• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PADA OPERASIONAL BANK BTN SYARIAH DI MASA PANDEMI COVID - 19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PADA OPERASIONAL BANK BTN SYARIAH DI MASA PANDEMI COVID - 19"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Vol. 14 No. 1, Juni (2023) p-ISSN: 2086-5678, e-ISSN: 2807-8403.

STRATEGI MANAJEMEN RISIKO PADA

OPERASIONAL BANK BTN SYARIAH DI MASA PANDEMI COVID - 19

Suci Nurani1, Isfandayani2, Purnama Putra3

1 Fakultas Agama Islam, Universitas Islam 45, E-mail: : Sucinurani28@gmail.com

2 Fakultas Agama Islam, Universitas Islam 45, E-mail: Isfandayani@gmail.com

3 Fakultas Agama Islam, Universitas Islam 45, E-mail: purnama.p41@gmail.com

Artikel Abstract

Keywords: Strategy,

Operational Risk, Islamic Bank, Covid-19

Article History Received: Jan 3, 2023;

Reviewed: Feb 26, 2023;

Accepted: Marc 1, 2023

DOI:

10.xxxxx/maslahah.v12i2

This study aims to 1) analyze the general operational description of Bank BTN Syariah kc Bekasi during the bank's operation during the pandemic. 2) identify the type of risk faced. 3) analyze the risk mitigation by Bank BTN Syariah KC Bekasi. 4) Recommend alternative strategies that can be implemented for Bank BTN Syariah as long as the bank operates during the Covid-19 pandemic.

This research combined research with primary and secondary data.

Data collection techniques used literature studies, documentation, interviews, and questionnaires. The data analysis method uses the IFE, EFE, and Grand Strategy methods. The results of this study show that while operating during a pandemic, banks face operational, reputation, and financing risks. The results of the internal analysis of the value of IFE are 3.44, and the external analysis of EFE is 3.22. The company's position in the matrix The Grand Strategy is in quadrant one, so the strategic recommendations are market development strategy, product development, and market penetration.

1. PENDAHULUAN

Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis Coronavirus Disease yang baru ditemukan dan telah diidentifikasi sebagai wabah penyakit pernapasan di Wuhan, provinsi Hubei, China mulai bulan Desember 2019. Satu-persatu negara di dunia memiliki kasus penduduk yang terpapar virus Covid-19, tak terkecuali negara Indonesia yang kasus positif pertama merupakan dua Warga Negara Indonesia asal Kota Depok yang dinyatakan positif covid-19 pada tanggal 2 Maret 2020 yang langsung diumumkan oleh Presiden Joko Widodo di Istana Kepresidenan, Jakarta.

Beragam upaya dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam menekan angka penyebaran virus tersebut, mulai dari Pembatasan Sosial Berskala Besar

(2)

(PSBB), pembatasan ibadah di tempat beribadah, lock down di beberapa kota yang peta sebaran virus nya tinggi, kebijakan Work From Home (WFH) perusahaan, hingga New Normal.

Dampak dari adanya virus Covid-19 sangat dirasakan oleh berbagai kalangan maupun perusahaan, hadirnya virus tersebut mampu mengubah perilaku manusia.

Semua sektor usaha dan kehidupan mendapatkan pengaruh yang signifikan dari hadirnya virus tersebut. Termasuk sektor industri jasa keuangan dan perbankan termasuk bank syariah di dalamnya yang memiliki fungsi sebagai penyedia layanan kepada nasabah atau masyarakat. Namun, dengan terdampaknya dunia perbankan membuat operasional perbankan menjadi tersendat dikarenakan wabah pandemi Covid- 19. Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Halim Alamsyah menyebutkan bahwa ada tiga risiko besar yang dihadapi perbankan akibat penyebaran pandemi Covid-19 yaitu risiko kredit, risiko operasional, dan risiko likuiditas (Pratama, 2020). Perusahaan perlu mengantisipasi adanya risiko pada operasional bank yang meliputi risiko proses, risiko sumber daya manusia, risiko sistem, juga risiko eksternal.

Kemunculan virus pandemi Covid-19 mewajbkan tiap perusahaan melakukan proses manajemen risiko agar perusahaan semakin sadar dan siap untuk menghadapi risiko- risiko tersebut.

Bank memiliki tugas untuk melayani masyarakat. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut pasti diiringi dengan risiko yang ada dalam setiap sistem dan juga perkembangannya. Setiap bank, tidak hanya di bank konvensional tetapi juga pada bank syariah akan selalu berhadapan dengan berbagai macam risiko, baik itu risiko eksternal maupun risiko internal yang melekat pada perusahaan. Bank tetap harus menjalankan fungsinya sebagai media intermediasi dalam melayani kebutuhan masyarakat dengan berbagai kegiatan operasionalnya, yaitu memberikan layanan berupa service, menghimpun dana dan juga kegiatan penyaluran dana. Dengan tetap beroperasinya bank di masa pandemi, maka bank pun dihadapi oleh risiko. Pada kegiatan pelayanan, penghimpunan dana, serta penyaluran dana pasti memiliki kendala ketika dilaksanakan pada masa wabah pandemi Covid-19. Hal tersebut disebabkan karena di masa pandemi ini segala jenis kegiatan pun dibatasi sehingga aktivitas yang biasa dilakukan secara langsung dengan banyak orang harus diminimalisir.

