• Tidak ada hasil yang ditemukan

URGENSI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI BAGI GENERASI MILENIAL

N/A
N/A
Anwar Kartodiningrat

Academic year: 2023

Membagikan "URGENSI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI BAGI GENERASI MILENIAL"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

URGENSI PENDIDIKAN ANTI KORUPSI BAGI GENERASI

MILENIAL

Oleh LOSO, SH.MH

Disampaikan dalam kegiatan Inspektorat Goes To campus dengan tema Literasi Gerakan Anti Korupsi Untuk generasi Milenial pada Hari Kamis,

19 desember 2019

GENERASI MILENIAL

BERANI JUJUR

HEBA

T

(2)

PENGANTAR

Beri aku 10 pemuda

niscaya akan kuguncangka

n dunia

Indonesia yang merdeka bukanlah tujuan akhir, akan

tetapi kemerdekaan yang

sebenarnya adalah ketika rakyat

bias hidup makmur dan bahagia

(3)

LANJUTAN

Dalam buku Peter Carey &

Suhardiyoto Haryadi, disebutkan penyebab Perang Jawa yg utama adalah maalah korupsi;

Sistem Tanam Paksa Petani hanya mendapatkan 20%

hasil panen;

Contoh Korupsi yg paling merajalela juga terjadi dlm VOC, karena VOC

bubar/bangkrut akibat korupsi.

Korupsi dianggap sebagai

‘wabah penyakit’ yang tidak mudah

dihilangkan/diberantas. Yang terbaik adalah mencegah

korupsi.

Prof. Romli Atmasasmita:

Ada 2 (dua) alasan sulitnya pemberantasan tindak pidana korupsi, yaitu pertama, karena alasan historis/

budaya, dan kedua, karena

lemahnya perundang-

undangan.”

(4)

PENGERTIAN KORUPSI

(5)

PENANGANAN KORUPSI TAHUN 2015-2019

Diambil dari kompas senin, 9 desember 2019

(6)

KEPALA DAERAH TERLIBAT DALAM KORUPSI

No Propinsi Jumlah 1 Jawa barat 14

2 Jawa

Timur 13

3 Sumatra

Utara 13

4 Jawa Tengah

11

5 Riau 7

6 Sulawesi

Tenggara 6 7 Sumatra

selatan 6

8 lampung 5

9 Papua 5

10 Aceh 4

11 Banten 4

No Propinsi Jumla

h

12 Kalimantan timur 4

13 Sulawesi Utara 4

14 Bengkulu 3

15 Kalimantan Tengah 3

16 Kepulauan riau 3

17 Maluku Utara 3

18 Nusa Tenggara Barat 3

19 Kalimantan timur 4

20 Sulawesi Utara 4

21 Kalimantan selatan 2

22 Nusa tenggara Timur 2

23 Sulawei Selatan 2

24 Jambi, Kalimantan Barat, Sulawesi tengah, Sumatra barat

1

(7)

Fakta Kasus Korupsi 2004-2017

No

. Jenis Perkara Jumlah 1 Pengadaan

Barang/Jasa 164

2 Perijinan 21

3 Penyuapan 340

4 Pungutan 21

5 Penyalahgunaan

Anggaran 46

6 TPPU 19

7 Merintangi

Proses KPK 7

Jumlah 618

No. Jabatan/Profesi Pelaku Jumlah 1 Anggota DPR dan DPRD 134 2 Kepala

Lembaga/Kementerian 25

3 Duta Besar 4

4 Komisioner 7

5 Gubernur 18

6 Walikota/Bupati dan

Wakil 60

7 Eselon I / II / III 155

8 Hakim 15

9 Swasta 170

10 Lainnya 82

Jumlah Keseluruhan 670

*https://acch.kpk.go.id/id/statistik/tindak-pidana- korupsi

(8)

Penindakan

200

4 2005

200 6

200 7

200

8 2009 2010 2011 2012

201

3 2014 2015 2016 2017 2018 2019

Jumla h Penyelidika

n

23 29 36 70 70 67 54 78 77 81 80 87 96 123 164 83 1218

Penyidikan 2 19 27 24 47 37 40 39 48 70 56 57 99 121 199 63 950

Penuntutan 2 17 23 19 35 32 32 40 36 41 50 62 76 103 151 70 789

Inkracht 0 5 14 19 23 37 34 34 28 40 40 38 71 84 104 79 655

Eksekusi 0 4 13 23 24 37 36 34 32 44 48 38 81 83 113 66 676

Jumlah perkara yang di tangani KPK dari penyelidikan-eksekusi

(9)

