Fungsi HumasHumas atau PublicRelations pada dasarnya berfungsi menghubungkan publik-publik atau pihak-pihak yang berkepentingan di dalam suatu instansi atau perusahaan dimana hubungan hubungan yang efektif antara pihak-pihak yang berkepentingan itu adalah penting sekali demi tercapainya kepentingan dan kepuasan bersama. (Oemi Abdurrachman, 2001:
Menurut para pakar, hingga saat ini belum terdapat konsensus mutlak tentang definisi dari PublicRelations atau Humas. Ketidaksepakatan tersebut disebabkan oleh pertama, beragamnya definisiPublicRelations yang telah dirumuskan baik oleh para pakar maupun professional PublicRelations atau Humas didasari perbedaan sudut pandang mereka terhadap terhadap pengertian PublicRelations atau Humas. Kedua, perbedaan latar belakang, misalnya definisi yang dilontarkan oleh kalangan akademisi perguruan tinggi tersebut akan lain bunyinya dengan apa yang diungkapkan oleh kalangan praktisi (PublicRelations Practitioner). Dan ketiga, adanya indikasi baik teoritis maupun praktis bahwa kegiatan PublicRelations atau kehumasan itu bersifat dinamis dan fleksibel terhadap perkembangan dinamika kehidupan masyarakat yang mengikuti kemajuan zaman, khususnya memasuki era globalisasi dan milenium ketiga saat ini. (Ruslan, 2008:15)
Dalam mencapai tujuan-tujuan PublicRelations, ada kalanya penggunaan media pers, radio, dan televisi tidak sesuai, apalagi jika khalayak yang hendak dicapai hanya terdiri dari beberapa kelompok kecil saja, seperti staf atau anggota organisasi yang hanya cukup dijangkau melalui jurnal internal. Dibawah ini penulis kutip mengenai media yang dapat diciptakan sendiri oleh humas didalam perusahaan/organisasinnya.
Kegiatan-kegiatan tersebut akan lancar apabila didasari dengan pembinaan hubungan dengan media massa. Jumpa pers akan menarik perhatian banyak wartawan bila sebelumnya terdapat hubungan baik antara kahumas dengan para wartawan. Pada intinya, program media relationsadalah untuk menjaga hubungan baik dengan media massa. Apabila organisasi telah dikenal baik oleh media, maka diharapkan ada undangan liputan, media akan datang dan mempublikasikan informasi organisasi secara positif dan sukarela. Apabila terjadi krisis pada perusahaan, maka mereka juga mampu menghasikan publikasi yang berimbang, tidak semata menyudutkan organisasi dan berakibat pada pembentukan image negatif. Bila terjadi misscommunication dengan kalangan media, maka humas akan lebih mudah berkomunikasi dengan kalangan media sehingga hubungan baik bisa dicapai/dijaga serta informasi yang beredar tetap positif.
5 A. Kerangka Teori
1. DefinisiPublicRelations
Pada umumnya Humas atau PublicRelations merupakan metode komunikasi yang meliputi berbagai bentuk komunikasi. Yang mana di dalamnya terdapat usaha untuk mewujudkan hubungan harmonis antara perusahaan dengan publik. Humas adalah seni atau kelihaian sebuah perusahaan dalam menganalisis suatu masalah yang sedang terjadi di tengah masyarakat serta memprediksi mengenai tindak lanjut yang akan dilakukan sebuah perusahaan. Dengan cara menganalisis dan memprediksi tersebut, maka hasilnya akan diterapkan pada program-program pelayanan masyarakat yang menguntungkan kedua belah pihak.
Cutlip-Center-Broom mendefinisikan humas sebagai the planned effort to influence opinion through good character and responsible performance, based on mutuallu satisfactory two-way communications (usaha terencana untuk memengaruhi pandangan melalui karakter yang baik serta tindakan yang bertanggung jawab, didasarkan atas komunikasi dua arah yang saling memuaskan). Menurut Frank Jefkins, terdapat begitu banyak definisihumas, namun ia sendiri memberikan batasan humas, yaitu “sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.” Menurutnya, humas pada intinya senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan memalui kegiatan-kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak yakni perubahan yang positif (Morissan,2008:7-8).