Wabah yang tidak terduga ini membuat sebagian operasional bank lumpuh, dalam Laporan Tahunan PT. Bank Tabungan Negara kebijakan yang dilakukan oleh PT. Bank Tabungan Negara dalam menekan angka penyebaran virus Covid-19 adalah dengan melakukan kebijakan Work From Home dan Work From Office, menyediakan dan memonitor kelengkapan fasilitas safety work (thermogun, masker, sarung tangan, face shild), pelaksanaan cloud meeting, fasilitas antar jemput karyawan, melakukan split

(3)

Mar-20 Jun-20 Sep-20 Des-20 Mar-21 Jun-21 Sep-21 Triwulan

1

Triwulan 2

Triwulan 3

Triwulan 4

Triwulan 1

Triwulan 2

Triwulan 3 Series1 196,603 427,159 663,476 837,040 248,867 571,289 1,050,06

196,603

427,159

663,476 837,040

248,867

571,289

1,050,065

0 200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000

Biaya Operasional UUS BTN Triwulan 2020 - 2021 (dalam jutaan)

operation dan lain-lain (PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, 2020) Hal tersebut dilakukan guna memutus penyebaran mata rantai virus Covid-19 dan menumbuhkan lingkungan kantor yang sehat.

Munculnya wabah pandemi ini, beban operasional bank syariah pun meningkat.

Fauziah, Fakhriyah dan Abdurrohman dalam wawancaranya dengan salah satu karyawan Bank BNI Syariah KC Matraman menjelaskan bahwa terdapat kenaikan beban operasional pada cabang tersebut karena harus menyediakan alat pelindung diri berupa masker, hand sanitizer, multivitamin, dan desinfektan dalam jumlah banyak untuk menjaga kesehatan lingkungan kantor terutama bagi para karyawan. Data biaya operasional UUS BTN Syariah menunjukan bahwa adanya kenaikan biaya operasional selama bank beroperasi di masa pandemi, hal tersebut bisa saja berkaitan dengan adanya pandemi yang membuat biaya perasional bank meningkat seperti yang dijelaskan oleh Heftika dkk. Berikut adalah data Biaya Operasional UUS BTNS :

Gambar 1 Data Biaya Operasional UUS BTN

Sumber: Otoritas Jasa Kuangan (Data diolah Penulis 2021)

Demi mencapai tujuan operasinya, suatu bank syariah harus mempertimbangkan risiko pada operasional yang bisa mempengaruhi kegiatan usaha perusahaan, termasuk kerugian yang terjadi dari ketidakcukupan atau proses internal yang gagal, SDI, dan sistem dari kejadian eksternal. Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan dalam mengelola operasional perusahaan adalah dengan cara melakukan mitigasi risiko berupa menyusun strategi dalam mengelola operasional perusahaan di masa pandemi Covid-19.

Perumusan strategi bagi perusahaan penting dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan, sehingga perusahaan lebih maju. Jika suatu perusaaan tidak memiliki

(4)

strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan, maka berdampak pada apa yang diharapkan perusahaan tidak tercapai.

Berdasarkan pemaparan masalah diatas maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1) bagaimana gambaran umum operasional Bank BTN Syariah KC Bekasi selama pandemi? 2) apa saja jenis risiko yang dihadapi pada operasional Bank BTN Syariah selama pandemi Covid-19? 3) bagaimana cara Bank BTN Syariah KC Bekasi melakukan mitigasi risiko yang muncul selama bank beroperasional di saat pandemi? 4) Apa saja rekomendasi strategi yang dapat digunakan oleh Bank BTN Syariah KC Bekasi dalam menghadapi risiko pada operasional selama masa pandemi Covid-19.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian gabungan (mixed methods). Metode penelitian kombinasi adalah suatu metode penelitian yang mengkombinasikan atau menggabungkan antara metode kualitatif dan kuantitatif untuk digunakan secara bersamana-sama dalam suatu kegiatan penelitian, sehingga diperoleh data yang lebih komprehensif, valid, reliabel, dan obyektif. Sumber data penelitian ini adalah data primer berupa hasil wawancara dan kuisioner yang penulis peroleh melalui beberapa Sumber Daya Insani yang dapat memberikan informasi terkait risiko pada operasional yang dihadapi, yaitu Customer Services, Consumer dan Commercial Funding Unit, Mortgage and Consumer Financing Unit, Human Capital Syariah, Collection and Workout dan Operation Unit. Data sekunder yang digunakan berupa jurnal, peraturan- peraturan, laporan publikasi, berita artikel, dan informasi dari lembaga resmi terkait.

Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis internal berupa kekuatan dan kelemahan menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan analisis eksternal berupa ancaman dan kelemahan menggunakan matrik External Factor Evaluation (EFE). Serta menggunakan The Grand Strategy Matrix untuk merekomendasikan strategi dan melihat posisi perusahaan.

3. LANDASAN TEORI

a. Strategi

Agar perusahaan dapat bersaing dengan kompetitor lain, maka sebuah perusahaan membutuhkan strategi yang tepat. Pengertian strategi menurut Sofjan Assauri di definisikan sebagai suatu pernyataan yang mengarahkan bagaimana masing-masing individu dapat bekerja sama dalam organisasi dalam upaya pencapaian tujuan dan sasaran organisasi tersebut.

b. Manajemen Strategi

(5)

Manajemen strategi menurut adalah sebuah poin keputusan yang merupakan hasil analisis kekuatan dan kelemahan internal serta antisipasi ancaman dengan memanfaatkan sepenuhnya peluang yang ada dengan memperhitungkan alokasi yang tepat dari sumber daya perusahaan (organisasi) dan diimplementasikan di semua lini perusahaan, oleh seluruh anggota perusahaan dalam rangka mewujudkan visi, misi tujuan, dan sasaran perusahaan (organisasi). Manajemen strategi diperlukan untuk mengetahui kondisi usaha saat ini, mengidentifikasi psosisi yang menguntungkan di masa depan, dan memberi tahu bagaimana cara kita meraihnya (Kusmulyono &

Agustiawan, 2020).

c. Manajemen Risiko

Bisnis erat kaitannya dengan risiko yang muncul dalam aktivitas perusahaan.

