• Tidak ada hasil yang ditemukan

M akanan Halal dan Bergizi dan Hubungannya dengan Umur Panjang Usia panjang adalah harapan setiap orang, tetapi yang lebih

“ Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami makan dan minum, serta menjadikan kami sebagai orang muslim” .

Demikian beberapa panduan, tata cara dan budaya makan dan minum yang dicontohkan dan diajarkan oleh Nabi saw. Totalitas ketaatan dan kepatuhan terhadap ajaran yang disandarkan pada prinsip wahyu akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup di dunia dan keindahan di akhirat kelak.

C. M akanan Halal dan Bergizi dan Hubungannya dengan Umur Panjang Usia panjang adalah harapan setiap orang, tetapi yang lebih diharapkan lagi adalah berusia panjang dan tetap sehat. Bahkan dalam suatu kesempatan Rasulullah saw. pernah bersabda bahwa sebaik-baik manusia adalah yang panjang umurnya dan baik amalnya” .

Berkaitan dengan pembahasan masalah ini akan timbul dua pertanyaan. Apakah gizi mempengaruhi usia manusia dalam perjalanan hidupnya? Dan dapatkah gizi makanan dijadikan media untuk memperpanjang umur manusia?

Sebelum menjawab kedua pertanyaan di atas, harus kita sadari bahwa berbicara tentang umur panjang, sangat erat sekali kaitannya dengan ajal atau kematian. Sedangkan ajal atau kematian manusia adalah rahasia Allah swt., dan manusia tidak ada yang mengetahuinya. Dan hal ini tidak bisa dijangkau oleh otak manusia. Oleh karena itu, sebelum penulis membahas lebih lanjut tentang tema ini, kiranya perlu digali terlebih dahulu tentang penafsiran ajal itu sendiri sebagaimana telah banyak diisyaratkan oleh al-Qur’an melalui ayat-ayatnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, Allah swt. berfirman dalam al-Qur’an :

ﺮﻳِﺪَﻗٍﺀﻲﺷﱢﻞُﻛﻰَﻠﻋﻮﻫﻭﻚْﻠﻤْﻟﺍِﻩِﺪﻴِﺑﻱِﺬﱠﻟﺍَﻙﺭﺎﺒَﺗ

.

ﻢـُﻜﻳَﺃﻢُﻛﻮـُﻠﺒﻴِﻟﺓﺎـﻴﺤْﻟﺍﻭﺕﻮـﻤْﻟﺍﻖـَﻠﺧﻱِﺬﱠﻟﺍ

ﺭﻮُﻔَﻐْﻟﺍﺰﻳِﺰﻌْﻟﺍﻮﻫﻭﺎًﻠﻤﻋﻦﺴﺣَﺃ

.

“ Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun“ . (Q.S. al-Mulk : 1-2)

Dalam surat lain Allah juga berfirman :

ﺸﺒِﻟﺎﻨْﻠﻌﺟﺎﻣﻭ

ﻥﻭﺪِﻟﺎَﺨْﻟﺍﻢﻬَﻓﺖِﻣﻥِﺈَﻓَﺃﺪْﻠُﺨْﻟﺍ ﻚِﻠﺒَﻗﻦِﻣٍﺮ

.

ﻢُﻛﻮُﻠﺒَﻧﻭِﺕﻮﻤْﻟﺍُﺔَﻘِﺋﺍَﺫٍﺲْﻔَﻧﱡﻞُﻛ

ﻥﻮﻌﺟﺮُﺗﺎﻨﻴَﻟِﺇﻭًﺔﻨْﺘِﻓِﺮﻴَﺨْﻟﺍﻭﺮﺸﻟﺎِﺑ

.

“ Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad), maka jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang

(Q.S. al-Anbiyâ’ : 34-35)

Dari ayat tersebut jelaslah bahwa ajal atau kematian adalah ketentuan Allah yang tidak dapat dibaca oleh manusia selama hidup di dunia. Bahkan waktunyapun hanya Allah yang tahu. Bila telah tiba waktunya seseorang akan mati, maka tidak dapat diajukan ataupun ditunda. Sebagaimana firman Allah berikut :

ﻥﻭﺮِﺧْﺄَﺘﺴﻳﺎﻣﻭﺎﻬَﻠﺟَﺃٍﺔﻣُﺃﻦِﻣﻖِﺒﺴَﺗﺎﻣ

.

“ Tidak (dapat) sesuatu umatpun mendahului ajalnya, dan tidak (dapat pula) mereka terlambat (dari ajalnya itu)” . (Q.S. al-Mu’minûn : 43)

Ayat yang sama juga terdapat dalam surat al-Hijr ayat 5. Sedangkan dalam surat Yûnus Allah berfirman sebagai berikut :

ﻥﻭﺮِﺧْﺄَﺘﺴﻳﺎَﻠَﻓﻢﻬُﻠﺟَﺃﺀﺎﺟﺍَﺫِﺇٌﻞﺟَﺃٍﺔﻣُﺃﻞُﻜِﻟﱢ ﻪﱠﻠﻟﺍﺀﺎﺷﺎﻣﺎﱠﻟِﺇﺎﻌْﻔَﻧﺎَﻟﻭﺍﺮَﺿﻲِﺴْﻔﻨِﻟﻚِﻠﻣَﺃﺎَﻟْﻞُﻗ

ﻋﺎﺳ

ﻥﻮﻣِﺪْﻘَﺘﺴﻳﺎَﻟﻭًﺔ

.

“ Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan

kemudharatan dan tidak (pula) kemanfa`atan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya)” . (Q. S. Yûnus : 49)

Lebih lanjut, berbicara tentang ajal atau kematian, di dalam al-Qur’an diisyaratkan bahwa ajal itu ada dua macam. Hal ini sebagaimana terdapat dalam sebuah ayat yaitu :

ﻥﻭﺮَﺘﻤَﺗﻢُﺘْﻧَﺃﻢُﺛﻩﺪﻨِﻋﻰﻤﺴﻣٌﻞﺟَﺃﻭﺎًﻠﺟَﺃﻰَﻀَﻗﻢُﺛٍﲔِﻃﻦِﻣﻢُﻜَﻘَﻠﺧﻱِﺬﱠﻟﺍﻮﻫ

.

“ Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ditentukan (untuk berbangkit) yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu)” . (Q.S. al-An’âm : 2)

Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan dua macam ajal di atas. banyak yang berpendapat bahwa kata ajal pertama adalah kematian setiap pribadi dan ajal kedua adalah masa kebangkitan, atau antara kematian dan masa kebangkitan. Ada juga yang memahami ajal pertama dalam arti tidur dan ajal kedua adalah mati, atau ajal pertama adalah ajal generasi terdahulu dan ajal kedua adalah ajal generasi yang datang kemudian. Atau ajal pertama adalah ajal masing-masing yang telah lewat dan ajal kedua adalah yang belum dilalui.29

Kata

ﻩﺪـﻨﻋ

(di sisi-Nya), memberi isyarat bahwa ajal kedua itu sekali-kali tidak dapat diketahui manusia. Ajal pertama yaknikematian seseorang paling tidak dapat diketahui oleh orang lain yang masih hidup setelah kematian seseorang itu, sedangkan masa antara kematian dan kebangkitan – lebih-lebih hari kebangkitan- tidak dapat diketahui oleh siapapun, baik di dunia maupun di akhirat kelak.30 Bahkan seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dalam bidang biologi dan kedokteran, sebagian para ahli sudah ada yang mampu memprediksi akan tibanya ajal seseorang yang sedang berada dalam kondisi tertentu, -misalnya koma, atau seseorang yang

29 M. Quraish Shihab, M enjemput M aut, Bekal Perjalanan M enuju A llah SW T., (Jakarta : Lentera Hati, 2004), cet. III, h. 25. Lihat juga M. Quraish Shihab, Tafsir A l-M ishbah, Pesan,

Kesan dan Keserasian A l-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati, 2001), cet I, Volume IV, h. 11.

mengidap penyakit ganas yang telah mencapai stadium akhir- walaupun hal itu tidak mutlak kebenarannya. Hal ini tentunya termasuk dalam kategori ajal yang pertama yaitu kematian.

