• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.5 Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan manfaat tentang karya sastra, baik manfaat teoretis maupun manfaat praktis.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan dan pemahaman ilmu sastra.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan motivasi kepada pembaca tentang kehidupan remaja serta dapat memberikan manfaat bagi para pembaca untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai tinjauan pustaka yaitu tentang penelitian-penelitian sebelumnya, konsep, dan landasan teori. Pertama-tama penulis memaparkan tentang konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, kemudian tentang landasan teori yang digunakan penulis sebagai landasan peneliti dalam meneliti, dan terakhir memaparkan penelitian-penelitian sebelumnya.

2.1 Konsep

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:456) konsep diartikan sebagai rancangan ide atau pengertian yang diabstrakkan dari pengertian konkret, gambaran mental dari objek atau apapun yang berada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.

Selain itu, konsep dapat diartikan sebagai abstrak dimana mereka menghilangkan perbedaan dari segala sesuatu dalam eksistensi, memperlakukan seolah-olah mereka identik.

Dalam hal ini defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan penyamaan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Pada bagian ini penulis akan memaparkan konsep yang digunakan

dalam penelitian Unsur Intrinsik pada novel A Dandelion Wish ( 钻石 情人来报到) karya Xi Zhi (惜之), yakni (1) karya sastra (2) novel (3) unsur intrinsik.

2.1.1 Karya Sastra

Dunia kesastraan mengenal karya sastra yang berdasarkan cerita atau realita. Karya yang demikian menurut Abrams (dalam Nurgyantoro, 2009:4) disebut sebagai fiksi historis (historcal fiction) jika penulisannya berdasarkan fakta sejarah, fiksi biografis (biografical fiction) jika berdasarkan fakta biografis, dan fiksi sains (science fiction) jika penulisannya berdasarkan pada ilmu pengetahuan. Ketiga jenis ini disebut fiksi nonfiksi (nonfiction fiction). Menurut pandangan Sugihastuti (2007:81-82) karya sastra merupakan media yang digunakan oleh pengarang untuk menyampaikan gagasan-gagasan dan pengalamannya. Sebagai media, peran karya sastra sebagai media yang menghubungkan pikiran-pikiran pengarang untuk disampaikan kepada pembaca.

Selain itu, karya sastra juga dapat merefleksikan pandangan pengarang terhadap berbagai masalah yang diamati di lingkungannya. Realitas sosial yang dihadirkan melalui teks kepada pembaca merupakan gambaran tentang berbagai fenomena sosial yang pernah terjadi di masyarakat dan dihadirkan kembali oleh pengarang dalam bentuk dan cara yang berbeda. Selain itu, karya sastra dapat menghibur, menambah pengetahuan dan memperkaya wawasan pembacanya dengan cara yang unik, yaitu menuliskannya dalam bentuk naratif sehingga pesan disampaikan kepada pembaca tanpa berkesan mengguruinya.

2.1.2 Novel

Novel atau sering disebut sebagai roman adalah suatu cerita prosa yang fiktif dalam panjang yang tertentu, yang melukiskan para tokoh, gerak serta adegan nyata yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut. Novel memunyai ciri

bergantung pada tokoh, menyajikan lebih dari satu impresi, menyajikan lebih dari satu efek, menyajikan lebih dari satu emosi (Tarigan, 1991:164-165).

Nurgiyantoro (2010:10) mengemukakan bahwa novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Novel juga diartikan sebagai suatu karangan berbentuk prosa yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang lain di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat pelaku.

Novel merupakan jenis karya sastra yang ditulis dalam bentuk naratif yang mengandung konflik tertentu dalam kisah kehidupan tokoh-tokoh dalam ceritanya. Biasanya, novel kerap disebut sebagai suatu karya yang hanya menceritakan bagian kehidupan seseorang. Hal ini didukung oleh pendapat Sumardjo (1984:65) yaitu novel sering diartikan hanya bercerita tentang bagian kehidupan seseorang saja, seperti masa menjelang perkawinan setelah mengalami masa percintaan; atau bagian kehidupan waktu seseorang tokoh mengalami krisis dalam jiwanya, dan sebagainya.

