• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Penyajian Data

1. Kemitraan pemerintah, bisnis, dan komunitas dalam pengembangan kawasan minapolitan di Desa Gondosuli, Kecamatan Gondang,

Kabupaten Tulungagung yang dilihat dari :

Konsep kemitraan pada dasarnya mengacu pada konsep kerjasama. Pada kemitraan perlu adanya upaya melibatkan berbagai sektor dari kelompok masyarakat, lembaga pemerintah maupun bukan pemerintah, untuk bekerjasama dalam mencapai suatu tujuan bersama. Proses kemitraan yang dilakukan oleh beberapa pihak tentunya memiliki perannya masing-masing agar dapat terjadi kesinambungan untuk mencapai suatu tujuan.

a. Stakholder yang terlibat dalam kemitraan pengembangan kawasan minapolitan.

Tentunya dalam pencapaian tujuan bersama dibutuhkan suatu kemitraan atau kerjasama yang saling berkesinambungan agar mencapai suatu target yang telah ditentukan sebelumnya. Seperti kemitraan yang dilakukan oleh sektor

pemerintah, bisnis dan komunitas dalam pengembangan kawasan minapolitan di Desa Gondosuli Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung. Ketiga pihak tersebut memiliki bagian-bagian atau tugas masing-masing agar tercipta suatu kondisi yang selaras. Berikut peran masing-masing sektor dalam pengembangan kawasan minapolitan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal.

1) Pemerintah

Pada kemitraan penegembangan budidaya ikan lele di Kabupaten Tulungagung agar menjadi kawasan minapolitan sebagai upaya PEL, peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan agar dalam pencapaiannya sampai pada titik optimal. Salah satu peran pemerintah daerah ialah membuat payung hukum agar dalam pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan secara hukum serta rencana pengembangannya terstruktur. Salah satunya ialah setelah ditetapkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai Kawasan Minapolitan Perikanan Budidaya melalui Keputusan Nomor: 35/ KEPMEN-KP/ 2013 tentang Penetapan Kawasan Minapolitan, Pemerintah Kabupaten Tulungagung dan Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya menerbitkan beberapa produk hukum dalam pengembangan Kawasan Minapolitan Kecamatan Gondang sebagai berikut:

1. Keputusan Kepala Bappeda Kabupaten Tulungagung Nomor: 188/ 997/ 201/ 2013 tentang Tim Teknis Kabupaten dan tim Pokja Kecamatan pada Kegiatan Pemberdayaan pokja dan Masyarakat di Kawasan Minapolitan Tahun Anggaran 2013

2. Keputusan Bupati Tulungagung Nomor: 188.45/ 664/ 013/ 2013 tentang Penetapan Lokasi Penyangga (Hinterland) Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Tulungagung

3. Keputusan Bupati Tulungagung Nomor: 188.45/ 148/ 013/ 2015 tentang Pengembangan Kawasan Agropolitan dan Minapolitan Kabupaten Tulungagung Tahun 2015

4. Keputusan Kepala Bappeda Kabupaten Tulungagung Nomor: 188/ 202/ 201/ 2015 tentang Tim Pembina Kabupaten dan Tim Pembina Kecamatan Kegiatan Pendamping dan Penunjang Pengembangan Kawasan Agropolitan dan kawasan Minapolitan Tahun Anggaran 2015

5. Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor: 01/ KEP-DJPB/ 2014 tentang Penetapan 103 Lokasi Sentra Produksi Perikanan Budidaya sebagai Kawasan Minapolitan Percontohan Tahun 2014 6. Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor: 08/

KEP-DJPB/ 2014 tentang Pendampingan Teknologi oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di 115 Lokasi Sentra Produksi Perikanan Budidaya pada Kawasan Minapolitan/ Industrialisasi Percontohan Tahun 2014

7. Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor: 180/ KEP-DJPB/ 2014 tentang Penetapan 101 Lokasi Sentra Produksi Perikanan Budidaya pada Kawasan Minapolitan Terintegrasi Tahun 2015

8. Keputusan Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Nomor: 208/ KEP-DJPB/ 2014 tentang Pendampingan Teknologi oleh Unit Pelaksana Teknis Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya di 101 Lokasi Sentra Produksi Perikanan Budidaya pada Kawasan Minapolitan Terintegrasi Tahun 2015.

