berhubungan dengan kegiatan bisnisnya.
Pembahasan berikut menguraikan
beberapa jenis risiko yang dihadapi
Perseroan, dan penjelasan mengenai
tindakan-tindakan yang akan diambil
untuk mengelola dan mengurangi risiko-
risiko tersebut.
PENGELOLAAN RISIKO
dampak negatif pada likuiditas di pasar keuangan Indonesia dan kemampuan perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk TELKOM, untuk memperoleh tambahan pinjaman dan tingkat suku bunga yang berlaku bagi pinjaman tersebut.
Risiko Bencana Alam
Kegiatan usaha TELKOM terutama berada di Indonesia, ancaman bencana alam merupakan hal yang mungkin terjadi. Gangguan operasional dapat disebabkan oleh gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus, kemarau berkepanjangan, putusnya aliran listrik, dan berbagai peristiwa diluar kendali TELKOM yang dapat mengakibatkan terganggunya kegiatan usaha dan kerusakan pada peralatan yang dapat merugikan kondisi keuangan dan pendapatan usaha TELKOM.
Tanggal 26 Desember 2004, gempa bumi besar yang diperkirakan berkekuatan 9,3 skala Richter dan rangkaian gelombang tsunami menghancurkan wilayah utara pulau Sumatera, khususnya propinsi Aceh. Tsunami tersebut diperkirakan menyebabkan kerugian pada aset dan peralatan milik TELKOM sebesar Rp 55 miliar, termasuk 22 dari 44 fasilitas sentral (switching) dan transmisi, dan merusak lebih dari 35.000 dari 99.000 sambungan telepon.
Meskipun TELKOM mengasuransikan aset-asetnya sehingga dapat menutup kerugian akibat tsunami, Perseroan tidak memiliki asuransi terhadap gangguan usaha sehingga tidak ada jaminan bahwa perlindungan asuransi akan dapat menutup kerugian yang diakibatkan oleh bencana alam maupun peristiwa diluar kendali TELKOM. Selain itu, tidak ada kepastian bahwa tidak akan ada kenaikan premi yang cukup tinggi pada saat perpanjangan polis, hal mana akan memberikan efek negatif pada kondisi keuangan dan hasil usaha TELKOM.
Pada tanggal 27 Mei 2006, sebagian fasilitas dan peralatan telekomunikasi TELKOM dan anak perusahaan di Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya rusak karena gempa bumi. Fasilitas telekomunikasi tersebut dilindungi oleh asuransi. Sampai tanggal dikeluarkannya Laporan Tahunan ini, Perseroan dan perusahaan asuransi masih melakukan identifikasi dan verifikasi atas kerugian yang disebabkan oleh gempa bumi tersebut.
Risiko yang Berhubungan dengan TELKOM dan Anak Perusahaannya
• Risiko Pengembangan Usaha
Menyadari daya saing dan pangsa pasar yang menguntungkan, TELKOM telah mengidentifikasi sasaran bisnisnya dengan memposisikan diri sebagai penyedia layanan dan jaringan infokom yang lengkap (full service and network provider). Untuk mencapai sasarannya tersebut, TELKOM telah menentukan untuk lebih fokus pada multimedia dan layanan lainnya untuk melengkapi bisnis-bisnis inti saat ini: telekomunikasi lokal, SLJJ, dan seluler. Penerapan dari rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai sasaran tersebut
dapat mengakibatkan tekanan pada manajemen, keuangan, dan sumber daya lainnya yang dapat berdampak negatif pada bisnis, kondisi keuangan, dan prospek TELKOM.
• Risiko Kegagalan Sistem
Layanan telekomunikasi TELKOM dilakukan melalui layanan jaringan telepon tetap, seluler, dan data. Untuk seluruh jaringannya, TELKOM menggunakan akses last mile, regional metro junction, dan jaringan transmisi jarak jauh sebagai sumber jaringan umum. Untuk akses last mile TELKOM mengoperasikan Copper Access Network, Optical Access Network dan Wireless Access Network, sedangkan transmisi regional metro junction dan jaringan transmisi jarak jauh terdiri dari kabel serat optik, gelombang mikro, sistem komunikasi kabel laut maupun satelit.
Setiap kegagalan pada jaringan terpadu ini, baik server TELKOM, atau link dalam rangkaian transmisi yang mengakibatkan gangguan dalam operasi atau layanan TELKOM, baik dari gangguan operasi, bencana alam, dan sebagainya, dapat merusak kemampuan TELKOM dalam menarik dan mempertahankan pelanggan dan memberikan efek negatif pada hasil operasi, kondisi keuangan, dan prospek masa depan.
