anak-anak terlihat ceria dalam mengekspresikan gerakan, karena gerak tari daerah setempat yaitu tari Minang sangat dikenal oleh anak usia dini di PAUD tersebut dan juga musik pengiring menggunakan musik nuansa Minang, seperti yang tampak pada gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang

Berdasarkan data penelitian terkait kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang, terdapat temuan penelitan yang pertama adalah terjadinya perubahan keterampilan motorik anak menjadi lebih bagus. Penelitian Kaufmann dan Dehline (2014) juga menunjukkan bahwa tarian membantu anak meningkatkan koordinasi, keseimbangan, fleksibilitas, dan kontrol atas gerakan mereka. Stamina dan kekuatan fisik semakin meningkat. Menyadari pusat gravitasi mereka dan pergeseran ketegangan otot selama gerakan memberikan penyempurnaan dan kualitas estetika untuk aktivitas fisik yang menyenangkan.

Salah satu komponen keterampilan utama menari

adalah sinkronisasi sensorimotor, yang didefinisikan sebagai koordinasi gerakan berirama dengan ritme eksternal (Repp & Su, 2013).

Kesempatan menari juga menjadi sarana yang menarik untuk membantu anak-anak kecil meningkatkan kemampuan keseimbangan (Chatzihidiroglou et al., 2018). Hal ini membutuhkan perhatian yang besar dari para pendidik anak usia dini, agar dapat menerapkan program yang lebih spesifik untuk perkembangan otak anak, seperti tarian otak yang dimodifikasi.

Temuan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa gerak dasar tari Minang yaitu gerak sambah atau gerak breath yang dilakukan dengan pengaturan nafas berfungsi untuk meredakan perasaan stress. Gerakan bernapas ini memerlukan cara menghirup udara dalam-dalam melalui hidung untuk mengisi perut, diafragma, paru- paru, dan menghembuskan napas melalui mulut.

Aliran oksigen ke otak ditingkatkan, memungkinkan latihan mengalir dengan mudah, meminimalkan stres, otak dan tubuh menjadi segar. Aliran napas juga memberikan dasar untuk keterampilan gerak dan sangat penting untuk semua pembelajaran dan keseimbangan emosional (Lykesas et al., 2020).

Gerak pitnggua atau tactile-touch berfungsi untuk mengembangkan kesadaran tubuh dan integrasi sensorik. Teknik pengenalan tari pada anak sebagai intervensi dini telah banyak diteliti.

Sehingga saat ini dapat dilihat bagaimana menari secara alami akan membangun dan memperkuat rasa percaya diri dan harga diri seseorang, membantu lebih jauh mengurangi perasaan tegang dan tertekan (Gurusathya, 2019). Perasaan nyaman pada anak dapat mengembangkan kemandirian dan juga memiliki percaya diri untuk tampil di depan publik, karena kegiatan gerak tari dapat membangun kepercayaan diri dan mendorong perkembangan potensi anak (Chappell, 2007).

Kreasi BrainDance dapat digunakan sebagai pemanasan atau latihan utama dengan segala usia dan di semua tingkat pembelajaran karena berkontribusi untuk menyelaraskan tubuh, mengatur ulang sistem saraf pusat, mengembangkan fokus dan konsentrasi, melepaskan stres dan meningkatkan keterampilan sosial (Lykesas et al., 2020).

(6)

Temuan penelitian berikutnya adalah anak memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan gerak dengan otak, dan mampu melibatkan perasaan berupa pemberian kesadaran atas posisi gerak dengan pengontrolan yang dilakukan oleh otak. Karena sinkronisasi ritmik, keseimbangan, dan waktu reaksi gerakan telah ditemukan sebagai faktor penting untuk keberhasilan pelaksanaan tarian, kegiatan sehari-hari, dan olahraga lainnya (MacPherson et al., 2009). Kecerdasan kinestetik berhubungan dengan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otak berupa pengetahuan tentang pengaturan gerak tubuh (Gardner, 2008). Gerak dasar tari Minang seperti Langkah Panjang atau upper lower (braindance) dapat meningkatkan kestabilan emosi, dan gerak cabiak kain atau badan berhenti berfungsi untuk menopang penglihatan horizontal. Gerakan ini terkait dengan kemampuan imajinasi dan penalaran analogis yang dapat mengatasi pola berpikir yang tetap dan menemukan berbagai alternatif.

Temuan selanjutnya adalah bahwa gerak dasar tari Minang seperti Lapiah Jarami atau core-distal merupakan gerak yang melatih kesadaran diri terhadap lingkungan sekitar, dan Pijak Baro atau head-tile merupakan gerak untuk melatih reflek gerak kepala seperti yang tampak dalam gambar 2.

Kedua Gerakan tersebut bisa mengembangkan keselarasan tubuh dan ketajaman visual, sehingga bisa membangun keterampilan berpikir berbeda yang merupakan strategi penting dalam menyesuaikan diri dengan keadaan baru (Nikkola et al., 2020). Pemikiran divergen dapat digambarkan sebagai proses mendapatkan kembali pengetahuan yang ada dan mengasosiasikan serta menggabungkan pengetahuan yang tidak terkait dengan cara yang baru dan bermakna (Marron &

Faust, 2018).

Gambar 2. Aktivitas gerak pijak baro yang melatih reflek

gerak kepala

Temuan penting berikutnyaa adalah Gerak tangan silang-langkah silang atau cross lateral bertujuan untuk menyingkronkan gerakan dari sisi tubuh yang berlawanan, membangun jalur antara belahan otak kanan dan kiri, serta mendukung kesadaran tubuh dan pemikiran yang kuat.

Sedangkan gerak alang tabang dan gerak vestibular bertujuan untuk respon keseimbangan dan pemrosesan input sensorik. Kedua gerak tersebut dapat membangun kemampuan menemukan dan menyelesaikan masalah. Mengajar pemecahan masalah yang kreatif akan memberi siswa alat yang tepat untuk memecahkan berbagai masalah di masa depan daripada membantu mereka memecahkan masalah tertentu (Marron & Faust, 2018).

Temuan penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis gerak dasar tari Minang dapat dimodifikasi ke dalam braindance untuk keterampilan berpikir kreatif anak usia dini.

Keterampilan berpikir kreatif adalah salah satu keterampilan hidup dan kerja yang paling dicari di abad ke-21. Menurut penelitian, program pendidikan yang mengintegrasikan program BrainDance dan menari memiliki pengaruh yang baik pada pemikiran kreatif anak, imajinasi, dan meningkatkan ritme perkembangan, kelancaran, fleksibilitas, daya cipta, pemrosesan mental, dan kebebasan berekspresi, bahkan pada anak-anak prasekolah (Chronopoulou & Riga, 2012;

Theocharidou et al., 2018). Permintaan akan kreativitas, bagaimanapun, melebihi tingkat ketersediaan dan pengembangannya (Ritter et al., 2020).

