• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Teknik Analisis Data

3. Verifikasi Data

Verifikasi data merupakan langkah ketiga dalam analisis data kualitatif dengan melakukan penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin tidak, karena masalah dan rumusan masalah bersifat

48

sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Apabila kesimpulan yangn dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data maka kesimpuplan yang dikemukakan merupakan kessimpulan yang telah disusun bersifat kredibel (Djamal 2015: 148).

Penelitian ini, peneliti menulis kesimpulan dalam bentuk deskripsi.

Kesimpulan ini merupakan jawaban dari rumusan masalah pada penelitian ini, mengenai penerapan adaptasi kurikulum di sekolah dasar inklusi di Wilayah Kota Yogyakarta.

49 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan penelitian kualitatif dengan metode studi deskriptif. Teknik penumpulan data yang digunakan peneliti adalah wawancara semi terstruktur, observasi, dan wawancara.

Penelitian ini membahas mengenai adaptasi kurikulum dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi. SD yang menjadi tempat penelitian merupakan sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusi di wilayah Kota Yogyakarta. Nama sekolah dasar yang menyelenggarakan pendidikan inklusi adalah SD Mekar Jaya (SD a), SD Cinta Kasih (SD b), SD Pagi Cerah (SD c), dan SD Harapan Mulia (SD d). Sekolah tempat penelitian tersebut disamarkan yang selanjutnya digunakan untuk menyebutkan nama sekolah dasar yang digunakan untuk tempat penelitian dan nama samaran digunakan supaya menjaga privasi pihak sekolah. Peneliti melakukan penelitian diawali dengan meminta surat pengantar dari Sekretriat Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma yang digunakan untuk meminta izin kepada Kepala Sekolah SD Mekar Jaya (SD a), SD Cinta Kasih (SD b), SD Pagi Cerah (SD c), dan SD Harapan Mulia (SD d) untuk melakukan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan bersama dengan anggota kelompok studi penelitian, setiap kelompok beranggotakan dua mahasiswa.

Penyusunan instrumen wawancara, observsi, dan dokumentasi dilakukan bersama anggota kelompok studi yang akan ditujukan kepada Kepala Sekolah, guru kelas bawah, guru kelas atas, dan guru pendamping khusus (GPK). Nama asli tidak disebutkan untuk menjaga privasi setiap narasumber.

Pemilihan waktu penelitian berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan narasumber yang terlibat. Peneliti melakukan penelitian di Bulan April 2019.

Jadwal penelitian dalam mengumpulkan data dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Wawancara

No Hari, Tanggal Wawancara Subjek Wawancara 1. Selasa, 9 April 2019 Kepala Sekolah

Guru Kelas Bawah

50

2. Kamis, 11 April 2019 Guru kelas Atas

Guru Pendamping Khusus (GPK)

Tabel 4.2 Jadwal Pelaksanaan Observasi Kelas

No Hari, Tanggal Observasi Tempat Dilakukannya Observasi

1. Selasa, 9 April 2019 Ruang Kelas 1

Tabel 4.3 Jadwal Pelaksanaan Studi Dokumentasi

No Hari, Tanggal Pengamatan Dokumentasi

Tempat Pengamatan Dokumentasi 1. Kamis, 11 April 2019 Ruang Tata Usaha 2. Selasa. 16 April 2019 Ruang Tata Usaha

B. Hasil Penelitian 1. Hasil Wawancara

SD a a. GPK

Sekolah memakai kurikulum 2013. “Kurikulum sekolah memakai K13”.

