YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (213-220) PERAN PENDIDIKAN AGAMA DALAM MENGATASI KENAKALAN
REMAJA
--- Hadi Wibowo, Tri Widyastuti, M. Mahdi Alatas
Universitas Bina Sarana Informatika
(Naskah diterima: 1 Maret 2022, disetujui: 28 April 2022) Abstract
This study aims to determine how the role of religious education in overcoming juvenile delinquency. And to know the importance of religious education for teenagers, especially at this time in modern life. Problems faced in the process of religious education in overcoming juvenile delinquency include adolescents who are very vulnerable to experiencing psychosocial problems, namely psychological or psychological problems that arise as a result of social change. The method used in this research is descriptive-analytical method namely trying to describe and analyze the role of religious education in overcoming juvenile delinquency The results of the research are that in teaching religious education, it plays a very important role in one's life to achieve happiness in the world and the hereafter. Because religious education can encourage someone to fear Allah SWT and have knowledge, can develop self, and can behave and behave in accordance with Islamic religious norms
Keywords: Religious Education, Juvenile Delinquency
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran pendidikan agama dalam mengatasi kenakalan remaja. Dan untuk mengetahui pentingnya pendidikan agama bagi remaja terutama pada saat ini dalam kehidupan yang modern. Masalah yang dihadapi dalam proses pendidikan agama dalam mengatasi kenakalan remaja diantaranya adalah remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif-analisis, yaitu berusaha menjabarkan dan menganalisis tentang peranan pendidikan agama dalam mengatasi kenakalan remaja. Hasil penelitian yaitu dalam pengajaran pendidikan agama memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang untuk mencapai kebahagian dunia dan akhirat. Sebab dengan pendidikan agama dapat mendorong seseorang untuk bertakwa kepada Allah SWT serta memiliki ilmu pengetahuan, dapat mengembangkan kemampuan diri, dan dapat bersikap dan berprilaku seseuai dengan norma-norma agama Islam.
Kata kunci: Pendidikan Agama, Kenakalan Remaja
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (213-220) I. PENDAHULUAN
endidikan dalam arti luas berarti suatu proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia, yang mencakup pengetahuannya, nilai dan sikapnya, serta keterampilannya. Pendidikan pada hakekatnya mencakup kegiatan mendi- dik, mengajar dan melatih. Istilah mendidik menunjukkan usaha yang lebih ditujukan pada pengembangan budi pekerti, hati nurani, semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaq- waan dan lain-lain. Istilah mengajar berarti memberi pelajaran tentang ilmu yang ber- dampak bagi perkembangan kemampuan intelektual manusia.
P
Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadi- an dan kemampuan di dalam dan di luar seko- lah serta berlangsung seumur hidup (Marimba, 1984: 15).
Para ahli pendidikan Islam telah sepakat bahwa maksud dari pendidikan dan pengaja- ran bukanlah memenuhi otak anak didik de- ngan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, tetapi maksudnya ialah mendidik akh- lak dan jiwa mereka, menanamkan rasa fadhi- lah (keutamaan), membiasakan mereka de- ngan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk suatu kehidupan yang suci
seluruhnya ikhlas dan jujur. Maka tujuan po- kok dan terutama dari pendidikan Islam ialah mendidik budi dan pekerti dan pendidikan jiwa.
Keberhasilan pendidikan agama di sekolah dapat dilihat dalam tiga bidang, yaitu pengetahuan, sikap, dan tingkah laku, ketiganya diharapkan tercipta dalam satu wujud manusia yang beriman dan berilmu, sehingga peserta didik mampu menerapkan pengetahuan yang diperoleh dalam sikap kesehariannya, serta diwujudkan dengan perilaku yang sesuai dengan materi pembela- jaran yang sudah diterima di sekolah.
Pengembangan psikologi, kenakalan anak adalah perubahan-perubahan yang diala- mi anak menuju kedewasaan yang ber- langsung secara sistematis, progresif, dan kesinambungan, baik menyangkut fisik (jas- mani) maupun psikis (rohani) (Djiwandono, 2006: 8).
