Berdasarkan hasil pengamatan peneliti selama mengajar di SD Negeri 1 Sinarjawa Kecamatan Airnaningan Kabupaten Tanggamus diketahui bahwa hasil belajar kelas 5, dari 13 siswa seluruh siswa kesulitan dalam melakukan gerakdasarloncat harimau. Peneliti melihat kesalahan- kesalahan yang sering dilakukan siswa saat loncat harimau antara lain kurangnya keberanian dari diri siswa, kurang kuatnya salah satu tangan sehingga jatuhnya badan miring kearah yang kurang benar dan ata-rata tubuh siswa jatuh dalam posisi miring ke samping, sehingga gerakan loncat harimau yang dilakukan siswa menjadi tidak sempurna.
Peneliti mencoba menerapkan salah satu model pengembangan yaitu model pembelajaran gerakdasarloncat melalui permainan loncat katak bagi kelas V SD Negeri Kadengan 2 Kecamatan Randublatung Kabupaten Blora. Ketertarikan peneliti untuk melakukan penelitian ini berawal dari informasi dari guru penjas yang saat itu sedang melakukan kegiatan belajar dan mengajar, dimana para siswa yang sedang menjalankan kegiatan belajar banyak kurang konsentrasi dalam pembelajaran karena kurang menariknya pembelajaran yang sedang diajarkan, dan monotonnya materi yang diajarkan oleh guru penjas. Selain alasan tersebut peneliti juga mendapatkan informasi tentang sarana prasarana yang ada di SD tersebut yang kurang memadai dan kurang pemanfaatannya. Dari uraian diatas peneliti mengeluarkan ide untuk menciptakan dan mengembangkan pembelajaran gerakdasarloncat ini dalam bentuk permainan loncat katak supaya anak-anak mengetahui permainan loncat dalam pembelajaran penjasorkes.
Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam penelitian dilaksanakan dalam dua siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri 04 Bejen Karanganyar Tahun Ajaran 2011 / 2012 yang berjumlah 42 siswa yang terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan. Data hasil belajar gerakdasarloncat diperoleh melalui tes unjuk kerja, lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data kegiatan siswa di dalam mengikuti proses pembelajaran gerakdasarloncat melalui penerapan pendekatan bermain dan MAS dengan menggunakan teknik prosentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru diharapkan mengajarkan berbagai keterampilan gerakdasar, teknik, dan strategi permainan/olahraga. Disamping itu, guru melakukan internalisasi nilai-nilai (seperti: sportivitas, jujur, kerjasama, disiplin, bertangung jawab) dan pembiasaan pola hidup sehat yang dalam pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional didalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik, mental intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan didaktik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan.
Loncat tinggi : suatu bentuk gerakan melompat ke atas dengan cara mengangkat kaki ke depan ke atas dengan cara mengangkat kaki ke depan ke atas dalam upaya membawa titik berat badan setinggi mungkin dan secepat mungkin jatuh (mendarat) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan melakukan tolakan pada salah satu kaki untuk mencapai suatu ketinggian tertentu (Muhtar, 2009:72) Permainan lompat tali karet : merupakan alat yang sederhana dapat dibuat dalam bebagai macam bentuk permainan yang menarik. Tujuannya mengajar melompat dengan iklim bermain bukanlah belajar dengan cepat tentang gerakan lompat, melainkan upaya pengembangan untuk memenuhi prasyarat lompat tinggi yang sebenarnya melalui gaya yang menarik. Dengan semakin banyak cara berlatih yang dapat diciptakan. Fokusnya bukan pada penguasaan langsung teknik lompat tinggi melainkan pada pembinaan atau pembentukan gerakdasar yang bersifat jangka panjang yang memerlukan waktu yang cukup lama, mungkin bertahun – tahun baru sampai pada teknik yang diinginkan (Saputra, 2001:74) Model belajar kooperatif learning : merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pengalaman dan sikapnya sesuai dengan kehidupan nyata di masyarakat, sehingga dengan bekerja secara bersama-sama diantara sesame anggota kelompok akan meningkatkan motifasi, produktivitas dan perolehan belajar (Safari 2011:4)
