ZONASI WILAYAH PESISIR
MK: Manajeman Sumberdaya Pesisir Dan Laut Dosen Pengampu :
Dr.SubhanA.Alhidayat.,S.Pi.,M.Si
DisusunOleh Nama :CindyAulia
Nim :213010405002
MANAJEMENSUMBERDAYAPERAIRAN FAKULTASPERTANIAN
JURUSANPERIKANAN UNIVERSITASPALANGKARAYA
2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini secara tepat waktu dan dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Dalam penulisan makalah ini saya merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini
Akhir kata saya berharap semoga makalah ini dapat memberikan ilmu yang bermanfaaat bagi mahasiswa dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Palangka Raya, 23 Maret 2024
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dapat meningkatkan kualitas hidup dan menyediakan lapangan kerja. Karena itu wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil harus dapat di kelola secara terpadu dan berkelanjutan. Hal tersebut dicapai dengan memanfaatkan sumber-sumber pertumbuhan yang sudah ada dan sumber-sumber pertumbuhan baru.
Sumberdaya pesisir dan laut serta pulau-pulau kecil merupakan salah satu sumberdaya yang penting hajat hidup masyarakat dan dapat dijadikan sebagai penggerakan utama (prime mover) perekonomian nasional. Hal ini di dasari pada kenyataan bahwa pertama, Indonesia memiliki potensi sumberdaya pesisir dan pulau- pulau kecil yang tinggi dengan karakteristik wilayah yang beranekaragam. Kedua,sebagian besar kegiatan industri pada kabupaten/kota berada diwilayah pesisir. Ketiga,kegiatan industri di wilayah pesisir memiliki keterkaitan (backward and forward linkage) yang kuat dengan industry-industri lainnya. Keempat, wilayah pesisir merupakan basis sumberdaya local bagi industri perikanan atau dikenal dengan istilah resources basedindustries dan yang kelima, wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memiliki keunggulan (comparative advantage) yang tinggi sebagaimana di cerminkan dari potensi sumberdaya ikannya. Wilayah pesisir memiliki arti strategis karena merupakan daerah peralihan antaraekosistem darat dan laut, memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkunganyang sangat kaya (baik jenis maupun jumlah). Kekayaan sumberdaya tersebut menimbulkan daya tarik bagi berbagai pihak untuk memanfaatkan sumberdaya dan berbagai instansi mempunyai kebijakan untuk meregulasi pemanfaatannya. Indonesia merupakan Negara kepulauan riau yang terbesar di dunia yang terdiri dari dari 17.499 pulau dari sabang sampe marauke. Luas total wilayah Indonesia adalah 7,81 juta km yangterdiri dari 01 juta km daratan, 3,25 juta km lautan, dan 55 juta km zona ekonomiekslusif (ZEE).
Mengingat luas laut Indonesia lebih luas dari wilayah daratan, menjadikan sumber daya pesisir dan lautan memiliki potensi yang sangat penting, karena wilayah pesisir lautan menyediakan berbagai sumber daya alam, baik hayati maupun non hayati yang bernilai ekonomis dan ekologis yang tinggi. Wilayah pesisir memiliki ekonomi tinggi, namun terancam berkelanjutannya. Dengan potensi yang unik dan bernilai ekonomi tadi maka wilayah pesisir dihadapkan pada ancaman yang tinggi pula, maka hendaknya wilayah pesisir ditangani secara khusus agar wilayah ini dapat dikelolasecara berkelanjutan. Wilayah pantai Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam dan jasa-jasa lingkungan yang sangat penting untuk dikembangkan (ekosistem pantai). Diperkirakan 60% atau 150 juta dari penduduk Indonesia bermukim di wilayah pesisirdan sekitar 80% lokasi industri di Indonesia terletak di wilayah pesisir, karena aksestransportasinya lebih mudah ke pusat perdagangan. Pemanfaatan sumberdaya alam diwilayah pesisir telah menimbulkan ancaman kelestarian ekosistem yang sangat kritis.Sebaliknya, ada beberapa wilayah, potensi sumberdaya belum dimanfaatkan secaraoptimal. Guna menjamin keberlanjutan dari sumber daya tersebut, pengelolaannya harus
dilakukan secara terencana dan terpadu serta memberikan manfaat yang besar kepada semua stakeholders terutama masyarakat pesisir. Saat ini terdapat UU No. 27 Tahun 2007tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil sebagaimana telah diubahdengan UU No. 1 Tahun 2014, dimana dalam Pasal 1 angka 2 UU tersebut mendefinisikan wilayah pesisir sebagai daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut. Pasal 2 menyebutkan bahwa ruang lingkup pengaturan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil meliputi daerah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat dan laut, kearah darat mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah laut sejauh 12 (dua belas) mil laut di ukur dari garis pantai. Dengan demikian ruang lingkup Undang-undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecilmeliputi daerah pertemuan antara pengaruh perairan dan daratan, ke arah daratan mencakup wilayah administrasi kecamatan dan ke arah perairan laut sejauh 12 (dua belas) mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas dan/atau ke arah perairankepulauan.