• Risiko Belanja Modal
TELKOM memerlukan tambahan dana secara signifikan untuk mendukung pertumbuhannya, melakukan akuisisi, mengantispasi berbagai kemungkinan, dan mengembangkan atau meningkatkan layanan dan produknya. TELKOM juga perlu merespon terhadap tekanan persaingan, memiliki bidang usaha atau teknologi penunjang, atau memanfaatkan kesempatan yang timbul. TELKOM tidak dapat memastikan tersedianya dana tambahan, dengan syarat-syarat yang dapat diterima, pada saat diperlukan. Lebih lanjut, pendanaan melalui hutang biasanya mengandung syarat-syarat perjanjian yang dapat membatasi keleluasaan operasional TELKOM dalam bidang- bidang tertentu. Jika tidak tersedia dana yang memadai dengan syarat yang dapat diterima, maka kemungkinan TELKOM tidak akan dapat mengembangkan atau meningkatkan jasa-jasanya. TELKOM juga tidak akan bisa memanfaatkan kesempatan yang timbul maupun merespon tekanan persaingan. Kesemuanya ini dapat berdampak negatif terhadap bisnis, hasil usaha maupun kondisi keuangan TELKOM.
Industri telekomunikasi adalah industri yang bersifat padat modal. Dalam rangka memenuhi tuntutan pelanggan serta menyediakan jasa dan teknologi yang bersaing dengan apa yang ditawarkan oleh penyedia jasa telekomunikasi lainnya, TELKOM harus senantiasa memperbarui dan memperluas jaringan, hal ini tentu membutuhkan dana investasi yang tidak sedikit. TELKOM sangat mengandalkan dana internal serta dana two step loan yang diperoleh dari Pemerintah dan dari pihak ketiga, termasuk pendanaan dari mitra kerja, untuk menunjang pengembangan jaringan sambungan tetapnya. Kalau TELKOM tidak memiliki dana atau tidak berhasil memperoleh dana dari pihak-pihak tersebut untuk kebutuhan belanja
PENGELOLAAN RISIKO
modal yang telah direncanakan, maupun mendanai pembelanjaan tersebut melalui bentuk-bentuk pendanaan lain, maka TELKOM akan harus membatalkan atau menunda sebagian rencana belanja modalnya. Hal ini akan menghambat perkembangan dan peningkatan jaringan TELKOM.
• Risiko yang Berhubungan dengan Tenaga Kerja
Bulan Mei 2000, karyawan TELKOM membentuk serikat pekerja yang diberi nama Serikat Karyawan TELKOM atau Sekar. Keanggotaan Sekar bukan merupakan suatu keharusan. TELKOM meyakini bahwa hubungannya dengan Sekar adalah sesuatu yang baik. Namun, tidak ada jaminan bahwa kegiatan Sekar tidak akan merugikan kegiatan usaha, kondisi keuangan, dan prospek TELKOM.
• Risiko Usangnya Teknologi
Industri telekomunikasi memiliki karakteristik perubahan teknologi yang cepat dan signifikan. TELKOM mungkin akan menghadapi persaingan yang meningkat dari teknologi yang telah dikembangkan atau yang akan dipergunakan untuk masa depan. Layanan dan standar teknologi baru memerlukan perubahan dalam model bisnisnya. TELKOM memerlukan upgrade berarti untuk beralih ke jaringan generasi baru (next generation network) agar dapat menerapkan teknologi terpadu, dan melakukan upgrade pada sistem billing dan credit control-nya untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan bisnisnya dan mengadopsi berbagai teknologi dan layanan baru. TELKOM tidak dapat memperkirakan secara pasti bagaimana kehadiran teknologi baru akan berdampak pada operasi dan daya saingnya. TELKOM juga tidak dapat menjamin bahwa teknologi yang digunakannya sekarang tidak akan segera usang atau mampu mengimbangi pesatnya persaingan yang diakibatkan oleh munculnya teknologi-teknologi baru di masa depan.
• Risiko Regulasi
Undang-undang Telekomunikasi No. 36 tahun 1999 (UU
Telekomunikasi) mengatur reformasi dalam industri telekomunikasi, diantaranya mengenai liberalisasi industri, kemudahan bagi pemain- pemain baru, dan perubahan struktur persaingan. UU Telekomunikasi hanya memuat garis besar, kerangka, dan prinsip-prinsip mendasar dari liberalisasi industri telekomunikasi. TELKOM melihat adanya ketidakpastian dalam pengaturan industri telekomunikasi di Indonesia, diantaranya berkaitan dengan hal-hal berikut: - Interkoneksi: TELKOM diwajibkan untuk berbagi jaringannya
dengan operator lain sesuai dengan perjanjian interkoneksi dengan operator tersebut. TELKOM tidak memiliki keleluasaan dalam perjanjian interkoneksi ini karena dibatasi oleh berbagai Keputusan Menteri mengenai tarif interkoneksi. Tidak ada jaminan bahwa perubahan dalam biaya interkoneksi tidak mempengaruhi bisnis, kondisi keuangan, hasil usaha, dan prospek TELKOM.