Pendapat lain yang dikemukakan oleh ar-Raghib al-Asfahani seorang ulama bermadzhab Syi’ah menyatakan bahwa ajal setiap orang ada dua macam. Ajal secara umum yang tidak diketahui kapan datangnya, dan ajal yang berada di sisi Allah, dan ini tidak dapat berubah berdasar pengaitannya dengan kata di sisi-Nya. Hubungan antara ajal yang pertama dengan ajal yang kedua, serupa dengan hubungan antara sesuatu yang mutlak dengan sesuatu yang bersyarat. Sesuatu yang bersyarat bisa saja tidak terjadi jika syaratnya tidak terpenuhi, berbeda dengan sesuatu yang mutlak tanpa syarat. Dengan memperhatikan firman-Nya yang menyatakan :

ﺏﺎَﺘِﻛٍﻞﺟَﺃﱢﻞُﻜِﻟ

.

ِﺏﺎَﺘِﻜْﻟﺍﻡُﺃﻩﺪﻨِﻋﻭﺖِﺒْﺜﻳﻭﺀﺎﺸﻳﺎﻣﻪﱠﻠﻟﺍﺍﻮﺤﻤﻳ

.

“ … Bagi tiap-tiap ajal ada Kitab/ ketentuan. Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfûzh)” . (Q.S. ar-Ra’d : 38-39)

Berdasarkan kedua ayat ini, ulama menyatakan bahwa ajal yang ditentukan di sisi-Nya, adalah apa yang ada dalam ummul kitab itu, sedangkan ajal pertama yang tidak disertai dengan kata di sisi-Nya, adalah ajal yang ditentukan tetapi dapat dihapus atau tidak oleh Allah swt.. Ini dinamai oleh sementara ulama dengan Lauh al-mahwu wa al-itsbât, yakni lauh yang dapat tetap dan dapat juga berubah. Apa yang terdapat dalam Ummul

Kitab (Kitab Induk atau Lauh Mahfûzh) adalah peristiwa-peristiwa yang pasti terjadi dalam kenyataan yang berdasar pada sebab umum yang tidak dapat mengalami perubahan, sedangkan yang terdapat dalam Lauh al-mahwu wa al-itsbât adalah peristiwa-peristiwa yang bersandar pada sebab-sebab yang tidak atau belum sempurna, sehingga bisa saja tidak terjadi karena adanya faktor-faktor yang menghalangi kejadiannya.31

Apa yang dikemukakan di atas, oleh sementara ulama Ahlu Sunnah dinamai dengan qadhâ’ mu‘allaq yakni ketetapan Allah yang masih tergantung atau bersyarat dan qadhâ’ mubram yakni ketentuan Allah yang telah pasti. Ada ketetapa Allah yang bergantung dengan berbagai syarat yang dapat tidak terjadi karena berbagai faktor, antara lain karena do’a atau usaha maksimal manusia, dan juga ketetapan-Nya yang pasti yang tidak dapat berubah sama sekali. Ajal manusia yang dinyatakan-Nya tidak dapat diajukan atau diundurkan adalah ajal yang ada dalam Ummul Kitab dan sifatnya mubram. Dari sini kita dapat berkata bahwa, manusia memiliki keterlibatan dalam panjang atau pendeknya usia, atau istilah lain, manusia dapat berupaya untuk memperpanjang harapan hidupnya dengan usaha menghindari faktor-faktor yang dapat menghalangi berlanjutnya usianya dalam batas kehidupan yang normal.32

