• Tidak ada hasil yang ditemukan

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 ( ) HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 ( ) HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) HAKIKAT MANUSIA DALAM PERSPEKTIF ISLAM

--- Maolana Nopiansah

Universitas Bina Sarana Informatika

(Naskah diterima: 1 Juni 2022, disetujui: 28 Juli 2022) Abstract

Mysteries about humans are the same as mysteries about nature, the more dimensions you know, the more you realize that there are even more things that you don't know. Humans are miniatures of the natural wonders of God's creation. There are people who are very attractive individually and from that strong and noble individual personality he then becomes socially successful, becomes a person who is respected and respected by society. Quraish Syihab in his book "Insights of the Qur'an" expresses Alexis Carrel's opinion about the difficulties faced in knowing human nature that "actually humans have devoted enormous attention and effort to know themselves, even though we have quite a large treasury of research results. scientists, philosophers, writers, and spiritual experts throughout this period. But we humans are only able to know certain aspects of ourselves. We don't know the whole human being. All we know is that humans are made up of certain parts, and these too are essentially subdivided according to our own ways. In essence, the questions that those who study humans have put to themselves are still unanswered. So it is interesting to study and examine more deeply how to fulfill the desire for knowledge about humans themselves, especially in the view of Islam.

Keyword: human nature, Islamic perspective

Abstrak

Misteri tentang manusia sama dengan misteri tentang alam, semakin banyak dimensi yang telah diketahui, semakin disadari bahwa hal-hal yang belum diketahui justru lebih banyak lagi.

Manusia adalah miniatur dari keajaiban alam ciptaan Tuhan. Ada orang yang secara individual sangat menarik kepribadiannya dan dari kepribadian individual yang kuat dan mulia itu ia kemudian sukses secara sosial, menjadi orang yang terhormat dan dihormati oleh masyarakat.

Quraish Syihab dalam bukunya “Wawasan Al-Qur’an” mengungkapkan pendapat Alexis Carrel tentang kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia bahwa “sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki perbendaharaan yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para ahli kerohanian sepanjang masa ini. Tapi kita manusia hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh.

Yang kita ketahui hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian-bagian tertentu, dan ini pun hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita sendiri. Pada hakikatnya pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang mempelajari manusia kepada diri mereka hingga kini masih

(2)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) tetap tanpa jawaban”. Maka menarik untuk dikaji dan diteliti lebih dalam bagaimana memenuhi keinginan akan pengetahuan tentang manusia itu sendiri, terlebih dalam pandangan Islam.

Kata kunci: hakikat manusia, perspektif Islam I. PENDAHULUAN

isteri tentang manusia sama de- ngan misteri tentang alam, se- makin banyak dimensi yang te- lah diketahui, semakin disadari bahwa hal-hal yang belum diketahui justru lebih banyak lagi.

Manusia adalah miniatur dari keajaiban alam ciptaan Tuhan. Ada orang yang secara indivi- dual sangat menarik kepribadiannya dan dari kepribadian individual yang kuat dan mulia itu ia kemudian sukses secara sosial, menjadi orang yang terhormat dan dihormati oleh ma- syarakat. Quraish Syihab dalam bukunya

“Wawasan Al-Qur’an” mengungkapkan pen- dapat Alexis Carrel tentang kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia bahwa “sebenarnya manusia telah mencurah- kan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita memiliki perbendaharaan yang cukup banyak dari hasil penelitian para ilmuwan, filosof, sastrawan, dan para ahli kerohanian sepanjang masa ini. Tapi kita manusia hanya mampu mengetahui beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui hanyalah bahwa ma-

M

nusia terdiri dari bagian-bagian tertentu, dan

ini pun hakikatnya dibagi lagi menurut tata cara kita sendiri. Pada hakikatnya pertanyaan- pertanyaan yang diajukan oleh mereka yang mempelajari manusia kepada diri mereka hingga kini masih tetap tanpa jawaban”.

Untuk memahami manusia dibutuhkan penjelasan dan interpretasi yang lebih banyak dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh selain manusia. Hingga pada akhirnya Al- Qur’an menggambarkan tahapan-tahapan dan petunjuk mengenai manusia dimulai dari fase penciptaannya, dimensi kepribadiannya. Yang kemudian kepribadian manusia ini diberikan wadah yaitu agama Islam untuk mengetahui dan mengajarkan manusia lebih dalam dan jelas tentang peran serta tanggung jawabnya sesuai dengan fitrah dan tujuan hidup manusia itu sendiri sehingga menjadikannya sebagai model manusia muslim sesungguhnya.

Untuk memenuhi keinginan akan penge- tahuan tentang manusia itu sendiri maka dalam makalah ini peneliti mencoba me- ngungkapkan beberapa literatur yang menje- laskan mengenai hakikat tentang manusia dalam perspektif Islam.