Definisi-definisi diatas kiranya memberi gambaran yang lebih jelas tentang konsep Humas.
2.1.2 Proses Humas
Proses Humas atau PublicRelations sangat tergantung dari input informasi, karena bidang Humas adalah suatu studi yang menyangkut sikap manusia yang membutuhkan ketajaman dan kepekaan analisis, serta data yang dapat mengubah sikap manusia atau kelompok manusia secara efektif. Proses Humas selalu dimulai dan diakhiri dengan penelitian. Berdasarkan prosesnya, ada empat langkah yang biasa dilakukan dalam proses Humas atau PublicRelations sebagaimana yang diajukan oleh Cutlip dan Center sebagai berikut:
rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Komunikasi yang terencana tersebut tidak hanya terbatas pada terciptanya saling pengertian saja, melainkan juga pencapaian berbagai macam tujuan khusus/spesifik lainnya yang sedikit banyak berkaitan dengan saling pengertian itu. Tujuan-tujuan khusus/spesifik itu antara lain meliputi penanggulangan masalah permasalahan komunikasi yang memerlukan suatu perubahan tertentu, misalnya mengubah sikap negatif menjadi positif. Selain dari itu, dalam mencapai suatu tujuan, PublicRelations menggunakan metode manajemen berdasarkan tujuan (management by objectives) maksudnya adalah agar semua tingkat kemajuan yang dicapai dapat diukur secara jelas, karena kegiatan PublicRelations merupakan suatu kegiatan yang nyata. 3 Berdasarkan definisi-definisi di atas, tampak jelas bahwa Humas/Public
Ada pandangan lain yang diungkapkan oleh pakar lain yaitu Scott M. Cutlip et al dalam Ardianto mendefinisikan Public Relation sebagai fungsi manajemen yang menilai sikap-sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan-kebijakan dan prosedur- prosedur dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan publik). 4 Hal yang cukup menarik dari definisi ini adalah masuknya unsur manajemen, sehingga Public Relation menjadi bagian dari organisasi tidak bedanya dengan Pemasaran, Keuangan, Akuntansi, Operasi dan lain sebagainya. Salah satu bukti dari Public Relation sebagai bagian dari organisasi yaitu adanya jabatan dalam tingkatan manajerial yang mempunyai tugas dalam PR seperti Senior Vice President Director of Corporate Communication ataupun Corporate Secretary bahkan sampai jabatan penting di pemerintahan seperti Juru Bicara Kepresidenan. Hal yang menarik pada pernyataan di atas yaitu Juru Bicara Kepresidenan yang dapat menimbulkan pertanyaan yaitu apakah sebuah pemerintahan membutuhkan sebuah Public Relation. Pandangan yang dapat dikemukan bahwa Public Relation bukan jabatan politis tetapi Public Relation dalam sebuah institusi pemerintahan berperan untuk publikasi atau promosi kebijakan-
Kegiatan umum humas termasuk berbicara di konferensi, memenangkan penghargaan industri, bekerja sama dengan pers, dan komunikasi karyawan. Sebagai sebuah profesi seorang humas bertanggung jawab untuk memberikan informasi, mendidik, meyakinkan, meraih simpati, dan membangkitkan ketertarikan masyarakat akan sesuatu atau membuat masyarakat mengerti dan menerima sebuah situasi. Makna humas itu terkesan relative karena begitu banyak orang yang mencoba menafsirkan sendiri sehingga justru sering menimbulkan salah pengertian. Terdapat begitu banyak definisi tentang humas, namun pada intinya humas tersebut senantiasa berkenaan dengan kegiatan penciptaan pemahaman melalui pengetahuan, dan melalui kegiatan kegiatan tersebut diharapkan akan muncul suatu dampak yakni berupa hal yang positif.