Termasuk juga lembaga keuangan perbankan yang berkaitan erat dengan berbagai risiko yang dihadapi. Risiko dalam konteks perbankan tidak dapat dihindari, tetapi dapat dikelola dan dikendalikan. Pengendalian risiko dapat dilakukan oleh bank dengan cara lindung nilai atau hedging, dan metode mitigasi lainnya (Ikatan Bankir Indonesia, 2015). Oleh karena itu sebagaimana lembaga perbankan, bank syariah juga memerlukan serangkaian prosedur dan metodologi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari kegiatan usaha, atau yang biasa disebut sebagai manajemen risiko. Dalam POJK No.18/POJK.03/2016 Pasal 1 poin 3 tentang Penerapan Manajemen Risiko bagi Bank Umum terdapat definisi dari manajemen risiko yaitu serangkaian metodologi dan prosedur yang digunakan untuk mnegidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang timbul dari seluruh kegiatan usaha bank.

d. Tahap Penyusunan Strategi

Dalam membuat strategi untuk perusahaan, diperlukan formulasi strategi yang berupa tahapan-tahapan dalam melaksanakan perumusan strategi perusahaan. Terdapat kerangka tahapan yang dapat diterapkan untuk semua ukuran dan jenis organisasi serta dapat membantu para penyusun strategi mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memilih strategi. Kerangka tersebut disebut Kerangka Kerja Analitis Strategi (Strategy Formulation Framework). Adapun tahapan dalam penyusunan formulasi strategi adalah sebagai berikut:

(6)

Gambar 2. Strategy Formulation Framework

Sumber: Fred R David & Forest R David (2016) Internal Factor Evaluation (IFE)

Menurut matriks IFE dibuat untuk melihat kuat/lemahnya kondisi internal suatu perusahaan. Pada metode ini, difokuskan untuk menganalisis internal perusahaan yaitu berupa kekuatan dan kelemahan internal perusahaan yang didalamnya berupa gambaran area fungsional bisnis. Penekanan pada penganalisisan internal organisasi perusahaan adalah penganalisisan dan pengembangan sumber daya dan kompetensi organisasi . Langkah yang dilakukan dalam merumuskan Matriks IFE adalah dengan melakukan wawancara yang berkaitan dengan kelemahan dan kekuatan perusahaan yaitu Bank BTN Syariah KC Bekasi sebagai narasumber untuk penyusunan matriks IFE.

External Factor Evaluation (EFE)

Matriks EFE dibuat untuk menilai respon perusahaan terhadap kondisi eksternalnya. Matriks EFE digunakan untuk untuk mengetahui faktor-faktor eksternal perusahaan berkaitan dengan peluang dan ancaman yang dianggap penting. Berbagai faktor eksternal tersebut diharapkan mencakup faktor permasalahan ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintaha, hukum, teknologi dan persaingan.

Cara penyusunan matriks EFE adalah wawancara dengan narasumber terkait peluang dan ancaman yang dihadapi oleh perusahaan. Kemudian hasil wawancara di buat menjadi kuesioner yang berisi pernyataan yang harus diberikan nilai oleh narasumber dengan skala satu sampai empat. Setelah itu, hasil penilaian faktor eksternal di input kedalam matriks EFE

(7)

The Grand Strategy Matrix

Matrix the grand strategy adalah perangkat analitis perumusan strategi yang merumuskan strategi alternatif. Matrix the grand strategy digunakan untuk mengetahui rekomendasi atau alternatif strategi dalam melakukan manajemen risiko pada operasional yang tepat bagi Bank BTN Syariah KC Bekasi. Hasil dari angka IFE dan EFE kemudian di masukkan kedalam diagram The Grand Strategy untuk melihat perusahaan tersebut berada di kuadran atau di titik koordinat berapa sehingga dapat di lanjutkan dengan tahap perumusan strategi sesuai dengan posisi hasil dari kuadran The Grand Strategy.

4. GAMBARAN UMUM OPERASIONAL BANK BTN SYARIAH KC BEKASI

Bapak Rusdy Yanson selaku Human Capital Syariah (HCS) Bank BTN Syariah KC Bekasi menjelaskan bahwa protokol kesehatan bank telah dilakukan dengan baik mengikuti aturan dari kementrian dan kantor pusat. Contoh protokol kesehatan yang dilakukan adalah penyediaan tempat cuci tangan sebelum memasuki bank, pengecekan suhu, penyemprotan desinfektan, penyediaan masker, penggunaan face shield, pemasangan sekat akrilik, adanya gugus tugas covid untuk tracking apabila ada pegawai yang terpapar, mengikuti vaksinasi, jaga jarak di lingkungan bank, dan mengurangi mobilitas keluar kota. Ibu Bagiyas selaku Operation Head menjelaskan selama pandemi perbedaan yang pertama adalah adanya perubahan jam layanan yang berubah-ubah tergantung pada tinggi dan rendahnya kasus covid-19, zona wilayah, aturan pemerintah, dan aturan dari kantor pusat.

Jawaban wawancara dari tiap divisi menyebutkan adanya WFH tidak menurunkan kinerja dan team work di masing-masing unit. Namun memang ketika ada salah satu pegawai yang terpapar di salah satu unit dan diharuskan bekerja dari rumah, maka akan ada pegawai lain yang double job atau mem back-up tugas pegawai yang sedang bekerja dari rumah. Bapak Rusdy Yanson menyebutkan untuk pegawai yang bekerja dari rumah tetap terkontrol, karena Bank BTN Syariah memiliki aplikasi khusus untuk memonitoring produktifitas pegawai yaitu Work From Home for BITNIZ.