(3)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) II. METODE PENELITIAN

Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari dua data, yaitu data primer (primary data) dan data sekunder (secondary data).

1. Data Primer merupakan sumber data peneli- tian yang diperoleh secara langsung tanpa perantara, dan berasal dari sumber asli.

Dalam melakukan pengkajian ini, penulis mengumpulkan literatur yang memulai re- lafansi dengan menggunakan penelitian sis- tem kepustakaan (Library research) yakni dengan memperkaya bacaan dengan pema- haman-pemahaman yang teliti dan hati-hati terhadap literatur-literatur yang berupa bu- ku-buku ilmiah yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas baik dari nas- kah-naskah klasik maupun kontemporer.

2. Data Sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui perantara (diperoleh dan ditulis/dicatat pihak lain). Kajian haki- kat manusia ini bukanlah sesuatu yang baru, telah banyak sebelumnya penelitian- penelitian ataupun pembahasan-pembaha- san tentang hakikat manusia dari segala sudut pandang. Akan tetapi jika lebih spesifik pembahasan ini lebih kepada pro- ses bagaimana menjadi model manusia

muslim yang sesuai dengan pengertian hakikat manusia yang terdapat dalam Al- Qur’an. Oleh karena itulah penulis memba- has hal tersebut dalam penelitian ini.

III. HASIL PENELITIAN

Tujuan dilakukanya penelitian ini yaitu untuk untuk:

1. Mengetahui makna dan pengertian manusia dalam Al-Qur’an

2. Mengetahui bagaimana penjelasan Al- Qur’an tentang kepribadian, peran serta tanggung jawab, fitrah dan tujuan manusia.

3. Diharapkan dapat menjadi referensi ilmiah baru khususnya bagi kaum akademisi.

A. Pengertian manusia dalam perspektif Islam

Manusia menurut terminology Al- Qur’an dapat dilihat dari beberapa sudut pan- dang. Disebut Al-Basyar berdasrkan pendeka- tan aspek biologisnya atau mengacu kepada bentuk fisik manusia. Dari sudut pandang ini manusia dilihat sebagai makhluk biologis yang memiliki dorongan primer (makan, mi- num, hubungan seksual) dan makhluk genera- tive (berketurunan). Sedangkan dilihat dari fungsi dan potensi yang dimilikinya manusia disebut Al-Insan yang menunjukkan makhluk berakal yang berperan sebagai subjek kebuda- yaan. Konsep Al-Insan menggambarkan fung-

(4)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) si manusia sebagai penyandang khalifah tuhan

yang dikaitkan dengan proses penciptaan dan pertumbuhan serta proses perkembangannya.

Selain itu konsep Al-Insan juga menunjukkan potensi yang dimiliki manusia seperti kemam- puan untuk mengembangkan ilmu. Di sam- ping itu, konsep ini juga menggambarkan se- jumlah sifat-sifat dan tanggung jawab manusia seperti lupa, khilaf, tergesa-gesa, suka mem- bantah, kikir, tidak bersyukur dan sebagainya.

Namun kepadanya dibebankan amanah dan tanggung jawab untuk berbuat baik. Begitu juga dengan konsep fitrah manusia itu sendiri yang lebih menunjukkan kepada keinsanan manusia ketimbang kebasyariahannya. Se- dangkan manusia dalam istilah Bani Adam menunjukkan bahwa manusia tidak luput dari historisitas keberadaan manusia (Adam) di bu- mi, sehingga penggunaan kata Bani Adam untuk manusia menunjukkan keterkaitan anta- ra manusia secara historisitas terhadap asal usulnya.

Selanjutnya manusia menurut panda- ngan Islam juga dipandang sebagai makhluk psikis. Dari sudut pandang ini, pemahaman manusia berdasrkan aspek psikis ini sama se- kali berbeda dengan pandangan ilmuwan barat. Umumnya pemahaman barat tentang as- pek psikis manusia terbatas pada unsur-unsur

kejiwaan yang terdiri atas unsure kognisi, roh dan akal yang merupakan potensi manusia yang dapat dikembangkan. Tetapi yang jelas unsure-unsur psikis manusia itu menurut konsep islam senantiasa dihubungkan dengan nilai-nilai agama. Beranjak dari pendekatan konsep Islam tentang manusia, terungkap bah- wa manusia adalah makhluk ciptaan yang me- miliki hubungan makhluk-Khalik secara fit- rah. Untuk menjadikan hubungan tersebut berjalan normal, maka manusia dianugerahkan berbagai potensi yang dipersiapkan untuk kepentingan pengaturan hubungan tersebut.

