• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kerangka Teoretik

3. Adab Guru terhadap Murid:

Selain dua adab guru diatas KH. Hasyim Asy’ari juga menyebutkan pentingnya guru untuk beradab kepada muridnya, karena dengan adab inilah keharmonisan hubungan antara guru dan murid akan tercipta. Ada 12 adab guru terhadap murid diantaranya yaitu :

1) Niat mengajar dengan tujuan meraih ridha Allah Swt. Menyebarkan ilmu, menghidupkan syari’at, menegakkan kebenaran, meredam kebathilan, dan memperoleh bagian pahala dari para muridnya dan generasi berikutnya yang belajar kepada para murid tersebut.

2) Membantu dan membimbing para peserta didik dari awal hingga akhir belajar, mulai dengan meluruskan niat para peserta didik, memotivasi, hingga menanamkan akhlak terpuji kepada para peserta didik.

3) Bergaul dengan para peserta didik dengan penuh kasih sayang dan bersabar atas perilaku peserta didik yang tidak baik, dengan terus berusaha memperbaiki perilaku peserta didik tersebut, dengan memberinya nasihaat dan sikap lemah lembut, bukan sikap yang keras lagi aniaya.

4) Memudahkan para peserta didik dalam memahami dan menguasai ilmu, dengan cara menyampaikan pelajaran secara ringan dan pelafalannya yang baik sehingga penyampainnya bisa dipahami.

5) Rajin mengevaluasi hafalan dan pemahaman peserta didik pada saat-saat tertentu, dengan meminta para peserta didik untuk mengulangi hafalan-hafalan dan menguji pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sudah diajarkan.

6) Mengapresiasi dan memuji dengan tujuan menggugah semangat para peserta didik agar sungguh-sungguh dalam menambah ilmu pengetahuan.

7) Memilihkan mata pelajaran yang sesuai dengan kemampuan para peserta didik, sehingga mereka tidak mempelajari mata pelajaran yang melebihi dari batas kemampuannya.

8) Bersikap demokratis, yaitu memberi perlakuan yang sama kepada semua peserta didik, tanpa bersikap diskriminatif. Dengan tidak menampakkan sikap mengutamakan sebagian peserta didik diatas peserta didik yang lain. Dalam hal kasih sayang dan perhatian mereka semua mempunyai hak yang sama, baik dalam hal usia, penguasaan ilmu, maupun keragamannya. Karena bersikap diskriminatif dapat menimbulkan kekecewaan pada diri peserta didik dan membuatnya menjauhi pendidik tersebut.

9) Mengawasi perilaku peserta didik, apabila mereka melakukan perilaku yang tidak terpuji, maka guru wajib menasihatinya dengan cara-cara yang baik hingga dengan cara-cara yang tegas. 10) Menjaga keharmonisan hubungan antara peserta didik dan

kasih mengasihi saling tolong menolong pada kebaikan, ketaqwaan dan hal-hal yang sedang mereka hadapi.

11)Pendidik memperhatikan kehadiran atau absensi para peserta didik. Pendidik berusaha mencari kabar peserta didik yang tidak hadir dalam kelasnya.

12)Menampilkan sikap rendah hati kepada para peserta didik. Sebagaimana firman Allah :

َينِنِمْؤُمْلا َنِم َكَعَبَّتا ِنَمِل َكَحاَنَج ْضِفْخاَو

Artinya : “Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu, yaitu orang-orang yang beriman”. (QS. al-Syua’ara : 215)

َأ للها َّنإ

ْو

َح

ِإ ى

َأ َّلي

ْن َت

َو

َضا

ُعْو

ا,

َوَم

َت ا

َو

َضا

َع َأ

َح

ٌد ِل

َّلِه

ِإ

َر اَّل

َفَع

ُه

ُللها

Artinya : “Sesungguhnya Allah memberi wahyu kepadaku, “hendaklah kalian semua bersikap rendah hati”. Dan tidak ada seorang pun yang bersikap rendah hati, kecuali Allah mengangkat derajatnya”.

4. Konsep AdabMurid (Âdâb al-Muta’allim):

KH. Hasyim Asy’ari menulis beberapa hal penting perihal moralitas yang harus dipedomani oleh seorang murid/santri. Karena hal tersebut merupakan sesuatu yang penting diperhatikan oleh orang yang sedang menuntut ilmu agar kelak ilmunya bermanfaat dan mempunya keahlian serta integritas yang tinggi. Mengenai adab murid/santri menurut KH. Hasyim Asy’ari akan dipaparkan di bawah ini.