Kegiatan penyaluran dana di era pandemi membuat ruang gerak unit landing terbatas dikarenakan adanya aturan-aturan yang di terbitkan oleh pemerintah seperti lockdown, PSBB, dan PPKM. Bapak Galang Mandiri menyebutkan bahwa selama pandemi survey ke lokasi-lokasi perumahan yang terletak di luar kota itu dibatasi dengan tujuan untuk menjaga keselamatan karyawan. Selain itu, dampak lain dari adanya pandemi adalah meningkatnya nasabah pembiayaan bermasalah karena ada nasabah yang dikenakan pemutusan kerja dan juga nasabah yang usaha nya terdampak pandemi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang diteliti oleh Sobana dkk yang

(8)

menjelaskan bahwa kredit bermasalah yang semakin besar akibat perekonomian yang menurun yang mempengaruhi usaha yang dijalankan nasabah, ketika usaha nasabah menurun maka akan menimbulkan pinjaman macet.

Unit Collection, Bapak Aditya menjelaskan bahwa selama pandemi terdapat peningkatan dalam nasabah yang sulit membayar kewajibannya dibandingkan sebelum adanya pandemi. Hal tersebut karena banyak karyawan di PHK, pengurangan gaji 30%

bahkan sampai 70%, kemudian wirausaha yang usaha nya sepi sehingga pendapatannya berkurang, dan bahkan distributor mengalami kebangkrutan. Hal tersebut mempersulit nasabah dalam membayar cicilannya. Selain itu, dalam proses penagihan bapak Aditya menjelaskan selama pandemi tidak ada hambatan dalam penagihan. Karena meskipun ada pegawai terpapar, proses penagihan tetap dapat karena penagihan dilakukan melalui telefon.

Ibu Jenida Tiara unit consumer funding sales dan Ibu Gita Pravista unit commercial funding sales menjelaskan bahwa terdapat nasabah lembaga yang sulit bertemu secara tatap muka karena sulit dalam menentukan waktu dan ditambah dengan adanya kebijakan-kebijakan untuk mengurangi mobilitas. Terutama untuk perusahaan yang lokasinya di daerah Kota Jakarta, karena setiap perusahaan memiliki aturan yang berbeda-beda, jadi ada kendala di saat ingin bertemu secara tatap muka. Sehingga yang dilakukan adalah melakukan ekspansi nasabah lembaga menggunakan media komunikasi lain seperti melalui E-Mail, WhatsApp, atau telefon. Hal tersebut juga dilakukan oleh unit customer services, melayani nasabah menggunakan E-Mail dan WhatsApp pada nasabah yang tidak memiliki E-Channel, layanan yang diberikan seperti pengecekan saldo yang tidak memerlukan nasabah datang ke bank.

Hasil wawancara dengan divisi Collection, customer services, Landing, juga Commercial Funding &Consumer Funding menjelaskan bahwa pandemi menjadi salah satu faktor penambah dari belum tercapainya target pada masing-masing unit. Selain dari divisi funding yang kesulitan dalam menambah nasabah baru, Ibu Ayu Roswini selaku customer services juga menjelaskan bahwa selama pandemi sulit tercapainya target penambahan nasabah baru karena nasabah jarang datang ke bank. Langkah yang diambil oleh unit customer service dalam mempromosikan produk ke nasabah baru adalah bekerjasama dengan marketing developer dan melakukan cross selling penawaran produk buku tabungan yang lain ketika ada nasabah baru, jadi Customer services tidak hanya menawarkan satu produk saja.

(9)

5. JENIS RISIKO YANG TIMBUL DALAM OPERASIONAL BANK BTN SYARIAH SELAMA PANDEMI

Hasil wawancara dengan enam (6) narasumber yaitu, Customer Services, Consumer dan Commercial Funding Unit, Mortgage and Consumer Financing Unit, Human Capital Syariah, Collection and Workout, dan Operation Unit menunjukkan adanya risiko lain yang timbul ketika bank menjalankan roda bisnis nya. Adapun risiko yang timbul adalah sebagai berikut:

1. Risiko Operasional

Terdapat beberapa perubahan yang terjadi selama Bank BTN Syariah menjalankan usahanya di masa pandemi. Ibu Bagias Triarkis selaku Staff Operasional menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi adalah berubahnya jam layanan, Perubahan waktu layanan bergantung pada tinggi dan rendahnya kasus covid-19, zona wilayah, aturan pemerintah, serta aturan dari kantor pusat. Selain itu juga ada penutupan kantor cabang pembantu dan di alihkan ke kantor cabang utama, pembatasan layanan nasabah, penyediaan alat pelindung diri, adanya aturan bekerja dari rumah, dan kendala ketika ada pegawai yang terpapar virus.

Hasil wawancara dengan unit customer services, consumer funding sales &

commercial funding sales, dan landing menjelaskan bahwa sulit mencapai target karena adanya aturan yang ada untuk membatasi mobilitas sehingga dalam memasarkan produk tidak bisa optimal kinerjanya. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Khoirudin & Jefik Zulfikar Hafidz yang menjelaskan bahwa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menjadikan kegiatan bank tidak bisa dilakukan secara normal, karena aktivitas yang biasa dilakukan secara langsung dengan banyak orang harus di minimalisir.

