• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

A. Administrasi Publik

1. Pengertian Administrasi Publik

Secara konseptual, administrasi merupakan sarana untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan melalui usaha kelompok (Zauhar, 1996:6). Administrasi dapat membantu masyarakat karena tujuan konsep administrasi muncul akibat adanya kebutuhan manusia untuk saling bekerja sama atau membuat kelompok sehingga dapat mencapai tujuan untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Seperti yang dikutip dari Siagian (2014:2) bahwa administrasi merupakan keseluruhan proses kerja sama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. White (dalam Indradi, 2010) mengatakan administrasi merupakan suatu proses yang umum ada pada setiap usaha kelompok-kelompok, baik pemerintah maupun swasta baik sipil maupun militer, baik dalam ukuran besar maupun kecil.

Administrasi dalam konteks publik, menurut Henry (dalam Indradi, 2010:116) adalah suatu kombinasi yang kompleks antara teori dan praktik, dengan tujuan mempromosikan pemahaman terhadap pemerintah dalam hubungannya dengan masyarakat yang diperintah dan juga mendorong kebijakan publik agar lebih responsif terhadap kebutuhan sosial. Kemudian Chandler dan Plano dalam Keban (2008 : 4) mendefinisikan bahwa administrasi publik adalah proses dimana sumberdaya dan personel publik diorganisir dan dikoordinasikan untuk

memformulasikan, mengimplementasikan, dan mengelola (manage) keputusan-keputusan

dalam kebijakan publik. Stephen P. Robbins (dalam afriyanto 2014:5)

mengidentifikasikan pendekatan yang terkait teori administrasi publik meliputi teori birokrasi, teori formulasi kebijakan, teori manajemen publik dan teori kepemimpinan. Namun yang menjadi pokok dalam pembahasan ini adalah manajemen publik yang pada umumnya organisasi sektor publik akan diatur oleh manajer sektor publik, secara spesifik membahas keilmuan mengenai pendekatan manajemen dalam administrasi publik.

2. Manajemen Publik

Manajemen publik atau dapat juga disebut manajemen pemerintah secara umum merupakan suatu upaya pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan publik dengan menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia. Unsur manajemen saat ini menjadi suatu unsur penting dalam penyelenggaraan organisasi, baik organisasi pada sektor swasta maupun dalam sektor publik seperti organisasi pemerintahan. Manajemen pada sektor publik yang diangkat dari manajemen sektor swasta tidak menjadikan orientasi tujuan dan pelaksanaan pada organisasi sektor publik menjadi sama dengan sektor swasta. Mahmudi (2010:38-40) mengungkapkan ada setidaknya tujuh karakteristik manajemen sektor publik yang membedakannya dengan sektor swasta:

1) Sektor publik tidak mendasarkan keputusan pada pilihan individual dalam pasar, akan tetapi pilihan kolektif dalam pemerintahan dimana tuntutan masyarakat yang sifatnya kolektif (massa) akan disampaikan melalui perwakilannya yang dalam hal ini adalah partai politik atau DPR.

2) Penggerak sektor publik adalah karena adanya kebutuhan sumber daya, seperti air bersih, listrik, kemanan, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan sebagainya yang menjadi alasan utama sektor publik untuk menyediakannya. 3) Dalam organisasi sektor publik, informasi harus diberikan kepada publik

seluas mungkin untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik, yang artinya sektor publik sifatnya terbuka kepada masyarakat dibandingkan dengan sektor swasta.

4) Organisasi sektor publik berkepentingan untuk menciptakan adanya kesempatan yang sama bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan utama hidupnya, misalnya kebutuhan terhadap kesehatan, pendidikan, transportasi dan sarana-sarana umum lainnya.

5) Sektor publik dihadapkan pada permasalahan keadilan distribusi kesejahteraan sosial, sedangkan sektor swasta tidak dibebani tanggung jawab untuk melakukan keadilan seperti itu.

6) Dalam organisasi sektor publik, kekuasaan tertinggi adalah masyarakat. Dalam hal tertentu masyarakat adalah pelanggan, akan tetapi dalam keadaan tertentu juga masyarakat bukan menjadi pelanggan.

7) Sektor swasta persaingan (kompetisi) merupakan instrument pasar, sedangkan sektor publik tindakan kolektif menjadi instrument pemerintahan. Sangat sulit bagi pemerintah untuk memenuhi keinginan dan kepuasan tiap-tiap orang dan yang mungkin dilakukan adalah pemenuhan keinginan kolektif.