Berdasarkan beberapa produk hukum yang telah tertera diatas, serta data yang telah dipaparkan sebelumya di gambaran umum bahwa melalui Surat Keputusan Bupati Tulungagung Nomor: 188.45/ 261/ 031/ 2011 tentang Tim Kelompok Kerja (Pokja) Pengembangan Kawasan Minapolitan di Kabupaten Tulungagung Tahun Anggaran 2011, maka Pokja Pengembangan Kawasan Minapolitan telah menyelenggarakan rapat koordinasi selama dua tahun terakhir dengan agenda sebagaimana tabel berikut:

Table 9. Rapat Koordinasi Kelompok Kerja Pengembangan Kawasan Minapolitan

Waktu Pelaksanaan Rakor

Agenda Rakor Narasumber

8 Januari 2014 Dukungan Pemerintah Kabupaten Tulungagung dan Provinsi Jawa Timur dalam Pengembangan Kawasan Minapolitan Kecamatan Gondang

a. Kepala DKP Kab. Tulungagung b. DPK Prov. Jawa Timur c. Bappeda Kab. Tulungagung

Bappeda Prov. Jawa Timur

10 Juni 2014 Dukungan lintas sektor dalam Pengembangan Kawasan Minapolitan Kecamatan Gondang (Rakor Terpadu dengan Pokja Tingkat Pusat)

a. Dr. Ir. Iin Siti Djunaidah, M.Sc. (Staf Ahli MenKP Bidang Kemasyarakatan dan Hubungan Antar Lembaga)

b. Ir. Dwika Herdikiawan, M.M. (Direktur Prasarana dan Sarana Budidaya DJPB)

Drs. Suprapto, M.M. (Kepala DKP Kab. Tulungagung)

4 September 2014 Evaluasi Kinerja Kawasan Minapolitan Kecamatan Gondang

a. Dra. Dyah Wahyuningsih (Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKP Kab. Tulungagung)

b. Ir. Sutrisno (Kepala Bidang Perencanaan Ekonomi Bappeda Kab. Tulungagung)

c. Ir. Mukti Sumarsono, Kepala Seksi Statistik Sosial BPS Tulungagung

25 September 2014 Strategi Perencanaan Kawasan Minapolitan Kecamatan Gondang

Mujio Sukir, S.Pi., M.Si. (Peneliti Institut Pertanian Bogor) 11 Agustus 2015 Perencanaan Pembangunan di

Kawasan Minapolitan Tahun 2016

a. Drs. Suprapto, M.M. (Kepala DKP Kab. Tulungagung)

b. Ir. Helmi Yudiarsafran Zuna, M.Si. (Kepala Subdirektorat Minapolitan DJPB)

c. Dra. Dyah Wahyuningsih (Kepala Bidang Perikanan Budidaya DKP Tulungagung

Sukarji, S.T. (Kepala Bidang Bina Marga Dinas PUBMPCK Kab. Tulungagung)

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung 2015

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa dalam rapat koordinasi Pokja dalam pengembangan kawasan minapolitan didukung oleh berbagai SKPD yang ada di Kabupaten Tulung agung. Berbagai bentuk dukungan dan kegiatan yang telah dilakukan SKPD anggota Pokja dalam pembangunan kawasan minapolitan, baik kawasan inti maupun hinterland, dalam kurun 2012-2015 adalah sebagai berikut (daftar lebih rinci dapat dilihat dalam lampiran):

a. Dinas Pekerjaan Umum, Bina Marga, Perumahan, dan Cipta Karya (PUBMPCK)

Ketersediaan infrastruktur merupakan faktor penting dalam pengembangan Kawasan Minapolitan. Karena itu, Dinas PUBMPCK mengalokasikan berbagai kegiatan pendukung minapolitan di Kecamatan Gondang dan Campurdarat dalam bentuk:

