• Tidak ada hasil yang ditemukan

AFRIKA YANG MENCAPAI TARGET PENINGKATAN JUMLAH WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA

Capaian IKU terkait peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia (IKU S.2.3) dirumuskan sebagai: “Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika dengan peningkatan jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia minimal 5%”.

Tabel 3.7 Capaian IKU S.2.3 Tahun 2019

IKU S.2.3 Target Realisasi Capaian

Jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang mencapai target peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia

29 negara 55 negara 190%

Batas Toleransi Capaian IKU S.2.3 120%

Pada tahun 2018, jumlah negara akreditasi di kawasan Asia Pasifik dan Afrika

dengan peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia minimal 5% mencapai 55 negara dari target 29 negara (capaian maksimal 120%), atau sebesar

82,09% dari target Kementerian Luar Negeri sebanyak 67 negara.

Tabel 3.8 Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dari Kawasan Aspasaf Bulan Januari-Oktober 2018 dan Januari-Oktober 2019

No. Kebangsaan Jan – Okt 2018 Jan – Okt 2019 Pertumbuhan

1. Afrika Tengah Rep. 14 166 1,085.71%

2. Azerbaijan 1,063 10,256 864.82%

3. Guinea Equator 11 21 90.91%

4. Gabon 76 141 85.53%

5. Sao Tome & Principe 14 25 78.57%

6. Samoa Barat 10 17 70.00% 7. Myanmar/Burma 22,893 38,347 67.51% 8. Burundi 29 46 58.62% 9. Kamboja 7,111 11,135 56.59% 10. Vanuatu 112 165 47.32% 11. Maroko 7,005 10,028 43.15% 12. Comoros 172 246 43.02% 13. Chad 73 104 42.47% 14. South Sudan 22 31 40.91% 15. Zimbabwe 972 1,356 39.51% 16. Congo 38 53 39.47% 17. Togo 83 115 38.55% 18. Libya 1,516 2,088 37.73%

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2019 35

No. Kebangsaan Jan – Okt 2018 Jan – Okt 2019 Pertumbuhan

19. Ghana 1,064 1,448 36.09% 20. Seychelles 215 285 32.56% 21. Bhutan 536 709 32.28% 22. Nepal 12,277 15,808 28.76% 23. Malaysia 2,070,425 2,580,936 24.66% 24. Kazakhstan 6,235 7,723 23.87% 25. Fiji Islands 911 1,122 23.16% 26. Philippines 179,819 221,280 23.06%

27. Uni Emirat Arab 6,171 7,571 22.69%

28. Vietnam 66,462 80,631 21.32% 29. Liberia 57 69 21.05% 30. Irak 2,011 2,428 20.74% 31. Palestina 2,180 2,632 20.73% 32. Cape Verde 125 149 19.20% 33. Egypt 15,064 17,951 19.16% 34. Syiria 1,654 1,956 18.26% 35. Solomon Islands 170 201 18.24% 36. Aljazair / Algeria 3,730 4,398 17.91% 37. New Zealand 110,883 127,807 15.26% 38. Libanon 4,552 5,236 15.03% 39. Mongolia 2,781 3,186 14.56% 40. Brunei Darussalam 13,165 15,022 14.11% 41. Tunisia 3,347 3,784 13.06% 42. Singapore 1,373,076 1,549,996 12.88% 43. Zambia 302 336 11.26% 44. Turki 18,087 20,096 11.11% 45. India 487,270 540,138 10.85% 46. Maladewa 2,030 2,237 10.20% 47. Thailand 107,100 117,198 9.43% 48. Djibouti 44 48 9.09% 49. Pakistan 11,010 11,934 8.39% 50. South Africa 32,247 34,925 8.30% 51. Bangladesh 46,598 50,192 7.71% 52. Bahrain 2,071 2,225 7.44% 53. South Korea 301,189 322,495 7.07% 54. Bostwana 245 260 6.12% 55. Mozambik 342 361 5.56%

Sumber: Badan Pusat Statistik (data diolah) (diakses tanggal 20 Desember 2019)

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2019 36 Untuk mengukur capaian peningkatan kunjungan wisatawan mancanegara dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika ke Indonesia pada tahun 2019 tidak dapat menggunakan data periode 1 tahun (Januari-Desember 2019), mengingat data yang tersedia pada waktu penyusunan Laporan Kinerja (LKj) di awal tahun 2019 hanya meliputi periode Januari-Oktober 2019. Diperkirakan data jumlah wisatawan mancanegara dari negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Afrika yang berkunjung ke Indonesia periode Januari-Desember 2019 baru akan tersedia sekitar bulan Maret 2020.

Dalam pencapaian IKU S.2.3, beberapa tantangan mendatang untuk meningkatkan capaian di bidang pariwisata antara lain:

a. Belum dikenalnya daerah-daerah tujuan wisata “beyond Bali” oleh wisatawan mancanegara secara umum sebagai keragaman destinasi wisata Indonesia. b. Sinergi dan koordinasi antara pemangku kepentingan dalam promosi pariwisata

juga masih relatif kurang, sehingga masih terdapat kegiatan promosi yang dilakukan secara terpisah oleh pemerintah daerah dan pihak swasta dengan tema promosi yang berbeda-beda. Kondisi tersebut menyebabkan rancangan booth serta tema promosi yang kurang terintegrasi sebagai kesatuan “Promosi Indonesia”.