Guru prasekolah harus memberi anak-anak stimulasi untuk memicu imajinasi mereka, harus memberikan kesempatan untuk berimajinasi dan menjelaskan ide-ide mereka, harus menghargai individualitas anak, dan harus mendorong sudut pandang mereka yang berbeda (Dere, 2019).

Berbagai aktivitas dapat dilakukan guru untuk menstimulasi keterampilan berpikir kreatif siswa, seperti kegiatan bergerak. Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara, dan dokumen audio visual memberikan gambaran hasil analisis gerak tari Minang yang dimodifikasi ke dalam braindance untuk keterampian berpikir kreatif anak usia dini.

Temuan penting lainnya adalah bahwa dasar

(7)

gerak tari Minang seperti Langkah Panjang atau upper lower dapat meningkatkan stabilitas emosi, dan gerak Cabiak Kain atau body halt befungsi untuk mendukung horizontal penglihatan. Gerakan- gerakan ini dihasilkan dengan menggerakan setengah bagian atas atau setengah bagian bawah tubuh. Efeknya adalah fungsi dan mobilitas sendi meningkat, serta mempertahankan stabilitas tubuh dan ekspresi dalam bergerak. Postur tubuh yang selaras dapat merupakan sumber utama untuk pengembangan keterampilan dan kesenangan anak (Lykesas et al., 2020). Gerakan tersebut terkait dengan kemampuan imajinasi dan penalaran analogi yang mampu mengatasi pola berpikir tetap dan menemukan beragam alternatif (Sun et al., 2020). Potensi komunikatif tari ditemukan dalam kemampuannya untuk mengaktifkan seluruh tubuh di bawah istilah penggambaran ganda melalui kolaborasi semua indera. Ini juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan psikomotorik, kognitif, kreatif, sosial, dan emosional, serta keterampilan koneksi dan komunikasi mereka dengan teman sebayanya (Lykesas et al., 2009).

Temuan penting berikutnya adalah bahwa 'gerakan tangan menyilang adalah untuk menyelaraskan gerakan dari sisi tubuh yang berlawanan (Cross-lateral movement), membangun jalur antara belahan kanan dan kiri, dan mendukung kesadaran tubuh dan pemikiran yang kuat. Sedangkan gerak alang tabang dan gerak vestibular ditujukan untuk respon keseimbangan dan pemrosesan input sensorik. Kedua gerakan tersebut dapat membangun kemampuan untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Pengajaran pemecahan masalah yang kreatif akan memberikan siswa alat yang tepat untuk memecahkan berbagai masalah di masa depan dan tidak membantu mereka memecahkan masalah tertentu (Kashani-Vahid et al., 2017).

Pengajaran tari dapat membentuk persepsi aksi dan penerapan sarafnya di otak anak muda dan orang dewasa (Kirsch et al., 2018), oleh karena itu pelatihan tari menjadi urgensi khusus saat ini, terutama di masa Covid- 19 pandemi yang telah merenggut banyak kebahagiaan bagi kebanyakan orang. Braindance dengan berbagai macam gerakan (Gilbert, 2005) serta musik pengiring dengan idiom tradisional akan membawa orang ke suasana yang lebih bahagia karena musik lokal

yang akrab. Perhatian harus diberikan pada pengembangan teknis pelajaran dan metode pengajaran untuk bentuk pengajaran tari yang lebih efisien, selalu menekankan pendekatan pengajaran yang kreatif dan khususnya praktik yang meningkatkan kapasitas ekspresif siswa di lingkungan sekolah (Lykesas et al., 2020).

Penelitian juga menemukan bahwa anak mengembangkan dan meningkatkan proprioception, memori, kemampuan untuk memfokuskan mata, keseimbangan, perilaku, dan keterampilan motorik mereka selama tahun pertama kehidupan, dengan melakukan dan mengulangi delapan pola gerakan dasar (BrainDance) anak akan mendapatkan hasil positif untuk kemajuan mereka secara keseluruhan sebagai proses pendidikan (Gilbert, 2019). Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi guru dan orang tua bahwa, kegiatan gerak seperti menari yang berhubungan dengan tari otak dan dikreasikan dengan gerakan- gerakan dasar dalam tari tradisional minang dapat membangun kemampuan berpikir kreatif anak usia dini. Selain itu gerak dasar tari Minang yang identik dengan pencak silat yaitu gerak bela diri yang dapat mengembangkan kepekaan anak terhadap situasi (Asriati et al., 2019).

CONCLUSIONS

Substansi terpenting yang diperoleh dari hasil penelitian terkait analisis kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang yang dimodifikasi dan dikreasikan menjadi 'tarian otak' adalah untuk memenuhi kebutuhan stimulasi aspek kemampuan motorik anak, menumbuhkan rasa senang dan percaya diri, membangun koordinasi gerak tubuh, otak dan perasaan, meningkatkan kesadaran gerak tubuh, serta pengembangan kreativitas pada anak.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kegiatan gerak seperti braindance berbasais gerak dasar tari Minang untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan tujuan untuk mengenal dan mencintai budaya bangsa, yaitu dengan memberikan stimulus yang berkaitan dengan musik dan gerak , serta kesenian tradisional yang menjadikan menjadi akrab dengan anak-anak.

Prospek pengembangan penelitian ini adalah aplikasi media dengan muatan budaya lokal yang dapat membantu guru dalam mengembangkan berbagai aspek penting anak dan menciptakan

(8)

berbagai bentuk pendidikan tari.

ACKNOWLEDGMENTS

Ucapan terima kasih pada Universitas Negeri Jakarta yang telah membiayai penelitian ini melalui dana hibah Badan Layanan Umum (BLU) Pascasarjana

REFERENCES

Asriati, A., Kosasih, A., & Desfiarni, D. (2019). Silat as the Source and Identity of the Minangkabau Ethnic Dance. Harmonia:

Journal of Arts Research and Education, 19(1), 71–83.

https://doi.org/10.15294/harmonia.v19i1.

16106

Carroll, J., & Howieson, N. (1991). Recognizing creative thinking talent in the classroom.

Roeper Review, 14(2), 68–71.

https://doi.org/10.1080/027831991095533 90

Chappell, K. (2007). Creativity in primary level dance education: Moving beyond assumption. Research in Dance Education,

8(1), 27–52.

https://doi.org/10.1080/146478907012727 95

Chatzihidiroglou, P., Chatzopoulos, D., Lykesas, G., & Doganis, G. (2018). Dancing Effects on Preschoolers’ Sensorimotor Synchronization, Balance, and Movement Reaction Time. Perceptual and Motor Skills,

125(3), 463–477.

https://doi.org/10.1177/003151251876554 5

Chatzopoulos, D., Chomoriti, K., Lykesas, G., Lola,

A., & Kapodistria, L. (2021). Effects of a Greek Traditional Dance Program on Sensorimotor Synchronization and Response Time of Young Children.