2.2.2 Citra
2.2.2.1 Pengertian Citra
Menurut Katz dalam Soemirat dan Ardianto Citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Setiap perusahaan mempunyai citra. Sebanyak jumlah orang yang memandangnya. Berbagai citra perusahaan datang dari pelanggan perusahaan, pelanggan potensial, banker, staf perusahaan, pesaing, distributor, pemasok, asosiasi dagang, dan gerakan pelanggan di sector perdagangan yang mempunyai pandangan terhadap perusahaan. Citra perusahaan adalah fragile commodity (komoditas yang rapuh/mudah pecah). Namun kebanyakan perusahaaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah esensial, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang. Frank Jefkins, dalam bukunya PublicRelations Technique, menyimpulkan bahwa secara umum, citra diartikan sebagai kesan seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai hasil dari pengetahuan dan pengalamannya. Dalam buku Essential of PublicRelations, Jefkins menyebut bahwa citra adalah kesan yang diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengertian seseorang tentang fakta-fakta atau kenyataan. (Soemirat & Ardianto, 2010:111-114)
Penjelasan dari Tri Hastono tersebut bisa dipahami karena sebagai pelayan sipil di tingkat SKPD 2 maka mereka harus diberikan panduan detail mengenai kegiatan sosialisasi “jogja istimewa” baik pemahaman filosofi secara menyeruluh, materi sosialisasi, komunikasi intens hingga aturan yang bersifat mengikat mengenai proses sosialisasi ini. Sayangnya seluruh idealisme tersebut tidak satupun terlaksana. Bahkan menurut pengakuan salah satu staf humas Pemkot Yogyakarta, Tuti menjelaskan bahwa koordinasi yang dilakukan untuk kegiatan sosialisasi dilakukan antar Bapedda bukan Humasnya. Padahal pihak Bapedda berada di tingkat strategis sedangkan pelaksana di lapangan adalah Humas. Koordinasi yang terhambat ini juga dipersulit dengan kealpaan kebijakan yang bersifat mengikat sehingga proyek sosialiasi ini tidak akan memaksa pihak terkait untuk melaksanakan sosialisasi secara sungguh-sungguh, melainkan sekedarnya hanya sebatas terlaksananya kegiatan tanpa adanya output dan outcome yang jelas.
Tujuh puluh persen dari kegiatan se- orang Humas berhubungan dengan tulis menulis selain tugas-tugas lainnya. Di antaranya ada- lah: (Zulkarnaen 2008) (1) Merancang pesan tematik agar pesan yang disampaikan oleh organisasi memiliki keseragaman/ keterkaitan pesan. Contoh: Bank Niaga saat menggelar tema “Cinta”, (2) Melakukan segmentasi media, dimana seorang Humas harus mampu memfor- mulasikan keseimbangan saling dukung antara media cetak dan elektronik, (3) Komunikasi interaktif. Contohnya beberapa organisasi dalam merancang logonya melakukan pelibatan kon- sumen dimana dilakukan kompetisi merancang logo, contoh lain adalah rubrik konsultasi atau jasa layanan konsumen melalui telpon, (4) Menjaga reputasi perusahaan dan citra produk melalui pemanfaatan kekuatan pesan dan atau kombinasinya. Contoh: kegiatan sponsor dari Mayora, (5) Iklan multiguna (memanfaatkan momentum psikologis). Contoh: bukan basa- basi, (6) Penjualan simpatik. Contoh: Aqua menyisihkan hasil penjualan untuk pipa meng- alirkan air yang di kawasan timur Indonesia, (7) Melakukan iklan layanan pada masyarakat, (8) Pemasaran dari mulut kemulut. Contoh: Taksi Bluebird dalam memasarkan reputasi yang baik jarang menggunakan iklan media massa, (8) Ajang pemasaran khusus dimana aktivitas dirancang untuk melibatkan khalayak. Contoh: Ajang Jakarta Fair, dan (9) Memanfaatkan ko- munikasi yang akrab untuk pelanggan. Contoh: Layanan purna jual, dsb.