1) Berkewajiban untuk membersihkan hati (tathîr al-qalb) dari pelbagai noda kejelekan, sifat buruk, iri hati, akidah yang keliru dan akhlak tercela. Agar mudah menerima ilmu dan menyingkap makna-maknanya yang dalam.

2) Harus membenarkan niat dalam belajar (husn al-niyyah fî talab al-‟ilm) dan bertujuan agar mendapat ridha Allah Swt. Mengamalkan ilmu, menghidupkan syari’at, dan menerangi hati. Bukan untuk mencari keuntungan duniawi pragmatis.

3) Memaksimalkan waktu untuk belajar dan tidak menyibukkan diri dengan hal-hal yang mengganggu belajar.

4) Bersikap qana’ah (menerima apa adanya), dan sederhana dalam urusan sandang pangan dan papan.

5) Seorang pelajar harus bisa menata waktu dan membagi waktu dengan sebaik-baiknya. Di dalam al-Qur’an disebutkan :

ِرْصَعْلاَو

ۙ

ٍرْسُخ ْيِفَل َناَسْنِاْلا َّنِا

ۙ

اْوَصاَوَتَو ِتٰحِلٰ صلا اوُلِمَعَو اْوُنَمٰا َنْيِذَّلا اَّلِا

ە ِّقَحْلاِب

ۙ

ِرْبَّصلاِب اْوَصاَوَتَو

Artinya : “Demi masa, sesungguhnya, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. (QS. al-Ashr :1-4).

6) Seorang pelajar harus bisa mengatur makanan dan minuman. Menurut KH. Hasyim Asy’ari banyak makan menyebabkan kekenyangan dan dapat mengganggu ibadah juga pembelajaran. Sementara oraang yang makan secukupnya sesuai dengan kebutuhan badan, akan cenderung segar bugar dan selamat dari berbagai penyakit. 7) Manajemen waktu tidur, istirahat serta penyegaran hati,

8) Membatasi pergaulan yang berlebihan. Seandainya bergaul, perlu memilih teman yang berperilaku terpuji agar membantunya berperilaku terpuji juga.

b. Adab Murid terhadap Guru :

1) Mempertimbangkan dan beristikharah dalam memilih guru yang tepat, terutama dari segi kualitass keagamaannya, akhlak dan keilmuannya.

2) Memilih guru yang kenyang pengalaman ilmu dari banyak tokoh terkemuka bukan hanya sekedar pengalaman dari banyaknya membaca buku saja.

3) Murid hendaknya mengikuti guru dan berkarakter terpuji kepada gurunya, bahkan seorang murid hendaknya memposisikan dirinya layaknya pasien dihadapan dokter spesialis.

4) Memuliakan guru baik dari segi pikiran, perkataan maupun perbuatan.

5) Berpikiran positif kepada guru, walaupun menunjukkan sikap yang kasar. Seorang pelajar hendaknya memaknai sikap kasar tersebut sebagai upaya guru mendidiknya agar menjadi lebih baik.

6) Menunaikan hak-hak seorang guru yang menjadi kewajiban murid.

7) Seorang pelajar hendaknya memperhatikan tata-krama saat akan menemui gurunya. Baik dari segi waktu, tempat, maupun tata cara menemui guru.

8) Ketika seorang pelajar tidak setuju dengan gurunya, maka hendaknya tidak menampilkan sikap ketidak-setujuannya secara terang-terangan, melainkan dengan tetap memperhatikan tata-krama, dan yang lebih utama adalah menanyakan atau mengklarifikasi hal yang dianggap tidak sesuai dengan pendapat gurunya di majelis lain.

9) Seorang pelajar hendaknya menunjukkan sikap semangat dan antusias untuk meraih ilmu dari sang guru, walaupun ilmu yang diajarkan oleh gurunya sudah pernah ia pelajari.

10) Seorang pelajar hendaknya menampilkan perilaku-perilaku yang mencerminkan tata krama kepada pendidik dalam segala situasi dan kondisi.

11) Memperhatikan tata krama dalam berkomunikasi dengan gurunya.

