• Tidak ada hasil yang ditemukan

Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel)

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

5. Adaptasi Kurikulum (Kurikulum Fleksibel)

Pendidikan untuk anak-anak dengan kebutuhan khusus adalah sebagian dari perencanaan dan pelaksanaan sistem pendidikan negara. Anak dengan kebutuhan khusus diberi pendidikan menggunakan kurikulum yang sama dengan anak-anak pada umumnya dan penyesuaian kurikulum dibuat didalam kelas dan didukung dengan pendekatakan pengajaran dan pembelajaran yang terbaik agar anak-anak ini mampu meraih pencapaian optimal. Kebutuhan anak-anak luar biasa berbeda dari anak-anak yang sebayanya dengan mereka dalam beberapa aspek penting, bahkan mereka juga mempunyai perbedaan dalam pola perkembangan masing-masing. Adaptasi untuk pendidikan diberikan berdasarkan pada perbedaan-perbedaan yang ada pada mereka dalam kerangka muatan kurikulum, kemahiran, dan lingkungan mereka.

Perbedaan kebutuhan ini harus diberi status yang sesuai dan mereka yang terlibat dalam pendidikan khusus harus ditekankan untuk membuat perunntukkan khusus demi memenuhi kebutuhan tesebut dan bukanya malah mengkritik (Muhammad, 2008: 29).

Berdasarkan teori diatas pendidikan anak berkebutuhan khusus merupakan perencanaan dan pelaksanaan sistem pendidikan. Pendidikan yang diberikan menggunakan kurikulum umum dengan pendekatan dan pembelajaran terbaik.

23

Adaptasi untuk pendidikan dilakukan berdasarkan dengan kebutuhan setiap anak.

Ilahi (2013: 168) memaparkan, kurikulum merupakan salah satu komponen penting pada lembaga pendidikan formal yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan isi pengajaran, mengarahkan proses mekanisme pendidikan, tolak ukur keberhasilan, dan kualitas hasil pendidikan. Kurikulum yang digunakan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi ramah anak pada dasarnya menggunakan kurikulum yang berlaku di sekolah regular, namun kurikulumnya perlu fleksibel atau disesuaikan dengan kebutuhan anak, karena hambatan dan kemampuan yang dimiliki variasi. Terdapat empat komponen utama yang harus ada didalam kurikulum, yaitu tujuan, isi atau materi, proses, dan evaluasi.

Teori diatas dapat ditarik kesimpulan, kurikulum merupakan salah astu komponen penting dalam pendidikan. Penggunaan kurikulum untuk penyelenggara pendidikan inklusi ialah kurikulum yang berlaku di sekolah reguler namun terdapat penyesuaian untuk anak berkebutuhan khusus.

Komponen utma dalam kurikulum adalah tujuan, isi, proses, dan evaluasi.

a. Pengertian Kurikulum

Kurikulum ialah semua kegiatan dan pengalaman potensial (isi atau materi) yang telah disusun secara ilmiah, baik yang terjadi di dalam kelas, di halaman sekolah maupun di luar sekolah atas tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan (Arifin, 2011:4).

Siskandar (2012:5) menambahkan kurikulum sebagai urutan unit konten sedemikian rupa sehingga pembelajaran setiap unit dapat diselesaikan atau dikerjakan sebagai kegiatan tunggal, memberikan kemampuan sebagaimana dideskripikan dalam unit yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan teori dari kedua ahli diatas, kurikulum adalah urutan semua kegiatan dan isi atau materi yang disusun secara ilmiah yang terjadi di dalam kelas maupun luar kelas atau sekolah. Urutan kegiatan menjadi pembelajaran yang dapat diselesaikan sebagai kegiatan tunggal.

1) Adaptasi Kurikulum

24

Kurikulum adaptif membuat perubahan dengan menghilangkan atau mengadaptasi bagian dari kurikukulum seperti kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan peserta didik belajar dari kurikulum yang didesain sesuai untuk kelompok usia mereka dalam setting pendidikan inklusif (Mzizi, 2014:7). Kurikulum yang digunakan dalam pendidikan inklusif adalah kurikkulum reguler yang berlaku di sekolah umum, akan tetapi dilakukan penyesuaian sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus.

Teori diatas dapat ditarik kesimpulan kurikulum adaptif atau adaptasi kurikulum adalah kurikulum reguler yang dibuat dengan menghilangkan atau mengadaptasi (menyesuaikan) bagian kegiatan belajar dan didesain sesuai dengan usia anak maupun kebutuhan anak.