(WI.GPKa.05042019.1.1). Penyusunan kurikulum untuk semua anak sama saja, namun akan dibedakan dalam tingkat kesulitan saja. “Kami untuk kurikulum itu kami bicarakan dengan kepsek, guru, kemudian gpk, kemudian kami melihat kondisi anak. Nanti untuk ABK, kemudian untuk anak tunagrahita sedang/ ringan harus disesuiakan degan kondisi anaknya saja. Sebenarnya penyusunannya sama mbak hanya tingkat kesulitannya saja yang berbeda”. (WI.GPKa.05042019.2.1-4). Kurikulum yang diterapkan untuk anak berkebutuhan khusus dan anak umum lainnya dibedakan dalam materi dan soal. Anak berkebutuhan khusus didampingi GPK dalam mengerjakan soal. Penerapan kurikulum berjalan dengan baik, namun terkadang ada kendala dari kesiapan anak ataupun dari guru yang ada tugas lainnya. “Penerapan untuk anak berkebutuhan khusus kalau anak-anak yang lain itu perkalian dalam matematika sudah sampai perkalian 10 yang abk perkaliannya baru 1 atau 2. Kalau soal cerita kami pilihkan soal yang pendek kemudian gpk yang menterjemahkan soal. Penerapan kurikulum berjalan dengan baik dan terkadang ada kendala juga, kadang

51

kendala itu dari kesiapan si anak, kadang dari gurunya si anak sudah siap ndilalah kebetulan gurunya ada rapat mendadak, atau harus ke dinas jadi waktunya saja yang tidak pas. Nanti di handle oleh gpknya”.

(WI.GPKa.05042019.3.5-10). Kurikulum yang digunakan sudah menumbuhkan beberapa karakter dari pembiasaan-pembiasaan yang diterapkan. “Kalau menumbuhkan karakter ada beberapa mbak, dari pembiasaan-pembiasaan itu akan menumbuhkan karakter dia bisa berperilaku dengan baik, sopan, mengubah tingkah lakunya”.

(WI.GPKa.05042019.4.10-11).

b. Guru Kelas Bawah

Penggunaan kurikulum sudah menggunakan kurikulum 2013. Guru masih beradaptasi dengan kurikulum 2013, karena sebelumnya mengajar di kelas yang masih menggunakan KTPS. “Iya disini sudah menerapkan kurtilas, dulu saya di kelas 3 ngajar di kelas 1 baru ini jadi ya masih agak adaptasi. Dulu kan di kelas 3 biasanya yang kelas 4 dulu sama kelas 2 ya to kelas 1 sama kelas 5 giliran kelas 1 sama kelas 6 ini sudah bubar jadi saya belum pernah ikut. Kemarin saya di kelas 2 masih KTSP nah sekarang di kelas 1 kan semua harus kurtilas jadi ya penerapannya ya ini kurtilas semua”. (WII.GKIa.12042019.1.1-5). Kurikulum yang dirancang untuk ABK adalah adaptasi. Perancanaannya dibedakan dengan menurunkan indikator dan soal. “Kurikulum yang dirancang sekolah ada adaptasi mbak untuk ABK. Perbedaannya ya…nanti tinggal disesuaikan kabutuhan anaknya, dengan menurunkan indiakator atau soal biasanya”.

(WII.GKIa.12042019.2. 5-7). Penerapan untuk semua anak sama. Guru akan memberi materi sama, namun membedakan jumlah soal yang diberikan.

“Abk dengan yang reguler sama kurikulumnya cuman ya misalnya begini saya ngajar kelas 3 ada jadi anak yang umum itu 10 nomer untuk yang slow learner itu cukup 5. Soal juga sama mbak tapi kadang-kadang GPK itu memberi soal kalau secara umum kan nggak bisa”.

(WII.GKIa.12042019.3.7-9). Karakter sudah ditumbuhkan disetiap pembelajarannya. “Karakter ada pasti disetiap pembelajarannya, sejauh ini sudah menumbuhkan karakter anak”. (WII.GK1a.12042019.4.10).

52 c. Kepala Sekolah

Semua kelas SD a menggunakan kurikulum 2013. “Iya sudah menggunakan kurikulum 2013 untuk semua kelas”.