II. KAJIAN TEORI
2.1 Pengertian Pendidikan Agama
Sebelum menguraikan pendidikan aga- ma Islam, terlebih dahulu diuraikan dulu pe- ngertian dari pada pendidikan itu sendiri. Isti- lah pendidikan dalam bahasa Arab yaitu “Tar- biyah”, “Ta’dib” yang berarti pendidikan, atau Ta’lim yaitu, pembelajaran, adapun dalam
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (213-220) bahasa Inggis ialah “Education” yang dapat
diartikan pembimbingan berkelanjutan jika di- perluas, arti itu mencerminkan keberadaan pendidikan yang berlangsung dari generasi ke generasi sepanjang eksistensi kehidupan manusia.
Pengertian pendidikan itu bermacam- macam, hal ini disebabkan karena perbedaan falsafah hidup yang dianut dan sudut pandang yang memberikan rumusan tentang pendidi- kan itu. Menurut Sahertian (2000 : 1) me- ngatakan bahwa pendidikan adalah "usaha sadar yang dengan sengaja dirancangkan un- tuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan."
Adapun pengertian pendidikan menurut UU SISDIKNAS No 20 tahun 2003 : pendi- dikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pem- belajaran agar peserta didik secara aktif me- ngembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Adapun kaitan dalam hal ini mengenai pendidikan, yang dikhususkan dalam pendidi- kan agama, sehingga perlu memaparkan pe- ngertian pendidikan agama.
Pendidikan Agama Islam berarti "usaha- usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam". (Zuhairani, 1983 : 27)
Ahmad Tafsir mendefenisikan pendidi- kan islam sebagai bimbingan yang diberikan oleh seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam (Tafsir, 2005 : 45)
Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Aga- ma menjadi pemandu dalam upaya mewu- judkan suatu kehidupan yang bermakna, da- mai dan bermartabat. Menyadari betapa pen- tingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi se- buah keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama.
Peningkatan potensi spritual mencakup penge-
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (213-220) nalan, pemahaman, dan penanaman nilai-nilai
keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai terse- but dalam kehidupan individual ataupun ko- lektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tu- han.
2.2 Pendidikan Agama pada Remaja Dari sudut pandangan individu yang beragama, agama adalah sesuatu yang menjadi urusan terakhir baginya. Artinya bagi keba- nyakan orang, agama merupakan jawaban ter- hadap kehausannya akan kepastian, jaminan, dan keyakinan tempat mereka melekatkan di- rinya dan untuk menopang harapan-harapan- nya.
Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, seba- gaimana dijelaskan oleh Adams & Gullotta (1983), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan biasanya memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, teruta-
ma bagi remaja yang tengah mencari eksis- tensi dirinya.
Dibandingkan dengan masa awal anak- anak misalnya, keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti.
Kalau pada masa awal anak-anak ketika mere- ka baru memiliki kemampuan berpikir sim- bolik. Tuhan dibayangkan sebagai person yang berada di awan, maka pada masa remaja mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman re- maja terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.
Oleh karena itu meskipun pada masa awal anak-anak ia telah diajarkan agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka mengalami kemajuan dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin mempertanyakan tentang kebenaran keyaki- nan agama mereka sendiri. Sehubungan de- ngan pengaruh perekembangan kognitif terha- dap perkembangan agama selama masa re- maja.
Salah satu area dari pengaruh agama terhadap perkembangan remaja adalah kegia- tan seksual. Walaupun keanekaragaman dan perubahan dalam pengajaran menyulitkan kita untuk menentukan karakteristik doktrin keaga-
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (213-220) maan, tetapi sebagian besar agama tidak men-
dukung seks pranikah. Oleh karena itu, tingkat keterlibatan remaja dalam organisai keagama- an mungkin lebih penting dari pada sekedar keanggotaan mereka dalam menentukan sikap dan tingkah laku seks pranikah mereka.