Anugerah tersebut antara lain berupa doro- ngan naluri, perangkat inderawi, kemampuan akal, dan fitrah agama yang jika dikembang- kan melalui bimbingan yang baik akan mam- pu mengantarkan manusia mencapai sukses dalam kehidupannya sebagai makhluk yang mengabdi kepada penciptanya. Prof. Dr. Omar Muhammad Toumi Al-Syaibani memperinci pandangan Islam terhadap manusia atas dela- pan prinsip:

Kepercayaan bahwa manusia makhluk termulia di alam jagat raya ini. 2) Kepercaya- an akan kemuliaan manusia. 3) Kepercayaan bahwa manusia itu ialah hewan yang berfikir.

4) Kepercayaan bahwa manusia itu memiliki tiga dimensi: badan, akal dan ruh. 5) Keperca-

(5)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) yaan bahwa manusia dalam pertumbuhannya

terpengaruh oleh faktor-faktor warisan (pem- bawaan) dan ingkungan. 6) Kepercayaan bah- wa manusia itu memiliki motivasi dan kebutu- han. 7) Kepercayaan bahwa ada perbedaan perseorangan di antara manusia. 8) Keperca- yaan bahwa manusia itu mempunyai keluasan sifat dan selalu berubah.

B. Fase proses penciptaan manusia dalam Islam

Di dalam Al-Qur’an disebutkan tentang fase proses penciptaan manusia:

Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah?. Padahal Dia Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian. (Q.S. Nuh: 13-14).

Dan Sesungguhnya Kami telah mencip- takan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah

itu Kami jadikan segumpal daging, dan se- gumpal daging itu Kami jadikan tulang belu- lang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. kemudian Kami jadikan Dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta yang paling baik.

(Q.S. Al-Mu’minuun: 12-14).

Al-Qur’an menggambarkan tahap-tahap pertumbuhan janin di dalam rahim secara jelas dan akurat, dan membagikannya ke dalam enam fase selain fase penciptaan dari tanah.

Fase itu antara lain:

1) Saripati tanah

Saripati tanah yang dimaksud adalah zat yang diproduksi oleh alat pencernaan yang berasal dari bahan makanan (baik tumbuhan maupun hewan) yang bersumber dari tanah, yang selanjutnya menjadi darah, kemudian berproses hingga akhirnya menjadi sperma ketika terjadi hubungan sex.

2) Nuthfah (mani)

Makna asal kata ‘nuthfah’ dalam bahasa Arab berarti setetes yang dapat membasahi.

Penggunaan kata ini sejalan dengan penemuan ilmiah yang menginformasikan bahwa panca- ran mani yang menyembur dari alat kelamin pria yang mengandung sekitar dua ratus juta benih manusia, tetapi yang berhasil bertemu

(6)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) dengan ovum wanita hanya satu. Itulah yang

dimaksud dengan nuthfah.

3)‘Alaqah (segumpal darah)

‘Alaqah diartikan ‘segumpal darah’ atau

‘gumpalan darah yang membeku’ karena embrio selama fase ini berkembang melalui saat-saat internal yang diketahui seperti pem- bentukan darah di pembuluh tertutup sampai dengan putaran metabolis lengkap melalui plasenta (ari-ari). Selama fase ini darah di- tangkap di dalam pembuluh tertutup sehingga embrio memperoleh penampakan sebagai gumpalan darah beku. Sedang ‘alaqah diarti- kan ‘lintah’ oleh karena embrio selama fase

‘alaqah memperoleh penampakan yang sangat mirip dengan lintah. Fase ‘alaqah (segumpal darah) yang terus menyempurnakan diri secara bertahap pun dimulai sampai janin berbentuk seperti lintah yang hidup di dalam air.

4) Mudhghah (segumpal daging)

Mudhghah berasal dari kata madhagha yang berarti mengunyah. Pada fase ini embrio disebut mudhghah karena bentuknya masih dalam kadar yang kecil seukuran dengan se- suatu yang dikunyah. Dan di antara sifat segumpal daging ialah bisa memanjang dan bentuknya akan berubah jika dikunyah.

Mudhghah ini ada dua macam; mudhghah

yang sempurna penciptaannya, dan mudhghah yang tidak sempurna (plasenta).

5)‘Idzam (pembentukan tulang)

Pada fase ini embrio mengalami per- kembangan dari bentuk sebelumnya yang ha- nya berupa segumpal daging hingga berubah menjadi jaringan-jaringan tulang untuk mem- bentuk tulang punggung dan struktur tulang lainnya.