12) Memperhatikan tatakrama ketika dalam saatu ruangan dengan gurunya.

c. Adab murid terhadap pelajaran :

1) Ilmu yang pertama dipelajari oleh murid adalah ilmu yang paling mudah dipelajari terlebih dahulu. KH. Hasyim Asy’ari menjelaskan ilmu yang pertama kali wajib dipelajari oleh seorang murid adalah mempelajari al-Qur’an hingga mampu membacanya dengan baik dan benar. Lalu diikuti belajar tafsir al-Qur’an dan ‘ulum al-Qur’an, Hadits dan ‘ulum al-Hadits. Dimulai dengan buku-buku kecil yang mudah dipelajari.

2) Menghindari perselisihan-perselisihan pendapat dalam suatu bidang ilmu, karena hal itu akan membeingungkan pikirannya, juga pada tahap permulaan menuntut ilmu,seorang pelajar hendaknya menghindari belajar buku-buku yang beraneka ragam, karena hal itu hanya akan menyia-nyiakan waktu dan membingungkan pikirannya.

3) Mengoreksi pelajaran yang hendak dihafalkan, kepada gurunya atau kepada orang lain yang berkompeten. Seorang murid tidak boleh menghafalkan sesuatu sebelum mengoreksinya, karena hal itu dapat menjerumuskannya pada penyimpangan atau distorsi ilmu.

4) Memberi catatan pada buku pelajaran tentang hal-hal yang dinilai penting. Serta memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk belajar dengan semangat.

5) Menghadiri majelis-majelis belajar sebanyak mungkin, memberi catatan tambahan pada buku pelajaran, setia berkhidmat dan menemani guru, sertaa rajin mempelajari kembali materi-materi yang sudah dipelajari.

6) Bertata-krama di majelis belajar, mulai dari awal belajar, ketika menjalani proses belajar hingga di akhir belajar.

7) Tidak malu bertanya saat menemui kesulitan memahami sebuah persoalan dalam ilmu. Pertanyaan disampaikan dengan cara-cara yang lembut dan tutur kata yang sopan.

8) Seorang murid harus mentaati urutan giliran antrean, dan tidak boleh mendahului giliran orang lain tanpa seizi yang bersangkutan.

9) Bertata-krama sebelum bertugas membacakan sebuah keterangan dalam buku.antara lain bertata-krama dihadapan gurunya serta memulai membaca dengan berdo’a terlebih dahulu.

10) Fokus pada satu bidang ilmu atau tempat belajar tertentu hingga tuntas. Setelah itu boleh berpindah. Hendaknya fokus pada satu bidang studi dan tidak menyibukkan diri dengan bidang studi yang lain sebelum benar-benar menguasai bidang studi pertama. 11)Bergaul dengan rekan-rekannya disertai akhlak terpuji, mulai

dari, membantu, mengingatkan tentang hal-hal yang di pelajari, dan tidak bersikap tercela kepada mereka.

i. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan

Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan didirikan oleh KH. Yusuf Siroj dan beberapa saudaranya sekitar tahun 1970 awalnya pondok pesantren ini bernama langgar lor. Disebut langgar lor karena tempat ini merupakan tempat yang biasa digunakan untuk sholat dan digunakan sebagai majelis taklim oleh masyarakat, dan tempatnya yang berada disebelah utara masjid jami’ Gedongan. Setelah kewafatan KH. Yusuf Siroj kemudian pondok pesantren ini diteruskan oleh menantu sekaligus keponakannya yaitu KH. Muhammad Fauzi Ma’shum, dan pada tahun 1995 pondok pesantren yang semula bernama langgar lor resmi diganti menjadi Ikmaly atas usulan para santri senior kepada

KH. Muhammad Fauzi Ma’shum. Nama Ikmaly selain berarti sempurna dalam bahasa arab, juga merupakan singkatan dari Ikatan Keluarga Muta’allimin Langgar Kiai Yusuf (IKMALY). Saat ini Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan diteruskan oleh kiai Khozinatul Asror setelah kewafatan KH. Muhammad Fauzi Ma’shum pada tahun 2005 silam. Kiai Khozinatul Asror adalah menantu KH. Muhammad Fauzi Ma’shum. Kemudian pada tahun 2015 pondok pesantren ikmaly gedongan sudah berpayung hukum dengan dibuatkannya akta notaris oleh kiai Khozinatul Asror.

j. Tujuan Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan

Berdirinya Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan tentu mempunyai visi dan misi yang jelas. Visi dari didirikannya Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan ini adalah lembaga yang berwibawa, terkemuka, berdedikasi, berdasarkan Alquran dan Sunnah Rasulullah SAW. Adapun misi dari Pondok Pesantren ini yaitu menjadikan generasi yang cerdas spiritual, emosional, dan intelektual.