Berdasarkan penelitian ahli gizi, setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan bila kita ingin berusia panjang dan tetap sehat.33 Pertama,

31 M. Quraish Shihab, Menjemput M aut, Op. Cit., h. 25-26, Lihat juga M. Quraish Shihab,

Tafsir A l-M ishbah, Op. Cit., h. 12

32Ibid, h. 27-28, Lihat juga M. Quraish Shihab, Tafsir A l-M ishbah, h. 13

33 Ali Khomsan, Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup, (Jakarta : PT. Grasindo, 2004), h. 50

keturunan (genetik), yaitu apabila orang tua kita atau kakek nenek kita termasuk orang-orang yang panjang umur maka hal ini akan diwariskan kepada keturunannya. Ada yang mengatakan bahwa ibu yang berusia panjang lebih signifikan kontribusinya dalam mempengaruhi umur anak-anaknya.

Kedua, aktif berolahraga sehingga kebugaran selalu terjaga dan metabolisme proses kimiawi di dalam tubuh berlangsung secara sempurna. Olahraga juga akan menyebabkan dihasilkannya hormon endorfin yang membuat pikiran kita lega dan merasa rileks. Ketiga, pikiran tenang dan tidak setres yang mengindikasiakan bahwa batin kita sehat sehingga dapat memecahkan persoalan sehari-hari dengan tenang. Telah ada yang membuktikan bahwa kondisi stres akan merangsang peningkatan kolesterol darah sehingga orang lebih beresiko terhadap penyakit jantung koroner.

Keempat, ini yang akan dibahas secara lebih mendalam, yaitu dampak makanan halal dan bergizi terhadap umur panjang. Namun sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai hal tersebut, perlu kiranya kembali kepada persoalan gizi yang sebenarnya. Gizi adalah sesuatu yang berkaitan dengan makanan dalam hubungannya dengan kesehatan dan proses dimana organisme menggunakan makanan untuk pemeliharaan kehidupan, pertumbuhan, bekerjanya anggota dan jaringan tubuh secara normal serta produksi tenaga, yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Oleh karena itu, memilih makanan yang bergizi merupakan hal yang tidak bisa dihindari dalam rangka menjaga dan memelihara kesehatan. Selain

itu, kita juga harus memperhatikan pola makan. Berdasarkan penelitian para ahli gizi, manusia tidak membutuhkan kuantitas (jumlah) makanan yang dimakan. Tetapi, membutuhkan makanan yang seimbang dan beraneka ragam. Pola makan yang baik dan sehat tidak hanya bergantung pada satu macam makanan tertentu, namun bergantung pada adanya keseimbangan pada makanan yang masuk ke rongga manusia.

Pola makan yang sehat mengharuskan keberaneka ragaman. Sehingga, ada makanan yang berguna untuk energi dan semangat seperti makanan-makanan yang kaya akan zat tepung, gula dan lemak. Ada makanan-makanan yang berguna untuk pertumbuhan seperti makanan-makanan yang kaya akan protein dan garam mineral. Ada juga makanan yang berguna sebagai daya ketahanan tubuh seperti makanan-makanan yang kaya akan berbagai macam vitamin yang berasal dari buah-buahan dan sayur-sayuran.

Semua zat makanan tersebut harus kita konsumsi secara seimbang dan tidak berlebihan terutama zat gizi yang menghasilkan kalori. Karena mengkonsumsi zat-zat yang dapat menghasilkan kalori secara berlebihan, justru akan membahayakan terhadap kesehatan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan kesehatan yang optimal sehingga dapat mempengaruhi terhadap panjangnya usia, kita harus mengkonsumsi zat makanan tersebut dengan tidak melampaui batas.