Insta

nsi 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 201

8 2019   Jumla h

DPR dan DPRD

0 0 0 0 7 10 7 2 6 2 2 3 15 9 4 6 73

Kementria n/

Lembaga

1 5 10 12 13 13 16 23 18 46 26 21 39 31 47 42 363

BUM N/BU MD

0 4 0 0 2 5 7 3 1 0 0 5 11 13 5 17 73

Komisi 0 9 4 2 2 0 2 1 0 0 0 0 0 0 0 0 20

Peme rinta h Provi nsi

1 1 9 2 5 4 0 3 13 4 11 18 13 15 29 4 132

Pemk ab/Pe mkot   

0 0 4 8 18 5 8 7 10  18 19 10 21  53  114  51 346

Jumla

h 2 19 27 24 47 37 40 39 48  70 58  57  99  121  199   120 1007

Korupsi berdasar instansi

(10)

Perkara 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019  Juml ah Pengadaa

n Bara ng/Ja sa

2 12 8 14 18 16 16 10 8 9 15 14 14 15 17 17 205

Periji

nan 0 0 5 1 3 1 0 0 0 3 5 1 1 2 1 0 23

Peny uapa

n 0 7 2 4 13 12 19 25 34 50 20 38 79 93 168 97 661

Pung

utan 0 0 7 2 3 0 0 0 0 1 6 1 1 0 4 1 26

Peny alah guna an Angg aran

0 0 5 3 10 8 5 4 3 0 4 2 1 1 0 2 48

TPPU

  0 0 0 0 0 0 0 0 2 7 5 1 3 8 6 3 34

Meri ngta ngi Prose s KPK

0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 3 0 0 2 3 0 10

Juml

ah 2 19 27 24 47 37 40 39 48 70 58 57 99 121 199 120 1007

Tindak pidana berdasar jenis perkara

(11)
(12)

INDEK PERSEPSI KORUPSI

(13)

PENYEBAB KEPALA DAERAH KORUPSI

HASIL RISET LITBANG KOMPAS DIPUBLIKASIKAN PADA HARIAN KOMPAS TERBITAN HARI SENIN TANGGAL 9 DESEMBER 2019

MENTAL/K ARAKTER

YANG KORUP/SE

RAKAH

SISTEM PENCEGAHA

N

PENGAWASA N

KEUAANGAN KURANG

EFEKTIF

SISTEM POLITIK

BIAYA TINGGI

PERSOAL AN EKONOMI (PENGHA

SILAN KURANG) PENYEBA

B KORUPSI

(14)

KORUPSI ADALAH KEJAHATAN LUAR BIASA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 99 TAHUN 2012

tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

tindak pidana terorisme, narkotika dan prekursor

narkotika, psikotropika, korupsi, kejahatan terhadap

keamanan negara dan kejahatan hak asasi manusia yang

berat, serta kejahatan transnasional terorganisasi lainnya

merupakan kejahatan luar biasa karena mengakibatkan

kerugian yang besar bagi negara atau masyarakat atau

korban yang banyak atau menimbulkan kepanikan,

kecemasan, atau ketakutan yang luar biasa kepada

masyarakat.

(15)

KEJAHATAN LUAR BIASA

1. Berpotensi dilakukan oleh setiap orang.

2. Random target/victim.

3. Kerugiannya besar dan meluas.

4. Terorganisasi atau oleh organisasi.

+ bersifat lintas negara

(Korupsi, TPPU, Terorisme, Pelanggaran berat HAM,

dan Narkotika)

(16)

SEJARAH PERATURAN PERUNDANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI

1. Delik korupsi dalam KUHP

2. Peraturan Pemberantasan Korupsi Penguasa Perang Pusat Nomor Prt/ Peperpu/013/1950 3. Undang-Undang No.24 (PRP) tahun 1960 tentang Tindak Pidana Korupsi

4. Undang-Undang No.3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi 5. TAP MPR No. XI/MPR/1998 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas

Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

6. Undang-Undang No.28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme

7. Undang-Undang No.31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

8. Undang-undang No. 20 tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

9. Undang-undang No. 30 tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi diperbaharui dengan UU No. 19 tahun 2019

(17)