1) Pembangunan jalan

2) Pembangunan tembok penahan badan jalan 3) Rehabilitasi jalan

4) Pembangunan jembatan 5) Rehabilitasi jembatan

6) Pemeliharaan jalan secara berkala 7) Pembangunan gorong-gorong

Gambar 9. Pembangunan Infrastruktur Desa Gondosuli Kecamatan Gondang

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung 2015

b. Dinas Pekerjaan Umum, Pengairan, dan Energi Sumber Daya Mineral (PUPESDM). Sesuai dengan tugas fungsi instansinya, Dinas PUPESDM mendukung pengembangan kawasan minapolitan dengan melaksanakan beberapa kegiatan di Kecamatan Gondang, Boyolangu, dan Campurdarat dalam bentuk:

1) Perkuatan/ peningkatan tangkis saluran pembuangan 2) Pembangunan DAM

3) Peningkatan saluran pembuangan

4) Pembangunan/ peningkatan irigasi pertanian 5) Normalisasi saluran pembuangan

6) Pembuatan pintu pengatur banjir 7) Pembangunan pintu air

Gambar 10. Peningkatan saluran irigasi di Desa Gondosuli Kecamatan Gondang

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung 2015

c. Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP)

Sebagai satuan kerja yang menjadi leading sector dalam pengembangan kawasan minapolitan. DKP melaksanakan berbagai kegiatan di kawasan minapolitan, yaitu:

1) Pembangunan gedung pertemuan kelompok 2) Bantuan alat uji kualitas air

3) Bantuan alat pencetak pakan

4) Pembangunan sarana dan prasarana (DAK) 5) Peningkatan intensitas budidaya ikan 6) Sertifikasi CPIB

7) Pelaksanaan PUMP PB dan P2HP 8) Pembuatan Detail Design Engineering 9) Pengendalian hama dan penyakit ikan

Gambar 11. Kegiatan Sosialisasi Sehatkan dan Peningkatan Intensitas Budidaya Ikan di Desa Gondosuli

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung2015

d. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP)

BKPP memberikan dukungan terhadap kebijakan pengembangan Kawasan Minapolitan di Kecamatan Gondang dengan menyelenggarakan kegiatan:

1) Pemanfaatan pekarangan sebagai cadangan pangan keluarga 2) Lumbung pangan

3) Kawasan rumah pangan lestari 4) Karang kitri

e. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPMPD) Dukungan dari BPMPD terhadap kebijakan pengembangan Kawasan Minapolitan adalah dengan melaksanakan kegiatan:

1) Pengembangan sumber daya lokal berbasis kawasan 2) Program PKPKM

f. Badan Lingkungan Hidup (BLH)

BLH memberikan dukungan dengan mengalokasikan kegiatan pembuatan IPAL, pembuatan tempat pengolahan sampah terpadu,

kegiatan pemantauan konservasi dan pengendalian lingkungan hidup, pembuatan fasilitas biogas, dan pembuatan sumur resapan. Semua kegiatan tersebut dilaksanakan di wilayah Kecamatan Gondang.

Gambar 12. Pembangunan Sumur Resapan di Wilayah Kecamatan Gondang

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung 2015

g. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH)

Dinas PTPH melakukan beberapa kegiatan di Kecamatan Gondang untuk mendukung pengembangan kawasan minapolitan. Jenis-jenis kegiatan yang dilaksanakan, antara lain:

1) Pembangunan jaringan irigasi tingkat usaha tani 2) Pembangunan jaringan irigasi air permukaan 3) Pembangunan jaringan irigasi air tanah 4) Pembuatan sumber air tanah dalam 5) Pembangunan jalan usaha tani 6) Pemberian bantuan pompa air

7) Pemberian bantuan alat dan mesin pertanian 8) Anti Poverty Program

Gambar 13. Sumur dalam yang dibangun Dinas PTPH di Desa Gondosuli

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung 2015

h. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag)

Kegiatan yang dilaksanakan oleh Disperindag di Kecamatan Gondang untuk mendukung pengembangan kawasan minapolitan antara lain:

1) Penguatan ekonomi masyarakat di lingkungan industri hasil tembakau

2) Peningkatan ketrampilan industri

3) Pengembangan produk aneka olahan pangan berbahan baku lokal

4) Pembinaan pengembangan kualitas industri i. Bagian Sumber Daya Alam (SDA) Sekretariat Daerah

Kegiatan yang diselenggarakan oleh Bagian SDA dalam rangka mendukung kebijakan pengembangan kawasan minapolitan adalah optimalisasi kebijakan pengembangan kawasan minapolitan dan pelaksanaan studi banding.