Pola makan seperti ini telah diisyaratkan oleh al-Qur’an dan telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. yaitu sebagaimana terdapat dalam sebuah hadis yang menyatakan bahwa :

ﻭﻉﻮُﺨَﻧﻰﱠﺘﺣَﻞُﻛْﺄَﻧَﻻﻡﻮَﻗﻦﺤَﻧ

!

ﻊﺒﺸَﻧَﻻﺎﻨْﻠَﻛَﺃﺍَﺫ

).

ﺩﻭﺍﺩﻮﺑﺃﻩﺍﻭﺭ

(

“ Kita ini adalah golongan ummat yang makan karena sudah lapar, dan apabila kita makan tidak sampai terlalu kenyang” . (H.R. Abu Daud)

Hadis ini sesuai dengan ajaran al-Qur’an yang memerintahkan manusia untuk tidak berlebih-lebihan ketika makan, seperti ayat berikut ini :

ﲔِﻓِﺮﺴﻤْﻟﺍﺐِﺤﻳﺎَﻟﻪﱠﻧِﺇﺍﻮُﻓِﺮﺴُﺗﺎَﻟﻭﺍﻮﺑﺮﺷﺍﻭﺍﻮُﻠُﻛﻭ

.

“ … Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Q.S. al-A’râf : 31)

Apa yang diisyaratkan oleh al-Qur’an dan hadis tersebut mempunyai korelasi yang signifikan dengan ilmu gizi. Dan hal tersebut dapat dibuktikan kebenarannya oleh para ahli. Pola makan sebagaimana diajarkan al-Qur’an tersebut dalam ilmu gizi direalisasikan dengan cara pembatasan kalori (calorie restriction).

Berdasarkan penelitian para ahli, pembatasan kalori mempunyai keterkaitan dan pengaruh terhadap panjangnya usia seseorang. Bukti epidemiologis tentang hal ini ditemukan pada penduduk Okinawa yang banyak di antaranya bisa mencapai umur lebih dari 100 tahun. Kuncinya adalah mereka mengkonsumsi kalori 60-83%, lebih sedikit dibandingkan orang Jepang pada umumnya. Dampak pembatasan kalori ini adalah orang

Okinawa lebih sedikit menderita penyakit jantung, stroke, dan diabetes. Ketiga penyakit ini jelas sangat mempengaruhi rentang hidup seseorang.34

Percobaan pertama tentang kaitan pembatasan kalori dan umur panjang dilakukan pada hewan percobaan pada tahun 1935. Sejak itu serangkaian penelitian telah dilakukan dan hasilnya semakin memperkuat hipotesis bahwa benar ada korelasi negatif antara asupan kalori dengan usia. Hewan percobaan yang diberi kalori terbatas umurnya bisa mencapai sepertiga sampai setengah lebih panjang dibandingkan hewan yang tidak dibatasi asupan kalorinya.35 Penelitian ini pernah dilakukan pada seekor tikus. Dengan membatasi dan mengontrol asupan makanan tikus sejak disapih sampai berumur tiga ratus hari dan ditemukan bahwa rata-rata jangka hidup kelompok yang dikurangi makanannya dan bertahan hidup lebih dari 300 hari, meningkat sebanyak 290 hari (rata-rata jangka hidup 949 hari), lebih tinggi dari pada kelompok yang tidak dikurangi makanannya (rata-rata jangka hidup 656 hari). Hasil yang menakjubkan ini telah disebutkan berulang kali , dan penemuan ini telah dikonfirmasikan berulang kali dengan beberapa penyempurnaan dalam desainnya, dengan variasi dalam jumlah, komposisi dan waktu pengurangan makanan dan dengan tambahan informasi lebih lanjut tentang kejadian penyakit pada individu, kekebalan dan sebagainya.36

Jika hasil penelitian ini menyatakan bahwa tikus yang dibatasi asupan kalorinya akan berumur lebih panjang, maka hasil riset dari para ahli gizi

34Ibid, h. 51

35Ibid, h. 52

36 Maimunah Hasan, A l-Qur’an dan Ilmu Gizi, (Yogyakarta : Madani Pustaka, 2001), cet. I, h. 136

menyatakan bahwa seseorang yang mengkonsumsi makanan secara berlebih-lebihan akan mengakibatkan berbagai macam resiko, salah satu diantaranya adalah, kelainan kardiovaskulas yang dapat menyebabkan penyakit jantung. Sebagaimana kita ketahui bahwa penyakit tersebut merupakan salah satu penyebab kematian.

