berikut ini dibaca dengan mengacu
pada Laporan Keuangan Konsolidasian
TELKOM untuk tahun yang berakhir
pada 31 Desember 2004 dan 2005
yang disajikan dalam buku Laporan
Tahunan ini.
Manajemen
ATAS HASIL USAHA KONSOLIDASIAN DAN
KONDISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN PERSEROAN
PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN
A. Hasil Operasi
1. Tinjauan Umum
TELKOM adalah penyedia utama jasa telekomunikasi lokal, dalam negeri dan sambungan langsung internasional di Indonesia, dan juga penyedia utama jasa telepon bergerak seluler melalui Telkomsel, anak perusahaan yang dimiliki secara mayoritas. TELKOM bertujuan untuk menjadi pemimpin di bidang penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi lengkap melalui penyediaan beragam jasa komunikasi. Per tanggal 31 Desember 2005 TELKOM memiliki kurang lebih 12,7 juta sambungan berbayar (telepon tetap kabel dan nirkabel) dan Telkomsel memiliki kurang lebih 24,3 juta pelanggan telepon seluler. Selain itu, TELKOM juga menyediakan beragam jasa komunikasi lain seperti jasa interkoneksi jaringan telepon, multimedia, jasa komunikasi data dan internet, penyewaan transponder satelit, sirkit sewa, jasa jaringan pintar dan jasa terkait lainnya, televisi kabel dan jasa VoIP.
Beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja TELKOM pada tahun 2004 adalah sebagai berikut:
• kondisi ekonomi nasional secara menyeluruh, terutama depresiasi terhadap mata uang Rupiah yang terjadi pada tahun 2004, • kenaikan tarif telepon tetap sebesar 9%,
• persaingan yang semakin ketat di antara operator telepon seluler, terutama di segmen pasar prabayar,
• peningkatan pendapatan Telkomsel seiring dengan pertumbuhan pasar telepon seluler di Indonesia,
• meningkatnya pendapatan TELKOM dari jasa interkoneksi, jasa komunikasi data dan internet,
• amandemen perjanjian KSO dengan MGTI pada tanggal 20 Januari 2004 yang memberi TELKOM hak secara hukum untuk mengendalikan keuangan maupun operasional KSO IV, dan pengkonsolidasian KSO IV selanjutnya; dan
• peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan sehubungan dengan pengembangan kapasitas jaringan Telkomsel dan penambahan aktiva tetap TELKOM sehubungan dengan pembangunan jaringan telepon tetap nirkabel yang pesat.
Sedangkan beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja TELKOM pada tahun 2005 adalah sebagai berikut:
• penambahan jumlah sambungan telepon tetap, terutama telepon tetap nirkabel,
• persaingan yang semakin ketat diantara operator telepon seluler, terutama di segmen pasar prabayar,
• peningkatan pendapatan Telkomsel seiring dengan pertumbuhan pasar telepon seluler di Indonesia,
• meningkatnya permintaan akan jasa komunikasi data dan internet, terutama layanan SMS, Internet broadband, layanan jaringan komunikasi data, frame relay, dan IP VPN,
• peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan, sehubungan dengan pengembangan kapasitas jaringan Telkomsel dan penambahan aktiva tetap TELKOM sehubungan dengan pembangunan jaringan telepon tetap nirkabel yang pesat,
• peningkatan biaya depresiasi, terutama disebabkan oleh pengembangan kapasitas jaringan Telkomsel, penambahan aktiva telepon tetap nirkabel TELKOM dan perubahan estimasi atas sisa masa ekonomis beberapa fasilitas jaringan (WLL dan peralatan approach link) dan beberapa peralatan transmisi dan instalasi (BSS) di wilayah Jakarta dan Jawa Barat; dan
• penurunan nilai aktiva serta kerugian atas komitmen pengadaan sebagai dampak dari keputusan pemerintah untuk mengalokasikan spektrum frekuensi 1900 MHz khusus untuk penggunaan layanan 3G mulai akhir tahun 2007 yang menyebabkan TELKOM tidak lagi dapat mengoperasikan peralatan BSS pada frekuensi 1900 MHz di wilayah Jakarta dan Jawa Barat mulai akhir tahun 2007.
Hasil usaha TELKOM, diuraikan berikut ini di bawah sub-judul “Hasil Usaha”, untuk periode tahun 2004 dan 2005 mencerminkan pertumbuhan pendapatan usaha yang signifikan, terutama pada bisnis telepon tetap kabel, telepon seluler, jasa interkoneksi, data dan internet. Pertumbuhan pendapatan usaha pada bisnis telepon tetap mencerminkan peningkatan baik pada jasa telepon tetap di wilayah non-KSO maupun di wilayah KSO, dan akuisisi berikut konsolidasi KSO IV pada Januari 2004. Peningkatan pendapatan usaha pada bisnis telepon seluler terutama mencerminkan pertumbuhan jumlah pelanggan Telkomsel. Pertumbuhan pendapatan dari jasa data dan internet terutama mencerminkan peningkatan penggunaan SMS oleh pelanggan Telkomsel dan peningkatan penggunaan jasa multimedia TELKOM.
Pendapatan dari jasa interkoneksi juga meningkat karena peningkatan penerimaan biaya interkoneksi dari operator-operator telepon seluler dan hasil peluncuran jasa sambungan langsung internasional dengan nama TELKOMSLI 007 pada bulan Juni 2004. Pendapatan KSO menurun sehubungan dengan akuisisi KSO IV.