Novel ialah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orang-orang (tokoh cerita.), luar biasa karena dari kejadian ini terlahir konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka.

2.1.3 Unsur Intrinsik

Novel sebagai karya fiksi dibangun oleh sebuah unsur yang disebut unsur intrinsik. Unsur pembangun sebuah novel tersebut meliputi tema, alur, latar, tokoh dan penokohan, sudut pandang, gaya bahasa, dan amanat. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung ikut serta dalam membangun cerita. Hal ini didukung oleh pendapat Nurgiyantoro

(2010:23) yaitu, unsur intrinsik (intrinsic) adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra, unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.

Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Atau, sebaliknya, jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk menyebut sebagian saja, misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.

Unsur intrinsik suatu karya fiksi disebut juga sebagai unsur struktur cerita-rekaan (fiksi).

Unsur tersebut meliputi lima hal, yaitu (1) alur, (2) penokohan, (3) latar, (4) pusat pengisahan, dan (5) gaya bahasa. Hal ini sesuai dengan pendapat Esten (2013: 25) berikut.

Beberapa unsur struktur cerita-rekaan sebagai berikut:

1. Alur

2. Penokohan/Perwatakan 3. Latar

4. Pusat Pengisahan (Point Of View) 5. Gaya Bahasa

Saad (1966) dalam Sukada (2013:62) menyebut unsur-unsur penting struktur sebuah cerita rekaan meliputi (a) tema, (b) penokohan, (c) latar, dan (d) pusat pegisahan. Sumardjo (1984: 54) mengemukakan unsur-unsur fiksi meliputi enam hal. Hal-hal yang dimaksud yakni:

1) plot (alur cerita),

2) karakter (perwatakan), 3) tema (pokok pembicaraan),

4) setting (tempat terjadinya cerita), 5) suasana cerita,

6) sudut pandangan pencerita.

2.1.3.1 Plot (Alur Cerita)

Alur ialah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin sebuah cerita yang di hadirkan oleh para pelaku dalam sebuah cerita Abrams (dalam Siswanto 1981:137).

Sudjiman (1990:4-5) membagi alur utama dan alur bawahan. Alur utama merupakan rangkaian peristiwa yang menggerakkan jalan cerita. Alur bawahan adalah alur kedua atau tambahan yang disusupkan di sela- sela bagian-bagian alur utama sebagai variasi. Alur bawahan merupakan lakuan tersendiri tetapi yang masih ada hubungannya dengan alur utama. Adakalanya alur bawahan ini di maksudkan untuk menimbulkan kontras, adakalanya sejalan dengan alur utama.

Sudjiman juga membagi alur atas alur erat (ketat) dan alur longgar. Alur erat adalah jalinan peristiwa yang sangat padu di dalam suatu karya sastra; kalau salah satu peristiwa ditiadakan, keutuhan cerita akan terganggu. Alur longgar adalah jalinan peristiwa yang tidak padu di dalam karya sastra, meniadakan salah satu peristiwa tidak akan mengagangu jalan cerita.

Plot berfungsi sebagai suatu kerangka karangan yang dijadikan pedoman dalam mengembangkan keseluruhan isi ceritanya, sedangkan bagi pembaca, pemahaman plot berati juga pemahaman terhadap keseluruhan isi cerita secara runtut dan jelas (Aminuddin, 1984:98).

Pada dasarnya alur dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu alur maju dan alur mundur.