Istilah senam berasal dari bahasa inggris Gymnastic dalam bahasa aslinya merupakan kata serapan dari bahasa Yunani Gymnos yang berarti telanjang, sedangkan tujuan dari senam adalah meningkatkan daya tahan tubuh, kekuatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, serta kontrol tubuh (Agus Mahendra, 2000: 7). Menurut Hidayat yang dikutip oleh Agus Mahendra (2002: 1) kata Gymnastic tersebut dipakai untuk menunjukkan kegietan-kegiatan fisik yang memerlukan keleluasaan gerak sehingga perlu dilakukan dengan telanjang atau setengah telanjang. Menurut Hidayat yang dikutip oleh Agus Mahendra (2002: 2) senam sebagai suatu latihan tubuh yang dipilih dan dikonsrtuk dengan sengaja, dilakukan secara sadar dan terencana, disusun secara sistematis dengan tujuan meningkatkan kesegaran jasmani, mengembangkan keterampilan dan menanamkan nilai-nilai mental spiritual , sedangkan Wuryati Soekarno (1986: 4) mengatakan, Senam merupakan latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara keseluruhan dengan harmonis.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa tindakan dengan modifikasi alat bantu berupa kardus dan ban bekas yang dilakukan dalam 2 siklus dengan keseluruhan 4 kali pertemuan, ternyata mampu meningkatkan pembelajaran gerakdasar lompat dan loncat siswa kelas IV SD Negeri 1 Sokawera Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti yang dibandingkan dengan kolaborator pada saat proses pembelajaran berlangsung. Menurut data hasil penelitian di atas pada pembelajaran penjas dengan kompetensi dasar melompat dan meloncat sebelum melakukan tindakan dan sesudah melakukan tindakan ternyata siswa mengalami peningkatan nilai belajar tes unjuk kerja gerakdasar lompat dari siklus satu 57,89% dan siklus dua menjadi 89,47% atau sebesar 31,58% dan peningkatan nilai belajar tes unjuk kerja gerakdasarloncat dari siklus satu 57,89% dan siklus dua menjadi 84,21% atau sebesar 26,32%. Peningkatan tersebut juga diikuti dengan peningkatan tanggapan siswa terhadap pembelajaran, dan peningkatan hasil observasi keterampilan dalam proses pembelajaran oleh kolaborator.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di kelas V SDN Ciuyah III pada tanggal 18 Desember 2015, hasil yang diperoleh pada saat pembelajaran loncat tinggi adalah dari segi modifikasi pembelajaran tidak dikembangkansehingga siswa kurang memiliki kemampuan dalam meningkatkan gerakdasarloncat tinggi terutama pada gaya guling perut. Pembelajaran loncat tinggi yang langsung pada materi yang tidak dikemas dahulu dalam bentuk modifikasi permainan tradisional dan penggunaan metode belajar komando yang diterapkan membuat siswa kurang bisa mengikuti pembelajaran tersebut dengan baik dikarenakan hasil loncatan yang kurang baik karena siswa tidak tepat dalam melakukan loncatan vertikal walaupun gerakdasar dalam loncat tinggi sudah baik, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan KKM. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam melakukan loncatan dalam pembelajaran loncat tinggi gaya guling perut, maka peneliti melakukan tes. Tes pertama siswa adalah melakukan awalan, tolakan, sikap badan diatas mistar atau melayang diudara dan mendarat.