Perubahan sistem kerja merupakan salah satu kebijakan pemerintah dalam upaya pencegahan Covid-19. Perubahan tersebut adalah pemberlakukan bekerja dari rumah atau yang dikenal dengan istilah work from home (WFH). Kebijakan yang diberlakukan secara mendadak memberikan tantangan dalam pelaksanaannya. Budaya kerja baru ini dipastikan memberikan dampak positif dan negatif baik untuk instansi maupun bagi pegawai yang kemudian berdampak pula pada produktivitas perusahaan dalam beroperasi. Misalnya pada unit Consumer Funding Sales & Commercial Funding Sales Ibu Jenida Tiara dan Ibu Gita Pravista menjelaskan bahwa adanya Work From Home (WFH) kurang efektif di waktu tertentu karena unit Funding Sales & Commercial Funding Sales harus menggaet nasabah dan lebih mudah menggaet nasabah secara tatap muka dibandingkan dengan menghubungi melalui media komunikasi seperti whatsapp, E-Mail, dan telefon. Dari hasil wawancara dengan ke enam unit divisi menjelaskan bahwa adanya bekerja dari rumah itu tidak mempengaruhi teamwork pada tiap unit yang

(10)

bekerja hanya saja memang pegawai di unit yang sedang bekerja di kantor menjadi double job.

2. Risiko Pembiayaan

Nasabah yang melakukan pembiayaan bergantung pada gaji dan atau pendapatan dari usaha yang di jalankan. Pandemi memiliki pengaruh besar terhadap berbagai sektor seperti sektor pariwisata, transportasi, Usaha Mikro Kecil dan Menegah (UMKM), dan lain-lain. Selama adanya pandemi, terjadi peningkatan angka pengangguran dikarenakan adanya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Dalam berita resmi statistik yang di publikasi pada laman resmi Badan Pusat Statistika (BPS), angka pengangguran bulan Februari tahun 2020 sebesar 4,94% (data sebelum adanya pandemi di Indonesia), kemudian pada bulan Agustus tahun 2020 dimana telah ada kasus pandemi di Indonesia tingkat pengangguran meningkat menjadi 7,07% (Badan Pusat Statistik, 2021).

Tentunya banyaknya pengangguran karena terdampak covid-19 ini dapat menyebabkan kemampuan seseorang untuk membayar kewajibannya jika memiliki pinjaman di lembaga keuangan seperti bank syariah (Afkar & Purwanto, 2021).

Penulis mengajukan pertanyaan kepada Bapak Galang terkait perbandingan peningkatan nasabah yang sulit membayar kewajibannya berserta cara mitigasi risiko pembiayaan yang di terapkan. Kemudian Bapak Galang Mandiri menjelaskan bahwa terdapat peningkatan karena seperti banyak karyawan di Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), pengurangan gaji 30% bahkan sampai 70%, wirausaha yang memiliki usaha itu usaha nya sepi sehingga pendapatannya berkurang, dan bahkan distributor mengalami kebangkrutan. Jadi hal tersebut mempersulit nasabah dalam membayar cicilannya.

Untuk mengurangi dampak risiko kerugian pada bank, Bank BTN Syariah menerapkan mitigasi ketika ada nasabah yang hendak melakukan pembiayaan dengan melakukan sortir berkas dilihat dari pekerjaan nasabah itu sendiri. Nasabah yang dapat di accept berkas pembiayaan nya adalah nasabah yang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Aparatur Sipil Negara (ASN), dan profesi bidang lain yang tidak terdampak pandemic dan juga melakukan restrukturisasi covid bagi nasabah pembiayaan KPR yang terdampak pandemi. Hal tersebut dilakukan agar terhindar dari risiko pembiayaan yang lebih besar (Mandiri, 2021).

Terdapat cara yang dapat dipilih ketika ada nasabah yang sulit membayar kewajibannya yaitu restrukturisasi Covid khusus bagi nasabah KPR yang terdampak pandemi covid. Bapak Galang Mandiri menjelaskan bahwa restrukturisasi covid merupakan program pemerintah. Jadi nasabah yang memiliki hambatan dalam pembayaran angsuran selama pandemi itu berhak dan bisa mendapatkan program restrukturisasi. Restrukturisasi merupakan penangguhan dalam membayar angsuran, penangguhan tersebut berlaku satu tahun.

(11)

3. Risiko Reputasi

Wawancara dengan Ibu Ayu Roswini selaku Sumber Daya Insani (SDI) pada unit customer services, menyebutkan bahwa adanya Work From Home dan penutupan outlet menyebabkan proses layanan menjadi lebih lama apabila hanya satu pegawai yang melayani ketika terdapat pegawai lain yang cuti ataupun terpapar (Roswini, 2021).

Antrian timbul disebabkan oleh kebutuhan akan layanan melebihi kemampuan (kapasitas) pelayanan atau fasilitas layanan, sehingga pengguna fasilitas tidak bisa segera mendapatkan pelayanan disebabkan kesibukan layanan (Adrianus, Leunupun, &

Pattinama, 2018). Sehingga kondisi tersebut dapat menyebabkan antrian berkepanjangan dan nasabah menjadi menunggu lebih lama dalam pelayanan. Selain itu, terdapat juga pengaduan nasabah yang berkaitan masalah transaksi seperti gagal transfer dan lain-lain. Sehingga hal tersebut dapat menyebabkan reputasi bank menurun akibat pelayanan yang kurang memuaskan nasabah.

6. MITIGASI RISIKO YANG DILAKUKAN OLEH BANK BTN SYARIAH KC BEKASI

1. Risiko Operasional

Bank BTN Syariah KC Bekasi tetap melayani nasabah di masa pandemi, untuk menjaga risiko terpapar antara pegawai dengan nasabah, pelayanan pun dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan yang sangat ketat. Untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19 di kantor cabang, Bank BTN Syariah KC Bekasi juga mengatur dan membatasi jumlah nasabah yang berada pada area dalam banking hall dengan memperhatikan kapasitas ruangan dan penerapan physical distancing. Selain itu di depan bank pun terdapat tempat mencuci tangan dan pengecekan suhu. Hal tersebut penting untuk dilakukan karena pengelolaan operasional di masa pandemi perlu ditangani dengan tepat agar dapat menyeimbangkan antara pencapaian kepentingan bank dengan kepentingan menjaga kesehatan (Hafidz, 2020).