Alur maju sering disebut juga alur biasa yang disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:

1. Situation (pengarang mulai melukiskan suatu keadaan),

2. Generating circumstance (peristiwa) yang bersangkut-paut dan di mulai,

3. Rising action (keadaan mulai memuncak),

4. Climax (peristiwa-peristiwa mencapai puncaknya), dan

5. Denoument (pengarang memberikan pencerahan soal dari semua peristiwa).

Pengertian alur mundur (flashback) adalah apabila pengarang mengurutkan peristiwa-peristiwa di dalam cerita tidak dimulai dari peristiwa-peristiwa awal, melainkan mungkin dari peritiwa tengah atau akhir. Alur yang terdapat dalam novel A Dandelion Wish ( 钻石 情人来报到) adalah maju mundur.

2.1.3.2 Penokohan (Perwatakan)

Salah satu unsur intrinsik yang mendukung keberhasilan karya sastra adalah tokoh dan penokohan. Tokoh adalah komponen yang penting dalam cerita. Apabila tokoh tidak ada, sulit menggolongkan sebuah karya sastra ke dalam karya sastra naratif karena tindakan para tokoh menyebabkan terjadinya alur. Tokoh-tokoh itulah sebagai penderita kejadian dan menjadi penentu perkembangan alur.

Tokoh adalah figur yang dikenai dan mengenai tindakan psikologi. Tokoh adalah

“eksekutor” dalam sastra. Dalam sebuah novel tokoh memegang peranan yang sangat penting, namun tak lepas dari itu, tokoh dalam novel memegang peranan yang berbeda-beda. Ada tokoh yang penting ada pula tokoh tambahan. Seorang tokoh memiliki peranan yang penting dalam suatu cerita disebut dengan tokoh inti atau tokoh utama sedangkan tokoh yang memiliki peranan tidak penting karena permunculannya hanya melengkapi, melayani, mendukung pelaku utama disebut tokoh tambahan atau tokoh pembantu (Aminuddin,1987:79).

Penokohan atau karakteristik adalah upaya pengarang untuk memberikan gambaran yang utuh mengenai tokoh di dalam ceritanya. Penokohan adalah bagaimana cara pengarang menggambarkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita rekaan (Mursal Esten, 1978:27). Watak, perwatakan, dan karakter menuju pada sifat dan sikap para tokoh seperti ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjukan pada kualitas pribadi seorang tokoh (Nurgiyantoro,2000:165).

Penokohan dalam sebuah cerita harus dapat digambarkan dengan jelas sehingga apa yang diucapkan, apa yang diperbuat, apa yang dipikirkan, dan apa yang dirasakan harus dapat betul-betul menggambarkan watak dari tokoh-tokohnya.

2.1.3.3 Tema

Menurut Fananie (2000:84), tema adalah ide, gagasan, pandangan hidup pengarang yang melatar belakangi ciptaan karya sastra. Tema adalah ide yang mendasari suatu cerita. Tema berperan sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya rekaan yang diciptakan pengarang. Tema merupakan kaitan hubungan antara makna dengan tujuan pemaparan prosa rekaan oleh pengarangnya (Aminuddin dalam Siswanto, 2008:161).

Seorang pengarang memahami tema cerita yang akan dipaparkan sebelum melaksanakan proses kreatif penciptaan, sementara pembaca baru dapat memahami tema apabila mereka telah selesai memahami unsur-unsur yang menjadi media untuk mendeskripsikan tema tersebut, menyimpilkan makna yang dikandungnya serta mampu menghubungkan dengan tujuan penciptaan pengarang (Aminuddin dalam Siswanto, 2008:161).

2.1.3.4 Latar (Setting)

Latar atau setting adalah latar belakang fisik, tempat, dan waktu dalam suatu cerita. Latar atau setting terbagi atas tiga bagian, yaitu latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar tempat mendeskrispikan tempat terjadinya peristiwa di dalam novel, latar waktu menjelaskan kapan peristiwa terjadi, dan latar suasana menjelaskan suasana cerita di dalam novel.

Menurut Hudson dalam Siswanto membagi setting atas setting sosial dan setting fisik.