Membatasi kalori tidak berarti kita harus kelaparan karena gizi yang masuk ke dalam tubuh kita masih tetap cukup, hanya kalori saja yang dikurangi. Ini berarti kualitas lauk-pauk, sayuran, dan buah-buahan harus tetap baik dan dalam jumlah yang memadai. Sumber kalori yang dibatasi bisa berasal dari makanan yang banyak mengandung karbohidrat, seperti nasi, jagung, ubi, gula, kue-kue, dan lain-lain, serta makanan yang banyak mengandung lemak.

Untuk menghindari kelebihan kalori yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, cara yang tepat yang sebaiknya dilaksanakan oleh setiap muslim adalah dengan cara berpuasa. Selain memiliki nilai ibadah, puasa juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan jasmani dan rohani.

Islam mewajibkan umatnya untuk berpuasa selama satu bulan dalam satu tahun, yaitu pada bulan Ramadhan. Bagi kesehatan jasmani besar sekali arti dan kepentingan berpuasa. Istirahat yang diberikan kepada pencernaan tiap siang hari sebulan lamanya dapat menambah tenaga seperti tanah ladang yang dibiarkan beberapa lamanya, kesuburannya akan timbul

kembali. Istirahat bagi alat tubuh manusia menambah tenaga dan kekuatan. Makin baik kerja perut besar dan perut panjang, maka makin sehat tubuh.

Manfaat lain bagi kesehatan jasmani ialah bahan-bahan cadangan dapat dipergunakan. Jadi seolah-olah selama berpuasa dilakukan pencucian gudang makanan. Bahan makanan yang kita makan sering berlebihan. Kelebihan itu disimpan di dalam jaringan lemak di bawah kulit perut, sekitar jantung dan sebagainya. Kalau ditambah terus badan kita menjadi gemuk dan dapat menyebabkan penyakit obesitas. Kalau yang berlebihan itu zat gula, maka sakit diabetes.37

Jadi beberapa penyakit dapat dicegah dengan berpuasa secara Islam. Selain puasa wajib di bulan Ramadhan, Islam juga mengajarkan puasa-puasa sunnat sebagaimana dilaksanakan oleh Rasulullah saw. diantaranya adalah berpuasa setiap hari Senin dan hari Kamis, sebagaimana diceritakan oleh Aisyah r.anha. bahwa :

ﺲﻴِﻤَﳋﺍﻭﲔﻨْﺛِﻻﺍﻡﻮﺼﻳﻢﱠﻠﺳﻭِﻪﻴﻠﻋﺍﻲّﻠﺻﻲِﺒﻨﻟﺍﻥﺎَﻛ

).

ﻰﺋﺎﺴﻨﻟﺍﻩﺍﻭﺭ

(

٣٨

“ Nabi saw. berpuasa pada setiap hari Senin dan hari Kamis” . (H.R. an-Nasa’i)

Dalam al-Qur’an Allah berfirman :

ﻢُﺘﻨُﻛﻥِﺇﻢُﻜَﻟﺮﻴﺧﺍﻮﻣﻮﺼَﺗﻥَﺃﻭ

ﻥﻮﻤَﻠﻌَﺗ

.

37 R.H. Su’dan, Op. Cit., h. 220-221

38 As-Suyuthi, Sunan an-Nasâ’i bi Syarh Jalaluddin as-Suyûthi, (Beirut : Dar al-Fikr, 1995), jilid II, h. 209