Gambar 14. Dukungan perumusan kebijakan pembangunan diberikan oleh Bagian SDA melalui berbagai rapat kerja dan sosialisasi

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung 2015

j. Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Pengembangan perekonomian kawasan akan mampu memberdayakan perekonomian masyarakat apabila ditopang dengan keberadaan koperasi. Karena itu, Dinas Koperasi UMKM memfasilitasi pendirian koperasi di kawasan minapolitan dan melanjutkannya dengan memberikan pembinaan. Di Desa Gondosuli yang menjadi sentra produksi dalam kawasan minapolitan telah berdiri KSU Sumber Makmur Sejahtera pada tahun 2007 dengan nomor badan hukum 188.2/ BH/ XVI.29/ 304/ XII/ 2007. Koperasi ini diketuai oleh Muyono dan beranggotakan 43 orang.

Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa dalam pengembangan budidaya ikan lele di Desa Gondosuli Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung agar menjadi kawasan minapolitan yang berkembang, pihak pemerintah daerah mengerahkan bantuannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD. Adanya data yang telah disebutkan diatas

dibenarkan oleh Bapak Sumiran selaku Kepala Desa Gondosuli, mengenai bantuan pemerintah daerah beliau mengatakan.

“Banyak perkembangan program program dari itu pertamanya dari pusat kita pengembangannya terkait dengan kawasan ada pengembangan masalah inrastruktur, sarana prasarana mulai dari pembuangan lewat jalur ini pengolahan limbahnya ini kayak gini, ada perhatian atau bantuan dari pusat untuk daerah” (Wawancara pada tanggal 28 November 2016 Pukul 10:00 WIB di kantor Desa Gondosuli)

Selain pernyataan Bapak Sumiran, pernyataan mengenai bantuan pemerintah daerah juga dibenarkan oleh Bapak Parsam selaku pembisnis dari budidaya ikan lele, beliau menambahkan.

“Kalau dinas bantu kadang-kadang ada sosialisasi, terus semisalnya ada kemasukan penyakit atau apa, itu dari dinas perikanan, ada pelatihan di seketarian, kemaren ada pertemuan itu membahas mau ada dapat bantuan mesin pembuat pakan mungkin akhir desember di serahkannya” (Wawancara pada tanggal 25 November 2016 Pukul 15:21 WIB di kediaman Bapak Parsam )

Adanya pernyataan yang demikian dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan kawasan minapolitan khususnya di bidang budidaya ikan lele di Desa Gondosuli, pemerintah daerah mengerahkan seluruh elemen SKPD-nya untuk membantu pengembangan budidaya. Salah satunya ialah dengan adanya sosialisasi, perbaikan sarana dan prasarana, pengolahan limbah dan lain sebagainya. Pada pengembangan kawasan minapolitan ini, tentunya tidak hanya memikirkan keberhasilan di satu aspek saja, namun juga melihat dari berbagai aspek yang juga dapat diperhitungkan dari bidang lain, dalam hal ini Bapak Eko selaku Staff Bidang Ekonomi Bappeda mengatakan.

“Kalau kita sudah menyebut suatu kawasan tertentu, minapolitan contohnya. Berarti kawasan itu tidak hanya mengambil suatu bagian, tapi kalau sudah mengarah pada kawasan itu sudah tidak asa

sekat-sekat administratif. Bisa jadi desa yang ada sentralnya tapi hitterland-nya di daerah lain. Dan mencakup kawasan yang relatif luas ini tentu banyak fungsi dalam satu kawasan yang berkembang dalam tata ruang itu bagaimana nanti harus dikaji. Sekarang terkait tata ruang ada Bappeda sendiri, dan ada PU yang harus tahu persis tentang pemanfaatan tata ruang. Ada infrastruktur kawasan ada jalan dan drainase. Jika di suatu kawasan tertentu ada budidayanya, maka secara otomatis lingkungan juga terpengaruh terhadap limbah. Untuk itu BLH harus tahu tentang ini, serta DKP harus punya kapasitas di dalamnya, dan menggunakan sistem seperti apa untuk menanganinya” (Wawancara pada tanggal 25 November 2016 WIB Pukul 09:30 WIB di kantor Bappeda)