Selain itu, kiai Khozinatul Asror selaku pengasuh Ponpes Pesantren Ikmaly Gedongan tetap konsisten mempertahankan tujuan didirikannya pondok pesantren ini, adapun tujuan pondok pesantren Ikmaly Gedongan memiliki dua tujuan, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan secara umum didirikannya Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan adalah “menegakkan kalimat Allah” (Li I’lai Kalimatillah). Sedangkan tujuan khususnya adalah mengangkat kembali nilai-nilai agama Islam yang nyaris hilang di masyarakat sekarang ini.

Untuk mencapai harapan-harapan di atas, Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan menerapkan beberapa program unggulan, diantaranya:

a. Tata Bahasa Arab (Nahwu-Shorof) dengan metode sorogan b. Shalat Hajat

c. Istighotsah dan marhabanan setiap malam jum’at. d. Bahtsul Masa’il (membahas masalah kontemporer)

e. Muhadhoroh (Latihan Ceramah)

f. Pendidikan Agama yang meliputi Ilmu Tauhid (Akidah), Ilmu Fikih, dan Ilmu Tasauf (Akhlak).

Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan terletak di Desa Ender, Kecamatan Pangenan Kabupaten Ciebon Jawa Barat. Pondok pesantren ini memiliki sarana dan prasarana pendidikan berupa ruang kelas untuk belajar, asrama sebagai tempat tinggal santri, lapangan sebagai sarana olahraga, aula pondok sebagai tempat beribadah sekaligus tempat belajar santri, serta tempat tinggal ustadz untuk ustadz-ustadz yang mukim di pesantren. Semua kondisi gedung tersebut adalah bangunan permanen.

k. Kurikulum Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan

Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan adalah pondok pesantren yang konsisten mempertahankan pendidikan pesantren tradisional dari awal berdirinya hingga sekarang. Tradisional yang dimaksud adalah kekuatan pada pembelajaran kitab kuning dan ilmu alat, namun demikian pondok pesantren Ikmaly Gedongan juga tidak menutup diri pada pendidikan modern. Modern yang dimaksud adalah pendidikan sekolah formal. Hal ini karena kiai Khozinatul Asror selaku pengasuh pondok pesantren ikmaly Gedongan mempersilahkan para santrinya untuk menempuh pendidikan formal. Namun Kiai Khozinatul Asror lebih cenderung menasehati santri-santrinya untuk lebih fokus pada pendidikan pesantren tradisional (Salaf) meskipun sebagian besar santri-santrinya menempuh pendidikan formal, karena beliau menganggap pondok pesantren ini lebih memfokuskan pada penguasaan kitab kuning dan ilmu alat dari pada kemampuan ilmu pendidikan formal.

Adapun karakteristik atau ciri-ciri umum Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan adalah adanya Kiai, Santri, Langgar (tempat sholat), Kitab Kuning, Aula pondok dan Asrama santri. Sedangkan ciri-ciri khususnya adalah isi kurikulum yang dibuat terfokus pada kitab-kitab kuning seperti Kitab al-Ajurrumiyah, Amtsillatu at-Tashrifiyah, Imrithi, Alfiyyah, Safinatunnajah, Fathul Qorib, ‘Aqoid Diniyyah,

Tafsir Jalalain, Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim, dan lain sebagainya yang diajarkan dengan berbagai macam metode yaitu, sorogan, bandongan, dan ceramah.

Dalam penjelasan lain juga dijelaskan tentang ciri-ciri pesantren dan juga pendidikan yang ada didalamnya yaitu:

a. Adanya hubungan akrab antara Kiai dan Santri b. Adanya kepatuhan santri kepada kiai

c. Tidak adanya hukuman dalam proses pembelajaran

d. Pengutamaan akhlak dan etika santri dari pada kecerdasan intelektual

e. Akses keluar masuk santri tidak dibatasi secara ketat agar santri dapat berbaur dengan masyarakat

f. Jiwa tolong menolong dan persaudaraan sangat menonjol pada pergaulan masyarakat pesantren.

