• Tidak ada hasil yang ditemukan

a Pendapatan Usaha

Dalam dokumen Annual Report Telkom Indonesia 2005 (Halaman 77-81)

Total pendapatan usaha meningkat sebesar Rp 7.859,4 miliar, atau 23,2%, dari Rp 33.947,8 miliar pada tahun 2004 menjadi

Pendapatan Usaha

Tahun yang Berakhir pada 31 Desember

2004 2005

Rp (miliar) % Rp (miliar) % Telepon

Sambungan Telepon Tetap 10.645,0 31,4 10.781,3 25,8

Seluler 10.421,3 30,7 14.570,9 34,9

Pendapatan Kerja Sama Operasi (KSO) 656,6 1,9 588,7 1,4

Interkoneksi 6.188,0 18,2 7.742,1 18,5

Data dan Internet 4.808,8 14,2 6.934,3 16,6

Jaringan 654,3 1,9 586,6 1,4

Perjanjian Pola Bagi Hasil 280,6 0,8 302,3 0,7

Jasa Telekomunikasi Lainnya 293,2 0,9 301,0 0,7

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

Pendapatan Telepon Tetap

Tahun yang Berakhir pada 31 Desember

2004 2005

Rp (miliar) % Rp (miliar) % Pemakaian Telepon Lokal dan SLJJ 7.439,3 21,9 7.223,1 17,3

Pendapatan langganan bulanan (abonemen) 2.934,9 8,6 3.289,8 7,9

Pemasangan 201,3 0,6 197,3 0,5

Kartu Telepon 15,6 0,1 10,9 0,0

Lainnya 53,9 0,2 60,2 0,1

Jumlah 10.645,0 31,4 10.781,3 25,8

Pendapatan Telepon Seluler

Tahun yang Berakhir pada 31 Desember

2004 2005

Rp (miliar) % Rp (miliar) % Pendapatan air time 9.825,7 28,9 13.666,3 32,7

Pendapatan langganan bulanan (abonemen) 448,5 1,3 383,5 0,9

Pendapatan aktivasi 55,8 0,2 64,1 0,2

Fitur 91,3 0,3 457,0 1,1

Jumlah 10.421,3 30,7 14.570,9 34,9

Rp 41.807,2 miliar pada tahun 2005. Peningkatan pendapatan usaha pada tahun 2005 terutama dihasilkan dari peningkatan pendapatan jasa seluler, data dan internet, serta interkoneksi. a1. Pendapatan Telepon Tetap (Telepon Tetap Kabel dan Telepon

Tetap Nirkabel)

Pendapatan telepon tetap meningkat sebesar Rp 136,3 miliar atau 1,3%, dari Rp 10.645,0 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 10.781,3 miliar pada tahun 2005. Peningkatan pendapatan telepon tetap terutama dihasilkan oleh peningkatan pendapatan telepon tetap nirkabel, meskipun terjadi penurunan pendapatan telepon tetap kabel. Pendapatan telepon tetap nirkabel meningkat sebesar Rp 411,3 miliar atau 417,1% dari Rp 98,6 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 509,9 miliar pada tahun 2005. Pendapatan telepon tetap kabel menurun sebesar Rp 275,0 miliar atau 2,6% dari Rp 10.546,4 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 10.271,4 miliar pada tahun 2005.

Peningkatan pendapatan telepon tetap nirkabel tersebut di atas terutama dihasilkan oleh pertumbuhan jumlah pelanggan telepon tetap nirkabel sebesar 184,2%, dari 1,4 juta satuan sambungan telepon (SST) pada 31 Desember 2004 menjadi 4,1 juta SST pada 31 Desember 2005, khususnya dari jumlah SST yang terpasang di wilayah non-KSO, yang meningkat sebesar 184,7%, dari 1,3 juta SST pada 31 Desember 2004 menjadi 3,8 juta SST pada 31 Desember 2005, terutama akibat kampanye pemasaran yang agresif di wilayah tersebut pada bulan April sampai Juni 2005. Pertumbuhan ini tidak diimbangi oleh pencapaian pendapatan telepon tetap kabel, yang menurun sebesar 7,6% dari Rp 7.493.1 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 6.920,2 miliar pada tahun 2005, akibat penurunan pendapatan dari sambungan lokal dan sambungan langsung jarak jauh domestik.

telepon seluler ini dihasilkan terutama dari peningkatan pendapatan air time, pendapatan aktivasi untuk pelanggan baru dan fitur-fitur, meskipun terjadi penurunan pendapatan berlangganan bulanan. Pendapatan dari air time meningkat sebesar Rp 3.840,6 miliar atau 39,1% dari Rp 9.825,7 miliar pada tahun 2004 menjadi

Rp 13.666,3 miliar pada tahun 2005. Pendapatan aktivasi meningkat sebesar Rp 8,3 miliar, atau 14,9%, dari Rp 55,8 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 64,1 miliar pada tahun 2005 karena pertumbuhan pelanggan baru kartuHalo dan simPATI. Pendapatan dari fitur meningkat sebesar Rp 365,7 miliar atau 400,6% dari Rp 91,3 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 457,0 miliar pada tahun 2005 akibat peningkatan penjualan jasa fitur baru yang diperkenalkan pada tahun 2005, termasuk ring-back tone, message brand dan jasa fax bergerak.