Lnternational Electronic Journal of Elementary

Education, 14(1), 1–8.

https://doi.org/10.26822/iejee.2021.224 Cheung, R. H. P. (2010). Designing movement

activities to develop children’s creativity in early childhood education. Early Child Development and Care, 180(3), 377–385.

https://doi.org/10.1080/030044308019311 96

Chiang, L. H. (2017). Enhance Learning through BrainDance Movements: An Empirical Study. International Journal of Educational

Methodology, 3(1), 17–23.

https://doi.org/10.12973/ijem.3.1.17 Chronopoulou, E., & Riga, V. (2012). Τhe

Contribution of Music and Movement Activities to Creative Thinking in Pre- School Children. Creative Education, 03(02), 196–204.

https://doi.org/10.4236/ce.2012.32031 Dere, Z. (2019). Investigating the creativity of

children in early childhood education institutions. Universal Journal of Educational

Research, 7(3), 652–658.

https://doi.org/10.13189/ujer.2019.070302 Gardner, H. E. (2008). Multiple Intelligences: New

Horizons in Theory and Practice. Basic Books.

https://books.google.co.id/books?id=8K5 4fg6YU4EC

(9)

Georgios, L., Ioannis, G., Olga, T., Dimitris, C., &

Maria, K. (2017). Τhe Effect of a Traditional Dance Program on Health-Related Quality of Life as Perceived by Primary School Students. Journal of Education and Training

Studies, 6(1), 96.

https://doi.org/10.11114/jets.v6i1.2878 Gilbert, A. G. (2005). Dance Education in the 21st

Century: A Global Perspective. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 76(5), 26–35.

https://doi.org/10.1080/07303084.2005.10 608250

Gilbert, A. G. (2019). Brain-compatible dance education (Second Edition). Human Kinetics, Inc.

Glaveanu, V. P., Hanchett Hanson, M., Baer, J., Barbot, B., Clapp, E. P., Corazza, G. E., Hennessey, B., Kaufman, J. C., Lebuda, I., Lubart, T., Montuori, A., Ness, I. J., Plucker, J., Reiter-Palmon, R., Sierra, Z., Simonton, D. K., Neves-Pereira, M. S., & Sternberg, R.

J. (2020). Advancing Creativity Theory and Research: A Socio-cultural Manifesto.

Journal of Creative Behavior, 54(3), 741–745.

https://doi.org/10.1002/jocb.395

Gurusathya, C. (2019). Dance as a Catalyst for Stress Busting. Central European Journal of Sport Sciences and Medicine, 26, 15–29.

https://doi.org/10.18276/cej.2019.2-02 Hong, J.-C., Chen, M.-L., & Ye, J.-H. (2020).

Acceptance of YouTube Applied to Dance Learning. International Journal of Information

and Education Technology, 10(1), 7–13.

https://doi.org/10.18178/ijiet.2020.10.1.13 31

Kanematsu, H., & Barry, D. M. (2016). STEM and ICT Education in Intelligent Environments.

Intelligent Systems Reference Library, 3–7.

https://doi.org/10.1007/978-3-319-19234-5 Kashani-Vahid, L., Afrooz, G. A., Shokoohi-Yekta, M., Kharrazi, K., & Ghobari, B. (2017). Can a creative interpersonal problem solving program improve creative thinking in gifted elementary students? Thinking Skills and Creativity, 24, 175–185.

https://doi.org/10.1016/j.tsc.2017.02.011 Kaufmann, K. A., & Dehline, J. (2014). Dance

Integration: 36 Dance Lesson Plans for Science and Mathematics (First Edition). Human Kinetics.

Kirsch, L. P., Diersch, N., Sumanapala, D. K., &

Cross, E. S. (2018). Dance Training Shapes Action Perception and Its Neural Implementation within the Young and Older Adult Brain. Neural Plasticity, 2018.

https://doi.org/10.1155/2018/5459106 Lobo, Y. B., & Winsler, A. (2006). The Effects of a

Creative Dance and Movement Program on the Social Competence of Head Start Preschoolers. Social Development, 15(3), 501–

519. https://doi.org/10.1111/j.1467- 9507.2006.00353.x

Lykesas, G., Chatzopoulos, D., Styliani, D., &

Bakirtzoglou, P. (2020). Braindance: An Innovative Program for The Teaching of

(10)

Traditional And Creative Dance in The School Subject of Physical Education. Sport Science, 10.

Lykesas, G., Koutsouba, M., & Tyrovola, V. (2009).

Creativity as An Approach and Teaching Method of Traditional Greek Dance in Secondary Schools. Studies in Physical Culture and Tourism, 8.

MacPherson, A. C., Collins, D., & Obhi, S. S. (2009).

The Importance of Temporal Structure and Rhythm for the Optimum Performance of Motor Skills: A New Focus for Practitioners of Sport Psychology. Journal of Applied Sport Psychology, 21(sup1), S48–S61.

https://doi.org/10.1080/104132008025959 30

Marron, T. R., & Faust, M. (2018). Free Association, Divergent Thinking, and Creativity:

Cognitive and Neural Perspectives. In R. E.

Jung & O. Vartanian (Eds.), The Cambridge Handbook of the Neuroscience of Creativity (1st ed., pp. 261–280). Cambridge University Press.

https://doi.org/10.1017/9781316556238.01 6

Moreno, S., Bialystok, E., Barac, R., Schellenberg, E.

G., Cepeda, N. J., & Chau, T. (2011). Short- Term Music Training Enhances Verbal Intelligence and Executive Function.

Psychological Science, 22(11), 1425–1433.

https://doi.org/10.1177/095679761141699 9

Nikkola, T., Reunamo, J., & Ruokonen, I. (2020).

Children’s creative thinking abilities and social orientations in Finnish early childhood education and care. Early Child Development and Care, 0(0), 1–15.

https://doi.org/10.1080/03004430.2020.18 13122

Repp, B. H., & Su, Y.-H. (2013). Sensorimotor synchronization: A review of recent research (2006–2012). Psychonomic Bulletin &

Review, 20(3), 403–452.

https://doi.org/10.3758/s13423-012-0371- 2

Ritter, S. M., Gu, X., Crijns, M., & Biekens, P. (2020).

Fostering students’ creative thinking skills by means of a one-year creativity training program. PLoS ONE, 15(3), 1–18.

https://doi.org/10.1371/journal.pone.0229 773

Schmid, D. W., & McGreevy-Nichols, S. (2021).

Building the dance community virtually during COVID-19. Arts Education Policy

Review, 1–8.

https://doi.org/10.1080/10632913.2021.19 31598

Singh, S., Roy, D., Sinha, K., Parveen, S., Sharma, G.,

& Joshi, G. (2020). Impact of COVID-19 and lockdown on mental health of children and adolescents: A narrative review with recommendations. Psychiatry Research Journal, January.

Sun, M., Wang, M., & Wegerif, R. (2020). Effects of divergent thinking training on students’

scientific creativity: The impact of

(11)

individual creative potential and domain knowledge. Thinking Skills and Creativity, 37, 100682.

https://doi.org/10.1016/j.tsc.2020.100682 Theocharidou, O., Lykesas, G., Giossos, I.,

Chatzopoulos, D., & Koutsouba, M. (2018).