Selama masa pandemi atau masa PPKM Darurat, Bank BTN Syariah juga memastikan nasabah dapat terus menikmati layanan perbankan melalui kemudahan dalam melakukan transaksi keuangan kapan saja dan dimana saja. Nasabah memiliki pilihan menggunakan layanan perbankan elektronik dan digital untuk kebutuhan dan kenyamanan bertransaksi seperti BTNS Mobile Banking, Cash Deposite Mechine (CDM) BTN, dan mesin ATM yang sudah tergabung dengan Link. Fitur layanan tersebut dapat membantu nasabah dalam mempermudah kegiatan transaksi yang di butuhkan selama pandemi.

Adanya ketentuan bekerja dari rumah, hal tersebut membutuhkan pengaturan baru yang dapat mengidentifikasi bahwa pegawai benar-benar bekerja walaupun dari rumah.

(12)

Menghadapi hal tersebut, Bank BTN Syariah memiliki aplikasi WHF For BITNIZ yang digunakan untuk monitoring produktivitas pegawai yang bekerja dari rumah. Aplikasi tersebut dapat melihat lokasi keberadaan pegawai secara akurat, juga aplikasi tersebut digunakan untuk absensi dan mengunggah file pekerjaan yang akan terkoneksi langsung dengan atasan untuk approval.

Untuk meminimalkan risiko pegawai terpapar, SDI bank BTN Syariah KC Bekasi mengikuti program vaksinasi covid. Hampir separuh dari pegawai Bank BTN Syariah KC Bekasi pernah terpapar virus covid-19. Ketika terdapat pegawai yang terpapar, satgas covid Bank BTN Syariah KC Bekasi atau Covid Rangers yang beranggotakan perwakilan dari setiap Unit Kerja yang bertanggung jawab untuk memantau, dan memastikan efektivitas pelaksanaan kebiasaan baru di unit kerjanya akan melakukan tracking pegawai yang berinteraksi dengan pegawai yang positif. Selain itu, apabila terdapat pegawai yang positif maka untuk test SWAB akan di cover oleh kantor.

Adanya pemberlakukan WFH dan PPKM membuat promosi produk pada divisi funding dilakukan secara virtual yaitu dengan memanfaatkan media komuniksi seperti E-Mail Whatsapp, maupun telepon. Hal tersebut juga berlaku pada divisi landing yang biasanya survey bisa sampai daerah Purwakarta, namun karena adanya pandemi, pegawai wajib mengurangi mobilitas untuk mengurangi risiko terpapar virus.

2. Risiko Pembiayaan

Seperti yang kita ketahui bahwa selama pandemi pengangguran meningkat karena perusahaan-perusahaan memutus kontrak para pegawai nya, hal itu terjadi karena pendapatan perusahaan berkurang selama pandemi yang berakibat pada pemutusan kontrak kerja. Nasabah yang memiliki pembiayaan di Bank BTN Syariah tidak hanya berlatarbelakang sebagai wiraswasta, tetapi juga ada wirausaha yang usahanya terdampak pandemi dan menyebabkan turunnya pendapatan bahkan hingga gulung tikar. Apabila terdapat nasabah pembiayaan yang di putus kontrak kerja nya maka nasabah tersebut tidak dapat membayar cicilan kewajibannya dan hal tersebut akan berimbas juga kepada pendapatan bank. Menanggapi hal tersebut, restrukturisasi merupakan salah satu jawaban atas permasalahan nasabah yang tidak mampu membayar cicilannya dan Bank BTN menerapkan restrukturisasi pembiayaan bagi nasabah KPR yang kesulitan dalam membayar agsuran dengan kriteria nasabah tertentu.

Perbankan diwajibkan untuk memenuhi prinsip kehati-hatian dalam penyaluran pembiayaan kepada nasabah di sebagai upaya pencegahan risiko pembiayaan. Prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan kepada nasabah disebut dengan “the 5C analysis of credit” yang merupakan singkatan dari Character (karakter), Capacity (kapasitas), Capital (modal), Condition (kondisi), dan Collateral (jaminan) (Lailiyah, 2014). Dalam wawancara dengan Bapak Galang Mandiri, menyebutkan bahwa dalam

(13)

menghindari risiko pembiayaan Bank BTN Syariah KC Bekasi menggunakan analisis 5C kepada calon nasabah pembiayaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Bank BTN Syariah Kc Bekasi menerapkan prinsip kehati-hatian yang diatur dalam POJK nomor 42/POJK.03/2017 menjelaskan bahwa KBP harus dimuat dan ditetapkan secara jelas dan tegas mengenai prinsip kehati-hatian dalam perkreditan atau pembiayaan.

Selain restrukturisasi, pada unit collection Bank BTN Syariah KC Bekasi juga melakukan penagihan melalui telefon atau E-mail untuk mengingatkan bahwa ada pembayaran yang jatuh tempo. setiap hari pukul 00.00 WIB dini hari, system akan otomatis berubah data setiap harinya dan akan terlihat nama-nama nasabah yang masih menunggak. Selama pandemi juga Bank BTN Syariah membentuk Tim Taskforce untuk memonitoring kualitas kredit, produktivitas outlet dan pengajuan restrukturisasi kredit

3. Risiko Reputasi

Langkah yang diambil oleh Bank BTN Syariah KC Bekasi dalam menangani risiko reputasi yaitu dengan cara mendengar pengaduan dan kendala yang dialami nasabah dan meminta maaf atas ketidaknyamanan yang dialami oleh nasabah ketika ada pengaduan terkait layanan. Selain itu, mitigasi yang dilakukan oleh Bank BTN Syariah KC Bekasi ketika terdapat pengaduan yang berkaitan dengan kendala transaksi maka akan tindak lanjuti dengan pengisian Sistem Pengaduan Nasabah (SPN) untuk memastikan terjaganya kepuasan nasabah.