6) Kisa al-‘idzam bil-lahm (penutupan tulang dengan daging atau otot)

Pengungkapan fase ini dengan kisa yang berarti membungkus, dan lahm (daging) diiba- ratkan pakaian yang membungkus tulang, se- laras dengan kemajuan yang dicapai embrio- logi yang menyatakan bahwa sel-sel tulang tercipta sebelum sel-sel daging, dan bahwa tidak terdeteksi adanya satu sel daging sebe- lum terlihat sel tulang. Pada fase ini tulang punggung mulai terbentuk sempurna. Tulang ini mulai berubah dari yang tadinya mem- bungkuk seperti bulan sabit, menjadi lurus dan tegak.

7) Taswiyah (penyempurnaan)

Fase ini mengisyaratkan bahwa ada sesuatu yang dianugerahkan kepada manusia yang menjadikannya berbeda dengan mak- hluk-makhluk lain. Sesuatu itu adalah ruh cip- taannya yang menjadikan manusia memiliki

(7)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) potensi yang sangat besar sehingga dapat

melanjutkan evolusinya hingga mencapai kesempurnaan makhluk.

C. Dimensi kepribadian manusia

Manusia dapat dipandang dari sudut pandang yang beragam. Satu sisi dapat dipan- dang sebagai realitas fisik, dan sisi lain dapat di pandang sebagai realitas psikis.

1)Aspek fisik manusia

Pandangan satu pihak pada manusia lebih menekankan pada realitas dan fungsi- fungsi jasmani. Anggapan demikian menun- jukkan bahwa keberadaan dan kehidupan ma- nusia sangat di tentukan oleh fisiknya. Aspek jasmani yang terdiri atas benda (materi) tun- duk kepada hukum-hukum materi atau hu- kum-hukum alam yang bekerja secara meka- nik. Keberadaannya berasal dari alam dan bekerja menurut hukum alam. Semua yang dikerjakan dan diperbuat oleh manusia meru- pakan kasualitas alami tanpa diintervensi oleh aspek lainnya. Keberadaan manusia di ala mini sebatas/sepanjang umurnya. Anda tentu- nya tidak dapat menahan diri dan tidak dapat menolak hukum alam. Seperti anda tidak dapat menolak untuk menjadi tua, karena menjadi tua adalah hukum alam yang tidak mungkin anda hindari.

2) Aspek psikis manusia

Pandangan lain lebih menekankan pada realitas dan fungsi-fingsi rohani. Aktivitas dan perbuatan manusia secara lahir sangat ditentu- kan oleh aspek rohaninya, karena aspek jasmaninya hanya merupakan bayangan atau pengejawantahan dari realitas rohani. Aspek ini dianggap telah ada sebelum manusia lahir ke dunia ini; dan akan melanjutkan kehidu- pannya di akhirat nanti setelah jasadnya sudah meninggal dunia. Kehidupan rohani yang telah mengalamikehidupannya sebelum hidup di dunia ini dan terus akan hidup secara rohani walaupun jasadnya sudah mati adalah lebih penting. Oleh karena itu, aspek manusia tidak bersifat fisik semata sebagaimana di deskripsi- kan di atas. Pengamatan terhadap aspek fisik semata tidak dapat menjelaskan manusia secara utuh, bahkan tidak mencukupi untuk memperjelas konsep manusia, karena manusia tidak diwakili oleh aspek fisiknya belaka.

Dengan demikian, ada dimensi lain dari diri anda yang tidak bersifat fisik, dan sering disebut psikis (rohani), sehingga manusia ter- diri dari aspek jasmani dan rohani yang terintegrasi.

Aspek kejiwaan atau aspek rohani ada- lah sesuatu yang lain dari tubuh dan bentuk- bentuknya berbeda dengan bentuk tubuh.

(8)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) Secara etimologis, spiritual berarti jiwa,

sesuatu yang immaterial, supramaterial. Mak- na etimologis semacam ini meliputi al-Ruh, al-Nafs, al-Qalb, dan al-Aql.

a.Al-Ruh

Ruh dalam pandangan Suhrawardi sama dengan al-Aql al-Mustafad, sebagai prinsip rasional dan sebagai mode universal, dan berupa substansi kemalaikatan dan sebagai hakikat manusia, berfungsi mencari pengeta- huan sejati. Ia dipersiapkan untuk mencintai Allah dan menerima cahaya darinya. Ruh manusia tidaklah sama dengan tumbuhan dan binatang. Ruh pada tumbuhan mampu meng- hidupkan tetapi tidak mampu merasakan, dan roh pada hewan mampu menghidupkan dan menggerakkan namun tidak mampu memberi- kan pemikiran.

b.Al-Nafs

Nafs adalah substansi spiritual yang berdiri sendiri dan berasal dari alam ketuha- nan, sehingga ia mampu mengenal dirinya sendiri dan ia tahu bahwa dirinya tahu. Menu- rut Imam Al-Ghazali al-Nafs adalah keseluru- han dari potensi kemarahan dan kebahagiaan pada diri manusia.

c.Al-Qalb

Qalb dalam bahasa arab artinya berbo- lak-balik, sedang menurut istilah adalah al-

Lathifah al-Rabbaniyah (kelembutan tuhan) sebagai instrument penerapan pengertian roha- niah guna mendapat pengalaman dan pengeta- huan eksoterik dan sebagai pusat pewahyuan.