Di Indonesia Pengelolaan Sumberdaya berbasis Masyarakat sebenarnya telahdi tetapkan dalam Pasal 33 Undang-undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa bumidan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dandipergunakan sebesar- besarnya bagi kemakmuran rakyat.
1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pembangunan Berkelanjutan
Konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development) berbakardari pemikiran yang berusaha mengintergrasikan perpektif ekonomi dan prefektif ekologi (WCED, 1987).
Konsep ini merupakan babak baru dariteori pembangunan dan sekaligus mengakhiri perdebatan antara pertumbuhan ekonomi dan penyelamatan lingkungan. Konsep ini pertamakali di publikasikan oleh World Concervation Startegi dan mejadi pusat pemikiran pembangunan dan lingkunganKonsep pembangunan berkelanjutan sangat dipengaruhi olehkondisi pembangunan dan kepentingan Negara, serta berbagi kelompoktertentu seperti jaringan bisnis dan komunitas lokal.Kegiatan pembanguna baik ekonomi maupun sosial budaya, merupakanhubungan aau interaksi manusia dengan lingkungannya.Konsep pembangunan berkelanjutan berbeda dengan konsepWorld Conservation Strategy. Dalam konsep konservasi hanyamempertimbangkan kondisi sumberdaya alam dan lingkungan sedangankonsep pembangunan berkelanjutan didefinisikan
Rencana zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil (RZWP-3-K) merupakan salah satu instrumen dalam pengendalian pemanfaatan ruang laut yang berada dalam wewenang pemerintah provinsi. RZWP-3-K sendiri sebagai arahan pembangunan yang dilegalkan ke dalam Peraturan Daerah. Legalisasi RZWP-3-K kedalam Peraturan Daerah merupakan amanah dari Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
RZWP-3-K juga menjadi kunci atas keberlangsungan rencana investasi, infrastruktur dan lain sebagainya karena seluruh izin investasi di daerah berlandaskan pada Peraturan Daerah ini. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki Peraturan Daerah No 9 tahun 2018 tentang RZWP3K DIY, sejalan dengan visi Gubernur DIY, pengelolaan laut di DIY mimiliki kejelasan hukum bagi investor maupun pelaku usaha yang akan mengembangkan usahanya di DIY.
2.2 Tujuan Rencana Penyusunan Zonasi
Tujuan penyusunan rencana zonasi adalah untuk membagi wilayah pesisir dalam zona- zona yang sesuai dengan peruntukan dan kegiatan yang saling mendukung (compatible) serta memisahkannya dari kegiatan yang saling bertentangan (incompatible). Penentuan zona difokuskan berdasarkan kegiatanutama dan prioritas pemanfaatan sumberdaya pesisir guna mempermudahkan pengendalian dan pemanfaatan. Rencanazonasi menjelaskan focus kegiatan dan nama zona yang dipilihberdasarkan kondisi dan kegiatan yang diizinkan atau dapatdilakukan dengan persyaratan tertentu. Penetapan rencana zonasi dimaksudkan untuk memelihara keberlanjutan sumberdaya pesisir dalam jangka panjang serta mengeliminir berbagai factor tekanan terhadap ekosistem pesisir akibat kegiatan yang tidak sesuai (incompatible)
Pendekatan dan Penyusunan Rencana Zonasi. Penyusunanrencana zonasi dilakukan melalui tiga pendekatan. Pertama ;Penyusunan rencana zonasi mempertimbangkan kebijakan pembangunan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan Daerah, kepentingan masyarakat dan hak-hak ulayat, sertakepentingan yang bersifat khusus. Kedua, pendekatan bioekoregion dimana ekosistem pesisir dibentuk oleh sub-ekosistem yang saling terkait satu sama lainnya. Oleh sebab itu kombinasi penggunaan data biogeofisik yang mengambarkan kondisi bioekoregion merupakan persyaratan yang dibutuhkan dalam menetapkan zona-zona yang akan dipilih. Pendekatan ketiga, dilakukan melalui pengumpulan data dan informasi yang dapat digali dari persepsi masyarakat yang hidup di sekitar ekosistem tersebut, terutama kontek historis mengenai kejadian yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir dari masa lampau sampai saat ini, serta implikasi terhadap keberlanjutan sumberdaya pesisir tersebut.
Rencana Zonasi pesisir dan laut akan menetapkan suatu jaringan/kisi-kisi spasial di atas lingkungan pesisir dan laut.
