• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA

F. Pengembangan Ekonomi Lokal

2. Peran pengembangan ekonomi lokal

Langkah perencanaan pertama organisasi atau instansi dalam pembangunan ekonomi lokal harus terlebih dahulu menentukan peran dalam proses pembangunan yang dilakukan. Pada dasarnya menurut Blakely and Ted (2003) terdapat 4 (empat) program tindakan terbuka untuk organisasi atau instansi dalam mengambil inisiatif pembangunan ekonomi dan lapangan kerja, yaitu

bertindak sebagai entrepreneur, coordinator, fasilitator, dan stimulator. Berikut ini merupakan penjelasan mengenai 4 tindakan dalam pembangunan ekonomi, yaitu.

1. Entrepreneur

Dalam peran ini, organisasi mengambil tanggung jawab penuh dari operasi bisnis perusahaan. Organisasi pemerintah atau masyarakat lokal dapat memutuskan untuk mengoperasikan perusahaan komersial sendiri. Tanah atau bangunan mungkin berada dalam kontrol pemerintah daerah untuk alasan konservasi atau lingkungan atau untuk rencana pembangunan masa depan dan dibuat untuk tujuan ekonomi. Pemerintah daerah mungkin ingin mempertahankan tanah komersial dan bangunan atau menyerahkan sumber daya ini untuk kelompok masyarakat setempat.

2. Coordinator

Pemerintah daerah atau kelompok berbasis masyarakat dapat dibentuk sebagai badan koordinasi untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi untuk pengembangan daerah. Karena layanan yang diberikan oleh kedua pemerintah, baik pusat maupun daerah dan kelompok berbasis masyarakat, serta bisnis memiliki dampak kepada kelompok masyarakat, semakin berusaha untuk memberikan beberapa kepemimpinan dalam perencanaan dan koordinasi pelayanan dalam wilayah mereka. Peran ini untuk pembangunan ekonomi yang melibatkan kelompok masyarakat dalam mengumpulkan dan mengevaluasi informasi ekonomi (tingkat pekerjaan, tenaga kerja, pengangguran).

3. Facilitator

Beberapa kelompok masyarakat dan/ atau pemerintah daerah telah memutuskan dapat meningkatkan pembangunan di daerah masyarakat yang memiliki potensi. Hal ini mungkin melibatkan dalam pelurusan proses pembangunan dan prosedur perencanaan yang lebih baik dan peraturan zonasi.

4. Stimulator

Kelompok masyarakat dan pemerintah daerah, keduanya dalam posisi untuk merangsang penciptaan bisnis atau ekspansi dengan mengambil tindakan tertentu yang mendorong perusahaan untuk datang ke wilayah pembangunan. 3. Tujuan pengembangan ekonomi lokal

Berdasarkan fokus penerapannya, tujuan PEL meliputi:

a. Membentuk kemitraan antara pelaku ekonomi untuk pemanfaatan potensi lokal dengan meningkatkan kapasitas pasar pada tingkat lokal, regional dan global.

b. Meningkatkan kapasitas lembaga lokal (pemerintah, swasta, dan masyarakat) dalam pengelolaan PEL.

c. Terjadinya kolaborasi antar aktor baik publik, bisnis dan mayarakat. d. Mendorong pertumbuhan ekonomi

Sementara itu sasaran yang ingin dicapai adalah tumbuh dan berkembangnya usaha masyarakat dan meningkatnya pendapatan masyarakat berkurangnya kesenjangan antara masyarakat pedesaan dan perkotaan serta mendukung kebijakan pengentasan kemiskinan. Kemudian proses implementasi

perencanaan dan penerapan PEL ini menggunakan prinsip pendekatan ekonomi, kemitraan, dan kelembagaan.

a. Prinsip ekonomi

1) Mulai dengan kebutuhan pasar

2) Memfokuskan pada kluster dari kegiatan ekonomi yang ada, yang produksinya dijual ke daerah luar (economic base) multiplier effect di daerahnya kuat

3) Menghubungkan produsen skala kecil dengan supplier kepada perusahaan ekspor.

b. Prinsip kemitraan

1) Adanya tanggungjawab dari masing-masing stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat) sebagai aktor pengembangan dan pengelola ekonomi local

2) Masing-masing stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat) berperan aktif dalam bekerjasama

3) Kemitraan mengandalkan sumber daya lokal, bukan bantuan dari luar atau asing

4) Inisiatif digerakkan oleh pembeli, pasar, dan permintaan bukan produksi atau supply

c. Prinsip kelembagaan

1) Fasilitas dialog diantara stakeholders (pemerintah, swasta, dan masyarakat) untuk menghasilkan ide dan inisiatif

3) Pengembangan kelembagaan didasarkan atas kebutuhan dari kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung (Blakely, 1984 dalam supriyadi, 2007, 109-123).