- Lisensi: Lisensi terpisah TELKOM untuk penyelenggaraan layanan telekomunikasi telepon tetap, SLJJ, dan SLI telah digabung ke dalam satu lisensi per 13 Mei 2004. TELKOM juga memiliki lisensi untuk penyelenggaraan multimedia yang didalamnya termasuk lisensi untuk penyelenggaraan layanan internet, komunikasi data, dan VoIP. Pemerintah, dengan mengacu pada hukum dan peraturan yang ada mungkin saja mengubah lisensi TELKOM atau memberikan kewajiban-kewajiban tertentu pada para pemegang lisensi. Pencabutan atau perubahan lisensi yang tidak menguntungan dapat berdampak negatif pada bisnis TELKOM.
- Tarif: Pada tahun 1995, Pemerintah menetapkan peraturan yang menentukan besaran penyesuaian tarif untuk layanan telekomunikasi telepon tetap lokal meski besaran tarif setiap tahunnya tidak diterapkan secara konsisten. Selain itu, perubahan terhadap kebijakan batas harga tertinggi yang berlaku saat ini memberikan keleluasaan pada operator untuk menghitung penyesuaian tarif per tahun yang dimulai 1 Januari 2002 berdasarkan rumusan yang ditentukan Pemerintah. Dengan memperhitungkan kenaikan tingkat pengembalian investasi, TELKOM setiap tahun mengusulkan kenaikan tarif telekomunikasi, yang harus mendapat persetujuan dari Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
- Penggunaan Frekuensi: Pada tanggal 31 Agustus 2005, MoCI mengeluarkan siaran pers yang mengumumkan bahwa sesuai dengan standar internasional dan seperti direkomendasikan oleh International Telecommunications Union Radiocommunication Sector (ITU-R), spektra frekuensi 1900 MHz hanya diperuntukkan bagi jaringan International Mobile Telecommunications-2000 atau 3-G. Menkominfo juga menambahkan bahwa jaringan teknologi berbasis CDMA yang digunakan oleh TELKOM untuk layanan sambungan telepon tetap nirkabel hanya diperbolehkan untuk beroperasi pada spektra frekuensi 800 MHz. Saat ini, TELKOM menggunakan spektra frekuensi 1900 MHz untuk jaringan telepon tetap nirkabel di Jakarta dan Jawa Barat, sedangkan di wilayah lainnya dipergunakan spektra frekuensi 800 MHz. Dampak dari keputusan Pemerintah tersebut adalah bahwa mulai akhir tahun 2007, semua perlengkapan Base Station System (BSS) TELKOM di Jakarta dan Jawa Barat yang merupakan bagian dari peralatan dan instalasi transmisi untuk sambungan telepon tetap nirkabel tidak dapat dipergunakan lagi. TELKOM merencanakan bahwa seluruh perlengkapan BSS baru yang berfungsi dengan spektra frekuensi 800 MHz akan telah siap beroperasi pada pertengahan tahun 2007. Pada tanggal 13 Januari 2006, Menkominfo mengeluarkan peraturan No. 01/PER/M.KOMINFO/1/2006 yang mengatur bahwa jaringan telepon tetap nirkabel TELKOM hanya boleh beroperasi pada spektra frekuensi 800 MHz dan bahwa spektra frekuensi 1900 MHz hanya diperuntukkan bagi jaringan 3-G.
- Badan Regulator Telekomunikasi Indonesia (BRTI): UU Telekomunikasi mengijinkan Pemerintah untuk mendelegasikan wewenangnya untuk mengatur, mengawasi, dan mengendalikan sektor telekomunikasi di Indonesia kepada suatu badan regulator independen dengan tetap mempertahankan wewenang untuk merumuskan kebijakan di sektor tersebut. Pendelegasian wewenang kepada BRTI telah dilakukan berdasarkan Keputusan Menkominfo No. 31 tahun 2003, tanggal 11 Juli 2003. BRTI terdiri dari para pejabat di jajaran Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi dan Komite Regulasi Telekomunikasi. Tidak ada jaminan bahwa BRTI tidak akan mengambil langkah-langkah yang menghambat bisnis atau prospek TELKOM.
- Persaingan di Segmen Telekomunikasi Telepon Tetap Kabel: Awalnya TELKOM memiliki hak eksklusif untuk menyediakan layanan telekomunikasi telepon tetap kabel di Indonesia. Sesuai UU Telekomunikasi, Pemerintah telah mengakhiri hak eksklusif TELKOM tersebut.