Selain ciri-ciri di atas, penulis menemukan bahwa di Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan dimuat aturan-aturan yang sangat ketat dimana terdapat sanksi yang beragam mulai dari pelanggaran ringan, sedang, hingga pelanggaran yang berat. Peraturan yang dimuat terdiri dari beberapa kewajiban yang harus dilakukan oleh santri, dan beberapa larangan yang tidak boleh dilakukan santri. Aturan-aturan tersebut diantaranya seperti

a. Wajib menjaga nama baik pondok pesantren dan pengasuh b. Wajib mengikuti semua kegiatan pondok pesantren

c. Selalu menjaga ketertiban dan kenyamanan pondok d. Merawat, menjaga kebersihan, dan keindahan pondok e. Siap menerima sanksi bila melanggar

f. Wajib menghormati seluruh asaatidz dan pengasuh

g. Menunjukkan perilaku yang baik kepada sesama santri, ustadz, dan pengasuh

h. Wajib menggunakan tutur kata yang sopan kepada sesama santri, ustadz, dan pengasuh

i. Dilarang berinteraksi dengan lawan jenis, tanpa ada keperluan yang syar’i

k. Dilarang pulang tanpa izin dari pengasuh l. Dilarang menyaksikan hiburan atau tontonan m.Dilarang keluar pondok diatas jam 23:00 n. Dan lain sebagainya.

Adapun mengenai sanksi atau hukuman yang diberlakukan di Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan beragam mulai dari sanksi pelanggaran ringan, sanksi pelanggaran sedang, hingga sanksi pelanggaran yang berat. Adapun hukuman-hukuman yang diberikan untuk pelanggaran ringan diantaranya yaitu:

a. Menulis, menghafal nadzom ataupun qoidah kitab b. Menulis kalimat istighfar dalam jumlah tertentu c. Membaca ayat Alquran

d. Mencuci pakaian e. Membuang sampah f. Dan lain sebagainya.

Hukuman-hukuman yang diberikan untuk pelanggaran sedang diantaranya yaitu:

a. Di gundul

b. Membayar denda untuk pemasukan kas pondok

Adapun hukuman yang diberikan untuk pelanggaran berat yaitu di keluarkan dari pondok pesantren.

Peraturan dan sanksi yang telah dituliskan oleh pihak pondok pesantren di atas, berlaku bagi seluruh santri putra dan santri putri dalam kegiatan belajar baik ketika belajar di dalam kelas, maupun di lingkungan pondok pesantren dari mulai bangun tidur hingga tidur kembali.

Berdasarkan hasil studi dokumen, kegiatan belajar di Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan dimulai dari jam 04 : 15 pagi yaitu pembiasaan sholat subuh berjamaah, setelah itu setiap santri mengaji al-Qur’an. Selanjutnya di pagi hari hingga siang hari setiap santri yang menempuh pendidikan formal berangkat sekolah di tiap jenjangnya masing-masing, sedangkan santri-santri yang tidak menempuh pendidikan formal mengikuti kajian di pondok

pesantren. Kemudian setelah shalat dzuhur hingga sore hari semua santri diwajibkan mengaji murottal al-Qur’an dan kitab secara bersama-sama. dan pada malam hari mulai pukul 18 : 15 sampai 21 : 15 santri belajar di madrasah pondok untuk belajar pelajaran kepesantrenan sesuai jenjangnya masing-masing.

Adapun secara rinci dapat digambarkan kegiatan santri sebagai berikut:

Waktu Kegiatan

Pagi

04:00 – 04:20 Bangun persiapan sholat subuh berjam’ah

04:20 – 05:00 Sholat subuh berjama’ah di masjid jami’ Gedongan

05:00 – 06:30 Ngaji al-Qur’an

07:00 – 13:15 Sekolah bagi santri yang mengikuti pendidikan formal

08:00 – 11:45 Ngaji kitab bagi santri yang tidak mengikuti pendidikan formal Siang

12:00 – 12:30 Sholat Dzuhur berjam’ah

12:30 - 13:45 Isoma

14:00 – 15:15 Ngaji al-Qur’an murottal bersam-sama, diikuti oleh seluruh santri

15:20 – 16:00 Sholat ashar berjama’ah Sore

16:00 – 17:00 Ngaji kitab bagi seluruh santri 17:00 – 17:40 Persiapan sholat magrib berjama’ah 17:40 – 18:15 Sholat maaghrib berjama’ah