Kegiatan inti, siswa ditugaskan untuk berbaris menurut kelompoknya sendiri dengan berbaris memanjang ke depan dan dibatasi oleh garis pembatas antara pemain dan sasaran. Permainannya tiap siswa memegang bola kecil yang terbuat dari kain dan setiap kelompok berusaha untuk saling mendahului dengan cara siswa yang pertama siap untuk meloncati atau melewati satu susunan atau satu tumpukan kardus (bekas mie instan) yang ada di depan mereka, seperti sedang melakukan gerakdasar tolakan bola voli, setelah kardus tersebut selesai diloncati dan terakhir loncatan melemparkan bola kecil yang terbuat dari kain pada sasaran yang telah ditentukan yaitu sebuah kaleng (bekas biskuit). Setelah melemparkan bola pada sasaran maka siswa tersebut langsung berbaris ke belakang. siswa yang kedua melakukan loncatan yang sama seperti siswa pertama dan dilanjutkan oleh siswa berikutnya dan seterusnya sampai selesai.
a) Sikap awalan yaitu sikap awal dari rangkaian gerakloncat indah golongan I sudut yang dilakukan atlet untuk menempatkan kedua kaki dan juga menentukan tingginya loncatan yang dipengaruhi oleh daya ledak otot ketika meloncat dan putaran tangan dari atlet dalam upayanya untuk meloncat. Sikap awal yang dilakukan oleh subjek adalah dari posisi diam dan siap untuk mengambil langkah maju. Tujuan utama dari putaran tangan adalah untuk menyediakan dukungan bagi posisi badan yang benar dan untuk menambahkan tingginya lompatan sebelum melakukan loncatan. Sikap awalan merupakan awal untuk mempertahankan keseimbangan, menurut Taufiq, H. (2010:34 ) “ tubuh selalu dalam keadaan setimbang selama proyeksi dari titik berat tubuh tersebut jatuh dalam bidang tumpuannya.” Sudut yang terjadi ketika mengambil langkah awal lutut melakukan fleksi adalah 134.7 derajat. Gerak yang terjadi pada awalan adalah saat akan memulai pergelangan kaki melakukan fleksi plantar dan pad saat melangkah fleksi dorsi, fleksi dan ekstensi lutut saat berjalan serta ekstensi elbow untuk menjaga keseimbangan tubuh.
dikelas atau dilapangan kearah yang lebih baik dan professional. Permasalahan dalam penelitian ini bertujuan bagaimana mengatasi kesulitan anak dalam belajar tolakan spike melalui loncat ban mobil, sehingga kasulitan anak dapat dipecahkan. Berbekal dari keinginan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran penjas pada pokok bahasan tolakan spike, penulis mempersiapkan diri tentang apa itu penelitian tindakan kelas. Pendapat tentang pengertian PTK diungkapkan oleh Hopkins dalam Wiraatmadja (2005: 11) yang menyatakan bahwa :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penerapan alat bantu pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar loncat katak siswa dari kondisi awal ke siklus 1, dari siklus 1 ke siklus 2. Pada kondisi awal menunjukkan hasil belajar 46,88% (15 siswa yang tuntas), pada siklus 1 menunjukkan hasil belajar 75% (24 siswa yang tuntas) yang artinya sudah ada peningkatan dari kondisi awal tetapi belum mencapai persentase target yang diharapkan, sedangkan pada siklus 2 hasil belajar menunjukkan peningkatan 90,63% (29 siswa yang tuntas) yang artinya sudah mencapai persentase target yang diharapkan. Proses pembelajaran pada kondisi awal bersifat monoton atau konvensional sehingga kemampuan gerakdasar dan ketuntasan hasil belajar loncat katak rendah. Peningkatan terjadi pada siklus 1. Kemampuan gerakdasar dan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat walaupun belum optimal. Pelaksanaan siklus 2 menyebabkan kemampuan gerakdasar dan ketuntasan hasil belajar siswa meningkat menjadi lebih tinggi sehingga bisa mendukung suatu pembelajaran yang berkualitas.
Absorspi gaya atau absorption of force merupakan suatu teknik gerak untuk meredam gaya. Gaya yang datang kita lawan sedikit demi sedikit. Pada saat kita mendarat dari suatu ketinggian (dismount), atau pada saat mendarat dari loncat jauh, jatuhnya harus mengeper dengan jalan menekuk lutut atau pergelangan kaki. Fungsi menekuk lutut/pergelangan kaki adalah shock-absorper atau shock-breaker (pegar/per) pada motor atau mobil. Seperti halnya kalau kita dibanting oleh lawan pada judo, pencak silat dan sebagainya kita harus bisa memecah jatuh atau dengan jalan melebarkan/memperluas tumpuan atau perkenaan badan dengan tanah.