Melinda (2013:93) menyatakan model pengembangan kurikulum adaptif terbagi menjadi tiga bagian, sebagai berikut:

a) Model kurikulum umum (reguler)

Model kurikulum ini peserta didik berkebutuhan khusus mengikuti kurikulum umum, sama seperti peserta didik lainnya dalam kelas yang sama. Program layanan khususnya lebih diarahakn kepada proses bimbingan belajar, motivasi, dan ketekunan belajarnya.

b) Model kurikulum umum dengan modifikasi

Pada model kurikulum ini anak anak berkebutuhan khusus menggunakan kurikulum perpaduan antara kurikulum umum denngan program pembelajaran individual (PPI). Operasional pengembangan kurikulum ini, dilakukan dengan cara memodifikasi kurikulum umum disesuaikan dengan potensi dan karakteristik anak berkebtuhan khusus.

Kurikulum modifikasi ini diharapkan anak berkebutuhan khusus dapat mengikuti pembelajaran pada kelas umum secara klasikal bersama anak-anak umum.

c) Model kurikulum yang diindividualisasikan

Model ini, anak berkebutuhan khusus menggunakan kurikulum yang diindividualisasikan, dengan format program pembelajaran individual (PPI). Kurikulum ini sering disebut dengan model kurikulum PPI yang

25

dikembangkan secara khusus oleh guru pendidikan khusus di sekolah inklusi. Model kurikulum PPI disiapkan untuk anak berkebutuhan khusus yang tidak dapat mengikuti kurikulum umum maupun modifikasi.

b. Cara Adaptasi Kurikulum

Penyesuaian kurikulum hingga menjadi kurikulum yang fleksibel adalah pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik, kurikulum yang mengakomodasi kebutuhan, kemampuan peserta didik sesuai bakat, minat, dan potensinya. Melinda (2013:97) memaparkan adaptasi kurikulum dilakukan melalui lima cara, yaitu:

1) Ekshalasi, ialah melakukan pengayaan dan percepatan program bagi anak yang memiliki kemampuan di atas rata-rata;

2) Duplikasi, artinya mengambil seluruh materi dan strategi pembelajaran pada anak normal ke dalam pembelajaran pada anak berkbutuhan khusus tanpa melakukan perbahan, penambahan, dan pengurangan apapun;

3) Modifikasi terhadap materi, media dan strategi pembelajaran, yaitu sebagian atau keseluruhan materi, media, prosedur, dan strategi pembelajaran yang dipergunaan pada pembelajaran anak normal diadaptasi sedemikian rupa sehingga baik materi, media, dan strategi pembelajarannya sesuai dengan karakteristik anak;

4) Subsitusi dilakukkan dengan menganti materi, media, dan strategi pembelajaran yang berlaku pada anak normal;

5) Omisi, yaitu penghhilang materi tertentu yang berlaku pada pembelajaran anak normal.

c. Komponen Kurikulum

Ilahi (2013: 172-178) menyatakan komponen kurikulum yang sudah dimodifikasi agar sesuai dengan kebutuhan anak, antara lain:

1) Tujuan

Tujuan kurikulum dimaksudkan untuk perkembangan tuntutan, kondisi, dan kebutuhan masyarakat dan disadari oleh pemikiran-pemikiran yang sesuai dengan nilai-nilai filosofis.

2) Materi atau bahan Ajar

26

Anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi di atas normal, materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat diperluas dan diperdalam dan/ atau ditambah materi baru yang tidak ada didalam kurikulum sekolah reguler, tetapi materi tersebut dianggap penting untuk anak berbakat. Anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi relatif normal materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat tetap dipertahankan atau tingkat kesulitannya diturunkan sedikit. Anak berkebutuhan khusus yang memiliki inteligensi dibawah normal (anak lamban belajar/

tunagrahita) materi dalam kurikulum sekolah reguler dapat dikurangi atau diturunkan tingkat kesulitan seperlunya atau bahkan dihilangkan bagian tertentu.