The Positive Effects of a Combined Program of Creative Dance and BrainDance on Health-Related Ouality of Life as Perceived by Primary School Students. Physical Culture and Sport. Studies and Research, 79(1), 42–52. https://doi.org/10.2478/pcssr-2018- 0019

Tsompanaki, E. (2019). The Effect of Creative Movement-Dance on the Development of Basic Motor Skills of Pre-School Children.

Review of European Studies, 11(2), 29.

https://doi.org/10.5539/res.v11n2p29 Vygotski, L. S. (2012). Thought and Language. MIT

Press.

Williams, K. E. (2018). Moving to the Beat: Using Music, Rhythm, and Movement to Enhance Self-Regulation in Early Childhood Classrooms. International Journal of Early

Childhood, 50(1), 85–100.

https://doi.org/10.1007/s13158-018-0215- y

(12)

AKTIVITAS BRAINDANCE BERBASIS GERAK DASAR TARI MINANG PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN



Elindra Yetti*

Erie Siti Syarah*

*Early Childhood Education, Postgraduate Program, Universitas Negeri Jakarta, Jl. R.Mangun Muka Raya No.11, RT.11/RW.14, Rawamangun, Kec. Pulo Gadung,

Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota, Jakarta, 13220, Indonesia

[email protected]  11pt.

Abstract

Aktivitas gerak braindance pada anak usia dini dapat meningkatkan kemampuan motorik dan juga dapat mengembangkan potensi lainnya. Kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang merupakan aktivitas bergerak yang dilakukan anak usia 5-6 tahun pada sebuah Lembaga PAUD di Kota Bukittinggi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keunikan gerak braindance berbasis gerak dasar tari Minang serta pertumbuhan dan perkembangan anak yang muncul setelah mengikuti kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang dalam aktivitas gerak anak usia dini di Lembaga PAUD tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan tahap: 1) kondensasi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan, dan validasi data dilakukan dengan teknik triangulasi teknik, sumber, dan waktu. Penelitian dilakukan pada lima belas siswa berusia 5-6 tahun di salah satu Lembaga PAUD di Bukittinggi. Hasil penelitian menemukan bahwa, 1) keunikan gerak braindance berbasis gerak dasar tari Minang, 2) kemampuan motorik anak menjadi lebih baik, 3) anak senang dalam beraktivitas gerak braindance, 4) munculnya keterampilan gerak anak yang terkoordinasi dengan otak dan rasa, , 4) kreativitas anak menjadi lebih berkembang. Penelitian selanjutnya dapat menggali kekayaan tari daerah Indonesia lainnya yang dikembangkan menjadi braindance dalam kegiatan tari pendidikan dan aplikasi media pembelajaran dengan muatan budaya lokal, sehingga anak dapat lebih mencintai budaya daerahnya.

Keywords: Aktivitas braindance. berbasis gerak dasar tari minang, anak usia 5-6 tahun.

INTRODUCTION

Aktivitas gerak anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan, seperti olah raga, senam, melakukan gerak dasar, menari, dan lain sebagainya. Aktivitas gerak dapat mengembangkan berbagai kemampuan atau keterampilan anak, baik yang berhubungan dengan gerak tubuh atau kemampuan motorik, namun juga berpengaruh pada sikap dan mental anak. Selain itu aktivitas gerak juga dapat mengembangkan keterampilan berpikir kreatif anak, seperti penelitian yang dilakukan oleh Cheung (2010) bahwa kegiatan tari kreatif yang dirancang berdasarkan empat aspek: (1) pengenalan tema; (2) memperoleh dan mengeksplorasi keterampilan gerakan; (3) kreasi dan ekspresi; dan (4) kinerja dan apresiasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa respon gerakan

anak menjadi lebih variatif dan selalu memberikan kejutan kepada guru.

Braindance yang dikembangkan oleh Anne Green Gilbert adalah penghangat seluruh tubuh dan otak yang efektif untuk orang-orang dari segala usia. Terdiri dari delapan pola gerak yang menghubungkan sistem saraf pusat. Dengan bergerak melalui pola ini dapat memberikan oksigen ke seluruh tubuh dan mengatur ulang otak bagi anak-anak dan orang dewasa yang melakukan kegiatan tersebut (Gilbert, 2019). Pendapat lain tentang aktivitas gerak braindance menurut Chiang (2017) menjelaskan bahwa braindance rangkaian gerakan fisik yang progresif dan terkontrol serta didasarkan pada delapan pola gerakan utama perkembangan otak.

Penelitian berikutnya adalah aktivitas gerak dalam konteks pendidikan jasmani di lingkungan

(13)

sekolah yang dilakukan dengan latihan gerak dasar dan olah raga permainan dengan menggunakan alat seperti bola, plosotan, mangkok putar, jungkang jungkit, bak pasir dan lain-lain. Aktivitas yang dilakukan lebih ditujukan pada kebugaran tubuh dan mendukung perkembangan psikomotorik anak, namun juga berdampak pada perkembangan kognitif, kreativitas, serta sosial dan emosional siswa (Lykesas et al., 2020).

Berbeda dengan braindance berbasis tari tradisional yang dimodifikasi dan dikembangkan dengan menggunakan gerak dasar tari Minang dalam penelitian sebelumnya oleh (Yetti, 2019) mengacu pada delapan (8) gerak braindance yang memadukan antara gerak senam dengan gerak dasar tari tradisional Minang, yang disesuaikan dengan kemampuan gerak anak usia dini , serta diiringi musik idiom traidisional Minang. Sehingga memberikan nuansa berbeda dari braindance yang asli, serta diimplementasikan pada anak usia dini yang berasal dari budaya yang sama yaitu Minang, dimana anak sudah sangat menganal bentuk tarian Minang dan juga musik pengiringnya. Sejalan dengan penelitian Lykesas et al., (2020) menunjukkan bahwa program braindance yang diimplemetasikan dan berdasarkan analisis gerak tari tradisional oleh Laban dalam program pendidikan untuk anak di Yunani juga penting dilakukan dalam rangka meningkatkan pendidikan yang terstruktur dan terorganisir.

Kreativitas dalam dunia yang terus berubah telah dianggap penting dalam berbagai bidang seperti teknologi, seni, ekonomi, sosiologi, serta pendidikan (Kanematsu & Barry, 2016).

Keterampilan berpikir kreatif perlu dikembangkan sejak usia dini agar anak terlatih dalam menghasilkan ide-ide baru dan mampu memecahkan masalah (Carroll & Howieson, 1991).