Adanya penjelasan dari Bapak Eko diatas, dapat disimpulkan bahwa adanya pengembangan budidaya lele untuk membentuk kawasan minapolitan di Desa Gondosuli Kecamatan Gondang tidak hanya bertumpu pada budidayanya saja, namun juga melihat dari aspek lain yang juga diperhitungkan agar tidak terjadi kesenjangan. Karena itulah perlu adanya kerjasama dan pembagian tugas antar SKPD berdasarkan tugas dan fungsinya masing-masing. Pengembangan budidaya ikan lele ini tentunya memiliki SKPD yang menjadi leading sector-nya, dalam hal ini DKP melalui Ibu Diah selaku Ketua Bidang Perikanan Budidaya memberikan klarifikasi mengenai bantuan yang diberikan dinasnya dalam pengembangan budidaya ikan lele ialah sebagai berikut.

“Bantuan yang diberikan oleh kami ada banyak. Pertama, perlengkapan saran dan prasarana baik infrastruktur maupun sarana yang berkaitan langsung dengan kegiatan budidaya seperti perbaikan jalan, saluran, saluran air limbah. Khusus untuk budidaya kami memberikan teknologi contohnya mengenalkan teknologi baru dengan sistem bioflok. Bioflok itu sistemnya dengan menggunakan kolam bundar bukan kolam pakai tanah. Dengan harapan dengan teknologi bioflok itu dapat menghemat lahan, menghemat air, menghemat pakan, dan ramah lingkungan. Di gondosuli itu ada 2 kelompok, sedangkan di hinter lainnya ada 2 kelompok juga. Tapi sepertinya sudah ada beberapa yang menerapkan bioflok, dengan

melihat teknologi yang kita kenalkan ada yang menerapkan sendiri” (Wawancara pad tanggal 27 November 2016 Pukul 13:50 WIB bertempat di kantor Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tulungagung)

Berdasarkan penuturan Ibu Diah diatas dapat disimpulkan bahwa DKP telah memberikan bantuan berupa perbaikan sarana dan prasarana, serta teknologi baru berbentuk sistem bioflok. Pihaknya mengklaim bahwa bantuan bioflok tersebut diharapkan merupakan bantuan yang dapat membantu masyarakat agar lebih maju dalam budidaya ikan lele. Pada kenyataanya bantuan yang diberikan tidak serta merta cocok dengan yang terjadi di lapangan. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki sumber daya yang berbeda-beda. Mengenai bantuan pemerintah dan sistem bioflok tersebut, Bapak Supangat selaku pebisnis dari budidaya ikan lele mengatakan.

“Benar ada bantuan berupa sarana dan prasarana dalam bentuk pembuangan limbah sejauh 2 Km yang dibuat untuk kelompok desa, ada juga bioflox. Setiap kelompok dapat 1 bioflox, untuk daerah sini masih dalam bentuk uji coba dan hasilnya memang belum begitu berhasil. Sistem bioflox terlalu ribet, tegang, kalau tingkat perjalanan pengembangan ya sebagai pendamping untuk sisa ikan yang masih ada. Adanya bioflox sih untung tidak untung, kalau tidak untung buat apa, kan salah besar” (Wawancara pada tanggal 28 November 2016 Pukul 14:00 WIB bertempat di kediaman Bapak Supangat)

Berdasarkan pernyataan Bapak Supangat dapat disimpulkan bahwa adanya bantuan pemerintah berupa sistem bioflok tidak terlalu berhasil, dan juga tidak terlalu menguntungkan untuk masyarakat pembudidaya lele. Pasalnya dengan adanya sistem bioflok ini, masyarakat beranggapan bahwa sistem tersebut terlalu ribet, dan tegang. Untuk itulah perlu adanya pendampingan dari pihak pemerintah khususnya DKP untuk mengedukasi masyarakat agar dapat menggunakan sistem

bioflok yang baik dan benar, sehingga dapat membantu masyarakat dalam mendongkrak hasil budidayanya.