Pada pendekatan manajerialisme, fungsi-fungsi strategik seperti perumusan strategi, perencanaan strategik, dan pembuatan program merupakan

hal yang harus dilakukan oleh manajer publik. Manajerialisme sektor publik berorientasi pada pemenuhan tujuan, pencapaian visi dan misi organisasi yang sifat pemenuhannya jangka panjang (Mahmudi, 2010:37). Untuk mewujudkan perubahan menuju sistem manajemen publik yang berorintasi pada kepentingan publik dan lebih fleksibel, Alison dalam Mahmudi (2010:37) mengidentifikasikan ada setidaknya tiga fungsi manajemen yang secara umum berlaku di sektor publik maupun swasta, yaitu:

1) Fungsi strategi, meliputi:

a. Penetapan tujuan dan prioritas organisasi

b. membuat rencana operasional untuk mencapai tujuan 2) Fungsi manajemen komponen internal, meliputi:

a. Pengorganisasian dan penyusunan staf

b. pengarahan dan manajemen sumber daya manusia c. pengendalian kinerja.

3) Fungsi manajemen konstituen eksternal, meliputi: a. Hubungan dengan unit eksternal organisasi b. Hubungan dengan organisasi lain

c. Hubungan dengan pers dan public B. Good Governance

1. Pengertian Good Governance

Secara konseptual pengertian kata baik (good) dalam istilah kepemerintahan yang baik (good governance) mengandung dua pemahaman, yaitu Pertama, nilai yang menjunjung tinggi keinginan/kehendak rakyat, dan nilai-nilai yang dapat meningkatkan kemampuan rakyat dalam pencapaian tujuan (nasional)

kemandirian, pembangunan berkelanjutan dan keadilan sosial. Kedua, aspek fungsional dari pemerintah yang efektif dan efesien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai tujuan tersebut (Sedamaryanti, 2012:3). Adapun pemikiran

United Nations Development (UNDP) yang dikutip oleh Sulistyani, (2004:76)

yang lebih menekankan adanya keberpihakan pada masyarakat sipil dalam penyelenggaraan negara. Secara eksplisit UNDP menyatakan istilah governance menunjukkan suatu proses yang memposisikan rakyat dapat mengatur ekonominya, institusi dan sumber-sumber politiknya tidak hanya sekedar dipergunakan dalam pembangunan, tetapi juga untuk kesejahteraan rakyatnya.

Selain itu dalam publikasi yang diteritkan oleh sekretariat partnership or

governance reform, di sebutkan bahwasanya“good governance is a concensus reached by government citizent and the private sector for the administration of a country or state.”Artinya, kepemerintahan yang baik itu adalah suatu kesepakatan

menyangkut peraturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan sektor swasta (Sjamsudin, 2005.:11).

Berdasarkan dari ketiga definisi mengenai Good Governance, Lembaga Administrasi Negara (LAN) yang dikutip dalam Sedamaryanti (2012:4-5) menyimpulkan bahwa wujud good governance penyelenggaraan pemerintahan yang solid dan bertanggungjawab, serta efesien dan efektif, dengan menjaga “kesinergisan” interaksi yang kontruktif diantara domain-domain negara, sektor swasta dan masyarakat. Konsep ini mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan mewujudkan keadilan sosial. Keberpihakan pada rakyat ini dapat diwujudkan dengan pembangunan berkelanjutan serta

menanamkan nilai-nilai untuk meningkatkan kemampuan rakyat. Agar dapat mencapai tujuan tersebut, hal ini dapat diwujudkan melalui kesepakatan menyangkut peraturan negara untuk mewujudkan masyarakat yang madani dan sektor swasta serta unsur-unsur good governance yang harus dipenuhi.

2. Unsur- Unsur Good Governance

Good Governance merupakan paradigma baru dalam tatanan

pengelolaan kepemerintahan. Ada tiga pilar governance yaitu pemerintah, sektor swasta, dan mayarakat (Santoso, 2012:130). Sedarmayanti (2012:245-246) menjelaskan unsur-unsur dalam kepemerintahan (governance stakeholders) dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu:

a. Negara/pemerintahan: Konsep pemerintahan pada dasarnya adalah suatu kegiatan yang mengandung unsur kenegaraan, namun lebih dari pada hal itu pada pemerintahan seharusnya juga melibatkan sektor swasta dan kelembagaan untuk mencapai masyarakat madani.

b. Sektor swasta: pelaku sektor swasta mencakup perusahaan swasta yang aktif dalam interaksi dalam sistem pasar, seperti: industri pengolahan perdagangan, perbankan, dan koperasi, termasuk kegiatan sektor informal.