Ketiga prinsip tersebut dapat dijadikan sebagai pendekatan dan proses perencanaan mengembangkan ekonomi lokal yang dilakukan atas dasar partisipasi dan kemitraan dalam kerangka pengembangan kelembagaan. Partisipasi dalam konteks pemerintah diartikan sebagai forum yang terorganisasikan guna memfasilitasi komunikasi antar pemerintah, masyarakat dan stakeholders dan berbagai kelompok yang berkepentingan terhadap penanganan masalah atau pengambilan keputusan.

Selain itu, Blakely dalam Supriyadi (2007:109) juga berasumsi bahwa dalam keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari beberapa indikator yaitu:

a. Perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan berusaha.

b. Perluasan kesempatan kerja bagi si miskin untuk meningkatkan pendapatan.

c. Keberdayaan usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan pemasaran. d. Keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah,

usaha swasta, dan masyarakat lokal.

Pada dasarnya proses sumber daya yang ada dan kelompok berbasis masyarakat baik itu pemerintah atau kelompok berbasis masyarakat dalam pengelolaannya juga dapat menggunakan model kemitraan dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong kegiatan ekonomi di zona ekonomi secara lebih baik. Berdasarkan asumsi tersebut, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi lokal merupakan sebuah

pendekatan jangka panjang untuk pembangunan kapasitas masyarakat yang akan membantu pemerintah untuk reorientasi diri dalam meningkatkan potensi ekonomi daerah tertentu dengan lebih menitikberatkan pada kerjasama dalam membangun perekonomian daerah dengan potensi yang ada.

G. Kemitraan Pemerintah, Bisnis, dan Komunitas dalam Pengembangan Kawasan Minapolitan sebagai Upaya Meningkatan Ekonomi Lokal.

Pada hakikatnya suatu pembangunan menuntut perubahan yang lebih baik atau maju dari sebelumnya. Perubahan ini dilakukan dalam berbagai aspek kehidupan yang mengarah kepada masyarakat. Sebagaimana mengembangkan wilayah utuk pembangunan yang lebih baik dengan memanfaatkan sumber daya potensial yang terdapat di wilayah tersebut dan sumber daya manusia lokal itu sendiri. Adapun pembangunan yang dilakukan di sektor perikanan, salah satu bentuknya ialah dengan adanya pengembangan kawasan minapolitan.

Berdasarkan hal tersebut maka perlu adanya peran pemerintah dalam mengembangkan kawasan minapolitan agar kekayaan yang dimiliki oleh suatu daerah dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin. Adanya hal yang demikian untuk selanjutnya, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Minapolitan yang mendefinisikan minapolitan sebagai konsepsi pembangunan ekonomi kelautan dan perikanan berbasis kawasan berdasarkan prinsip-prinsip terintegrasi, efisiensi, berkualitas dan percepatan. Serta dengan adanya hal tersebut diharapkan pula adanya suatu upaya peningkatan di seluruh kawasan minapolitan yang ada di Indonesia pada umumnya.

Kawasan minapolitan merupakan upaya akselerasi pembangunan kelautan dan perikanan di sentra-sentra produksi perikanan yang memiliki potensi untuk dikembangkan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mensinergiskan kegiatan produksi bahan baku, pengolahan dan pemasaran dalam satu rangkaian kegiatan besar dalam satu kawasan atau wilayah. Selain itu dalam mengembangankan kawasan minapolitan diperlukan pula peran dari pemerintah, bisnis dan komunitas yang disebut sebagai pelaku pembangunan.

Namun pada dasarnya pemerintahlah yang memiliki andil lebih besar selaku pelaku pembangunan. Hal ini dikarenakan pemerintah merupakan komando teratas dalam suatu pembangunan yang dilakukan. Pemerintah tidak hanya sebagai fasilitator dalam pembangunan tersebut, tapi juga menjembatani antara keinginan masyarakat dan sektor swasta. Adanya hal tersebut dapat diartikan pula bahwa pemerintahan yang dapat melaksanakan aspek fungsional secara efektif dan efesien dalam pelaksanaan tugasnya untuk mencapai keinginan rakyat, maka pemerintahan yang seperti ini dapat dikatakan sebagai pemerintahan yang baik (Good Governance). Seperti yang dikutip dari Sjamsudin (2005:11), beliau mendefinisikan pemerintahan yang baik ialah suatu kesepakatan menyangkut peraturan negara yang diciptakan bersama oleh pemerintah, masyarakat madani, dan sektor swasta. Salah satu upaya pemerintah dalam mewujudkan adalah dalam bentuk kemitraan dengan sektor swasta guna mengembangkan kawasan minapolitan.