Ia dapat menjadi tempat ma’rifah (mengenal Allah), karena memang dipersiapkan untuk memandang keindahan Ilahi. Hati dianggap sebagai batas dan tempat pemikiran yang sangat rahasia dan murni. Ia merupakan dasar yang paling dala dari sifat pengetahuan.

d.Al-Aql

Al-Aql merupakan substansi tunggal yang tak dapat dibagi, bersifat spiritual, dan sebagai alat penyerapan pengertian rohaniah yang dapat memahami dan membedakan kebenaran dan kepalsuan. Ia merupakan ba- gian yang merasakan pengetahuan. Dalam pemahaman Prof. Izatsu, kata “Aql” di zaman jahiliyah dipakai dalam arti kecerdasan praktis (practice intelligence) yang dalam istilah psi- kologi modern disebut dengan kecakapan memecahkan masalah.

D.Peran dan tanggung jawab manusia dalam Islam

Manusia sebagai salah satu makhluk hidup di Bumi ini mempunyai berbagai fungsi, peran dan tanggung jawab, dan Islam sebagai agama dengan jumlah pemeluknya terbesar dibanding agama-agama yang lain, sudah

(9)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) tentu mempunyai pandangan tersendiri akan

fungsi, peran dan tanggung jawab manusia di Bumi.

1)Peran manusia menurut Islam

Berpedoman kepada QS Al Baqoroh 30- 36, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan sekaligus pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut memulai dari diri dan keluarganya, baru setelah itu kepada orang lain. Peran yang hendaknya dilakukan seorang khalifah seba- gaimana yang telah ditetapkan Allah, diantara- nya adalah :

a. Belajar (surat An naml : 15-16 dan Al Mukmin :54) ; Belajar yang dinyatakan pada ayat pertama surat al Alaq adalah mempelajari ilmu Allah yaitu Al Qur’an.

Kemudian setelahnya Mengajarkan ilmu seperti dijelaskan dalam(surat Al-Baqoroh 31-39), dan yang terakhir yaitu Membuda- yakan ilmu seperti dijelaskan dalam (surat Al-Mu’min: 35).

Dan Sesungguhnya Kami telah memberi ilmu kepada Daud dan Sulaiman; dan kedua- nya mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang melebihkan Kami dari kebanyakan ham- ba-hambanya yang beriman". Dan Sulaiman telah mewarisi Daud, (Maksudnya Nabi Sulai- man menggantikan kenabian dan kerajaan Nabi Daud a.s. serta mewarisi ilmu pengeta- huannya dan kitab Zabur yang diturunkan ke- padanya) dan Dia berkata: "Hai manusia, Kami telah diberi pengertian tentang suara bu- rung dan Kami diberi segala sesuatu. Sesung- guhnya (semua) ini benar-benar suatu kurnia yang nyata". (Q.S. An-Naml: 15-16).

(yaitu) orang-orang yang memperdebat- kan ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka[Maksudnya mereka menolak ayat-ayat Allah tanpa alasan yang datang kepada mereka]. Amat besar kemurkaan (bagi mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman. Demikianlah Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang- wenang. (Q.S. Al-Mu’min: 35).

(10)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) 2)Tanggung jawab manusia menurut Islam

Manusia diserahi tugas hidup yang merupakan amanat Allah dan harus dipertang- gungjawabkan di hadapan-Nya. Tugas hidup yang dipikul manusia di muka bumi adalah tugas kekhalifaan, yaitu tugas kepemimpinan, wakil Allah di muka bumi, serta pengelolaan dan pemeliharaan alam.

Khalifah berarti wakil atau pengganti yang memegang mandat Allah untuk mewu- judkan kemakmuran di muka bumi. Kekua- saan yang diberikan kepada manusia bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya serta mendayagunakan apa yang ada di muka bumi untuk kepentingan hidupnya.