LANJUTAN

10. Undang-undang No. 7 tahun 2006 tentang Pengesahan United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) 2003

11. Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2000 tentang Peranserta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi

12.Instruksi Presiden No. 5 tahun 2004 tentang

Percepatan Pemberantasan Korupsi

(18)

TINDAK PIDANA KORUPSI

- Diatur di dalam 12 Pasal di dalam UU No. 31 tahun 1999 jo. UU No. 20 tahun 2001;

- Terdiri atas 7 macam perbuatan utama;

- Apabila dijabarkan lebih rinci menjadi 30 (tigapuluh) bentuk perbuatan;

- Hanya 2 (dua) dari 12 Pasal dalam UU tersebut

yang berkaitan dengan kerugian keuangan

negara dan/atau kerugian perekonomian negara.

(19)

7 PERBUATAN UTAMA KORUPSI

1. Merugikan keuangan negara.

2. Suap.

3. Penggelapan dalam jabatan.

4. Pemerasan (paksaan mengeluarkan uang).

5. Perbuatan curang.

6. Benturan kepentingan dalam pengadaan.

7. Gratifikasi.

(20)

SUBYEK HUKUM TINDAK PIDANA KORUPSI

1. Setiap Orang yang meliputi:

a. orang perseorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;

b. korporasi adalah kumpulan orang atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum;

PERMA NO. 13 tahun 2016 tentang penanganan perkara korupsi oleh korporasi

2. Pegawai Negeri:

a. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang kepegawaian (sekarang UU ASN);

b. pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP;

c. orang yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah;

d. orang yang menerima gaji/upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan negara/daerah;

e. orang yang menerima gaji/upah dari korporasi yang mempergunakan modal atau fasilitas dari negara/masyarakat.

(21)

3. Penyelenggara negara.

Penyelenggara Negara

Menurut UU No. 28 Tahun 1999, Penyelenggara Negara, meliputi:

- Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara - Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara - Menteri

- Gubernur

- Hakim

- Pejabat Negara lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan

- Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis dalam

kaitannya dengan penyelenggaraan negara sesuai

dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku

(22)

PENGERTIAN PEGAWAI NEGERI MENURUT KUHP

Pasal 92 ayat (1)

Yang disebut pejabat, termasuk juga orang- orang yang dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan aturan-aturan umum, begitu juga orang-orang yang, bukan karena pemilihan, menjadi anggota badan pembentuk undang-undang badan pemerintahan, atau badan perwakilan rakyat, yang dibentuk oleh Pemerintah atau atas nama Pemerintah;

begitu juga semua anggota dewan

waterschap, dan semua kepala rakyat

Indonesia asli dan kepala golongan Timur

Asing yang menjalankan kekuasaan yang sah.

(23)

Beberapa contoh

Rumusan Tindak Pidana Korupsi

dalam UU No. 31 tahun 1999 Jo

UU No. 20 tahun 2001 tentang

Pemberantasan Tindak Pidana

Korupsi

(24)

Pasal 2 ayat (1) - Setiap orang;

- secara melawan hukum;

- melakukan perbuatan;

- memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi;

- yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara;

Ancaman pidana:

- 4-20 tahun penjara; dan/atau

- Denda Rp. 200 jt-Rp. 1 miliar.

(25)

Pasal 2 ayat (2)

Apabila dilakukan dalam keadaan tertentu, pidana mati dapat dijatuhkan.

Yaitu apabila pelanggaran terhadap ayat (1) dilakukan terhadap:

- dana penanggulangan keadaan bencana alam nasional;

- dana penanggulangan keadaan darurat/bahaya militer;

- dana penanggulangan kerusuhan sosial yang meluas;

- dana penanggulangan krisis ekonomi/moneter;

atau

- mengulangi kejahatan korupsi/residivis.

{Penjelasan Pasal 2 ayat (2) UU No. 20 tahun 2001}

(26)

Pasal 3

- Setiap orang - dengan tujuan

- menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi

- menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana

- yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan

- yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara

Ancaman pidana:

- 1-20 tahun penjara; dan/atau

- Denda Rp. 50 jt-Rp. 1 miliar.

(27)

Pasal 15

- Setiap orang

- Yang melakukan: percobaan, atau pembantuan, atau permufakatan jahat

- Untuk melakukan tindak pidana korupsi…

Ancaman pidana:

- dalam hal percobaan, disamakan dengan delik selesai;

- dalam hal pembantuan, disamakan dengan pelaku utamanya;

- Dalam hal permufakatan jahat, disamakan dengan

seandainya delik itu sungguh dilakukan.