Setting sosial menggambarkan keadaan masyarakat, kelompok-kelompok sosial dan sikapnya, adat kebiasaan, cara hidup, bahasa dan lain-lain yang melatari peristiwa. Fisik mengacu pada wujud fisikal, yaitu bangunan, daerah, dan sebagainya (2008:150). Dalam sebuah cerita rekaan, setting sosial maupun setting fisik tidak selalu muncul, tetapi bisa juga setting cerita yang menonjol adalah setting waktu dan tempat.

Penggambaran latar dalam sebuah cerita ada yang terperinci, ada pula yang tidak. Ada setting yang dijelaskan sama seperti kenyataannya, ada juga yang merupakan gabungan antara keyataan dengan khayalan.

2.1.3.5 Sudut Pandang

Menurut Abrams, sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca (dalam Nurgiyantoro, 1998:248).

Sudut pandang adalah tempat sastrawan memandang ceritanya. Dari sudut pandang itulah sastrawan bercerita tentang tokoh, peristiwa, tempat, waktu, dengan gayanya sendiri.

Sudut pandang menunjuk pada cara sebuah cerita yang dikisahkan. Sudut pandang merupakan cara atau pandangan yang digunakan sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca.

Dengan demikian, sudut pandang pada hakikatnya merupakan strategi, teknik, siasat, yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dalam ceritanya.

2.2 Landasan Teori

Landasan teori merupakan dasar penulis untuk berpijak dalam sebuah penelitian.

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural untuk menganalisis unsur-unsur pembangun dalam sebuah sastra.

Teori dipergunakan sebagai landasan berpikir untuk memahami, menjelaskan, menilai suatu objek atau data yang dikumpulkan, sekaligus sebagai pembimbing yang menuntun dan

memberi arah di dalam penelitian. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Struktural.

2.2.1 Teori Struktural

Menurut Teeuw (1984:135), pendekatan struktural mencoba menguraikan keterkaitan dan fungsi masing-masing unsur karya sastra sebagai kesatuan struktural yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan struktural membongkar seluruh isi (unsur-unsur intrinsik di dalam novel) dan menghubungkan relevansinya antara unsur- unsur di dalamnya.

Teori struktural sastra merupakan sebuah teori untuk mendekati teks-teks sastra yang menekan keseluruhan relasi antara berbagai unsur teks. Struktural sastra mengupayakan adanya suatu dasar ilmiah bagi teori sastra seperti halnya disiplin-disiplin ilmu lainnya. Teeuw mengungkapkan bahwa asumsi dasar struktural adalah teks sastra merupakan keseluruhan, kesatuan yang bulat dan mempunyai koherensi batiniah (2011:46). Struktural secara khusus mengacu pada praktik kritik sastra yang model analisisnya didasarkan pada teori linguistik modern, yang pendekatannya selalu pada unsur intrinsik (struktur kesusastraan) dan menganggap teks sastra adalah yang otonom.

Pendekatan ini memandang dan menelaah sastra yang membangun karya sastra tema, alur, latar, penokohan, dan sudut pandang. Pendekatan struktural sering juga dinamakan pendekatan objektif (Endaswara 2004:84). Pendekatan formal, atau pendekatan analitik, bertolak dari asumsi dasar bahwa karya sastra sebagai kreatif memiliki otonomi penuh yang harus dilihat sebagai suatu sosok yang berdiri sendiri terlepas dari hal-hal lain yang berada di luar dirinya.

Dalam sebuah penelitian karya sastra, aspek yang perlu dikaji atau diteliti adalah aspek yang membangun karya sastra seperti tema, alur, latar, penokohan, gaya penulisan, gaya bahasa, serta

hubungan harmonis antar aspek yang mampu membuatnya menjadi sebuah karya sastra. Hal- hal yang bersifat ekstrinsik seperti penulis, pembaca, atau lingkungan sosial budaya harus tersamping karena tidak punya kaitan langsung dengan struktur karya tersebut.