Sebagai khalifah, manusia diberi wewe- nang berupa kebebasan memilih dan menentu- kan, sehingga kebebasannya melahirkan krea- tifitas yang dinamis. Kebebasan manusia seba- gai khalifah bertumpu pada landasan tauhidul- lah, sehingga kebebasan yang dimiliki tidak menjadikan manusia bertindak sewenang- wenang. Kekuasaan manusia sebagai wakil Allah dibatasi oleh aturan-aturan dan keten- tuan-ketentuan yang telah digariskan oleh yang diwakilinya, yaitu hukum-hukum Allah baik yang tertulis dalam kitab suci (al- Qur’an), maupun yang tersirat dalam kandu- ngan alam semesta (al-kaun). Seorang wakil

yang melanggar batas ketentuan yang diwakili adalah wakil yang mengingkari kedudukan dan peranannya, serta mengkhianati keperca- yaan yang diwakilinya. Oleh karena itu, ia diminta pertanggungjawaban terhadap peng- gunaan kewenangannya di hadapan yang diwakilinya, sebagaimana firman Allah dalam Q.S : 35 (Faathir : 39):

Dia-lah yang menjadikan kamu khali- fah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan me- nambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka. Kedudukan manusia di muka bumi sebagai khalifah dan juga sebagai hamba Allah, bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan suatu kesatuan yang padu dan tak terpisahkan. Kekhalifan adalah realisasi dari pengabdian kepada Allah yang menciptakan- nya. Dua sisi tugas dan tanggung jawab ini tertata dalam diri setiap muslim sedemikian rupa. Apabila terjadi ketidakseimbangan maka

(11)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) akan lahir sifat-sifat tertentu yang menyebab-

kan derajat manusia meluncur jatuh ketingkat yang paling rendah, seperti fiman-Nya dalam QS (at-tiin: 4) yang artinya “sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam ben- tuk yang sebaik-baiknya”. Di dalam Al Quran sudah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia.

Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat memahami apa fungsi, peran dan tanggung jawabnya sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.

E .Fitrah dan tujuan hidup manusia 1.Fitrah manusia

Dr. M. Quraish syihab mengatakan bah- wa fitrah secara etimologis terambil dari akar kata al-fathi yang berarti belahan, dari makna ini lahir makna-makna lain di antaranya adalah “penciptaan dan kejadian”. Firman Allah SWT dalam surat Ruum ayat 30:

Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lu- rus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah (Fitrah Allah: Maksudnya ciptaan Allah.

manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid), yang telah

menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) aga- ma yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Fitrah adalah bentuk dari sistem yang diwahyukan Allah pada setiap makhluk. Fitrah yang berkaitan dengan manu- sia adalah apa yang diciptakan oleh Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya (serta ruhnya). Masing-masing te- lah ditetapkan ketentuannya dan juga saat hidupnya. Karena itulah tidak ada spesies ter- tentu yang dahulu pernah ada, lantas sekarang tidak ada lagi.

2.Tujuan hidup manusia

Siapa kita dan dari mana kita datang?

Kemana kita akan pergi, apa tujuan kedata- ngan dan persinggahan kita di dunia ini, dan dimanakah kebahagiaan sejati dapat ditemu- kan? Itulah pertanyaan yang disodorkan Al- Ghazali untuk merenungkan siapa diri kita dan apa tujuan hidup kita. Tujuan hidup dan pelaksanaan hidup itulah yang akan menentu- kan nilai, martabat dan tingkah laku seorang manusia. Ada orang yang memandang manu- sia hanyalah sebagai materi saja. Ada pula yang memandang manusia sebagai makhluk biologis atau binatang menyusui dan tujuan hidupnya adalah hanya untuk memenuhi kebu- tuhan biologisnya saja, yaitu makan, minum,

(12)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) tidur dan seks. Orang Islam dengan rahmat

dan hidayah Tuhan telah dibimbing bertujuan hidup sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 21:

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.

F. Ciri model manusia muslim

Kita beruntung memilih Islam sebagai agama dan jalan kehidupan dengan kesadaran akal yang penuh, dengan dorongan perasaan yang tulus dan ikhlas serta menjalaninya sebagai sikap dan perilaku dalam kehidupan pribadi, keluarga, sosial, dan pekerjaan.

Firman Allah SWT:

Hai orang-orang yang beriman, masuk- lah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan.

Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (Q.S. Al-Baqoroh: 208).

Allah pun berfirman dalam surat Al-‘Ashr: 1-3 :

Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang- orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.

Di sini Allah bersumpah dengan waktu.

Ini menunjukkan waktu memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam kehidupan manu- sia. Allah mendefinisikan waktu dalam Q.S.

Al-Mulk ayat 2:

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.

“Dialah yang menciptakan kematian...”

mati dulu yang diciptakan. Artinya dahulu itu kita tidak ada, baru kemudian Dia mencipta-

(13)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) kan kehidupan. Jadi waktu itu sesungguhnya

hidup itu sendiri. “Al waqtu huwal hayat”, waktu adalah hidup itu sendiri.