Pendapatan berlangganan bulanan menurun sebesar Rp 65,0 miliar, atau 14,5%, dari Rp 448,5 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 383,5 miliar pada tahun 2005, terutama karena adanya pembebasan biaya berlangganan bulanan untuk pelanggan tertentu yang ditawarkan oleh Telkomsel guna menyaingi tawaran serupa dari para pesaing Telkomsel. Peningkatan pendapatan seluler terutama dihasilkan dari peningkatan sebesar 49,0% pada jumlah total pelanggan telepon seluler dari 16,3 juta pelanggan pada

31 Desember 2004 menjadi 24,3 juta pelanggan pada 31 Desember 2005. Peningkatan ini dihasilkan dari pertumbuhan sebesar 19,0% pelanggan baru dari 6,7 juta pelanggan baru pada tahun 2004 menjadi 8,0 juta pelanggan baru pada tahun 2005. Jumlah pelanggan pascabayar meningkat sebesar 11,0% menjadi 1,5 juta pelanggan, sementara pelanggan prabayar meningkat sebesar 52,0% menjadi 22,8 juta pelanggan pada 31 Desember 2005.

a2. Pendapatan Telepon Seluler

Pendapatan telepon seluler meningkat sebesar Rp 4.149,6 miliar atau 39,8% dari Rp 10.421,3 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 14.570,9 miliar pada tahun 2005. Peningkatan pendapatan

Sebagai akibat dari tingkat pertumbuhan pelanggan prabayar yang lebih besar daripada pertumbuhan pelanggan pascabayar, proporsi pelanggan prabayar terhadap total jumlah pelanggan meningkat dari 91,9% pada 31 Desember 2004 menjadi 93,9% pada

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

31 Desember 2005. Akibat perubahan komposisi pelanggan telepon seluler dan meningkatnya persentase jumlah pelanggan prabayar terhadap jumlah total pelanggan telepon seluler, ARPU gabungan bulanan menurun dari sekitar Rp 102.000 pada tahun 2004 menjadi sekitar Rp 87.000 pada tahun 2005. Meskipun terjadi penurunan ARPU untuk jasa suara, ARPU dari SMS/non-suara untuk pascabayar meningkat (kurang lebih 15%) dikarenakan peningkatan pemakaian SMS premium, jasa perbankan bergerak, dan jasa nilai tambah lainnya.

a3. Pendapatan Interkoneksi

Komponen pendapatan interkoneksi adalah pendapatan dari interkoneksi seluler, interkoneksi internasional dan interkoneksi lainnya. Pendapatan interkoneksi terutama terdiri dari biaya yang dibebankan pada operator lain di dalam maupun luar negeri, pada saat mana panggilan telepon yang berawal dari jaringan operator lain tersebut tersambung (interconnect) dengan jaringan telepon tetap TELKOM maupun jaringan seluler bergerak Telkomsel. Pendapatan interkoneksi juga mencakup roaming internasional oleh operator di luar negeri kepada jaringan seluler bergerak Telkomsel, serta biaya (fee) ritel yang dikenakan pada pelanggan TELKOM untuk panggilan telepon outgoing dan pendapatan sambungan langsung internasional dari jasa TELKOMSLI 007 sejak jasa itu diluncurkan pada bulan Juni 2004.

Pendapatan interkoneksi bersih meningkat sebesar Rp 1.554,1 miliar, atau 25,1%, dari Rp 6.188,0 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 7.742,1 miliar pada tahun 2005. Pendapatan interkoneksi bersih terdiri dari pendapatan interkoneksi bersih jaringan telepon tetap TELKOM (setelah dikurangi pendapatan interkoneksi dari interkoneksi dengan jaringan seluler Telkomsel) dan pendapatan interkoneksi bersih dari jaringan seluler bergerak Telkomsel (setelah dikurangi dengan biaya interkoneksi dari interkoneksi dengan jaringan telepon tetap TELKOM). Pendapatan interkoneksi termasuk pendapatan sambungan internasional incoming dari jasa TELKOMSLI 007, setelah dikurangi dengan biaya interkoneksi yang dibebankan pada sambungan internasional outgoing.