Remaja yang sering menghadiri ibadat keaga- maan dapat mendengarkan pesan-pesan untuk menjauhkan diri dari seks.
Remaja masa kini menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama berpe- ran penting dalam kehidupan. Minat pada agama antara lain tampak dengan membahas masalah agama, mengikuti pelajaran-pelajaran agama di sekolah, mengunjungi tempat ibadah dan mengikuti berbagai upacara agama.
2.3 Kenakalan Remaja
Islam sangat memperhatikan masa demi masa bagi kehidupan manusia, dan perkemba- ngan hidupnya. Maha kuasa Allah yang telah memberikan perkembangan kehidupan manu- sia. Masa anak telah dilewati dan orang tua pun bersyukur. Perasaan lega yang baru saja timbul, tidak lama kemudian hilang kembali dan diganti oleh perasaan cemas.
Karena kurang adanya pengertian dan perhatian mengenai jiwa para remaja, maka sering timbul perselisihan paham antara rema- ja dan orang tua. Agar bisa memahami dan
menciptakan kesesuaian demi terciptanya ke- serasian hidup bersama, maka perlu diusaha- kan pendekatan yang sebaik-baiknya menge- nai remaja. Usaha pendekatan terhadap remaja harus diawali dengan langkah pengenalan, yakni usaha mengenal seluk beluk remaja.
Permasalahan acapkali berkisar pada inti persoalan yang sama, yakni tidak dapat me- ngerti keinginan remaja, dan sebaliknya re- maja juga tidak mau mengikuti keinginan orang tua. Salah mengerti dan salah faham yang berdasar pada perbedaan pandangan orang tua dan remaja, antara lain disebabkan perbedaan antara masa anak-anak dan masa remaja yang sedang dihadapi.
Usaha pengenalan pertama-tama, ialah mencari sumber perbedaan yang telah menye- babkan sulit dimengertinya tingkah laku para remaja, sumber mana berpusat pada perubhan- perubahan yang dialami oleh remaja itu sendiri. Perubahan yang dialami para remaja dapat dibagi dalam dua kelompok :
1. Perubahan yang mudah diketahui, karena proses perkembangannya jelas dan mudah diamati orang lain.
2. Perubahan yang sulit dilihat oleh orang lain, maupun oleh remaja yang mengala- minya sendiri.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (213-220) Dalam pembahasan mengenai remaja,
titik tolaknya adalah macam-macam gejala perubahan pada remaja.
Dalam sejarah perkembangan psikologi pada umumnya, ini disesuaikan dengan sudut penyorotan bidang yang bersangkutan.
Apabila kita lihat asal kata istilah-istilah asing, diperoleh :
1. Puberty (Inggris) atau Puberteit (Belanda) bersal dari bahasa latin : Pubertas. Pubertas berarti kelaki-lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda-tanda kelaki- lakian.
2. Adolescentia berasal dari kata latin: Adu- lescentia. Dengan adulescentia dimaksud- kan masa muda, yakni antara 17 dan 30 tahun.
Pada umumnya permulaan masa remaja ditandai oleh perubahan-perubahan fisik yang mendahului kematangan seksuil. Dari sudut hukum, kedewasaan ditentukan oleh umur dan status pernikahan.
III. METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan untuk penyu- sunan ini adalah penelitian kepustakaan/ li- brary research, maka pengumpulan sumber data sebagai referensi dan dokumentasi dila- kukan sebagai dasar pembahasan. kedua; me- meriksa dan mengelola data yang sudah
terkumpul, sehingga permasalahan yang ada dapat dideskripsikan dengan jelas. Dan dalam menganalisa data yang ada menggunakan bentuk analisa deskriptif-analisis dengan menggunakan metode berfikir deduktif- induktif.
Deskripsi yang dibuat adalah dari data- data yang ada dalam sumber data kepustakaan, setelah dilakukan ketiga langkah tersebut, sehingga nantinya bisa diperoleh pemahaman yang utuh tentang permasalahan yang akan diteliti.