Setiap manusia diberikan oleh Allah tiga jenis waktu:

1. Waktu pribadi. Dimulai ketika hidup hingga mati

2. Waktu sosial. Usia setiap masyarakat, contohnya masyarakat fir’aun

3. Waktu sejarah. Sejak Allah menciptakan bumi serta isinya dan akan diakhiri dengan peristiwa penghancuran.

Ada empat fasilitas yang diberikan Al- lah kepada manusia dalam kehidupan ini:

1. Waktu, sebagai kesempatan hidup 2. Bumi, sebagai tempat tinggal

3. Al-Qur’an, sebagai pedoman, merupakan sistem yang dipakai manusia untuk menge- lola buminya dalam rentang waktu itu sesuai petunjuk sistem itu.

Kemudian Allah SWT membuat sebuah pernyataan dalam surat Al-‘Ashr ayat dua yang di awali dengan kata Inna yang dalam bahasa Arab disebut kalimat penguat. Kemu- dian di depannya ada Alif lam. Inna Al-Insa- na. Ini menunjukkan semua jenis manusia, yang muda, tua, laki-laki maupun perempuan.

Kemudian ayat selanjutnya lafii khusrin, tan- win di sini merupakan naqirah, menunjukkan

terlalu banyak atau terlalu sedikit; ketidakter- batasan.

Singkatnya kalau ingin diartikan dengan struktur bahasa (Sesungguhnya semua jenis manusia itu benar-benar akan berada dalam kerugian fisik, materil, ruhani, spiritual, eko- nomi, politik, sosial, budaya, dan seterusnya).

Itu pernyataan umum dan semua jenis manu- sia masuk disana. Maka ketika kerugian dima- na-mana dan berada tepat didepan mata, lantas bagaimana sikap seorang muslim seharusnya?.

Ayat selanjutnya Allah membuat pengecua- lian, illa. Dengan pengecualian yang Allah buat, seharusnya diikuti dan dilakukan oleh setiap muslim yang memiliki nilai spiritual yang baik. Maka diantara ciri model seorang muslim yaitu bisa mengaplikasikan apa yang termaktub dan dijelaskan dalam surat Al-Ashr tersebut, yaitu:

1)Orang-orang yang beriman

Iman dalam definisi para ulama adalah kebenaran yang kita pahami dan kenaran yang kita yakin. Jadi di sini kebenaran menyangkut aspek rasional dan emosional. Oleh karena itu iman menyangkut pengetahuan akal dan keyakinan hati.

a.Beramal shalih

Beramal shalih berarti melakukan kebe- naran-kebenaran yang telah dipahaminya tadi.

(14)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) Jika orang sudah beriman dan beramal shalih

berarti telah sempurna secara pribadi. Islam tidak menginginkan seorang manusia me- nyimpan keshalihannya sendiri, tetapi sebalik- nya, mendistribusikan keshalihan itu kepada orang lain. Proses mendistribusikan keshali- hannya pada orang lain itu juga berarti proses menjadi shalih secara sosial. Jadi shalih itu ada dua, shalih pribadi dan shalih sosial.

b.Yang saling berwasiat dalam kebenaran Mendistribusikan keshalihan kita secara pribadi agar orang lain menjadi shalih, itulah yang dimaksud dengan saling berwasiat dalam kebenaran, kebenaran yang telah kita yakini dan amalkan. Sehingga keimanan bagi seor- ang manusia bukan hanya sebuah pengetahu- an, melainkan juga sebuah pengalaman.

c.Yang saling berwasiat dalam kesabaran Huruf wau dalam watawa shau berfung- si sebagai kata penghubung yang berjenjang.

Oleh karena itu, jika seseorang sudah terjun dalam berwasiat dalam kebenaran, dia akan mendapatkan cobaan lebih besar ketimbang orang yang hanya beriman saja (shalih secara pribadi). Dengan demikian seorang yang su- dah berwasiat kepada kebenaran pasti telah merasakan berbagai macam cobaan sehingga perlahan-lahan getaran jiwanya akan hilang.

Itulah sebabnya ia sangat membutuhkan pe-

nyabaran-penyabaran. Untuk apa? Agar sete- lah orang tersebut melalui tahap dirinya, ia mulai bergaul dengan orang lain, mulai me- ngenal banyak tipe orang yang tidak semua orang dapat sabar menghadapinya.

IV. KESIMPULAN

Dari pemaparan dan uraian di atas, peneliti mengambil beberapa kesimpulan diantaranya sebagai berikut:

1. Manusia memang makhluk yang serba unik. Dengan keunikan yang dimilikinya, manusia merupakan makhluk yang rumit dan misterius. Untuk memahami manusia dibutuhkan penjelasan dan interpretasi yang lebih banyak dibandingkan dengan yang dibutuhkan oleh selain manusia.