Seiring dengan meningkatnya minat terhadap kreativitas, guru PAUD perlu mencari cara untuk memperkuat potensi kreatif anak usia dini. Hasil penelitian pun menunjukkan munculnya perilaku kreatif, seperti peningkatan kebebasan berekspresi, kecenderungan untuk mengeksplorasi dan bereksperimen, dan mempertanyakan apa yang diterima secara umum, dianggap sebagai konsekuensi dari implementasi program pendidikan musik dan gerak (Chronopoulou &

Riga, 2012). Beberapa penelitian eksperimental menghasilkan informasi berharga tentang desain

dan filosofi program pendidikan, dan tentang metode pengajaran aktivitas musik dan gerakan di taman kanak-kanak (Lobo & Winsler, 2006; Moreno et al., 2011; Tsompanaki, 2019; Williams, 2018).

Tari melibatkan pembelajar dalam proses mengetahui melalui transformasi pengalaman konkret bergerak secara kreatif, merefleksikan gerakan mereka sendiri atau orang lain, mengevaluasi mereka, dan membentuk makna bersama yang baru (Vygotski, 2012) tentang gerakan dan proses kreatif. Kegiatan menari perlu dilakukan untuk mengembangkan kemampuan imajinasi yang merupakan situasi fantasi, serta penting untuk menawarkan konteks kepada anak- anak dalam ekspresi diri (Chappell, 2007). Tari dalam pendidikan meningkatkan pendidikan seni, budaya, sosial, multikultural dan multidisiplin.

Anak akan berkembang dalam pengetahuan diri, harga diri, otonomi, hubungan antara perasaan, pikiran dan tindakan. Anak akan mampu mengendalikan perasaan dan pikirannya, mengembangkan keterampilan komunikasinya, mengembangkan kepercayaan dengan orang lain dan akan mengembangkan keterampilan kolaboratifnya (Tsompanaki, 2019). Apalagi di masa pandemi Covid-19 yang melanda dunia, merupakan situasi yang membutuhkan banyak kreativitas manusia untuk bertahan hidup.

Menumbuhkan kemampuan berpikir kreatif sejak dini merupakan hal yang urgen untuk mempersiapkan generasi muda menghadapi rintangan yang lebih besar (Glaveanu et al., 2020).

Pengajaran online dapat dilihat sebagai perubahan besar yang dihadapi oleh para pendidik tari karena pandemi COVID-19.

Selama beberapa tahun terakhir, ada banyak diskusi mengenai teknologi dan pendidikan tari, dengan para sarjana menganjurkan penerapan teknologi yang efektif dalam pendidikan tari, sementara juga membongkar keterbatasan teknologi dalam pendidikan tari (Hong et al., 2020).

Guru juga berbagi pengalaman kolektif mereka tentang jenis perangkat keras atau alat teknologi yang dapat meningkatkan pengalaman anak dalam pendidikan tari (misalnya, lensa sudut lebar;

tentang aplikasi terbaik dari speaker nirkabel portabel; cara terbaik untuk menggunakan musik dan suara saat berbicara, menggunakan webcam dengan detektor gerakan, menggunakan layar ganda, menyiapkan ruangan belajar untuk

(14)

tampilan yang lebih baik). Kreativitas para ahli membuat materi yang bijaksana dan informatif, membantu ratusan pendidik tari yang haus akan ide-ide tentang bagaimana memberikan instruksi tari jarak jauh yang efektif dan menarik dapat dijangkau oleh siswa dan para pendidik tari (Schmid & McGreevy-Nichols, 2021). Pembelajaran anak yang terkurung selama pandemi membutuhkan stimulasi yang berbeda dalam meningkatkan berbagai aspek perkembangan (Singh et al., 2020).

Tari tradisional merupakan jenis ekspresi budaya yang menggabungkan latihan fisik, hubungan sosial, serta ekspresi pribadi dan emosional. Semua aspek ini digabungkan untuk menciptakan pengalaman komprehensif yang menyenangkan orang dan meningkatkan keinginan mereka untuk berpartisipasi. Pola gerakan terstruktur dilakukan sebagai respons terhadap rangsangan ritmis dalam jenis tarian ini, yang memungkinkan ekspresi diri (Chatzopoulos et al., 2021). Seperti tarian rakyat di Yunani, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan ditampilkan di setiap peristiwa penting dalam kehidupan. Tarian tradisional Yunani telah terbukti menawarkan keuntungan psikososial dalam beberapa penelitian (Georgios et al., 2017). Demikian juga dengan braindance berbasis gerak dasar tari Minang dikembangkan dari idiom tari tradisional Minang juga memiliki keunikan dari segi gerak karena memadukan gerak senam dengan gerak dasar tari Minang dan iringan musik Minang.

Salah satu Lembaga PAUD di Bukittinggi sudah menerapkan kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang pada setiap aktivitas gerak anak.

Kegiatan ini sudah berjalan sejak tahun 2019 sampai saat ini. Sebelumnya aktivitas gerak anak di Lembaga PAUD tersebut hanya melakukan kegiatan olah raga, bermain, dan gerak dasar.

Semenjak kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang diterapkan oleh guru Lembaga PAUD tersebut, anak terlihat senang dan gembira, serta anak dapat bertahan lebih lama dalam aktivitas braindance tersebut. Berdasarkan penelitian relevan dan fenomena yang sudah dijelaskan maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji keunikan gerak braindance berbasis gerak dasar tari Minang serta pertumbuhan dan perkembangan anak yang muncul setelah

mengikuti kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang dalam aktivitas gerak anak usia dini di Lembaga PAUD tersebut.

METHOD

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, dan merupakan penelitian lapangan pada salah satu Lembaga PAUD di Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat. Ada 15 anak usia 5-6 tahun yang menjadi subyek dalam penelitian ini. Data primer dalam penelitian ini adalah kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang yang dilakukan oleh anak usia 5-6 tahun di Lembaga PAUD tersebut. Data sekunder adalah terkait profil dan lokasi Lembaga PAUD.

Sumber data primer adalah guru dan orang tua, sedangkan sumber data sekunder adalah kepala sekolah Lembaga PAUD tersebut. Tim peneliti mengumpulkan data melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi. Tim peneliti melakukan pengamatan terstruktur dengan tahap 1) mengamati proses kegiatan pembelajaran, 2) lokasi lembaga PAUD, 3) kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang, 4) waktu kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang. Selanjutnya tim peneliti melakukan wawancara pada guru dan orang tua secara terstruktur dengan tahap: 1) perencanaan wawancara, 2) pelaksanaan wawancara, 3) pengumpulan data wawancara, 4) kegiatan setelah wawancara. Selanjutnya pengumpulan data dokumentasi dilakukan dengan taha 1) menyusun daftar dokumentasi, 2) pengambilan data dengan gambar, video, dan dokumen tertulis, 3) Pengumpulan data dokumentasi. Kemudian setelah pengumpulan data dilanjutkan dengan analisis data yang menggunakan model Miles et al., (2014) dengan tahap 1) kondensasi data, 2) penyajian data, dan 3) penarikan kesimpulan.

Validasi data penelitian dilakukan dilakukan dengan triangulasi teknik, sumber, dan waktu.

RESULT AND DISCUSSION

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang yang dilakukan pada salah satu Lembaga PAUD di Bukittinggi, maka dapat dideskripsikan hasil data dan pembahasan sebagai berikut.

