Allah adalah pencipta (Khaliq) yang tidak mungkin memiliki sifat yang dimiliki ciptaan Allah (makhluq). Dzat Allah tidak bisa dibayangkan bentuk, warna, raut muka, dan ciri-ciriNya. Begitu juga sifat-sifatNya tidak bisa disamakan dengan sifat makhluqnya. Sifat wajib bagi Allah diyakini melalui akal (dalil aqli) dan berdasarkan al Quran Hadis (dalil naqli).
Arti iman menurut bahasa adalah percaya. Iman kepada kitab Allah menurut bahasa artinya percaya kepada kitab Allah. Menurut istilah iman kepada kitab Allah adalah sikap percaya dengan sepenuh hati bahwa AllahSWT telah menurunkan kita- kitabNya kepada para rasul dan nabinya untuk dijadikan pedoman hidup manusia agar dapat meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.
Menjadi orang yang beriman bukan persoalan yang ringan atau mudah. Sebagai manusia yang memiliki pertanggungjawaban kepada AllahSwt., iman menjadi sangat penting. AllahSwt. sendiri yang memerintah-kan kita untuk beriman, sebagaimana firman-Nya:
Dengan sifat kasih dan sayang-Nya, AllahSWT senantiasa memberikan bimbingan kepada umat manusia agar dapat menjalani kehidupannya di dunia dengan ketenangan dan dapat menikmati kebahagiaan. Untuk itu AllahSWT memberikan pedoman dan petunjuk- petunjuknya yang diwahyukan kepada para rasul-Nya. Oleh para rasul, wahyu tersebut kemudian disampaikan kepada umat manusia.
Men u r u t bah asa, im an ad alah per caya atau m em ben ar kan . M e n u r u t is t ila h , im a n a d a la h k e p e r ca ya a n ya n g d iya k in i keben aran n ya dalam hati, diucapkan den gan lisan , dan diam alkan den gan perbuatan . J adi, im an kepada Allahswt. artin ya percaya dan m eyakin i bahwa Allah m em pun yai kitab yan g telah diturun kan kepada para rasul agar m en jadi pedom an bagi um atn ya. H ukum berim an kepada kitab-kitab Allah adalah fardu ’ain . Oran g yan g t id ak m em p er cayai ad an ya kit ab-kit ab Allah d in am akan kafir , sebagaim an a firm an Allahswt. dalam Surah Al-Baqarah ayat 213, berikut in i.
Kata iman menurut bahasa berarti percaya, sedangkan menurut istilah iman adalah : meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan. Dengan demikian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan Nya, kemudian pengakuan ini diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
2. Bersabar dalam menghadapi cobaan. Dalam hadis Tirmizi: ”sesungguhnya besarnya pahala itu bergantung pada besarnya ujian/cobaan dan sesungguhnya Allah mencintai suatu kaum, maka kaum itu akan diujinya terlebih dahulu.” Oleh karenanya jadikanlah ujian/cobaan sebagai batu loncatan untuk menambah kualitas keimanan kita kepada Allah.
Ar tin ya: ”M anusi a i t u adalah umat yang sat u (set elah t i mbul per selisihan), maka Allah mengutus par a nabi, sebagai pember i kabar gembir a pember i per ingatan, dan Allah menur unkan ber sama mer eka kitab dengan benar , untuk member i keputusan di antar a manusia tentang per kar a yang mer eka selisihkan. Tidaklah ber selisih tentang kitab itu, melainkan or ang datang kepada mer eka keter angan- keter angan yang nyata kar ena dengki antar a mer eka sendir i. M aka Allah member i petunjuk or ang-or ang yang ber i man kepada kebenar an tentang hal yang mer eka per selisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu member i petunjuk or ang-or ang yang dikehendakiNya kepada jalan lur us.” (Q.S. al-Baqarah/ 2: 213)
di padang ‘Arafah ketika beliau sedang menunaikan haji wada’ (haji perpisahan), karena beberapa hari sesudah menerima wahyu tersebut nabi Muhammad saw wafat. Al-Quran diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw. Sebahagian isinya menghapus sebahagian syari’at yang tertera dalam kitab- kitab terdahulu dan melengkapinya dengan hukum yang sesuai dengan hukum syariat yang sesuai dengan perkembangan zaman. Al-Quran merupakan kitab suci terlengkap dan abadi sepanjang masa , berlaku bagi semua umat manusia sampai akhir zaman, serta pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalankan kehidupan di dunia agar tercapai kebahagiaan di akhirat. Oleh karena itu,sebagai muslim kita tidak perlu meragukannya sama sekali. Firman Allah:
Kata iman menurut bahasa berarti percaya, sedangkan menurut istilah iman adalah : meyakini dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatan. Dengan demikian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaan Nya, kemudian pengakuan ini diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
Marilah kita berpikir sejenak tentang satu saja dari beberapa ciptaan AllahSWT misalnya kelapa. Sebagaimana diketahui, pohon kelapa tumbuh dari sebutir biji di dalam tanah. Berawal dari biji ini muncul sebuah pohon besar berukuran panjang sampai 8 meter. Satu-satunya sumber bahan baku yang dapat digunakan oleh biji ini ketika tumbuh dan berkembang membentuk wujud pohon besar ini adalah tanah tempat biji tersebut berada.