(WIII.KSa.12042019.1.1). Penyusunan ada adaptasi untuk ABK dan nanti akan disesuaikan dengan kemampuan anak. “Penyusunannya ada adaptasi mbak sebenarnya. Perbedaannya itu ada mbak, nanti disesuaikan saja dengan abknya, nanti untuk abk tinggal disesuaikan dengan kemampuan anaknya, biasanya itu nanti kita turunkan tingkatannya mbak, kan nggak mungkin abk disuruh mengerjakan soal yang sama dengan anak-anak lainnya”. (WIII.KSa.12042019.2.1-4). Penerapan untuk ABK adalah menurunkan tingkatan soal, jadi ABK tidak mengerjakan soal yang sama dengan anak pada umumnya. Perencanaan sudah berjalan lancar namun dalam penerapannya ada kendala, seperti libur akan menghambat guru dalam penyampaian materi dan nantinya anak akan tertinggal materi pelajaran lalu anak-anak kebingungan saat mengerjakan ujian. “Ya sama mbak kaya yang tadi, jadi diturunkan saja tingkatannya untuk abk, misalnya soal tambah-tambahan ya…nanti abk sampai 10 saja terus yang reguler sampai 25 misalnya. Sudah, sudah baik untuk perencanaannya, tapi pasti ada kendalanya didalam praktiknya. Kendalanya itu seperti saat ini mbak, anak-anak kan udah mau ujian terus sekarang banyak sekali liburnya, jadi guru-guru itu saya minta ...wes pokoe cepet-cepet ben rampung materine hahahaha....jadi semua guru itu saya minta untuk menyelesaikan materi cepet...bocahe ngerti opo ora wis mbuh sek mbak, yang penting kan materi sudah disampaikan semuanya, daripada materine belum disampaikan semua nanti anak-anak bingung pas ujian, lho kok iki urung tau diajari karo bu guru...ya itu mbak kendalanya”. (WIII.KSa.12042019.3.5-12).

SD b

a. Kepala Sekolah

SD b menggunakan kurikulum sesuai dengan ketetapan pemerintah yaitu menggunakan kurikulum 2013. “Iya dengan kurikulum 2013, kemudian yang untuk ABK itu memang eee…beda kurikulum kalo kisi-kisi eee…kok kisi-kisi eee…apa itu namanya kkm-nya sama tapi muatan

53

pelajarannya dan kedalaman materinya berbeda tergantung dari kemampuan si anak karna ada anak itu yang walaupun sudah kelas enam tapi kemampuan berpikir hanya sampai kelas dua yo hanya itu.

Kendalanya nanti kejeglong waktu mau ujian, nanti untuk waktu diberi tambahan empat puluh lima menit khusus anak ABK. Materi beda nanti dibuat soal tu yang eee…tingkatnya lebih ringan dan ini kan eee…kendalanya di guru kelas harus membuat dua…dua model soal yang itu untuk yang reguler dan yang untuk ABK”. (WI.KSb.09042019.1.1-8).

Penyusunan menggunakan kurikulum 2013 untuk anak pada umumnya dan kurikulum adaptasi untuk anak berkebutuhan khusus. “Pakai kurikulum adaptasi ya, untuk yang ABK itu kurikulum adaptasi memang, kita kenal dengan eee…sistem pembelajaran individual RPP-nya RPPI, kalo kita untuk yang guru kelas itu RPP-nya RPP yang reguler, nanti untuk yang ABK itu untuk GPK yang membuat, nanti kalo yang ABK kan kurikulumnya nanti eee…modelnya kan individual jadi setiap anak kan beda-beda disesuaikan kebutuhan si anak”. (WI.KSb.09042019.2.8-12).