(15)

1. Keunikan Gerak Braindance Berbasis Gerak Dasar Tari Minang

Hasil kajian keunikan braindance berbasis gerak

dasar tari Minang dan bedanya dengan braindance yang dikembangkan oleh Gilbert (2019), dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Ringkasan Analisis Data No Jenis Braindance Gerak

Dasar Tari Minang Keunikan Gerak Braindance Jenis Gerak

Minang Braindance Kegiatan Braindance (Guilford) 1 Gerak sambah Gerak braindance yang

distilirisasi berbasis gerak dasar tari Minang

Kegiatan dilakukan dengan menarikan gerak tangan, kaki, badan, dan kepala sesuai dengan gerak dasar tari Minang mulai dari gerak 1 sampai 8.

Gerakan disesuaikan dengan kemampuan gerak anak usia 5-6 tahun, dan anak juga bisa mengembangkan gerakan sesuai dengan imajinasinya.

Gerak braindance Minang diiringi musik nuansa Minang.

Breath Bergerak sesuai dengan 8 gerakan braindance, seperti melakukan gerak senam.

2 Gerak pitunggua Tactile touch

3 Gerak Lapiah Jarami Core distal

4 Gerak Pijak baro + Gelek

Head - tile

5 Gerak Langkah Panjang Upper lower

6 Gerak Cabiak kain Body half

7 Gerak Tangan silang - langkah silang

Cross lateral

8 Gerak Alang Tabang Vestibular

Berdasarkan pengamatan kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang yang terdapat pada tabel 1 pada prinsipnya gerak tersebut memiliki motif gerak yang sama dengan braindance yang asli, namun dimodifikasi dan distilirisasi dengan menggunakan gerak dasar tari Minang yang memiliki ciri gerak pencak silat dan lebih dinamis, serta memberikan penyegaran pada tubuh (Asriati et al., 2019). Iringan musik yang digunakan sebagai pengiring braindance berbasis gerak dasar tari Minang menggunakan musik idiom traidisional Minang.

2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak yang Mengikuti Kegiatan Braindance Minang Kemampuan Motorik Anak

Berdasarkan data penelitian terkait kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang, terdapat temuan penelitan yaitu terjadinya perubahan kemampuan motorik anak menjadi lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa tarian membantu anak meningkatkan koordinasi, keseimbangan, fleksibilitas, dan kontrol atas gerakan mereka. Penelitian Kaufmann dan Dehline (2014) menjelaskan bahwa tarian menjadikan

stamina dan kekuatan fisik semakin meningkat.

Menyadari pusat gravitasi dan pergeseran ketegangan otot selama gerakan memberikan penyempurnaan dan kualitas estetika untuk aktivitas fisik yang menyenangkan. Salah satu komponen keterampilan utama menari adalah sinkronisasi sensorimotor, yang didefinisikan sebagai koordinasi gerakan berirama dengan ritme eksternal (Repp & Su, 2013). Kesempatan menari juga menjadi sarana yang menarik untuk membantu anak-anak kecil meningkatkan kemampuan keseimbangan (Chatzihidiroglou et al., 2018). Hal ini membutuhkan perhatian yang besar dari para pendidik anak usia dini, agar dapat menerapkan program yang lebih spesifik untuk perkembangan otak anak, seperti tarian otak yang dimodifikasi.

Kegiatan Yang Menyenangkan

Kegiatan braindance Minang menjadikan anak laki-laki dan perempuan senang ketika melakukan aktivitas gerak tersebut. Kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang yang dilaksanakan anak usia 5-6 tahun pada salah satu PAUD di Bukittinggi, dilakukan dengan bentuk gerakan tarian dan diiringi musik nuansa Minang,

(16)

sehingga anak-anak terlihat ceria dalam mengekspresikan gerakan, karena gerak tari daerah setempat yaitu tari Minang sangat dikenal oleh anak usia dini di PAUD tersebut dan juga musik pengiring menggunakan musik nuansa Minang, seperti yang tampak pada gambar 1.

Gambar 1. Kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang

Temuan dalam penelitian ini menjelaskan bahwa gerak dasar tari Minang yaitu gerak sambah atau gerak breath yang dilakukan dengan pengaturan nafas berfungsi untuk meredakan perasaan stress. Gerakan bernapas ini memerlukan cara menghirup udara dalam-dalam melalui hidung untuk mengisi perut, diafragma, paru- paru, dan menghembuskan napas melalui mulut.

Aliran oksigen ke otak ditingkatkan, memungkinkan latihan mengalir dengan mudah, meminimalkan stres, otak dan tubuh menjadi segar. Aliran napas juga memberikan dasar untuk keterampilan gerak dan sangat penting untuk keseimbangan emosional sehingga menimbulkan rasa senang (Lykesas et al., 2020).

Gerak pitnggua atau tactile-touch berfungsi untuk mengembangkan kesadaran tubuh dan integrasi sensorik. Teknik pengenalan tari pada anak sebagai intervensi dini telah banyak diteliti.

Sehingga saat ini dapat dilihat bagaimana menari secara alami akan membangun dan memperkuat rasa percaya diri dan harga diri seseorang, membantu lebih jauh mengurangi perasaan tegang dan tertekan (Gurusathya, 2019). Perasaan nyaman pada anak dapat mengembangkan kemandirian dan juga memiliki percaya diri untuk tampil di depan publik, karena kegiatan gerak tari dapat membangun kepercayaan diri dan mendorong perkembangan potensi anak (Chappell, 2007).

Kreasi BrainDance dapat digunakan sebagai pemanasan atau latihan utama dengan segala usia

dan di semua tingkat pembelajaran karena berkontribusi untuk menyelaraskan tubuh, mengatur ulang sistem saraf pusat, mengembangkan fokus dan konsentrasi, melepaskan stres dan meningkatkan keterampilan sosial (Lykesas et al., 2020).

Koordinasi Gerak, Otak, dan Perasaan

Temuan penelitian berikutnya adalah anak memiliki kemampuan dalam mengintegrasikan gerak dengan otak, dan mampu melibatkan perasaan berupa pemberian kesadaran atas posisi gerak dengan pengontrolan yang dilakukan oleh otak. Karena sinkronisasi ritmik, keseimbangan, dan waktu reaksi gerakan telah ditemukan sebagai faktor penting untuk keberhasilan pelaksanaan tarian, kegiatan sehari-hari, dan olahraga lainnya (MacPherson et al., 2009). Kecerdasan kinestetik berhubungan dengan gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otak berupa pengetahuan tentang pengaturan gerak tubuh (Gardner, 2008). Gerak dasar tari Minang seperti Langkah Panjang atau upper lower (braindance) dapat meningkatkan kestabilan emosi, dan gerak cabiak kain atau badan berhenti berfungsi untuk menopang penglihatan horizontal. Gerakan ini terkait dengan kemampuan imajinasi dan penalaran analogis yang dapat mengatasi pola berpikir yang tetap dan menemukan berbagai alternatif.