- Layanan SLJJ dan SLI: Pada tanggal 11 Maret 2004, Menkominfo mengeluarkan Kepmen No. 28/2004, Kepmen No. 29/2004, dan Kepmen No. 30/2004 yang mengatur lebih lanjut kebijakan Pemerintah dalam persaingan layanan SLJJ dan SLI. Persaingan
PENGELOLAAN RISIKO
layanan SLJJ dapat berakibat pada menurunnya pendapatan layanan SLJJ TELKOM karena pelanggan beralih menggunakan layanan SLJJ dari operator lain. Persaingan layanan SLI juga dapat membatasi kemampuan TELKOM untuk menghasilkan pendapatan SLI yang signifikan.
- Risiko Kompensasi:UU Telekomunikasi menyebutkan bahwa TELKOM akan memperoleh kompensasi dari terminasi dini hak eksklusifnya. Sesuai Keputusan Menteri Keuangan No. 460/2005 tanggal 10 Oktober 2005, Pemerintah menyetujui pembayaran kompensasi sebesar Rp 478 miliar (bersih setelah pajak) kepada TELKOM. Pembayaran pertama sebesar Rp 90 miliar telah dibayarkan pada tahun 2005, sementara sisanya akan dibayarkan oleh Pemerintah dalam lima tahun ke depan.
- Registrasi Identitas Pelanggan: Sesuai dengan Keputusan Menkominfo No. 23 tahun 2005 tentang registrasi identitas pengguna telepon seluler, TELKOM diwajibkan untuk memperoleh informasi lengkap mengenai identitas pelanggan prabayarnya sebelum 28 April 2006. Kebijakan tersebut berdampak pada penurunan pendapatan TELKOM pada tahun 2006 jika dibandingkan dengan tahun 2005 dan memiliki dampak negatif terhadap laba TELKOM dengan adanya pengeluaran tambahan untuk membiayai sistem pendukung dan memberikan kompensasi kepada para dealer. Kebijakan tersebut juga menyulitkan TELKOM dalam mempertahankan para pelanggan lamanya yang bersikap hati-hati dengan kemungkinan bahwa data yang mereka berikan akan disalahgunakan. Ketentuan registrasi pelanggan prabayar ini juga akan berdampak pada para kompetitor.
Tidak ada jaminan bahwa perubahan atau penafsiran atau penerapan hukum dan peraturan yang berlaku saat ini, atau adanya tambahan atau hukum dan peraturan baru tidak akan berakibat negatif pada bisnis, kondisi keuangan, dan prospek TELKOM.
• Risiko Bisnis Seluler TELKOM
TELKOM menyediakan layanan telekomunikasi seluler terutama melalui anak perusahaannya, Telkomsel. Saat ini, pengguna Telkomsel tumbuh dengan pesat dan pendapatan usahanya menjadi komponen yang signifikan bagi pendapatan terkonsolidasi TELKOM. Pertumbuhan Telkomsel di masa mendatang tergantung kepada kemampuan untuk mengelola keterbatasan kapasitas dan spektrum, seperti yang pernah dialami Telkomsel sebelumnya, dan Telkomsel mampu mencurahkan segenap sumber dayanya untuk mengatasi keterbatasan tersebut. Meski saat ini Telkomsel tidak memiliki masalah, namun tidak ada jaminan bahwa Telkomsel akan menghadapi keterbatasan di masa mendatang, yang mungkin disebabkan oleh kepadatan jaringan, menurunnya kualitas pelayanan, dan tidak berhasil meningkatkan dan mempertahankan jumlah pengguna.
Pasar telekomunikasi seluler di Indonesia sangat kompetitif. Saat ini, Telkomsel berkompetisi dengan dua operator seluler besar yang berusaha untuk menjaring dan mempertahankan para pelanggan mereka. Selain juga terdapat beberapa kompetitor baru, termasuk operator seluler CDMA. Kompetisi antara Telkomsel dan operator lainnya didasarkan pada berbagai faktor, seperti tarif, kualitas jaringan, jangkauan, berbagai layanan yang ditawarkan, dan customer service.
• Risiko Satelit TELKOM
Satelit TELKOM-1 dan TELKOM-2 milik TELKOM memiliki jangka waktu operasi yang terbatas. Sejumlah faktor mempengaruhi masa operasi satelit, termasuk kualitas pembuatannya, daya tahan komponennya, jumlah energi yang tersedia, kendaraan peluncur yang dipergunakan, dan bagaimana satelit tersebut dioperasikan dan dipantau. Satelit dapat gagal beroperasi sebelum umur satelit tersebut berakhir dan adanya kemungkinan satelit hilang atau lepas kendali sehingga tidak berfungsi. Rusak atau hilangnya satelit merupakan kerugian besar yang akan berdampak pada kondisi keuangan TELKOM. Untuk saat ini pendapatan usaha dan kemampuan memberikan beberapa layanan, terutama di Indonesia bagian timur tergantung pada luasnya area cakupan satelit komunikasi.