Malam

18:30 – 21:20 Pengajian Madrasah Hidayatul Ma’shumiyah (MHM)

21:30 – 22:30 Ngaji atau Tadarus kitab Kegiatan mingguan

Hari Senin 22:00 – 23:00 Musyawarah atau bahtsul masail kitab, diikuti oleh santri kelas 4 dan 5 MHM Hari Senin 22:00 – 23:00 Musyawarah atau bahtsul masail kitab,

diikuti oleh santri kelas 2 dan 3 MHM Hari Kamis 16:00 – 17:00 Ziarah qubur bersama

Hari Kamis 18:30 – 19:30 Pembacaan Tahlil dan surah Yasin Hari Kamis 20:00 – 23:00 Marhabanan dan Muhadharah yang

diikuti oleh seluruh santri

Hari Jum’at 05:30 – 07:00 Lalaran nadzom (hafalan nadzom yang dilakukan secara bersama) untuk masing-masing kelas

Hari Jum’at 07:30 – selesai Ro’an (bersih-bersih lingkungan pondok) bersama

Hari Jum’at 13:00 – 14:00 Tadarus surah al-Kahfi Kegiatan Bulanan

Bahtsul masa’il kubro Jam’iyah Kubro Kegiatan Tahunan

Khotmil Kutub Khotmil al-Qur’an

Ziarah ke makam para wali

l. Pembelajaran Kitab Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim di Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan

Berdasarkan hasil observasi penulis terkait pembelajaran kitab Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim, di Pondok Pesantren Ikmaly Gedongan diajarkan satu kali dalam seminggu, tepatnya pada minggu sore dan dilaksanakan setelah sholat ashar hingga waktu menjelang maghrib yang bertempat di aula pondok. Kitab ini diajarkan langsung oleh Kiai Khozinatul Asror yang juga sebagai pengasuh Pondok

Pesantren Ikmaly Gedongan yang disampaikan dengan metode ceramah, dimana pada pembelajaran ini semua santri hanya mendengarkan penjelasan dari ustadz dan memaknai kitabnya masing-masing.

Pada awal pembelajaran, seluruh santri menempati posisi duduk yaitu santri laki-laki duduk di sebelah kanan berjajar rapih dan santri putri duduk di sebelah kiri secara rapih pula, dengan dihalangi satir (pembatas antara santri putra dan santri putri). Diantara seluruh santri, ada beberapa santri yang menyiapkan tempat duduk dan mikrofon untuk kiai Khozinatul Asror sebagai pengajar serta menyiapkan air minum di dalam gelas agar ketika proses pembelajaran berlangsung, sang Kiai tidak merasa kehausan. Setelah semuanya siap, kiai Khozinatul Asror memulai pembelajaran dengan mengucap salam dan mengajak seluruh santri berdoa dan membaca surah al-Fatihah bersama. Dalam kegiatan pembelajaran, kiai Khozinatul Asror tidak melakukan pengecekan kehadiran santri-santrinya melainkan langsung membacakan kitab dan menjelaskan isi kandungannya dengan metode ceramah yang sangat menarik yaitu dengan ceramah dibumbui dengan humor, hal ini berhasil membuat semua santri fokus memperhatikan dan tidak merasa bosan.

Di akhir pembelajaran tidak ada evaluasi mengenai pembelajaran yang telah berlangsung,melainkan kiai Khozinatul Asror memberikan pertanyaan kepada santri serta tidak lupa memberikan kesempatan kepada seluruh santrinya untuk bertanya jika ada hal yang belum difahami, hal ini membuat kegiatan pembelajaran menjadi lebih aktif berkat adanya proses tanya jawab antara kiai dengan santri.

Kitab Adabul ‘Alim wa al-Muta’allim tidak masuk dalam penilaian di rapor madrasah pondok, melainkan diajarkan saja sebagai pembelajaran rutin. Dalam pengajaran kitab ini,Sang Kiai memiliki tujuan untuk membekali santrinya mengenai pentingnya memiliki akhlak dan etika yang baik yang mencakup akhlak kepada diri sendiri maupun kepada orang lain dengan harapan seluruh santri menjadi pribadi yang berakhlakul karimah.