Penerapan kurikulum yang digunakan untuk anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus tidak berebeda, semua menggunakan kurikulum 2013 modelnya tetap RPP dan RPPI, namun kurikulum yang dilaksanakan terlalu berat untuk anak dari segi materi. “Kalo penerapannya sama cuma ya itu tadi modelnya hanya model yang RPPI sama model yang RPP biasa, namun sama mengunakan kurikulum 2013. Gimana yo masalahnya sekarang ini yang diterapkan reguler saja ini kurikulumnya terlalu berat sebenarnya, jadi materinya itu terlalu berat bagi anak, dan itu kan seharusnya waktu saya alami sekolah dulu itu pelajaran SMP kelas tiga, waktu SPG kelas satu tapi kan sekarang diajarkan dikelas empat kelas lima. Kalo penerapannya enak 2006 yang KTSP dan lagian sekarang ini anaknya gini ya kita menggunakan tematik tapi nanti dipenilaian itu mapel kan kita harus milah-milah lagi nanti dirapotnya juga mapel bukan pertema itu”. (WI.KSb.09042019.3.12-19). Kurikulum yang digunakan sudah menumbuhkan karakter namun mengalami keterbatasan waktu untuk mengerjakan pendidikan karakter, karena diluar sekolah mereka

54

sedikit mendapatkan pendidikan karakter dilingkungannya. Pak Sabar mengatakan “Ya ada ada sebenarnya kedisiplinan ada, percaya diri ada, saling menghormati ada, cuma untuk penerapannya karena karena ya kerbatasan waktu di sekolah itu kan ya sementara di lingkungan keluarganya anak-anak itu kan di sini itu kebanyakan orangtuanya sudah tidak begitu peduli jadi ya pendidikan karakter di sekolah tok, kalo dirumah ya tererah karena kan kebanyakan disini kan orang-orangnya pekerjaannya yang nggak bisa di serabutan itu”.

(WI.KSb.09042019.4.19-24).

b. Guru Kelas Bawah

Sekolah menggunakan kurikulum sesuai ketetapan pemerintah yaitu kurikulum 2013. “Iya menggunakan kurikulum 2013 sesuai dengan pemerintah”. (WII.GKIb.09042019.1.1). Kurikulum yang disusun tidak ada perbedaan antara anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus.

“Ya kan kurikulum sudah ada jalannya to mbak, ya kita hanya bisa berusaha sebisa mungkin berjalan seperti apa yang diperintahkan biasanya aja mbak. Sebetulnya ada perbedaan penyusunan tapi untuk SD kita belum, ya itu tadi kita hanya menambahkan waktu anak berkebutuhan khusus terus ada pendekatan dulu aja”. (WII. GKIb.09042019.2.1-4).

Penerapannya tidak ada yang berbeda hanya menyesuaikan yang ada, karena guru kurang paham. “Ya cuma itu tadi gak ada penetapan dan gak ada alat-alatnya juga mbak. Kita hanya menyesuaikan saja mbak, gak ada yang lainnya apalagi saya kurang paham, jadi yo istilahe anak ini gak bisa ini ya saya ajari supaya bisa gimana, gak tau teorinya gimana kurang begitu paham. Alhamdulilah baik lancar penerapanya, cuma anak-anak yang kurang itu tadi itu hanya pendekatan saja”. (WII.

GKIb.09042019.3.4-8). Kurikulum yang digunakan sudah menumbuhkan karakter “Iya sudah mbak, kita untuk nilai rapot aja sudah aspek-aspeknya”. (WII. GKIb.09042019.4.8-9)

c. Guru Kelas Atas

Kurikulum yang digunakan sesuai ketetapan pemerintah yaitu kurikulum 2013. “Yang saat ini sesuai kurikulum 2013