Dengan kata lain kekuasaan AllahSWT merupakan kekuasaan yang tak terbatas. Hal ini tentu berbeda dengan kekuasaan yang dimiliki oleh manusia. Bila ada manusia yang kebetulan mempunyai kekuasaan, tentu kekuasaan itu sangat terbatas. Misalnya, seorang atlet angkat besi kuasa (mampu) mengangkat barbel seberat 120 kg. Namun kalau berat barbel tersebut terus ditambah, pada berat tertentu dia tidak mampu lagi mengangkatnya.
Kitab-kitab yang dimaksud dalam ayat di atas berisi peraturan, ketentuan, perintah dan larangan yang dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan agar tercapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Kitab-kitab Allahswt. diturunkan pada masa yang berlainan, namun di dalamnya terkandung ajaran pokok yang sama, yaitu ajaran tauhid atau ajaran tentang keesaan Allahswt. Yang berbeda hanyalah dalam hal syariat yang disesuaikan dengan zaman dan keadaan umat pada waktu itu.
Nabi adalah manusia biasa yang memperoleh wahyu dari Allah, tetapi tidak wajib menyampaikan kepada ummatnva, sedangkan rasul adalah manusia biasa yang memperoleh wahyu dari AllahSWT dan wajib menyampaikan kepada ummatnya. Jadi perbedaan antara nabi dengan rasul terletak pada wajib/tidaknya menyampaikan wahyu yang diterima kepada ummatnya.
Kalian dapat menjelaskan makna iman kepada kitab-kitab AllahSwt, menjelaskan kandungan dalil naqli tentang iman kepada kitab-kitab AllahSwt, menunjukan perilaku yang mencerminkan iman kepada kitab-kitab AllahSwt, dengan mengimplementasikan dan mengembangkan sikap perilaku iman kepada kitab-kitab AllahSwt dalam kehidupan sehari-hari
Wajib bagi r asu l m em iliki sifat tablig atau m en yam paikan . Tidak m un gkin seoran g rasul dapat m en yebarkan wahyu yan g ia terim a tan pa disam paikan kepada um atn ya. J adi yan g dim aksud m en ya m p a ika n a d a la h m en ya m p a ika n p er in t a h -p er in t a h d a n laran gan -laran gan Allah dan tidak m en yem bun yikan sedikit pun wahyu yan g ia terim a dari Allahswt.
Dalam agama islam dikenal empat buah kitab yang wajib kita percaya serta kita imani. Jumlah kitab suci sebenarnya tidak dijelaskan dalam Al- quran juga dalam Hadits. Selain dari kitab Allah yang dturunkan melalui rasul melalui malakiat Jibril, kita juga bisa berpedoman pada Hadits nabi Muhammad SAW dan sahifah-sahifa/ suhuf/ lembaran firman AllahSWT yang diturunkan pada nabi Adam, Ibrahim, dan Musa AS.
Berdasarkan pengertian iman diatas, pengertian iman kepada kitab-kitab Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa kitab-kitab Allah itu benar – benar wahyu yang dirurunkan-Nya kepada para Rasul, tidak diragukan kebenaran isinya agar menjadi pedoman hidup bagi umatnya. Hukum beriman kepada kitab-kitab Allah adalah Fardhu ’Ain. Artinya kewajiban yang harus di tunaikan oleh setiap pribadi orang yang beriman, sama dengan kewajiban beriman kepada Allah, mendirikan shalat lima waktu, dan sebagainya. Dengan demikian, orang yang tidak mengimani kitab-kitab Allah tidak dapat dikatakan sebagai orang yang beriman, bahkan bisa dikatakan murtad (keluar dari agama Islam). Adapun dalil yang menunjukkan bahwa AllahSWT telah menurunkan kitab kepada para Nabi dan kewajiban kita mengimaninya antara lain surat Al-Baqarah ayat 213 sebagai berikut :
AllahSWT adalah Tuhan pencipta dan pemelihara alam semesta dan segala isinya, Yang Maha Esa dalam zat-Nya, maksudnya Zat AllahSWT hanya satu, tidak dua, tidak tiga, dan tidak pula lebih. Zat AllahSWT tidak sama atau serupa dengan zat selainnya. AllahSWT Esa dalam sifat-Nya, maksudnya sifat AllahSWT walaupun banyak, tetapi hanya dimiliki oleh AllahSWT sendiri. Tidak ada zat selain AllahSWT yang memiliki atau menandingi sifat-sifat AllahSWT. AllahSWT Esa dalam perbuatan-Nya, maksudnya perbuatan- perbuatan Allah tidak terhingga banyaknya, tetapi hanya dimiliki oleh AllahSWT sendiri. Tidak ada zat selain AllahSWT yang dapat menandingi, apalagi melebihi perbuatan-Nya.