(28)

Pasal 12 huruf f

- Pegawai negeri atau penyelenggara negara - Pada waktu menjalankan tugas

- Meminta, menerima, atau memotong

- Pembayaran kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara lain atau kepada kas umum

- Seolah mereka itu mempunyai utang kepadanya

- Padahal diketahui bukan utang

(29)

Pasal 12B ayat (1):

- Setiap gratifikasi

- Kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara

- Dianggap pemberian suap

- Apabila berhubungan dengan jabatan

- Dan yang berlawanan dengan kewajiban atau

tugasnya.

(30)

GRATIFIKASI

Dasar Pemikiran:

“Tidak sepantasnya pegawai negeri/pejabat publik menerima pemberian atas pelayanan yang mereka berikan”

“Seseorang tidak berhak meminta dan

mendapat sesuatu melebihi haknya

sekedar ia melaksanakan tugas sesuai

tanggungjawab dan kewajibannya”

(31)

31

UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN KORUPSI UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN KORUPSI

9

• Kebijakan penerapan Hukum

Pidana (Criminal Law Application);

• Sifat repressive (penumpasan/

penindasan/pemberantasan) apabila kejahatan sudah terjadi;

• Perlu dipahami bahwa:

upaya/tindakan represif juga dapat dilihat sebagai upaya/tindakan

preventif dalam arti luas

(Nawawi Arief : 2008)

• Kebijakan pencegahan tanpa

hukum pidana (prevention without punishment);

• Kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and

punishment/mass media atau media lain seperti penyuluhan, pendidikan dll);

• Sifat preventive (pencegahan)

JALUR PENAL

JALUR PENAL JALUR NON-PENAL JALUR NON-PENAL

(32)

UPAYA PENCEGAHAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Pentingnya

pendidikan anti korupsi bagi para generasi muda

Melalui pendidikan sekolah (PAUD-PERGURUAN TINGGI)

Kampanye anti korupsi melalui organisasi kemasyarakatan (LSM)

Pemanfaatan teknologi dalam gerakan kampanye

anti korupsi

Masuk kurikulum (mata kuliah

sisipan atau mandiri Kegiatan ekstra

kurikuler (berbagai lomba dsb)

(33)

KEBIJAKAN SEKOLAH DALAM MENANMKAN SIKAP ANTI KORUPSI DI SEKOLAH

(HASIL PENELITIAN TERHADAP SMA/SMK/MA DI PEKALONGAN)

Kebijakan sekolah dalam menanmkan

sikap anti korupsi pada siswa

Pendirian kantin kejujuran

Menanamkan sikap jujur dalam kegiatan sekolah misalnya saat ujian siswa

dilarang mencontek

Membuat peraturan sekolah

Keteladanan dari guru sekolah

Menyisipkan sikap anti korupsi pada siswa disela-selan pelajaran

(34)

LANJUTAN

Kebijakan sekolah dalam menanmkan

sikap anti korupsi pada siswa

integrasi dalam mata pelajaran pendidikan agama, sosiologi, bahasa Indonesia, PKN.

Pembuatan poster anti korupsi

Pengamalan nilai-nilai islam dalam kegiatan sekolah, misalnya membaca Al Qur`an sebelum pelajaran di mulai

Pendikan karakter

Pengadaan kegiatan ekstra kurikuler yang

mengarah ke pembinaan rokhani / akhlaq, misal ketakmiran/kegiatan keagamaan.

Sosialisasi mengenai pendidikan anti korupsi dari kejaksaan / kepolisian / perguruan tinggi

(35)

NILAI DASAR ANTI KORUPSI

adil

Berani

sederhan a

Jujur

Peduli

Mandiri

Disiplin

Tanggung jawab Kerjakera

s

Nilai dasar anti Korupsi

(jupe mandi tangker sebedil)

(36)

MATUR SEMBAH NUWUN

TERIMA KASIH

Referensi

Dokumen terkait

Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan

• Melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi. • Menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana

Pasal 3 : Yang dimaksud dengan tindak pidana korupsi adalah setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,

“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan

Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan

“ Setiap Orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi , menyalahgunakan kewenangan, ke- Sempatan atau sarana yang ada padanya karena