Dalam meneliti sebuah karya sastra diperlukan pendekatan. Dalam penulisan ini digunakan pendekatan struktural. Jika peneliti sastra ingin mengetahui sebuah makna dalam sebuah karya sastra, peneliti harus menganalisis aspek yang membangun karya tersebut dan menghubungkan dengan aspek lain sehingga makna yang terkandung dalam sebuah karya sastra mampu dipahami dengan baik. Analisis struktural bertujuan untuk membongkar dan memaparkan secermat mungkin tentang keterkaitan dan hubungan semua unsur dan aspek karya sastra yang menghasilkan makna menyeluruh. Pendekatan sturuktural melihat karya sastra sebagai satu kesatuan makna secara keseluruhan.

2.3 Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka bertujuan untuk mengetahui keaslian karya ilmiah karena pada dasarnya suatu penelitian berasal dari acuan yang mendasarinya. Tinjauan pustaka dilakukan sebagai titik tolak untuk mengadakan suatu penelitian.

Dalam penelitian ini yang akan dikaji adalah novel A Dandelion Wish (钻石 情人来报到) karya Xi Zhi (惜之). Novel ini sudah pernah diteliti oleh seorang mahasiswa UNESA (Universitas Negeri Surabaya) bernama Suharwanto pada tahun 2016 dengan judul Aktualisasi Diri Tokoh Utama Bai Qian Xun (白千寻) dalam novel A Dandelion Wish (钻石 情人来报到) karya Xi Zhi (惜之). Berdasarkan pengamatan penulis, penelitian tentang analisis unsur intrinsik novel A Dandelion Wish belum pernah diteliti oleh mahasisa Universitas

Sumatera Utara maupun di lembaga pendidikan tinggi yang lain. Oleh karena itu penulis menganalisis unsur intrinsik novel A Dandelion Wish karya Xi Zhi.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian unsur intrinsik pada novel A Dandelion Wish ( 钻石 情人来报到) ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode kualitatif adalah metode sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan pelaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam soal ini tidak boleh mengisolasi individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari satu kesatuan (Bogdan dan Taylor dalam Moleong 2007:4).

3.1 Data dan Sumber Data

3.1.1 Data

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:78) data adalah keterangan yang benar dan nyata yang dapat dijadikan dasar kajian (analisis atau kesimpulan). Data penelitian ini adalah teks (berupa narasi dan dialog) yang terdapat di dalam novel A Dandelion Wish ( 钻石 情人来报到) yang menunjukkan dan menggambarkan unsur-unsur intrinsik novel.

3.1.2 Sumber Data

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:405) sumber adalah asal, sehingga sumber data adalah asal data. Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer yaitu data yang dikumpulkan berdasarkan interaksi langsung antara pengumpul data dan sumber data. Data sekunder yaitu data yang

dikumpulkan dari sumber-sumber tercetak, data itu telah dikumpulkan oleh pihak lain sebelumnya (Erlina, 2011:31).

Sumber data penelitian adalah :

Judul novel : A Dandelion Wish

Karya : Xi Zhi

Diterjemahkan oleh : Jeanni Hidayat

Penerbit : Haru

Tahun : 2014

Jumlah halaman : 346 halaman.

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Agar memperoleh data sesuai dengan tema yang diteliti, maka dibutuhkan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan objek penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah kepustakaan (library research) karena sumber data diperoleh dari sumber-sumber tertulis. Penulis akan mengumpulkan data yang berbentuk teks dan dialog yang terdapat pada novel A Dandelion Wish ( 钻石 情人来报到).

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengumpulkan data adalah:

1. Membaca novel secara berulang-ulang untuk mencari serta menentukan unsur intrinsik dalam novel A Dandelion Wish ( 钻石 情人来报到).

2. Melakukan teknik catat, yaitu mencatat teks (narasi dan dialog) yang menggambarkan unsur intrinsik dalam novel A Dandelion Wish ( 钻石 情人来报到).