Perkembangan Kreativitas Anak

Temuan selanjutnya adalah bahwa gerak dasar tari Minang seperti Lapiah Jarami atau core-distal merupakan gerak yang melatih kesadaran diri terhadap lingkungan sekitar, dan Pijak Baro atau head-tile merupakan gerak untuk melatih reflek gerak kepala seperti yang tampak dalam gambar 2.

Kedua gerakan tersebut bisa mengembangkan keselarasan tubuh dan ketajaman visual, sehingga bisa membangun keterampilan berpikir berbeda yang merupakan strategi penting dalam menyesuaikan diri dengan keadaan baru (Nikkola et al., 2020). Pemikiran divergen dapat digambarkan sebagai proses mendapatkan kembali pengetahuan yang ada dan mengasosiasikan serta menggabungkan pengetahuan yang tidak terkait dengan cara yang baru dan bermakna (Marron &

Faust, 2018).

(17)

Gambar 2. Aktivitas gerak pijak baro yang melatih reflek gerak kepala

Temuan penting berikutnyaa adalah Gerak tangan silang-langkah silang atau cross lateral bertujuan untuk menyingkronkan gerakan dari sisi tubuh yang berlawanan, membangun jalur antara belahan otak kanan dan kiri, serta mendukung kesadaran tubuh dan pemikiran yang kuat.

Sedangkan gerak alang tabang dan gerak vestibular bertujuan untuk respon keseimbangan dan pemrosesan input sensorik. Kedua gerak tersebut dapat membangun kemampuan menemukan dan menyelesaikan masalah. Mengajar pemecahan masalah yang kreatif akan memberi siswa alat yang tepat untuk memecahkan berbagai masalah di masa depan daripada membantu mereka memecahkan masalah tertentu (Marron & Faust, 2018).

Temuan penelitian menunjukkan bahwa hasil analisis gerak dasar tari Minang dapat dimodifikasi ke dalam braindance untuk keterampilan berpikir kreatif anak usia dini.

Keterampilan berpikir kreatif adalah salah satu keterampilan hidup dan kerja yang paling dicari di abad ke-21. Menurut penelitian, program pendidikan yang mengintegrasikan program BrainDance dan menari memiliki pengaruh yang baik pada pemikiran kreatif anak, imajinasi, dan meningkatkan ritme perkembangan, kelancaran, fleksibilitas, daya cipta, pemrosesan mental, dan kebebasan berekspresi, bahkan pada anak-anak prasekolah (Chronopoulou & Riga, 2012;

Theocharidou et al., 2018). Permintaan akan kreativitas, bagaimanapun, melebihi tingkat ketersediaan dan pengembangannya (Ritter et al., 2020).

Guru prasekolah harus memberi anak-anak stimulasi untuk memicu imajinasi mereka, harus

memberikan kesempatan untuk berimajinasi dan menjelaskan ide-ide mereka, harus menghargai individualitas anak, dan harus mendorong sudut pandang mereka yang berbeda (Dere, 2019).

Berbagai aktivitas dapat dilakukan guru untuk menstimulasi keterampilan berpikir kreatif siswa, seperti kegiatan bergerak. Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara, dan dokumen audio visual memberikan gambaran hasil analisis gerak tari Minang yang dimodifikasi ke dalam braindance untuk keterampian berpikir kreatif anak usia dini.

Temuan penting lainnya adalah bahwa dasar gerak tari Minang seperti Langkah Panjang atau upper lower dapat meningkatkan stabilitas emosi, dan gerak Cabiak Kain atau body halt befungsi untuk mendukung horizontal penglihatan. Gerakan- gerakan ini dihasilkan dengan menggerakan setengah bagian atas atau setengah bagian bawah tubuh. Efeknya adalah fungsi dan mobilitas sendi meningkat, serta mempertahankan stabilitas tubuh dan ekspresi dalam bergerak. Postur tubuh yang selaras dapat merupakan sumber utama untuk pengembangan keterampilan dan kesenangan anak (Lykesas et al., 2020). Gerakan tersebut terkait dengan kemampuan imajinasi dan penalaran analogi yang mampu mengatasi pola berpikir tetap dan menemukan beragam alternatif (Sun et al., 2020). Potensi komunikatif tari ditemukan dalam kemampuannya untuk mengaktifkan seluruh tubuh di bawah istilah penggambaran ganda melalui kolaborasi semua indera. Ini juga membantu anak-anak mengembangkan keterampilan psikomotorik, kognitif, kreatif, sosial, dan emosional, serta keterampilan koneksi dan komunikasi mereka dengan teman sebayanya (Lykesas et al., 2009).

Temuan penting berikutnya adalah bahwa 'gerakan tangan menyilang adalah untuk menyelaraskan gerakan dari sisi tubuh yang berlawanan (Cross-lateral movement), membangun jalur antara belahan kanan dan kiri, dan mendukung kesadaran tubuh dan pemikiran yang kuat. Sedangkan gerak alang tabang dan gerak vestibular ditujukan untuk respon keseimbangan dan pemrosesan input sensorik. Kedua gerakan tersebut dapat membangun kemampuan untuk menemukan dan memecahkan masalah.

Pengajaran pemecahan masalah yang kreatif akan memberikan siswa alat yang tepat untuk

(18)

memecahkan berbagai masalah di masa depan dan tidak membantu mereka memecahkan masalah tertentu (Kashani-Vahid et al., 2017).

Pengajaran tari dapat membentuk persepsi aksi dan penerapan sarafnya di otak anak muda dan orang dewasa (Kirsch et al., 2018), oleh karena itu pelatihan tari menjadi urgensi khusus saat ini, terutama di masa Covid- 19 pandemi yang telah merenggut banyak kebahagiaan bagi kebanyakan orang. Braindance dengan berbagai macam gerakan (Gilbert, 2005) serta musik pengiring dengan idiom tradisional akan membawa orang ke suasana yang lebih bahagia karena musik lokal yang akrab. Perhatian harus diberikan pada pengembangan teknis pelajaran dan metode pengajaran untuk bentuk pengajaran tari yang lebih efisien, selalu menekankan pendekatan pengajaran yang kreatif dan khususnya praktik yang meningkatkan kapasitas ekspresif siswa di lingkungan sekolah (Lykesas et al., 2020).

Penelitian juga menemukan bahwa anak mengembangkan dan meningkatkan proprioception, memori, kemampuan untuk memfokuskan mata, keseimbangan, perilaku, dan keterampilan motorik mereka selama tahun pertama kehidupan, dengan melakukan dan mengulangi delapan pola gerakan dasar (BrainDance) anak akan mendapatkan hasil positif untuk kemajuan mereka secara keseluruhan sebagai proses pendidikan (Gilbert, 2019). Sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi guru dan orang tua bahwa, kegiatan gerak seperti menari yang berhubungan dengan tari otak dan dikreasikan dengan gerakan- gerakan dasar dalam tari tradisional minang dapat membangun kemampuan berpikir kreatif anak usia dini. Selain itu gerak dasar tari Minang yang identik dengan pencak silat yaitu gerak bela diri yang dapat mengembangkan kepekaan anak terhadap situasi (Asriati et al., 2019).