Menurut Hafsah (2000:43) menyebutkan bahwa kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu

tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Adanya kemitraan yang dilakukan oleh ketiga sektor disini diharapkan dapat mengembangkan kawasan minapolitan dengan tujuan meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat, serta meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan. Secara garis besar tujuan yang dilakukan oleh ketiga sektor tersebut akan bermuara pada pembangunan ekonomi lokal (Local Economic Development /LED).

Febrian (2014) memberikan definisi LED sebagai suatu proses dimana pemerintah lokal dan atau kelompok didasarkan komunitas mengelola sumberdaya yang ada dan masuk ke dalam susunan kerjasama (kemitraan) dengan sektor swasta atau dengan diantaranya mereka untuk menciptakan pekerjaan baru, merangsang kegiatan ekonomi di zona ekonomi yang didefinisikan dengan baik. Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep LED merupakan suatu konsep yang bertujuan untuk merangsang kegiatan ekonomi lokal dengan cara meningkatkan kapasitas lembaga lokal (pemerintah, swasta, dan masyarakat), terjadinya kolaborasi antar aktor baik publik, bisnis dan mayarakat sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dalam konteks pengembangan kawasan minapolitan.

Berdasarkan penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa dengan kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia berupa kawasan minapolitan, diharapkan pemerintah dapat mengelola sumber daya yang dimiliki. Tentunya dalam pengembangan kawasan minapolitan ini dibutuhkan sumber daya manusia yang memadai, agar dalam pengembangannya dapat dikembangkan berdasarkan

kearifan lokal yang ada di daerah tersebut. Serta dalam tata kelola pemerintahan yang baik, untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh Indonesia perlu adanya kerjasama dalam bentuk kemitraan dengan sektor swasta.

Adanya kemitraan yang dilakukan oleh sektor pemerintah, bisnis, dan komunitas dapat memaksimalkan pengelolaan kawasan minapolitan. Keberhasilan dalam kemitraan yang dilakukan dalam pengelolaan kawasan kemitraan dapat ditinjau dari; aspek ekonomi, sosial budaya, teknologi dan manajemen. Keberhasilan dalam kemitraan tidak hanya dilihat berdasarkan tercapainya tujuan di setiap sektor yang melakukan kerjasama, namun tujuan utama yang diharapkan dalam kemitraan dalam pengembangan kawasan minapolitan adalah pertumbuhan ekonomi lokal. Adanya kemitraan yang dilakukan oleh sektor pemerintah, bisnis, dan komunitas diharapkan dapat membangun pertumbuhan ekonomi lokal di suatu daerah. Sehingga daerah tersebut dapat merangsang pertumbuhan ekonominya dan dapat merasakan dampak positif dengan adanya kemitraan tersebut. Salah satu bentuk pertumbuhan ekonomi dalam konteks keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari segi; perluasan kesempatan dalam kesempatan kerja dan berusaha, perluasan kesempatan kerja untuk meningkatkan pendapatan, keberdayaan usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan pemasaran serta keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah, usaha swasta, dan masyarakat lokal.

Gambar 3.

Kemitraan Pemerintah, Bisnis dan Komunitas dalam Pengembangan Kawasan Minapolitan sebagai Upaya Meningkatkan Ekonomi Lokal

Sumber: Diolah Peneliti Tahun 2016

Pemerintah Pengembangan Kawasan MInapolitan Masyarakat/komunitas Pemerintah Bisnis/ swasta Kemitraan Bisnis/swasta Masyarakat/komunitas 1. Bentuk kemitraan 2. Stakeholder kemitraan 3. Tujuan kemitraan

Dampak terhadap meningkatkan ekonomi lokal

58 A. Jenis Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur untuk mengetahui cara yang akan digunakan dalam penelitian agar berjalan secara sistematis dan dapat memecahkan permasalahan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Riyanto, 2008:108). Sedangkan menurut Sugiyono (2014:9) metodologi penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.

Sejalan dengan itu Bogdan dan Taylor (1975:5) dalam Moleong (2007:4) yang mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Berdasarkan hal ini, jenis Penelitian deskriptif kualitatif ditetapkan agar dapat mendeskripsikan fenomena secara empiris yang terjadi dilapangan mengenai kemitraan pemerintah, bisnis dan komunitas dalam pengembangan kawasan minapolitan di Desa Gondosuli, Kecamatan Gondang,

Kabupaten Tulungagung. Adapun pendekatan kualitatif lebih menekankan pada penggambaran variabel secara deskripsi baik dalam bentuk definisi, penjelasan konsep, catatan atau bentuk lainnya yang menggambarkan kondisi lapangan yang dapat menyerap informasi identifikasi kemitraan dalam pengembangan kawasan minapolitan budidaya ikan lele di lokasi studi hingga proses analisa tahapan pengelolaan yang telah dilaksanakan. .