Penjelasan dari Tri Hastono tersebut bisa dipahami karena sebagai pelayan sipil di tingkat SKPD 2 maka mereka harus diberikan panduan detail mengenai kegiatan sosialisasi “jogja istimewa” baik pemahaman filosofi secara menyeruluh, materi sosialisasi, komunikasi intens hingga aturan yang bersifat mengikat mengenai proses sosialisasi ini. Sayangnya seluruh idealisme tersebut tidak satupun terlaksana. Bahkan menurut pengakuan salah satu staf humas Pemkot Yogyakarta, Tuti menjelaskan bahwa koordinasi yang dilakukan untuk kegiatan sosialisasi dilakukan antar Bapedda bukan Humasnya. Padahal pihak Bapedda berada di tingkat strategis sedangkan pelaksana di lapangan adalah Humas. Koordinasi yang terhambat ini juga dipersulit dengan kealpaan kebijakan yang bersifat mengikat sehingga proyek sosialiasi ini tidak akan memaksa pihak terkait untuk melaksanakan sosialisasi secara sungguh-sungguh, melainkan sekedarnya hanya sebatas terlaksananya kegiatan tanpa adanya output dan outcome yang jelas.
yang bersifat formal, sampai kemudian mulailah para chef mendirikan bisnis sendiri. Sementara itu definisi dari kafe itu sendiri, konsepnya tidak berbeda jauh dengan restoran, namun biasanya sebuah kafe memiliki konsep unik tersendiri. Dan biasanya pelanggan yang datang ke sebuah kafe bertujuan untuk bersantai, namun tetap ditemani oleh makanan – makanan ataupun minuman yang menjadi favorit. Menurut Katsigris (2006:19), peneliti menterjemahkan biasanya kafe yang memiliki konsumen yang loyal merupakan kafe yang stabil dan konsisten dalam konsep dan fasilitas yang dihadirkan, khususnya pada kafe yang menyajikan konsep entertainment. Peneliti mengambil contoh pada brand terkenal Starbucks, kesuksesan Starbucks menunjukkan bahwa, Starbucks telah membangun sebuah hubungan emosional dengan konsumen. Starbucks memiliki keunggulan kompetitif atas merek-merek lainnya., yaitu Starbucks bersentuhan dan berinteraksi dengan konsumen secara langsung setiap harinya. Produk Starbucks tidak ada di pasaran umum. Staf-staf Starbucks telah melakukan branding yang luar biasa sehingga menjamin loyalitas konsumen.(Michelli:2007:15)
Pada intinya, “hyping” terletak pada lembaga pers yang oleh American College Dictionary di definisikan “ seseorang yang dibayar untuk menghadiri promosi sebuah teater, seorang pelak[r]
Dalam bertindak untuk seorang klien atau majikan yang tergabung dalam suatu profesi, seorang anggota akan menghargai Kode Etik dari profesi tersebut dan secara sadar tidak akan turut d[r]
PERNYATAAN
Nama : Rizky Dewi Andreastuti Nim : D1613090
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tugas Akhir berjudul “Kegiatan Media Relations Yang Dilakukan Oleh Humas ( PublicRelations ) Pemerintah Kabupaten Boyolali” adalah betul – betul karya sendiri. Hal – hal yang bukan karya saya, dalam tugas akhir tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.
2.1.3 Tujuan Kegiatan Humas
Menurut Widjaja (2008:55), tujuan humas yaitu untuk
mengembangkan hubungan yang harmonis dengan pihak lain yakni publik (umum, masyarakat). Tujuan humas adalah untuk menciptakan, membina dan memelihara sikap budi yang menyenangkan bagi lembaga atau organisasi di satu pihak dan dengan publik di lain pihak dengan komunikasi yang harmonis dan timbal balik.
Selain membina hubungan baik dengan public, seorang humas/PR juga harus membina/menjalin hubungan baik dengan media dan pers. Membina hubungan media dan pers ( media and press relations ) merupakan bagian dari fungsi humas/PR khususnya sebagai alat pendukung, atau media kerjasama untuk kepentingan proses publikasi tentang berbagai kegiatan program kerja atau demi kelancaran aktivitas komunikasi kehumasan dengan pihak public sebagai sasarannya, karena peranan hubungan media dan pers dalam kehumasan tersebut seperti sebuah saluran ( channel ) dalam penyampaian pesan, upaya meningkatkan pengenalan ( awareness ) dan informasi dari pihak publikasi. Kehumasan merupakan prioritas utama dikarenakan salah satu fungsi-fungsi pers adalah memiliki kekuatan sebagai pembentukan opini ( power of opinion ) yang sangat efektif. Yang jelas, humas/PR yang kreatif dapat mempengaruhi awareness public.