c. Masyarakat madani: kelompok masyarakat dalam konteks kenegaraan pada dasarnya berada diantara atau di tengah-tengah antara pemerintah dan perseorangan, yang mencakup baik perseorangan maupun kelompok masyarakat yang berinteraksi secara sosial, politik dan ekonomi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Thoha (dalam Sulistyani, 2003:21) yang dimaksud good governance merupakan suatu kondisi yang baik dalam tata

pemerintahan untuk menjamin adanya proses kesejajaran, kesamaan, kohesi, dan keseimbangan peran serta, adanya saling mengontrol yang dilakukan oleh komponen yakni pemerintah ( government), rakyat (citizen) atau civil society, dan usahawan (business) yang berada di sector swasta. Maka ketiga komponen itu mempunyai hubungan yang sama dan sederajat juga menjadi bagian penting dalam unsur-unsur mewujudkan konsep good governance dan semua itu akan terlaksana ketika terpenuhinya beberapa prinsip-prinsip good governance.

3. Prinsip-Prinsip Good Governance

Good governance kini sudah menjadi bagian dari pengembangan

paradigma birokrasi dan digunakan untuk pembangunan kedepanya. Selain itu dapat memberikan pedoman dalam keseimbangan bagi para stakeholder dalam memenuhi kepentingannya masing-masing melalui prinsip-prinsip good

governance. UNDP dalam Sedarmayanti (2012:5-7) mengemukakan bahwa

karakteristik atau prinsip yang harus dianut dan dikembangkan dalam praktek penyelenggaraan kepemerintahan yang baik, meliputi:

a. Partisipasi (participation) yaitu semua warga masyarakat, memiliki hak suara yang sama dalam proses pengambilan keputusan, baik secara langsung, maupun melalui lembaga perwakilan, sesuai dengan kepentingan dan aspirasinya masing-masing. Partisipasi yang luas ini perlu dibangun dalam suatu tatanankebebasan berserikat dan berpendapat, serta kebebasan untuk berpartisipasi secara kontruktif.

b. Aturan Hukum (Rule of Law) yaitu kerangka aturan dan perundang-undangan harus adil tanpa pandang bulu, dan dipatuhi secara utuh, terutama aturan tentang hak azasi manusia.

c. Transparansi (transparency) yaitu transparansi harus dibangun dalam rangka kebebasan aliran informasi dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar dapat dimengerti dan dipantau.

d. Daya Tanggap (Responsiveness) yaitu setiap institusi dan prosesnya harus diarahkan pada upaya untuk melayani berbagai pihak yang berkepentingan

(stakeholders).

e. Berorientasi Konsensus (Consensus Orientation) yaitu pemerintah yang baik akan bertindak sebagai penengah bagi berbagai kepentingan yang berbeda untuk mencapai konsensus atau kesepakatan yang terbaik bagi kepentingan masing-masing pihak, dan jika dimungkinkan juga dapat diberlakukan terhadap berbagai kebijakan dan prosedur yang akan ditetapkan pemerintah. f. Berkeadilan (Equity) yaitu pemerintah yang baik akan memberi kesempatan

yang baik terhadap semua warga masyarakat dalam upaya mereka untuk meningkatkan dan memeliha kualitas hidupnya.

g. Efektivitas dan Efisiensi (Effectiveness and Effeciency) yaitu setiap proses kegiatan dan kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya berbagai sumber-sumber yang tersedia.

h. Akuntabilitas (accountability) yaitu para pengambil keputusan dalam organisasi sektor publik, swasta dan masyarakat madani memiliki pertanggungawaban (akuntabilitas) kepada publik (masyarakat umum), sebagaimana halnya kepada para pemilik (stakeholders). Pertanggungjawaban tersebut berbeda-beda, tergantung apakah jenis keputusan organisasi itu bersifat internal atau bersifat eksternal.

i. Visi Strategis (Strategic Vision) yaitu para pimpinan dan masyarakat memiliki prespektif yang luas dan jangka panjang tentang penyelenggaraan pemerintah yang baik dan pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk pembangunan tersebut. Mereka juga memahami aspek-aspek histori, cultural, dan kompleksitas yang mendasari perspektif mereka.

Pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan yang besar, dibutuhkan pula suatu prinsip yang besar serta kuat. Keseluruhan karakteristik atau prinsip good

governance tersebut merupakan suatu kesatuan yang saling memperkuat dan

saling terkait serta tidak bisa berdiri sendiri. Diharapkan dengan adanya prinsip-prinsip yang telah disebutkan di atays, penerapan konsep good governance dapat berjalan baik guna membangun perekonomian masyarakat sejahtera.