2. Manusia menurut terminology Al-Qur’an disebut dengan al-basyar, al-insan, an-nas, dan bani Adam.

3. Al-Qur’an menggambarkan tahap-tahap pertumbuhan janin di dalam rahim secara jelas dan akurat, dan membagikannya ke dalam enam fase selain fase penciptaan dari tanah.

4. Mengenai dimensi kepribadian manusia Manusia dapat dipandang dari sudut pan- dang yang beragam. Satu sisi dapat dipan- dang sebagai realitas fisik, dan sisi lain dapat di pandang sebagai realitas psikis.

(15)

YAYASAN AKRAB PEKANBARU Jurnal AKRAB JUARA Volume 7 Nomor 3 Edisi Agustus 2022 (192-206) 5. Tentang peran dan tanggung jawab manu-

sia menurut Islam Di dalam Al Quran su- dah begitu lengkap semua hal mengenai fungsi, peran dan tanggung jawab manusia.

Oleh karena itu manusia wajib membaca dan memahami Al Quran agar dapat mema- hami apa fungsi, peran dan tanggung ja- wabnya sebagai manusia sehingga dapat menjalani kehidupan dengan penuh makna.

6. (Fitrah dan tujuan hidup manusia), Fitrah yang berkaitan dengan manusia adalah apa yang diciptakan oleh Allah pada manusia yang berkaitan dengan jasmani dan akalnya (serta ruhnya). Masing-masing telah dite- tapkan ketentuannya dan juga saat hidup- nya. Sedangkan mengenai tujuan hidup, Orang Islam dengan rahmat dan hidayah Tuhan telah dibimbing bertujuan hidup sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat al-Baqarah ayat 21, adz-Zariyat:56, al-Bayyinah:5.

7. Sedangkan untuk kategori ciri model seo- rang manusia muslim seperti yang telah dipaparkan adalah yang sesuai dengan pen- jelasan surat Al-Ashr, yaitu yang beriman, beramal soleh, saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.

DAFTAR PUSTAKA

Shihab Quraisy M., Wawasan Al-Qur’an, 1997 (Bandung: Mizan,)

Ahyadi Aziz Abdul, Psikologi Agama, 1987 (Jakarta: Sinar Baru Algesindo)

Sarwono Wirawan Sarlito, Pengantar Psikologi Umum, 2009 (Jakarta:

Rajawali Pers,)

Asyari Musya, Manusia Pembentuk Kebudayaan Alam Al-Qur’an,1992 (Yogyakarta: Lesfi,)

Drajat Zakiah, Ilmu Pendidikan Islam, 2011 (Jakarta: Ditjen Binbaga Islam Depag,) Thayyarah Nadiah Dr., Sains dalam Al-

Qur’an, 2014(Jakarta: Penerbit Zaman,) Kadir Abdul, Dasar-Dasar Pendidikan, 2012

(Jakarta: Kencana, 2012)

Husain Mahnun, Al-Qur’an Tentang Manusia Dalam Buku “Evolusi Manusia Dan Konsepsi Islam”, 2004(Bandung: Gema Risalah Press,)

Ghazali Imam Al-, Kimiya’al-Sa’adah: Kimia Ruhani dan Kebahagiaan Abadi, terj.

Dedi Slamet R, 2001(Jakarta: Zaman,) Matta Anis H.M., Lc., Model Manusia

Muslim, 2002 (Bandung: PT Syamil Cipta Media,)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan Pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil adalah rangkaian kegiatan penertiban dan penataaan dalam penertiban dokumen dan data kependudukan

Temuan dari penelitian yang dilakukan di negara Kanada sebagai salah satu pelopor Inflation Targeting, dimana temuan mengkonfirmasi bahwa penerapan yang dilakukan Bank

Adapun kriteria yang telah ditentukan oleh penulis diantaranya adalah : perusahaan masih terdaftar pada BEI hingga saat ini, memiliki laporan keuangan

Aplikasi adalah program siap pakai yang dapat digunakan untuk menjalankan perintah-perintah dari pengguna aplikasi tersebut dengan tujuan mendapatkan

Penelitian ini dilakukan untuk mencegah paparan radikalisme pada remaja dengan menerapkan integrative complexity melalui media komik digital, Hal ini dilatar belakangi

Berdasarkan hasil uji koefisien determinasi diatas, jika dilihat dari nilai signifikan diperoleh nilai Sig = 0,000 < 0,05 yang berarti Hipotesa awal (Ha)

“Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni menyelaraskan hubungan dan peran tenaga kerja dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara

InshaAllah sudah, dengan berpatokan pada pilar perusahaan, integritas yang ada serta visi misi dan tujuan yang mendasar dari para pendiri, kami berharap bahwa semua hal