3) Strategi Pembelajaran

Kurikulum harus disusun secara fleksibel sesuai kebutuhan anak (ABK) dan kondisi sekolah, dapat mendorong guru dan tenaga kependidikan melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik, mendorong pengawas untuk membina secara rutin dan kebebasan untuk berinovasi. Proses pembelajaran ditinjau sebagai berikut: a) perencanaan pembelajaran hendaknya dibuat berdasar hasil asesmen dan dibuat bersama antara guru kelas dan guru khusus dalam bentuk program pembelajaran individual (IEP); b) pelaksanaan pembelajaran lebih mengutamakan metode pembelajaran kooperatif dan partisipatif, memberi kesempatan yang sama dengan siswa lain, menjadi tanggung jawab bersama dan dilaksanakan secara kolaborasi antara guru khusus dan guru kelas, serta dengan menggunakan media, sumber daya, dan lingkungan yang beragam sesuai keadaan.

4) Media Pembelajaran

Pengunaan media sebagai perantara dalam proses pembelajaran memiliki nilai dan fungsi yang amat berharga bagi terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif. Melalui penggunaan media ini, anak didik dilatih untuk memeperkuat kepekaan dan keterampilan secara optimal dengan ditopang oleh motivasi guru.

5) Evaluasi Kurikulum

27

Evaluasi kurikulum dapat dijadikan umpan balik (feed back) apakah tujuan kurikulum sudah tercapai secara maksimal. Jika belum tercapai, dipandang perlu untuk melakukan evaluasi terhadap bahan ajar yang telah diberikan untuk mengetahui indikator keberhasilan peserta didik. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam evaluasi adalah perlunya penyesuaian cara, waktu dan isi kurikulum, mengacu kepada hasil asesmen, mempertimbangkan penggunaan Penilaian Acuan Diri, dilaksanakan secara fleksibel, multimetode dan bekerlanjutan, secara rutin mengomunikasikan hasilnya kepada orangtua.

d. Karakter Kurikulum

Pembentukan kompetensi dan karakter peserta didik perlu dilakukan dengan tenang dan menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.

Pembentukan kompetensi dan karakter dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat secara aktif, baik mental dan fisik maupun sosialnya (Mulyasa, 2016: 127).

1) Prosedur pembentukan kompetensi dan karakter

Mulyasa (2016:128-129) menambahkan, pembentukan kompetensi dan karakter mencakup berbagai langkah yang perlu ditempuh oleh peserta didik dan guru untuk mewujudkan kompetensi dan karakter yang telah ditetapkan. Hal ini ditempuh melalui berbagai cara, bergantung pada situasi, kondisi dan kebutuhan serta kemampuan peserta didik. Prosedur yang ditempuh dalam pembentukan kompetensi dan karakter adalah sebagai berikut:

a) Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru menjelaskan kompetensi minimal yang harus dicapai peserta didik, dan cara belajar individual.

b) Guru menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis, pokok bahasan dikemukakan dengan jelas atau ditulis di papan tulis. Memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya sampai materi standar tersebut benar- benar dapat dikuasai.

28

c) Membagikan materi standar atau sumber belajar berupa hand out dan fotokopi beberapa bahan yang akan dipelajari. Materi standar tersebut sebagaian terdapat di perpustakaan, maka guru memfotokopi dari sumber lain, seperti majalah, dan surat kabar.

d) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik. Lembaran kegiatan berisi tugas tetang materi standar yang telah dijelaskan oleh guru dan dipelajari oleh peserta didik.

e) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam mengerjakan lembaran kegiatan, sekaligus memberikan bantuan, arahan bagi mereka yang memerlukan.

f) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar pekerjaan dengan teman lain, lalu guru menjelaskan setiap jawabannya.

g) Kekeliruan dan kesalahan jawaban diperbaiki oleh peserta didik, jika ada yang kurang jelas guru memberi kesempatan bertanya, tugas atau kegiatan mana ang perlu penjelasan lebih lanjut.

Pembentukan karakter dan kompetensi perlu diusahakan untuk melibatkan peserta didik adalah memberikan kesempatan dan mengikutsertakan mereka untuk turut ambil bagian dalam proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk saling bertukar informasi antarpeserta didik dan antarpeserta didik dengan guru mengenai topik yang dibahas, untuk mencapai kesepakatan, kesamaan, kecocokan, dan keselarasan pikiran mengenai apa yang akan dipelajri. Hal ini penting untuk menentukan persetujuan atau kesimpulan tentang gagasan yang bisa diambil atau tindakan yang akan dilakukan berkenaan dengan topik yang dibicarakan.