3.3 Teknik Analisis Data

Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah dengan mengunakan teknik deskrptif kualitatif. Analisis kualitatif juga termaksud ke dalam metode deskriptif karena bersifat memaparkan, memberikan, menganalisis, dan menafsirkan.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode analisis data model Miles &

Huberman. Miles & Huberman (dalam Sugiono, 2012), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu:

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.

b. Penyajian Data

Penyajian data adalah penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap dengan data yang telah disederhanakan dan menghasilkan informasi yang sistematis.

c. Simpulan

Simpulan merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada bagian ini, peneliti mengutarakan simpulan dari data-data yang telah diperoleh dari analisis. Dengan adanya simpulan, penelitian akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau maksimal.

BAB IV

UNSUR INTRINSIK NOVEL A DANDELION WISH KARYA XI ZHI

Bab ini akan menjelaskan tentang unsur-unsur intrinsik novel berdasarkan pendekatan struktural yaitu : tema, alur, latar, penokohan dan sudut pandang yang terdapat dalam novel A Dandelion Wish karya Xi Zhi.

Pada sub bab ini, penulis akan menganalisis unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel A Dandelion Wish karya Xi Zhi. Tahap pertama adalah menentukan tema yang terdapat dalam novel tersebut, kemudian penulis akan melanjutkan untuk menganalisis alur, latar, penokohan dan sudut pandang. Berikut adalah analisis unsur intrinsik dalam novel A Dandelion Wish.

4.1 Tema

Tema utama yang terdapat dalam novel A Dandelion Wish adalah tentang dilema cinta. Dalam novel A Dandelion Wish digambarkan kisah antara Bai Qian Xun dengan Ou Yang Xing disaat perjumpaan mereka pertama kali, dimana Ou Yang Xing yang lupa ingatan duduk diatas kap mobil milik Bai Qian Xun.

Bai Qian Xun adalah seorang dokter bedah yang terkenal dengan karakternya yang sangat dingin, tegas, gigih dan ambisius. Malam itu dia disibukkan dengan adanya sekumpulan anak muda yang menjadi korban kecelakaan akibat badai. Ketika Bai Qian Xun ingin pulang, ia mendapati sesosok pria sedang duduk diatas kap mobilnya. Sosok pria tersebut bernama Ou Yang Xing. Pria itu lupa ingatan dan tidak tahu harus pergi kemana, maka dari itu pria berharap mendapat pertolongan dari pemilik mobil yang didudukinya tersebut, yaitu Bai Qian Xun. Menghadapi Ou Yang Xing, Bai Qian Xun

berusaha keras untuk tidak memberikan sedikitpun welas asih kepada Ou Yang Xing dan mempertahankan karakter dinginnya. Namun pada akhirnya Bai Qian Xun yang sudah pergi meninggalkan rumah sakit itu kembali memutar arah dan menjemput Ou Yang Xing. Hal itu dapat dilihat dari kutipan berikut :

Data 1.

“Secara mendadak, wanita itu menghentikan mobil di samping jalan. Dia menarik nafas dalam-dalam sebanyak dua puluhan kali, kemudian menyetir mobilnya berbalik arah, kembali ke tempat parkir rumah sakit tadi.” (Xi Zhi, 2014:37)

Bai Qian Xun yang terkenal sangat tegas dan dingin, menghadapi sebuah dilema antara membiarkan Ou Yang Xing kehujanan di area parkir mobil rumah sakit atau kembali ke rumah sakit untuk menjemput dan menampung Ou Yang Xing sementara di apartemennya. Pada akhirnya, rasa welas asih Bai Qian Xun mengalahkan karakter

Bai Qian Xun yang terkenal sangat tegas dan dingin, menghadapi sebuah dilema antara membiarkan Ou Yang Xing kehujanan di area parkir mobil rumah sakit atau kembali ke rumah sakit untuk menjemput dan menampung Ou Yang Xing sementara di apartemennya. Pada akhirnya, rasa welas asih Bai Qian Xun mengalahkan karakter

Dokumen terkait