55

(WIII.GKIVb.1142019.1.1). Penyusunan ada dua model adaptasi untuk anak berkebutuhan khusus dan kurikulum 2013 untuk anak pada umumnya. “Untuk membuatnya itu kita membuat dua model, jadi untuk yang umum dan yang ABK kita bedakan, model adaptasi tapi intinya tetap sama”. (WIII.GKIVb.1142019.2.2-5). Penerapan yang dilakukan guru dalam pengajarannya di kelas tidak berbeda, namun yang dibedakan adalah latihan soal untuk anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus.“Kita sesuaikan dengan kebutuhan anak, jadi kalau anak yang kebutuhan khusus pakai yang kebutuhan khusus terus yang umum pakai yang umum, kalau di kelas enggak beda pengajarannya, kalau waktu saya menjelaskan sama mbak babnya sama cuman nanti dalam waktu latihanya biasanya yang saya bedakan, kalau yang umum kan ikut materi tapi yang kebutuhan khusus soalnya lebih mudah. Penerapannya iya berjalan dengan baik (WIII.GKIVb.1142019.3.5-11) Kurikulum baru 80% dalam menumbuhkan karakter yang dibagi beberapa aspek. “Untuk sampai saat ini eee…baru 80% belum semuanya, selama ini kan untuk anak ABK itu kan kita juga melakukan pendekatan ke orang tuanya juga kita kasih penjelasan kalau anak ini kan mempunyai kelebihan beda, sampai saat ini bisa, cuma untuk gimana ya untuk memahami anak itu eee…supaya anak itu mendapatkan penanganan lebih baik semisal ke SLB atau kemana gitu belum, belum bisa merujuk anak kesana. Kalau di sekolah inklusi gini kan penekanannya dikognitif aja padahal anak-anak ABK kan tidak butuh kognitif sebenarnya, kalau di SLB kan ditekankan ke keterampilan”.

(WIII.GKIVb.1142019.4.11-19).

d. Guru Pedamping Khusus (GPK)

Kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013. “Ya, kita menggunakan kurikulum 2013 sesuai dengan yang di tetapkan pemerintah”. (WIV.GPKb.1142019.1.1). Penyusunannya sama untuk anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus, nanti dibedakan dihasil akhir. “Ya nek saya kalau yang lain gak tau ya, ketika saya ngajar kelas dua itu sesuai dengan kurikulum tapi kadang saya agak terangkan pembelajaran dulu, sekarang kan sistemnya tema mbak 15 menit PKN 15

56

menit kemudian matematika, susah kan nek gak pinter gak bisa akhirnya saya ambilnya 2 jam 2 jam misal 2 jam pkn 2 jam matematika. Saya gitu mungkin menyalahi tapi kan mau gimana lagi. Perbedaan ada sebenernya, nanti kan dihasil akhir ada mbak, jadi waktu evaluasi nilainya beda, nilai harian, nilai ujian kan hasilnya beda. Untuk soal semuanya sama mbak tapi nanti nilainya beda, untuk anak berkebutuhan khusus diberi perpanjangan waktu 45 menit tetapi skornya sama nilainya sama, nanti ada itungannya sendiri mbak. Sebenarnya dari kemarin sih dari dinas itu ada soal tersendiri ya disesuaikan sih dengan isi, piye yo kan beda tetepo mbak soalnya, misalnya satu tambah satu anak ABK bisa nanti dibedakan yang seharusnya siswa biasa dua dikali tiga tapi gak bisa nanti kalau ABK ya satu tambah satu itu tadi”. (WIV.GPKb.1142019.2.1-12).

Penerapannya semua sama menyesuaikan kurikulum 2013 dan berjalan baik dalam penerapannya. “Semua disamakan mbak, sebenarnya dari dinas ada tapi kita memakai kurikulum 2013 sesuai dengan pemerintah saja. Penerapan kurikulum berjalan dengan baik”.

(WIV.GPKb.1142019.3.12-13). Kurikulum sudah menumbuhkan karakter.

“Iya sudah mbak”. (WIV.GPKb.1142019.4.13).

SD c

a. Guru Pendamping Khusus (GPK)

Kurikulum yang digunakan sesuai dengan peraturan pemerintah. GPK mengatakan, Iya sesuai dengan pemerintah, saya kalo kurikulumnya cuma ngikut disini mbak”. (WI.GPKc.2902019.1.1). Peyusunan kurikulum tidak ada bedanya untuk ABK dan anak pada umumnya namun ada adaptasi.

Adaptasi dilakukan untuk membedakan tingkatan materi pada ABK dan anak pada umumnya. “Ga ada bedanya mbak itu cuma kita adaptasi aja.