IV. HASIL PENELITIAN
Masa depan bangsa ditentukan oleh orang-orang yang cerdas dan berakhlak baik yang memiliki visi bangsa kedepan. Orang- orang baik itu sanggup melahirkan generasi yang memiliki iman, cerdas ilmu pengetahuan dan agama yang berakhlak baik yang dibutuh- kan untuk memperbaiki bangsa, berkarya buat bangsa.
Pendidikan agama bukan hanya sekedar mentransfer ilmu saja, namun sangat kita harapkan sebagai wadah pengembangan moral dan akhlak. Betapa banyaknya jumlah orang pintar, namun bangsanya tidak maju, selalu banyak permasalahan, itu dikarenakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya tidak diimbangi dengan moral dan akhlak yang dimilikinya.
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (213-220) Oleh karena itu, tentulah ilmu dan
akhlak mesti bersatu, selaras dengan amaliah kita. Pendidikan agama bertujuan memberikan pengetahuan dan kegiatan yang disampaikan oleh pengajar kepada peserta didik yang diha- rapkan dapat bermanfaat bagi kehidupannya didunia dan akhirat. Pendidikan agama jangan dianggap remeh, dan murahan karena bermula dari pendidikan agamalah seseorang memiliki tujuan hidup.
V. KESIMPULAN
Sekolah merupakan sumber pengalaman pendidikan, karena semua sekolah secara keseluruhan merupakan lingkungan pendidi- kan, apapun jenis dan jenjangnya. Oleh kare- nanya dapat dipahami peran strategis sekolah dalam mengemban dan menjabarkan fungsi pendidikan secara luas dan berkesinambu- ngan. Pendidikan pada hakekatnya adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepriba- dian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah serta berlangsung seumur hidup.
Perkembangan remaja merupakan masa dimana seorang individu mengalami peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya dan me- ngalami perubahan baik emosi, tubuh, minat, pola perilaku, dan juga penuh dengan masa- lah-masalah. Oleh karenanya, remaja sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial,
yakni masalah psikis atau kejiwaan yang timbul sebagai akibat terjadinya perubahan sosial.
Tujuan pendidikan merupakan faktor yang sangat penting, karena merupakan arah yang hendak dituju oleh pendidikan itu.
Demikian pula halnya dengan Pendidikan Agama Islam, yang tercakup mata pelajaran akhlak mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia menca- kup etika, budi pekerti, atau moral sebagai perwujudan dari pendidikan agama.
Dari uraian tersebut, menurut penulis dapat diketahui bahwa pendidikan agama me- megang peranan yang sangat penting dalam kehidupan seseorang untuk mencapai kebaha- gian dunia dan akhirat. Sebab dengan pendidi- kan agama dapat mendorong seseorang untuk bertakwa kepada Allah SWT serta memiliki ilmu pengetahuan, dapat mengembangkan ke- mampuan diri, dan dapat bersikap dan ber- prilaku seseuai dengan norma-norma agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mulyono Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Departemen
YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 2 Edisi Mei 2022 (213-220) Pendidikan Dan Kebudayaan.Rineka
Cipta. Jakarta 2007
Bahri Saiful Djamaroh, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Reinika Cipta Jakarta, 2005.
Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2002 Fatimah Enung, M.M. Psikologi
Perkembangan (Peserta Didik). Pustaka Setia.Bandung. 2006
Puspasari Amarillia. Mengukur Konsep diri Anak. Elex Media Komputindo. Jakarta 2007
Somantri Sutjihati,M.Si .Psikologi Anak Luar Biasa. Refika Aditama Bandung.2007
Suharsono. Mencerdaskan Anak. Inisiasi Press. Jakarta. 2002
Sudijono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2001
Syamsuddin Abin Makmun, Psikologi Kependidikan. Remaja Rosdakarya.
Bandung. 2004
Suryabrata Sumadi, Psikologi Pendidikan, Raja Grapindo, Persada, Jakarta, 2004.
Yunus Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran PT. Hidakarya Agung Jakarta 2006
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003