c. Masih mahalnya biaya penerbangan menuju destinasi daerah wisata di Indonesia, khususnya dari negara-negara mitra yang belum memiliki penerbangan langsung ke Indonesia atau belum terdapat kerja sama antar maskapai penerbangan dengan Indonesia.

d. Masih belum siapnya infrastruktur pariwisata di Indonesia baik dari sisi destinasi wisatanya maupun cara pengaturan perjalanan yang belum sepenuhnya terintegrasi melalui teknologi informasi. Informasi mengenai tarif, moda transportasi dan mekanisme pembelian tiket masih terpisah-pisah dan dari berbagai sumber yang kredibilitasnya belum tentu terjamin.

e. Kurangnya pembuatan media informasi promosi pariwisata Indonesia (misalnya brosur, DVD) dalam bahasa setempat selain bahasa Inggris.

f. Perkembangan penggunaan teknologi media sosial oleh wisatawan mancanegera dalam perjalanan wisata belum diimbangi dengan pemanfaatan aplikasi media sosial untuk mempromosikan pariwisata Indonesia, seperti facebook, twitter,

youtube, blog, dan lain sebagainya.

g. Adanya berbagai kejadian yang mengancam keamanan, seperti tindakan terorisme, kericuhan serta faktor force majeure berupa bencana alam yang terjadi di beberapa daerah tujuan wisata di Indonesia, antara lain: banjir, tanah longsor, puting beliung, kebakaran hutan dan kabut asap, gunung meletus dan lain sebagainya. Kabut asap di Kawasan Sumatera, seperti di Kota Pekanbaru, Riau (menyebabkan terganggunya akses penerbangan); banjir di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang, Depok, Bekasi, Sulawesi Tengah, Sumatera Barat dan Sentani-Papua (menyebakan lumpuhnya akses transportasi ke berbagai daerah wisata); serta letusan gunung di beberapa daerah tujuan wisata (Gunung Merapi, Gunung Agung, Gunung Bromo, Gunung Anak Krakatau). Kondisi tersebut telah menyebabkan beberapa negara mengeluarkan travel advisory yang berdampak negatif terhadap jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia.

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2019 37 Dalam upaya mengatasi tantangan yang dihadapi, dalam jangka pendek Direktorat Jenderal Asia Pasifik dan Afrika senantiasa bekerjasama dan berkoordinasi dengan Perwakilan RI dan Kementerian/Lembaga terkait untuk:

a. Menggencarkan promosi pariwisata melalui berbagai media sosial terkini, termasuk aplikasi Quick Response (QR) Code sebagai pengganti brosur cetak, sehingga dengan media yang lebih sederhana dapat memuat informasi yang lebih banyak dan dapat menjangkau lebih banyak wisatawan potensial.

b. Pembuatan media informasi promosi (misalnya brosur, DVD) dalam bahasa Inggris dan bahasa setempat.

c. Menyampaikan masukan dan saran kepada pemangku kepentingan, terkait promosi wisata, baik dalam bentuk peningkatan familiarization trip ke Indonesia bagi awak media, travel writer dan tour operator, serta pengemasan paket-paket wisata nasional yang menarik dengan harga kompetitif (hardselling programs). d. Menyebarluaskan informasi mengenai upaya-upaya Pemri untuk meningkatkan

keamanan melalui berbagai media, disamping melakukan pendekatan kepada Perwakilan negara mitra di Jakarta untuk dapat menurunkan status travel

advisory yang dikeluarkan.

Selain itu, diupayakan pula berbagai langkah solutif antara lain:

a. Mendorong penambahan perjanjian bebas visa dengan negara-negara yang dinilai memiliki potensi besar sebagai penyumbang wisatawan.

b. Mendorong akses penerbangan langsung baik menjajaki rute baru atau mempertahankan existing route dengan biaya tiket yang kompetitif agar dapat terjangkau oleh wisatawan asing.

c. Mendorong terbentuknya kerja sama antar maskapai penerbangan (code sharing) dan mendorong penambahan jadwal dan pengadaan rute penerbangan langsung ke Indonesia.

d. Meningkatkan kerja sama dengan para stakeholders terkait untuk menggalakkan revitalisasi serta penambahan infrastruktur pendukung pariwisata seperti hotel dan layanan kesehatan, sarana dan prasarana penunjang wisata lainnya, termasuk membangun suatu one stop website yang dikelola oleh pemerintah dan terintegrasi dengan agen-agen perjalanan yang kredibel, moda transportasi serta sistem pembayaran secara online sehingga turis asing dapat mengatur perjalanannya secara mudah.

e. Mendorong pelaksanaan kegiatan promosi pariwisata terintegrasi yang mencakup Trade, Tourism, and Investment (TTI) dengan sistem tematik yang disesuaikan dengan perkembangan waktu dan kecenderungan kebutuhan konsumen. Disarankan pula peningkatan kegiatan riset dan pengumpulan data

market intelligence yang aplikatif guna mengetahui pergerakan trend kebutuhan

wisata dari potential tourists di negara akreditasi. Diharapkan kegiatan promosi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien dengan melibatkan lebih banyak lagi pemangku kepentingan terkait.

f. Mengupayakan kerja sama dalam bentuk joint promotion dan joint destination dengan negara-negara di kawasan.

g. Mendorong investasi asing pada industri pariwisata di kawasan ekonomi khusus pariwisata.

LKj DITJEN ASPASAF TAHUN 2019 38

3. SASARAN STRATEGIS (B.1)

: DIPLOMASI MARITIM, POLKAM DAN PERBATASAN