Pernyataan Bapak Supangat yang mengatakan bahwa sistem bioflok tidak terlalu berhasil dalam pengembangan budidaya ikan lele di Desa Gondosuli, pernyataan yang diberikan oleh Bapak Hery selaku kelompok pembudidaya Mina Baru lebih menekankan pada ketidakberhasilan sistem bioflok dalam pengembangan budidaya-nya. Mengenai sistem bioflok ini beliau mengatakan.

“Dinas kelautan dan perikanan bantuannnya ada sumur, paralon pembuangan air limbah kolam, dan sistem bioflok yang tidak digunakan karena tidak ada hasil yang diperoleh dari pada budidaya tradisional, jadi masih menggunakan cara budidaya tradisional” (Wawancara pada tanggal 8 Agustus 2016 WIB Pukul 10:00 WIB bertempat di kediaman Bapak Hery)

Selain itu mengenai sistem bioflok, Bapak Parsam selaku Ketua Kelompk Budidaya Mekarsari juga menambahkan.

“Sistem bioflok Itu sebetulnya termasuk kata-kata orang pintar dan termasuk teknologi modern. Cuma kenyataanya orang-orang itu saya bilang tolong tunjukkan orang yang bisa menggunakan sistem bioflok dalam kehidupanya sehari hari paling ndak bisa membelikan sepatu anaknya baju anaknya hasil dari bioflok. Sementara itu sampai sekarang belum ada yang menjawab, berarti keberhasilnnya kurang. Tapi kalau semi seperti ini, banyak, yang bikin rumah ada, termasuk saya sendiri, yang punya mobil ada, sampek segitu besarnya malahan, bukan belikan sepatu atau pakaian lho” (Wawancara pada tanggal 25 November 2016 WIB Pukul 15:21 WIB bertempat di kediaman Bapak Parsam)

Keterangan yang diberikan oleh Bapak Hery dan Bapak Parsam mengenai bantuan pemerintah yang berupa sisten bioflok dapat disimpulkan bahwa tidak semua bantuan yang diberikan tepat guna. Hal ini ditunjukkan dengan masyarakat yang masih beranggapan bahwa sistem tradisional lebih mendatangkan hasil dan keuntungan yang lebih besar dari pada sistem bioflok. Perbedaan sumber daya,

lingkungan, serta dukungan pemerintah dapat mempengaruhi keberhasilan suatu produk bantuan yang diberikan oleh pemerintah.

2) Bisnis

Pada pengembangan kawasan minapolitan khususnya bidang budidaya ikan lele di Desa Gondosuli, tentunya ada pihak atau stakeholder yang ikut membantu dalam pencapaian kesuksesannya. Salah satunya ialah pihak swasta yang membantu penyediaan pakan yang datang dari pabrik. Mengenai hal tersebut Bapak Hery selaku Kelompok Pembudidaya Mina Baru memberikan keterangan sebagai berikut.

“Untuk penyediaan pakan budidaya ikan lele kami bermitra dengan pabrik. Pabrik ini berfungsi untuk penyedia pakan ikan. Pihak itu adalah CV. Menara dan PT. Wonokoyo. Mereka mensuplai pakan ikan kami setiap bulan berapa ton gitu mbak. Jadi kita nggak bingung lagi masalah pakan. Sistem pakannya ya jual beli” (Wawancara pada tanggal 8 Agustus 2016 Pukul 10:00 WIB berempat di kediaman Bapak Hery)

Selain itu mengenai suplai pakan budidaya ikan lele juga dibenarkan oleh Bapak Supangat, beliau mengatakan.