Rencana ini memisahkan pemanfaatan sumberdaya yang saling bertentangan dan menentukan yang mana kegiatan-kegiatan yangdilarang dan diijinkan ditunjukkan untuk setiap zona peruntukan.Hal ini merupakan suatu upaya untuk menciptakan suatukeseimbangan antara kebutuhan-kebutuhan pembangunan dan konservasi di pesisir. Dalam proses penyusunan rencana zonasi ini, kerjasama dengan stakeholders sebaiknya dimulai pada tahap paling awal dalam penyusunan, oleh karena itu diperlukan Forum Diskusi untuk menampung aspirasi stakeholder atau biasa disebut FGD(Forum Discussion Group). Perlu dipahami bahwa masyarakat setempat sering memiliki pengetahuan khusus tentang sumberdaya mereka, ancaman terhadap sumberdaya, dan sebab-sebab utama dari degradasi sumberdaya. Mereka sering juga memperoleh keuntungan terbanyak dari keberadaan sumberdaya. Sementara mereka mungkin bertanggung jawab akan tekananterhadap penggunaan sumberdaya, mereka mungkin juga beradadi posisi yang terbaik untuk implementasi dan monitoring berbagai aktivitas pembangunan, untuk mengurangi tekanan pemanfaatan sumberdaya.
a. Rencana Zonasi
Rencana yang menentukan arah penggunaansumberdaya tiap-tiap satuan perencanaan disertai dengan penetapan struktur dan pola ruang pada Kawasan perencanaan yang memuat kegiatan yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan serta kegiatan yang dapat hanya dapat dilakukan setelah mendapat izin.
b. Rencana Pengelolaan :
Rencana yang memuat susunan kerangka kebijakan, prosedur,dan tanggung jawab dalam rangka rangka pengoordinasikan pengambil keputusan di antara berbagai lembaga/instansi pemerintah mengenai kesepakatan penggunaan sumberdaya.
c. Rencana Aksi
Tindak lanjut rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang memuat tujuan, sasaran, anggaran,dan jadwal untuk satu atau beberapa yang diperlukan oleh instansi pemerintah, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya guna mencapai hasil pengelolaan sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil disetiap kawasan perencanaan.
d. Konservasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
adalah upaya pelindungan, pelestarian, dan pemanfaatan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil serta ekosistem nya untuk menjamin keberadaan, ketersediaan, dan kesinambungan Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai dan keanekaragamannya. Kawasan Konservasi di Wilayah Pesisir dan Pulau- Pulau Kecil adalah kawasan pesisir dan pulau- pulau kecil dengan ciri khas tertentu yang dilindungi untuk mewujudkan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil secara berkelanjutan. Sempadan Pantai adalah daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai, minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Rehabilitasi Sumber Daya Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah proses pemulihan dan perbaikan kondisi Ekosistem atau populasi yang telah rusak walaupun hasilnya berbeda dari kondisi semula.
2.3 Konsep Pengembangan Kawasan Minapolitan
Pertimbangan utama dalam penataan ruang meliputi kriteria kawasan budidaya dan non budidaya dalam pemanfaatan lahan, kondisi sosial ekonomi wilayah dan interest (minat sektor pembangunan, aspirasi daerah, kaitanantara wilayah dan lain sebagainya). Secara garis besar penataan ruang bertujuan menunjang:
1. Terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan yang berlandaskan wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
2.Terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan budidaya perikanan.
3. tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk - mewujudkan kehidupan bangsa yang sejahtera
- mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dansumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia
- meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara berdaya - mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah sertamenanggulangi dampak
negative terhadap lingkungan
Bagian wilayah berupa ruang yang merupakan transisi antara ruang lautdan ruang darat lebih dikenal sebagai pesisir. Pengertian pesisir menurutkeputusan menteri kelautan dan perikanan Nomor Kep.10/Men/2003 tentang pedoman perencanaan pengolaan pesisir terpadu, wilaya pesisir didefinisikansebagai peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, dimanakearah laut 12mil dari garis pantai dan sepertigan dari wilayah laut untukkabupaten/kota dan kearah darat hingga batas administrasi kabupaten/kota
Berbagai aktifitas yang dapat dilakukan di pesisir dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah dan pembangunan ekonomi (Cicin-Sain danKnetch:1998,dalam sondita, 2001:9), meliputi:
Fungsi Aktfitas
Perencanaan wilayah
 pengajian lingkungan pesisir dan pemanfaatanya
 penentuan zona sipemanfaatan ruang
 pengaturan proyek pembangunan pesisir dan kedekatanyadengan garis pantai
 penyuluhan masyarakat untuk apresiasi terhadap kawasan pesisir atau lautan
pengaturan akses terhadap pesisir dan lautan
Pembangunan ekonomi
 industri pengelolaan hasil perikanan tangkap
 prikanan rakyat
 wisata massal dan ekowisata, wisata bahari
 perhubungan laut dan pembangunan pelabuhan
 penelitian kelutan dan akses terhadap sumber daya perikanan