Pendapatan interkoneksi seluler meningkat sebesar Rp 1.333,5 miliar atau 24,9%, dari Rp 5.351,6 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 6.685,1 miliar pada tahun 2005, terutama dikarenakan pertumbuhan pelanggan telepon seluler di Indonesia. Pendapatan interkoneksi internasional meningkat sebesar Rp 213,6 miliar atau 33,3% dari Rp 641,2 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 854,8 miliar pada tahun 2005, terutama disebabkan oleh meningkatnya arus sambungan telepon internasional baik incoming maupun outgoing, yang berasal dari operator domestik. Pendapatan interkoneksi lainnya meningkat sebesar Rp 7,0 miliar atau 3,6% dari Rp 195,2 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 202,2 miliar pada tahun 2005 terutama disebabkan oleh pertumbuhan jumlah pelanggan telepon tetap nirkabel Indosat dan PT Bakrie Telecom. Pendapatan interkoneksi TELKOM memberikan kontribusi sebesar 18,5% terhadap pendapatan usaha konsolidasian TELKOM untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005, dibandingkan dengan 18,2% untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2004. a4. Pendapatan Kerja Sama Operasi (KSO)

Pendapatan KSO terdiri dari:

• Pembayaran awal oleh mitra-mitra KSO, yang diamortisasikan sepanjang umur ekonomis Perjanjian KSO;

• Pendapatan Minimum TELKOM (MTR), merupakan pembayaran minimum tertentu, yang dibayarkan per bulan, dan

• Pendapatan TELKOM yang dibagi (DTR), merupakan persentase tertentu dari pendapatan KSO setelah dikurangi biaya operasi dan Pendapatan Minimum TELKOM, dibayarkan per bulan.

Pendapatan KSO terus menurun dikarenakan oleh akuisisi mitra KSO, yang menyebabkan dikonsolidasikannya pendapatan dan biaya-biaya KSO dan menjadi bagian dari pendapatan telepon tetap.

Pendapatan KSO menurun sebesar Rp 67,9 miliar, atau 10,3%, dari Rp 656,6 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 588,7 miliar pada tahun 2005. Penurunan pendapatan KSO terutama disebabkan oleh menurunnya penerimaan MTR dan DTR pada tahun 2005, yang disebabkan oleh diakuisisinya KSO IV. MTR menurun sebesar

Pendapatan Interkoneksi

Tahun yang Berakhir pada 31 Desember

2004 2005 Rp (miliar) % Rp (miliar) % Seluler 5.351,6 15,7 6.685,1 16,0 Internasional 641,2 1,9 854,8 2,0 lainnya 195,2 0,6 202,2 0,5 Jumlah 6.188,0 18,2 7.742,1 18,5

Pendapatan KSO

Tahun yang Berakhir pada 31 Desember

2004 2005

Rp (miliar) % Rp (miliar) % Pendapatan Minimum Telkom 296,0 0,9 268,6 0,6

Bagian atas Pendapatan KSO yang dibagikan 349,5 1,0 318,6 0,8

Amortisasi pendapatan yang ditangguhkan

dari Kerja Sama Operasi 11,1 0,0 1,5 0,0

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

Pendapatan Jaringan

Tahun yang Berakhir pada 31 Desember

2004 2005

Rp (miliar) % Rp (miliar) % Sewa transponder satelit 210,9 0,6 239,5 0,6

Sirkit sewa 443,4 1,3 347,1 0,8

Jumlah 654,3 1,9 586,6 1,4

Pendapatan Pola Bagi Hasil

Tahun yang Berakhir pada 31 Desember

2004 2005

Rp (miliar) % Rp (miliar) % Bagian bersih atas pendapatan dari pola bagi hasil 198,6 0,6 165,6 0,4

Amortisasi pendapatan yang ditangguhkan dari pola bagi hasil 82,0 0,2 136,7 0,3

Jumlah 280,6 0,8 302,3 0,7

Pendapatan Data dan Internet

Tahun yang Berakhir pada 31 Desember

2004 2005 Rp (miliar) % Rp (miliar) % SMS 3.562,7 10,5 5.309,2 12,7 Internet 554,9 1,6 711,4 1,7 Komunikasi data 360,7 1,1 610,4 1,5 VoIP 318,9 1,0 292,7 0,7 E-business 11,6 0,0 10,6 0,0 Jumlah 4.808,8 14,2 6.934,3 16,6

Rp 27,4 miliar atau 9,2% dari Rp 296,0 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 268,6 miliar pada tahun 2005. DTR menurun sebesar Rp 30,9 miliar atau 8,8% dari Rp 349,5 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 318,6 miliar pada tahun 2005. Amortisasi atas pembayaran awal yang ditangguhkan menurun sebesar Rp 9,6 miliar atau 86,5% dari Rp 11,1 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 1,5 miliar pada tahun 2005 dikarenakan sisa porsi pembayaran awal yang ditangguhkan atas KSO IV diakui sebagai pendapatan tahun 2004 dengan diakuisisinya KSO IV.