“Kalau kerjasama dengan swasta, kami kerjasamanya dibidang pakan yaitu dengan pabrik Wonokoyo dari Surabaya dan pabrik Menara dari Tulungagung sendiri. Jumlah pakannya tidak menentu, tahun 2016 itu sulit untuk di deteksi. Program sulit karena pasar lagi lesu, akhirnya untuk panen produknya kita rapatkan. Karena ga mungkin dengan situasi seperti ini panen tetap besar tapi pasar tidak merespon, pasar tidak mampu menampung barang banyak dan akhirnya ada pengurangan barang. Untuk tahun ini memang lagi lesu pasarannya, tidak seperti tahun sebelumnya. Tahun 2014 itu hancur mbak, tahun 2015 lumayan bagus, tahun 2016 melemah, ini dikarenakan pasar yang tidak bisa merespon barang yang ada. Selain itu faktor ikan lele ini sudah tersebar secara merata, tidak hanya disini saja yang memproduksi ikan lele. Sekarang di setiap daerah ada, kalau dulu masih jarang bahkan tidak ada” (Wawancara pada tanggal 28 November 2016 Pukul 14:00 WIB berempat di kediaman Bapak Supangat)

Berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Bapak Hery dan Bapak Supangat mengenai stakeholder yang terlibat dalam kemitraan pengembangan kawasan minapolitan ialah CV. Menara dan PT. Wonojoyo. Kedua perusahaan tersebut bergerak dibidang penyedia pakan budidaya ikan lele. Mereka bertindak mensuplai pakan lele dengan sistem jual beli serta pengirimannya beberapa ton perbulannya tergantung permintaan pembudidaya. Selain itu juga keterangan yang diberikan Bapak Supangat menjelaskan bahwa jumlah pakan yang tidak menentu, mengenai hal tersebut Bapak Supangat menambahkan.

“Dalam kerjasama dengan pihak swasta itu tidak ada peraturannya, soalnya sistem yang dipakai itu jual beli. Kalau barangnya sampai ditangan saya, dan berapa ton perbulan dikirimnya, ya sudah mbak gitu

aja” (Wawancara pada tanggal 28 November 2016 Pukul 14:00 WIB

bertempat di kediaman Bapak Supangat)

Adanya keterangan yang demikian dapat disimpulkan bahwa tidak adanya peraturan antara masyarakat dan pihak penyedia pakan akan mengakibatkan kerugian pada pembudidaya ikan lele. Hal ini dikarenakan pasokan pakan serta hasil produksi ikan lele juga melimpah, sedangkan pasar tidak dapat menampung hasil produksi ikan lele tersebut. Selain itu faktor berkembang pesatnya budidaya ikan lele yang kian meluas juga menjadi salah satu faktor penyebab meruginya budidaya ikan lele di Desa Gondosuli.

Agar tetap dapat bersaing di pasaran, tentunya pembudidaya khususnya di Desa Gondosuli memerlukan pendaanaan. Pemerintah dalam hal ini memberikan bantuannya berupa peminjaman modal dari perbankan. Pemberian pinjaman modal ini bertujuan agar pembudidaya dapat mengembangkan usahanya agar

dapat berkembang. Mengenai pinjaman modal Bapak Sumiran selaku Kepala Desa Gondosuli mengatakan.

“Berkenaan dengan permodalan usaha kami berasal dari modal sendiri

mbak. Tapi bantuan-bantuan juga ada dari perbankan yang ditunjuk sama

pemerintah. Perbankan biasanya kita ambil kreditnya dengan bank JATIM dan bank BRI” (Wawancara pada tanggal 28 November 2016 Pukul 10:00 WIB berempat di kantor Desa Gondosuli)

Pernyataan Bapak Sumiran diperkuat oleh pemaparan Bapak Hery selaku kelompok pembudidaya Mina Baru menambahkan.

“Dukungan produksi budidaya dari dana sendiri pastinya mbak, ada juga dari bank, dan bantuan pemerintah. Bantuan pemerintah ini ya pelatihan” (Wawancara pada tanggal 8 agustus 2016 Pukul 10:00 WIB berempat di kediaman Bapak Hery)

Kemudian pernyataan keduanya dibenarkan kembali oleh Ibu Mukiyah selaku Pengolah Ikan Asap Berkah Lumintu memaparkan.

“Bantuan dari pemerintah sangat beragam agar usaha kami berkembang.