CONCLUSIONS

Substansi terpenting yang diperoleh dari hasil penelitian terkait braindance berbasis gerak dasar tari Minang adalah memiliki keunikan dari segi gerak yang dimodifikasi dan dikreasikan melalui proses stilirisasi gerak menjadi 'tarian otak'.

Kegiatan braindance berbasis gerak dasar tari Minang yang dilakukan anak dalam aktitivitas memunculkan pertumbuhan dan perkembangan

anak seperti kemampuan motorik anak menjadi lebih baik, menumbuhkan rasa senang dan percaya diri, membangun koordinasi gerak tubuh, otak dan perasaan, meningkatkan kesadaran gerak tubuh, serta pengembangan kreativitas pada anak.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kegiatan gerak seperti braindance berbasais gerak dasar tari Minang untuk anak usia dini dapat dilakukan dengan tujuan untukagar lebih mengenal dan mencintai budayanya, yaitu dengan memberikan stimulus yang berkaitan dengan musik dan gerak Minang, serta kesenian tradisional yang menjadi akrab dengan anak-anak. Prospek pengembangan penelitian ini adalah aplikasi media dengan muatan budaya lokal yang dapat membantu guru dalam mengembangkan berbagai aspek pertumbuhan dan perkembangan anak, dan dapat menciptakan berbagai bentuk model dan media pembelajaran tari untuk anak.

ACKNOWLEDGMENTS

Ucapan terima kasih pada Universitas Negeri Jakarta yang telah membiayai penelitian ini melalui dana hibah Badan Layanan Umum (BLU) Pascasarjana

REFERENCES

Asriati, A., Kosasih, A., & Desfiarni, D. (2019). Silat as the Source and Identity of the Minangkabau Ethnic Dance. Harmonia:

Journal of Arts Research and Education, 19(1), 71–83.

https://doi.org/10.15294/harmonia.v19i1.

16106

Carroll, J., & Howieson, N. (1991). Recognizing creative thinking talent in the classroom.

Roeper Review, 14(2), 68–71.

https://doi.org/10.1080/027831991095533 90

Chappell, K. (2007). Creativity in primary level dance education: Moving beyond assumption. Research in Dance Education,

(19)

8(1), 27–52.

https://doi.org/10.1080/146478907012727 95

Chatzihidiroglou, P., Chatzopoulos, D., Lykesas, G., & Doganis, G. (2018). Dancing Effects on Preschoolers’ Sensorimotor Synchronization, Balance, and Movement Reaction Time. Perceptual and Motor Skills,

125(3), 463–477.

https://doi.org/10.1177/003151251876554 5

Chatzopoulos, D., Chomoriti, K., Lykesas, G., Lola, A., & Kapodistria, L. (2021). Effects of a Greek Traditional Dance Program on Sensorimotor Synchronization and Response Time of Young Children.

Lnternational Electronic Journal of Elementary

Education, 14(1), 1–8.

https://doi.org/10.26822/iejee.2021.224 Cheung, R. H. P. (2010). Designing movement

activities to develop children’s creativity in early childhood education. Early Child Development and Care, 180(3), 377–385.

https://doi.org/10.1080/030044308019311 96

Chiang, L. H. (2017). Enhance Learning through BrainDance Movements: An Empirical Study. International Journal of Educational

Methodology, 3(1), 17–23.

https://doi.org/10.12973/ijem.3.1.17 Chronopoulou, E., & Riga, V. (2012). Τhe

Contribution of Music and Movement Activities to Creative Thinking in Pre-

School Children. Creative Education, 03(02), 196–204.

https://doi.org/10.4236/ce.2012.32031 Dere, Z. (2019). Investigating the creativity of

children in early childhood education institutions. Universal Journal of Educational

Research, 7(3), 652–658.

https://doi.org/10.13189/ujer.2019.070302 Gardner, H. E. (2008). Multiple Intelligences: New

Horizons in Theory and Practice. Basic Books.

https://books.google.co.id/books?id=8K5 4fg6YU4EC

Georgios, L., Ioannis, G., Olga, T., Dimitris, C., &

Maria, K. (2017). Τhe Effect of a Traditional Dance Program on Health-Related Quality of Life as Perceived by Primary School Students. Journal of Education and Training

Studies, 6(1), 96.

https://doi.org/10.11114/jets.v6i1.2878 Gilbert, A. G. (2005). Dance Education in the 21st

Century: A Global Perspective. Journal of Physical Education, Recreation & Dance, 76(5), 26–35.

https://doi.org/10.1080/07303084.2005.10 608250

Gilbert, A. G. (2019). Brain-compatible dance education (Second Edition). Human Kinetics, Inc.

Glaveanu, V. P., Hanchett Hanson, M., Baer, J., Barbot, B., Clapp, E. P., Corazza, G. E., Hennessey, B., Kaufman, J. C., Lebuda, I., Lubart, T., Montuori, A., Ness, I. J., Plucker, J., Reiter-Palmon, R., Sierra, Z., Simonton,

Gambar

Tabel 1. Ringkasan Analisis Data  No  Jenis Braindance Gerak
Gambar 1. Kegiatan braindance berbasis gerak dasar  tari Minang
Gambar 2. Aktivitas gerak pijak baro yang melatih reflek
Tabel 1. Ringkasan Analisis Data  No  Jenis Braindance Gerak
+6

Referensi

Dokumen terkait

SIL/PUD217/17 Revisi 2 8 Maret 2011 Hal 2 dari 2 Semester 2 Estetika Dasar Gerak Tari Anak Usia Dini Jam: 2 x 50’.

Tujuan Perkuliahan : Menyusun karya tari untuk anak usia dini. Materi Pokok : Menghasilkan Musik karya koreografi untuk anak

motorik kasa r melalui teknik gerak tari imitatif bagi anak usia dini “. Rumusan

Dalam perkuliahan ini dibahas tentang konsep seni tari, unsure-unsur seni tari, tujuan seni tari, fungsi seni tari untuk anak usia dini, karakteristik tari bagi

Langkah yang dilakukan peneliti dengan menggunakan materi Tari Jaranan sebagai stimulus kinestetik untuk kemampuan koordinasi gerak tari anak usia dini dalam proses

Hubungan Kemampuan Kinestetik Anak dengan Gerak Tari Kreasi Binatang Laut Anak Usia Dini.... Penelitian Terdahulu yang

ABSTRAK: Perkembangan keterampilan gerak bagi anak-anak usia dini diartikan sebagai perkembangan dan penghalusan aneka keterampilan gerak dasar dan keterampilan

Membangun pendidikan anak usia dini tidaklah sama seperti membangun pendidikan anak-anak pada usia sekolah dasar. Pendidikan anak usia dini yang dikenal dengan