Tapi kalo untuk opo yo RPP atau kemampuan anaknya itu nanti saya bedakan itu untuk ABK itu diadaptasi dibawah anak kemampuan umum.

Misalnya anak umum 1-100, itu 1-50. Kurikulumnya itu kayaknya sudah semua kurikulum 2013 yang belum cuma kelas 3 dan 6”.

(WI.GPKc.2902019.2.1-5). Penerapannya nanti akan dibedakan ditingkatan materi antara anak berkebutuhan khusus dan anak pada umumnya. GPK

57

menerapan kurikulum dengan lancar“Ya penerapannya ya seperti itu nanti kita bedakan ini yang umum ini yang ABK jadi nanti kelihatan kalo guru-guru membuat kurikuklum itu oh ini sekolah inklusi kan gitu. Penerapannya sejauh ini lancar”. (WI.GPKc.2902019.3.5-7). GPK belum pernah melihat kurikulum yang mengenai karakter bagi anak. “Sebenarnya itu kalo didalam kurikulum ada tapi saya belum pernah melihat kurikulumnya. Tapi kalo SLB itu udah dari dulu K13 sebelum pada pakai karena perindividunya kan, kita tapi dari aspek kemampuan awalnya itu sudah dijelaskan seperti itu. Tapi pengembangannya itu nanti kelanjutannya itu seperti apa dan perkembangan aspeknya itu loh mbak”. (WI.GPKc.2902019.4.7-10).

b. Guru Kelas Bawah

Sekolah menggunakan kurikulum sesuai dengan ketetapan pemerintah.

Kurikulum untuk anak berkebutuhan khusus dibuat adaptasi meskipun tidak secara khusus namun penerapannya diadaptasi. “Sesuai dengan pemerintah, ya tetapi kalau yang khusus anak berkebutuhan khusus diadaptasi tetapi tidak membuat e secara khusus mbak, tapi prakteknya yang kita adaptasikan”. (WII. GKIIc. 29032019.1.1-2). Guru sempat membuat kurikulum adaptasi untuk anak berkebutuhan khusus namun karena guru kelas tidak mampu membuat, adaptasi dilakukan dengan menurunkan indikator dan KKM. “Kalo dulu saya sempat membuat kurikulum yang diadaptasi tapi kan karena guru kelas gak mampu buat itu, buat RPP aja sudah anu kan sudah anu. Tetapi pernah saya mengumpulkan dan sudah disetujui yang pengawas yang dari PLB kan ke sini dulu. Gimana ini terus saya bilang seperti ini ini ini pak, ya udah dipake aja, ini kan kalo kurikulum tidak semua berubah to mbak jadi saya tetep seperti itu. Anak-anak juga ada perkebangan sih mbak yang dulu tidak bisa membaca sama sekali, dengan ketelitian dan telaten bapak dan ibu guru sudah bisa, jadi kan ada perkembangan maksudnya kalo kalo yang lambat belajar itu terus dicap lambat belajar itu enggak, kan ada perubahan juga, kecuali yang tunagrahita itu mungkin ga bisa berubah karena dia bukan penyakit to jadi kondisinya sepeti itu ya ga bisa berubah. Misalnya mau dingeleske bola bali memang otaknya kan, kemampuannya seperti itu ya, tapi kalo cuma yang

58

lambat belajar bisa. Kita anu kerjasama dengan semua guru, dari kelas 1 sampe kelas 6 sampe pak Kepala Sekolah nah itu kita bersama-sama membuatnya. Nah kalo kebetulan ada ABKnya ya itu sangat-sangat sekali maksudnya emm di bawah rata-rata ya kita buat adaptasi itu tadi. Nanti yang paling yang paling menonjol itu cuma di indikator. Indikatornya cuma kita turunkan, KKM nya juga kita turunkan. Kalo untuk berjalannya KBM itu seperti biasa, tapi kalo anaknya itu ga bisa ngikuti ya udah mba raiso mekso loh, ga bisa dipaksa hehehe. Ya itu kalo secara umum ga bisa membedakan mbak. Dibuat sama, cuman ya itu tadi kalo yang menonjol kayak low vision dan tuna grahita itu kan otomastis kurikulumnya ga bisa mengikuti yang umum. Penilaiannya aja yang kita bedakan”. (WII. GKIIc.