Koordinasi adalah kemampuan untuk mengontrol gerakan tubuh, mampu melakukan gerakan secara efisien (gerak fisik dengan baik). Koordinasi diukur melalui pola gerak keterampilan mencakup kemampuan mengontrol tubuh, keseimbangan, kelincahan, dan fleksibilitas. Kemampuan koordinasi gerak secara umum antara anak laki-laki dan perempuan tidak berbeda sampai umur 11 tahun. Perbedaannya, anak laki-laki lebih baik dalam aktivitas kekuatan dan gerak kasar dengan melibatkan otot besar, perempuan lebih baik pada aktivitas kecermatan.
1. Suruh anak melakukan aktivitas lokomotor, seperti berjalan maju, mundur, atau ke samping. Bisa juga berjalan menelusuri garis lurus atau berkelok yang sengaja dibuat di lantai. Pada mulanya bentuk garis tebal, kemudian secara bertahap garis itu diperkecil. Gerak berjalan bisa divariasikan dengan berbagai posisi tangan, misalnya berjalan sambil membawa sesuatu, mendorong kursi, memantul-mantulkan bola ke lantai, atau berjalan dengan mata tertuju ke arah lain.
data dasar belaka” . Menurut Sugiyono (2007:11), “ Metode deskriptif adalah suatu metode untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel, atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain” .
Berikut ini peneliti akan memaparkan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari temuan dilapangan selama pelaksanaan pembelajaran gerakdasar lompat tinggi gaya guling perut melalui permainan loncat tali dikeas V SDN panyingkiran III Kab. Sumedang.
Bulutangkis adalah suatu aktivitas permainan yang menggunakan sebuah raket dan shuttlecock yang dipukul melewati sebuah net. Permainan ini berlaku untuk putra dan putri dengan bentuk tunggal (single), ganda (double), dan ganda campuran (mixed double). Inti permainan ini adalah memukul cock (shutllecock) di lapangan lawan melalui atas net (jaring). Jaring ini membatasi kedua bagian lapangan dimana para pemain berdiri dan melakukan gerakan-gerakan tipuan. Permainan bulutangkis dapat dimainkan di dalam atau di luar ruangan, di atas lapangan yang dibatasi dengan garis-garis dalam ukuran panjang dan lebar tertentu. Lapangan dibagi dua sama besar dan dipisahkan oleh net yang teregang di tiang net yang ditanam di pinggir lapangan. Alat yang dipergunakan adalah raket sebagai alat pemukul dan shuttlecock sebagai bola yang dipukul. Keterampilan gerak dalam permainan bulutangkis, meliputi: keterampilan memegang raket (grip), keterampilan menempatkan posisi, langkah kaki (footwork) dan pukulan (strokes) yang meliputi: servis, pukulan forehand, pukulan backhand, pukulan lob, serta pukulan smash.
Senam merupakan salah satu aktivitas jasmani yang menyenangkan. Setiap gerak kehidupan kita senantiasa berhubungan dengan gerakan senam. Apabila kita melakukan senam ketangkasan, tubuh kita akan terasa lebih kuat dan terampil. Semakin banyak kita melakukan senam ketangkasan seperti lompat kangkang dan jongkok akan membuat kita lebih percaya diri dan berani menghadapi tantangan. Cobalah lakukan senam ketangkasan yang menggunakan peti lompat. Aktivitas senam menggunakan peti lompat sangat memungkinkan akan memberikan landasan pembentukan dan pengembangan karakter keberanian, kepercayaan diri, dan ketangkasan. Siswa akan merasa senang dan bangga pada diri sendiri jika berhasil melakukan gerakan loncat pada peti lompat, sehingga akan menumbuhkan rasa percaya diri pada kemampuan diri sendiri.