Sistem Pengaduan Nasabah (SPN) merupakan sistem berbasis web yang dapat memudahkan pemantauan terhadap status penyelesaian pengaduan sekaligus memberikan kepastian bagi para nasabah tentang jangka waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk menyelesaikan pengaduan tersebut. Dengan website SPN, pegawai dapat memantau penyelesaian pengaduan nasabah secara menyeluruh (PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk, 2020).

Gambar 3. Hasil Perhitungan The Grand Strategy Matrix

Sumber: Data diolah (2021)

(14)

Matriks the grand strategy pada gambar 4.2, posisi Bank BTN Syariah KC Bekasi berada pada kuadran satu (1) yaitu dengan titik kordinat X skor IFE sebesar 3,44, dan titik kordinat Y skor EFE sebesar 3,22. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa posisi Bank BTN Syariah KC Bekasi berada dalam posisi strategis yang sangat baik.

Sehingga rekomendasi strategi yang penulis buat adalah:

1. Strategi Pengembangan Pasar : Strategi yang penulis rekomendasikan adalah pada produk KPR seperti yang dijelaskan oleh narasumber bahwa selama pandemi banyakz nasabah yang berkas pengajuan pembiayaannya tidak di accept karena latar belakang pekerjaan nasabah yang merupakan sektor terdampak pandemi.

Sehingga salah satu rekomendasi strategi dalam pengembangan produk adalah dengan membuat program pembiayaan KPR untuk Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Kota Bekasi dengan memberikan penawaran-penawaran yang menarik. Program promosi yang dapat diberikan misalnya adalah DP 0%, margin rendah, atau gratis biaya-biaya pengurusan KPR.

2. Strategi Penetrasi Pasar : 1) Bank BTN Syariah dapat menawarkan promosI promosi produk dan program dengan menggunakan layanan iklan secara digital seperti Google Ads, Instagram Ads, Youtube Ads, dan Facebook Ads sehingga banyak orang yang sesuai dengan kriteria target customer akan melihat iklan tersebut. 2) Strategi lain yang dapat digunakan dalam mengatasi risiko pembiayaan yang terjadi akibat adanya pandemi yang menyebabkan daya beli akan produk KPR menurun adalah dengan melakukan cross selling kepada nasabah existing yang potensial dan loyal.

3. Strategi Pengembangan Produk : 1) Pesatnya perkembangan teknologi informasi dapat dimanfaatkan Bank BTN Syariah untuk memindahkan pelayanan perbankan ke dalam aplikasi mobile banking dengan menambah jalinan kerjasama dengan E- Channel lain untuk menunjang keperluan nasabah. 2) Mengingat pertemuan tatap muka harus dikurangi karena masyarakat diharuskan menghindari kerumunan dan keramaian. Keadaan tersebut juga dapat dimanfaatkan oleh Bank BTN Syariah sebagai bentuk inovasi baru dalam membuat program pembukaan rekening secara online dengan verifikasi data nasabah secara virtual dengan petugas pelayanan, dan kartu debit dapat diambil oleh nasabah di kantor cabang terdekat yang nasabah pilih untuk pembukaan rekening. 3) Pengembangan produk pada bagian pelayanan juga dapat dilakukan dengan cara digitalisasi pelayanan dalam operasional Bank BTN Syariah KC Bekasi merespon keluhan/kebutuhan nasabah secara vitual dengan cara face time. Hal tersebut sangat membantu nasabah melihat kondisi akibat dari adanya pandemi yang kasus nya selalu bertambah setiap harinya

(15)

7. KESIMPULAN

Hasil penelitian dan analisis dari pengolahan data yang telah dilakukan oleh penulis dapat disimpulkan bahwa selama bank beroperasi di masa pandemi terdapat perubahan layanan yang terjadi dan menghambat operasional Bank BTN Syariah KC Bekasi di beberapa divisi. Perubahan yang terjadi misalnya dari segi operasional jam layanan, adanya physical&social distancing di dalam banking hall, penyediaan tempat cuci tangan, adanya akrilik penghalang antara petugas layanan dengan nasabah, pengecekan suhu sebelum memasuki banking hall dan lain-lain.

Beroperasinya Bank BTN Syariah di era pandemi menimbulkan tiga (3) jenis risiko yang dihadapi yaitu risiko operasional, risiko pembiayaan, dan risiko reputasi.

Mitigasi risiko operasional yang dilakukan adalah dengan menjalankan protokol kesehatan yang dianjurkan. Dalam mitigasi risiko pembiayaan Bank BTN Syariah menyetujui pembiayaan bagi nasabah yang pekerjaannya bukan merupakan sektor yang terdampak oleh pandemi, melakukan restrukturisasi covid untuk nasabah pembiayaan KPR yang terdampak pandemi, dan membentuk team task force. Untuk mitigasi risiko reputasi langkah yang diambil Bank BTN Syariah adalah dengan cara mendengarkan keluhan nasabah dan melaporkan pengaduan nasabah ke website SPN sehingga petugas layanan dapat memantau kelanjutan dari pelaporan tersebut.