29032019.2.2-20). Secara global penerapan yang dilakukan sama dan selama ini tidak ada kendala dalam pelaksanaannya. “Kita ini secara global sama. Selama ini iya tidak ada kendala iya”. (WII. GKIIc. 29032019.3.20-21). Karakter dalam kurikulum sudah dicanangkan karena belum semua menggunakan kurikululm 2013. “Itu ya seperti yang umum mbak, enggeh ada beberapa aspek itu. Karakter yang dalam kurtilas itu ya itu tadi kita canangkan juga soalnya ini belum semua kurtilas. Yang kelas 3 sama 6 masih KTSP. Mungkin tahun besok semua sudah Kurtilas”. (WII. GKIIc.

29032019.4.21-24).

c. Kepala Sekolah

Kurikulum yang digunakan SD c ada dua, yaitu kurikulum 2006 untuk kelas 3 dan 6, dan kurikulum 2013 untuk kelas 1, 2, 4, dan 5. “Ee…untuk kurikulum di sekolah SD c untuk yang menyelenggara SPPI itu kurikulumnya secara nasional masih ada 2 kurikulum 2006 sama 2013. Itu yang 2006 itu hanya kelas 3 sama kelas 6. Yang 2013 itu kelas 1, 2, 4, 5”.

(WIII.KSc.30032019.1.1-3). Penyusunan kurikulum yang digunakan untuk anak pada umumnya dan anak berkebutuhan khusus dibedakan. Kurikulum reguler untuk anak pada umunya, sedangkan anak berkebutuhan khusus dibuatkan kurikulum adaptasi disesuaikan dengan kondisi anak. “Kurikulum digunakan untuk siswa yang reguler atau siswa yang biasa, terus tadi untuk anak yang berkebutuhan khusus itu kurikulumnya kita buatkan sendiri

59

penyesuaian. Kurikulum penyesuaian atau kurikulum adaptasi ya…nah kita sesuaikan dengan kondisi anak. Jadi ada 2 kurikulum disini untuk yang pertama sekolah reguler itu biasa yang inklusi itu adaptasi atau penyesuaian. Ya nek secara nasional itu sesuai anu seperti sekolah SD SD yang lain SD SD reguler itu seng nek seng kurikulum yang anak-anak berkebutuhan khusus itu kita sesuaikan untuk anak itu”.

(WIII.KSc.30032019.2.3-9). Penerapan kurikulum akan dibedakan untuk umum dan ABK. Kurikulum yang digunakan sekolah udah berjalan dengan baik. “Ya penerapannya ya seperti itu nanti kita bedakan ini yang umum ini yang ABK jadi nanti kelihatan kalo guru-guru membuat kurikulum oh ini sekolah inklusi kan gitu. Ya untuk selama ini kurikulum yang disodorkan ke sekolah atau kurikulum yang kita buat adaptasi selama ini ya selama ini ya sudah berjalan dengan baik, tidak ada kendala apapun”.

(WIII.KSc.30032019.3.9-13). Kurikulum yang digunakan sebagian sudah menumbuhkan karakter, karena belum semuannya menggunakan kurikulum 2013. “Sebagian sudah menumbuhkan karakter didalamnya, namun mengingat semua belum menggunakan kurikulum 2013 jadi hanya beberapa saja yang menumbuhkan karakter didalamnya”.

(WIII.KSc.30032019.3.9-13). Kurikulum yang digunakan sebagian sudah menumbuhkan karakter, karena belum semuannya menggunakan kurikulum 2013. “Sebagian sudah menumbuhkan karakter didalamnya, namun mengingat semua belum menggunakan kurikulum 2013 jadi hanya beberapa saja yang menumbuhkan karakter didalamnya”.