Hasil operasi TELKOM selama periode dua tahun dari tahun 2004 hingga tahun 2005 juga mencerminkan peningkatan yang signifikan pada biaya operasi. Peningkatan biaya operasi tersebut terutama disebabkan oleh penurunan nilai aktiva, dan peningkatan biaya depresiasi, biaya personel dan biaya operasi, pemeliharaan dan biaya jasa telekomunikasi.
Pada bulan Agustus 2005, Pemerintah telah menetapkan pemakaian frekuensi 1900 MHz khusus bagi penyelenggaraan jasa telepon seluler 3G dan pemakaian frekuensi 800 MHz khusus untuk jaringan yang berbasis teknologi CDMA sejak akhir tahun 2007. Dampaknya adalah bahwa perlengkapan BBS milik TELKOM di wilayah Jakarta dan Jawa Barat yang beroperasi pada frekuensi 1900 MHz dan merupakan bagian dari sistem transmisi telepon tetap nirkabel TELKOM, tidak lagi dapat dipergunakan sejak akhir tahun 2007. Menyusul peraturan Pemerintah tersebut, TELKOM mengkaji ulang nilai terpulihkan dari unit penghasil kas yang terkait dengan aktiva jaringan tetap nirkabel ini, dan mengakui kerugian penurunan nilai aktiva sebesar Rp 616,8 miliar pada tahun 2005. Selanjutnya, TELKOM mengubah estimasi umur ekonomis peralatan BSS di
PEMBAHASAN DAN ANALISIS MANAJEMEN
Jakarta dan Jawa Barat, dan menyusutkan sisa nilai buku aktiva tersebut hingga 30 Juni 2007, yaitu pada saat mana peralatan BSS TELKOM pada frekuensi 1900 MHz sudah tergantikan seluruhnya dengan peralatan BSS yang beroperasi pada frekuensi 800 MHz. Perubahan estimasi ini meningkatkan biaya depresiasi sebesar Rp 159,0 miliar di tahun 2005. Selain itu, TELKOM mengakui kerugian sehubungan dengan kontrak yang tidak dapat dibatalkan atas pengadaan instalasi dan peralatan transmisi 1900 MHz di Jakarta dan Jawa Barat senilai Rp 79,4 miliar di tahun 2005. Sebagai dampak dari keputusan Pemerintah yang dikeluarkan pada triwulan pertama 2005 untuk mengatur ulang penggunaan spektrum frekuensi oleh para penyelenggara jasa telekomunikasi, TELKOM tidak dapat lagi menggunakan spektrum frekuensi tertentu yang saat ini digunakan untuk jaringan telepon tetap kabel mulai dari akhir tahun 2006. Oleh sebab itu, beberapa fasilitas jaringan kabel TELKOM pada segmen sambungan tetap yang terutama terdiri dari WLL dan approach link yang beroperasi pada spektrum frekuensi tertentu tersebut, tidak akan dapat digunakan sejak akhir tahun 2007. Sejalan dengan hal tersebut, TELKOM telah memperpendek estimasi masa ekonomis peralatan WLL dan approach link pada triwulan pertama 2005, serta mulai menyusutkan sisa nilai buku peralatan tersebut hingga 31 Desember 2006. Perubahan estimasi ini meningkatkan biaya depresiasi sebesar Rp 471,2 miliar pada tahun 2005. Peningkatan biaya depresiasi pada tahun 2005 juga disebabkan oleh pengembangan jaringan seluler Telkomsel serta penambahan jumlah satuan sambungan telepon tetap nirkabel yang dibangun.
Peningkatan biaya operasi, pemeliharaan dan jasa telekomunikasi pada tahun 2005 terutama disebabkan oleh perluasan jaringan yang dilakukan oleh TELKOM dan Telkomsel dan timbulnya biaya USO sesuai dengan peraturan Menkominfo No. 15/2005, yang mengharuskan seluruh operator jaringan dan jasa telekomunikasi untuk memberikan kontribusi sebesar 0,75% dari pendapatan kotor operasi (setelah dikurangi biaya penyisihan piutang tak tertagih dan beban interkoneksi) kepada Pemerintah sejak 1 Januari 2005. Peningkatan biaya pegawai pada tahun 2005 terutama disebabkan oleh peningkatan yang signifikan pada biaya gaji dan tunjangan lainnya, insentif berlibur dan tunjangan lainnya, serta pajak penghasilan karyawan.
TELKOM mencatat keuntungan dan kerugian yang signifikan yang dibebankan pada pendapatan (biaya) lain-lain selama tahun 2004 dan 2005. Pada tahun 2004, TELKOM mengakui kerugian kurs valuta asing sebesar Rp 1.220,8 miliar yang disebabkan oleh depresiasi Rupiah sepanjang tahun 2004, terutama yang berkaitan dengan kerugian selisih kurs pada pinjaman dalam Dollar AS. Pada tahun 2005, TELKOM mengakui kerugian selisih kurs sebesar Rp 516,8 miliar yang terutama disebabkan oleh kerugian selisih kurs pada pinjaman dalam Dollar AS. Kerugian selisih kurs pada tahun 2005 lebih sedikit daripada kerugian tahun 2004 karena depresiasi Rupiah yang lebih sedikit pada tahun 2005 dibandingkan tahun 2004, dan penurunan jumlah pinjaman dalam valuta asing.