Rekomendasi strategi dalam menghadapi risiko pada operasional Bank BTN Syariah KC Bekasi dilakukan dengan dua (2) tahap. Tahap pertama adalah tahap input (input stage), dan tahap kedua adalah tahap pencocokan (matching stage). Tahap input dilakukan dengan matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dengan nilai 3,44 dan matriks EFE (External Factor Evaluation) dengan nilai 3,22. Tahap pencocokan dilakukan dengan menggunakan matriks The Grand Strategy yang menunjukan perusahaan berada pada posisi kompetitif yang kuat yaitu di kuadran satu (1). Dari kedua tahap tersebut dihasilkan tiga (3) rekomendasi strategi yaitu strategi pengembangan pasar, strategi penetrasi pasar, dan strategi pengembangan produk.

REFERENSI

Anggraini, R. D. (2015). Metode Perumusan Strategi Perusahaan Asuransi Untuk Pencapaian Target Perusahaan. Jurnal Teknik Industri, 5(3).

Antonio, S. (2001). Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Dalam S. Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Insani.

Assauri, S. (2016). Strategic Management: Sustainable Competitive Advantages. Jakarta:

Rajawali Pers.

David, F. R. (2011). Manajemen Strategis. Jakarta: Salemba Empat.

(16)

David, F., & Forest, D. (2016). Manajemen Strategik: Suatu Pendekatan Keunggulan Bersaing. Jakarta: Salemba Empat.

Erdianto, K. (2020, Maret 3). Fakta Lengkap Kasus Pertama Virus Corona di Indonesia.

(Ihsanuddin, Penyunting) Dipetik Desember 30, 2020, dari Kompas:

https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/nasional/read/2020/03/03/0631498 1/fakta-lengkap-kasus-pertama-virus-corona-di-indonesia

Erisman, A., & Azhar, A. (2015). Manajemen Strategi. Yogyakarta: Deepublish .

Fauziah, H. N., Fakhriyah, A. N., & Abdurrohman. (2020). Analisis Risiko Operasional Bank Syariah Pada Masa Pandemi Covid-19. Al-Intaj: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, 6(2).

Ikatan Bankir Indonesia. (2015). Manajemen Risiko 2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Isnandar, F. R., & Huda, S. (2020, Juni). Analisis Mitigasi Risiko Pada Pembiayaan Mudharabah di PT. Bank Syariah Mandiri. Maslahah, 11(1).

Khoirudin, A., & Hafidz, J. Z. (2020). Pendampingan Operasional Bank Syariah Di Masa Pandemi Covid-19. Dimasejati, 2(2).

Kusmulyono, S., & Agustiawan, S. (2020). Aplikasi Strategi Bisnis Untuk Pemula UMKM

& Mahasiswa. Jakarta: Prasetya Mulya Publishing.

Nurapiah, D. (2019). Manajemen Risiko Operasional Perbankan Syariah. Eksisbank, 3(1).

Pratama, W. P. (2020, Juni 10). Ini 3 Risiko Perbankan Akibat Pandemi Covid-19. (R.

Sitorus, Penyunting) Dipetik Oktober 27, 2020, dari Finansial Bisnis:

https://www.google.co.id/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20200610/90/1250751/ini-3- risiko-perbankan-akibat-pandemi-covid-19

PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (2020). Laporan Tahunan 2020. Annual Report.

Rustam, B. R. (2013). Manajemen Risiko perbankan Syariah di Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.

Sobana, D. H., Quraisyn, A., Kusumawadani, A., Hermawati, D., Layusa, N., Putri, P. N., et al. (2021, Maret 1). Analisis Risiko Operasional Bank BRI Kantor Cabang Cianjur Pada Masa Pandemi Covid-19. Ar-Rihlah : Jurnal Keuangan dan Perbankan Syariah, 01(1).

Suni, N. S. (2020, Februari). Kesiagaan Indonesia Menghadapi Potensi Penyebaran Corona Virus Disease. Puslit BKD, XII(3).

Syafii, I., & Siregar, S. (2020, Februari). Manajemen Risiko perbankan Syariah. Seminar Nasional Tenologi Komputer & Sains (SAINTEKS).

Winardi, M. A. (2014). Strategi Operasional Bisnis Konsultan di Jakarta Untuk Meraih Peluang yang Lebih Baik. Jurnal MIX, IV(2).

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijakan dan prosedur serta strategi yang diterapkan bank di dalam penerapan manajemen risiko sebagai upaya pengelolaan risiko kredit

5 UU No.21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah.. Kebijakan dan strategi risiko operasional harus mempertimbangkan dampaknya terhadap permodalan dengan memperhatikan

Penerpan manajemen risiko, khususnya risiko reputasi dan strategi bagi Bank Syariah, baik secara individual maupun bagi bank secara konsolidasi dengan perusahaan anak paling

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, peneliti akan melakukan penelitian pada KSPPS Hanada Quwais Sembada Kebasen dengan judul “Analisis Manajemen Risiko

Temuan dari penelitian ini adalah dengan penerapan manajemen operasional, strategi pertanggungjawaban keuangan dan evaluasi antara pendapatan dan pengeluaran

Kemampuan BPR dalam mengelola risiko semakin menjadi perhatian sejalan dengan peningkatan volume dan kompleksitas operasional bisnisnya, termasuk risiko operasional bank seperti fraud

Kemampuan BPR dalam mengelola risiko semakin menjadi perhatian sejalan dengan peningkatan volume dan kompleksitas operasional bisnisnya, termasuk risiko operasional bank seperti

MANAJEMEN STRATEGI DI MASA PANDEMI COVID-19 Herbert Siregar1, Agus Rahayu2, Lili Adi Wibowo3 123Universitas Pendidikan Indonesia Email: herbert@upi.edu Abstrak Esai ini bertujuan