a5. Pendapatan Data dan Internet

Pendapatan data dan internet meningkat sebesar Rp 2.125,5 miliar atau 44,2% dari Rp 4.808,8 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 6.934,3 miliar pada tahun 2005. Peningkatan pendapatan data dan internet terutama dikarenakan peningkatan pendapatan SMS yang signifikan, pendapatan internet dan pendapatan komunikasi data, meskipun terjadi penurunan pada pendapatan VoIP. Pendapatan SMS meningkat sebesar Rp 1.746,5 miliar atau 49,0% dari Rp 3.562,7 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 5.309,2 miliar pada tahun 2005 terutama dikarenakan pertumbuhan SMS yang signifikan dari pelanggan Telkomsel. Pendapatan internet meningkat sebesar Rp 156,5 miliar atau 28,2% dari Rp 554,9 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 711,4 miliar pada tahun 2005 yang dihasilkan oleh peningkatan upaya pemasaran untuk mendorong penjualan jasa data dan internet, peningkatan penggunaan jasa internet melalui dial-up dari TELKOMNet Instant dan jasa akses internet melalui layanan prabayar premium dial-up dan pertumbuhan jumlah pelanggan Speedy pada tahun 2005. Pendapatan komunikasi data meningkat sebesar Rp 249,7 miliar atau 69,2% dari Rp 360,7 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 610,4 miliar pada tahun 2005 disebabkan

oleh meningkatnya jumlah pelanggan baru pada jasa jaringan data, khususnya pada jasa frame relay dan IP VPN, yang terutama digunakan pada jaringan data internal bank komersial. Pendapatan VoIP menurun sebesar Rp 26,2 miliar atau 8,2% dari Rp 318,9 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 292,7 miliar pada tahun 2005 dikarenakan menurunnya arus outgoing sambungan internasional VoIP, terutama sebagai dampak upaya pemasaran TELKOM yang difokuskan pada promosi jasa TELKOMSLI 007, sebagai alternatif dari jasa VoIP.

a6. Pendapatan Jaringan

Pendapatan jaringan menurun sebesar Rp 67,7 miliar atau 10,3% dari Rp 654,3 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 586,6 miliar pada tahun 2005. Pendapatan sewa transponder satelit meningkat sebesar Rp 28,6 miliar atau 13,6% dari Rp 210,9 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 239,5 miliar pada tahun 2005 terutama dihasilkan dari peningkatan penyewaan transponder satelit oleh penyelenggara VSAT. Pendapatan dari layanan sirkit sewa menurun sebesar Rp 96,3 miliar atau 21,7% dari Rp 443,4 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 347,1 miliar pada tahun 2005 dikarenakan bertambahnya jumlah operator telekomunikasi yang menggunakan jaringan mereka sendiri. a7. Pendapatan Pola Bagi Hasil (PBH)

Pendapatan pola bagi hasil (PBH) meningkat sebesar Rp 21,7 miliar atau 7,7% dari Rp 280,6 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 302,3 miliar pada tahun 2005. Peningkatan pendapatan PBH ini disebabkan oleh meningkatnya amortisasi pendapatan yang ditangguhkan dari PBH yang sejalan dengan peningkatan jumlah kontrak PBH. Amortisasi pendapatan yang ditangguhkan dari PBH meningkat sebesar Rp 54,7 miliar atau 66,7% dari Rp 82,0 miliar

PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN

pada tahun 2004 menjadi Rp 136,7 miliar pada tahun 2005. Pendapatan PBH menurun sebesar Rp 33,0 miliar atau 16,6% dari Rp 198,6 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 165,6 miliar pada tahun 2005. Jumlah kontrak berbasis PBH meningkat dari 79 kontrak pada 31 Desember 2004 menjadi 90 kontrak pada 31 Desember 2005. Sekalipun jumlah kontrak PBH meningkat, kebanyakan dari kontrak PBH tersebut tidak menghasilkan peningkatan produksi pulsa secara signifikan di tahun 2005. a8. Pendapatan Jasa Telekomunikasi Lainnya

Pendapatan jasa telekomunikasi lainnya meningkat sebesar Rp 7,8 miliar atau 2,7% dari Rp 293,2 miliar pada tahun 2004 menjadi Rp 301,0 miliar pada tahun 2005. Peningkatan pendapatan jasa telekomunikasi lainnya ini terutama disebabkan oleh meningkatnya pendapatan televisi kabel dan jasa direktori telepon, meskipun terjadi penurunan pendapatan teleks dan telegram karena kemajuan teknologi.

Dalam dokumen Annual Report Telkom Indonesia 2005 (Halaman 77-81)