• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemuliaan akhlak dan adat istiadat suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi dan cara memperolehnya. Oleh karena itu Islam sangat memperhatikan makanan kaum muslimin sejak 14 abad yang silam. Maka dalam kitab-kitab fiqih atau norma-norma tentang ilmu gizi tidak pernah dilewatkan apa yang umum disebut dengan bab “ al-ath‘imah wa al-asyribah” .

Diantara jenis makanan ada yang oleh Islam diharamkan karena berbahaya bagi kesehatan atau pada akhlak manusia. Atau jenis makanan yang dianjurkan agar ditinggalkan karena jenis makanan itu melemahkan badan dan jiwa. Demikian pula karakteristik makanan itu ada yang membahayakan sehingga dilarang agama, ada juga yang bermanfaat kemudian dianjurkan untuk dikonsumsinya. Dalam norma tentang makanan, Islam berbeda dengan ilmu pengetahuan modern.

Islam tidak sekedar menitikberatkan pada aspek materi semata, dan juga tidak sekedar menitikberatkan aspek pembinaan tubuh semata, akan tetapi Islam juga memperhatikan sesuatu yang berpengaruh terhadap akhlak, jiwa (kepribadian), dan ibadah.21

Keterkaitan antara makanan halal dan bergizi dengan ibadah dapat dikaji diantaranya melalui ayat berikut ini :

ﻥﻭﺪﺒﻌَﺗﻩﺎﻳِﺇﻢُﺘﻨُﻛﻥِﺇِﻪﱠﻠِﻟﺍﻭﺮُﻜﺷﺍﻭﻢُﻛﺎﻨْﻗَﺯﺭﺎﻣِﺕﺎﺒﻴَﻃﻦِﻣﺍﻮُﻠُﻛﺍﻮﻨﻣﺍﺀﻦﻳِﺬﱠﻟﺍﺎﻬﻳَﺃﺎﻳ

.

21 Ahmad Syauqi al-Fanjari, Nilai Kesehatan dalam Syariat Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1996), cet. I, h. 44.

baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” . (Q.S. al-Baqarah : 172)

Allah menyuruh hamba-hamba-Nya yang beriman memakan yang baik-baik dari rezeki yang telah dianugerahkan-Nya kepada mareka. Oleh karena itu, hendaklah mereka bersyukur kepada-Nya jika mereka mengaku sebagai hamba-Nya.

Menurut Ibnu Katsir, memakan makanan yang halal merupakan sarana untuk diterimanya do’a dan ibadah seseorang.22 Hal ini sebagaimana dikemukakan dalam hadis yang diriwayatkan dari Muslim dari Abu Hurairah dia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda :

!

ُﻞﺒْﻘﻳَﻻﺐﻴَﻃﺍﻥ

!

ﻭًﺎﺒﻴَﻃﱠﻻ

!

ﺎﻳَﻝﺎَﻘَﻓﻦﻴِﻠﺳﺮُﳌﺍِﻪِﺑﺮﻣَﺃﺎﻤِﺑﻦﻴِﻨِﻣﺆُﳌﺍﺮﻣَﺃﺍﻥ

ُﻞﺳﺮﻟﺍﺎﻬﻳَﺃ

ﺎﺤِﻟﺎﺻﺍﻮﻠﻤﻋﺍﻭ ِﺕﺎﺒﻴﱠﻄﻟﺍ ﻦِﻣ ﺍﻮﻠُﻛ

!

ﻢﻴِﻠﻋ ﻥﻮُﻠﻤﻌَﺗ ﺎﻤِﺑ ﻲﱢﻧ

,

ﺍﻮﻨﻣﺃ ﻦﻳِﺬّﻟﺍ ﺎﻬﻳَﺃﺎﻳ َﻝﺎَﻗﻭ

ﺍﻮُﻠُﻛ

ﻦِﻣ

ﻰَﻟِﺍِﻪﻳﺪﻳﺪﻤﻳﺮﺒْﻏَﺃﺚﻌﺷَﺃﺮَﻔﺴﻟﺍُﻞﻴِﻄﻳَﻞﺟﺮﻟﺍﺮَﻛَﺫﻢُﺛﻢُﻛﺎﻨْﻗَﺯﺭﺎﻣِﺕﺎﺒﻴَﻃ

ﺎﻳﺏﺭﺎﻳِﺀﺎﻤﺴﻟﺍ

ﻪَﻟﺏﺎﺠَﺘﺴﻳﻰّﻧَﺄَﻓِﻡﺍﺮَﳊﺎِﺑﻱِﺬُﻏﻭﻡﺍﺮﺣﻪﺴﺒْﻠﻣﻭﻡﺍﺮﺣﻪﺑﺮﺸﻣﻭﻡﺍﺮﺣﻪﻤﻌْﻄﻣﻭﺏﺭ

.

)

ﻢﻠﺴﻣﻩﺍﻭﺭ

(

23

“ Hai manusia, sesungguhnya Allah itu baik dan Dia hanya menerima yang baik-baik. Dan sesungguhnya Allah menyuruh kaum mukmin dengan suruhan yang disampaikan kepada para Rasul, yaitu : ‘Hai para Rasul, maakanlah makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal saleh. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan’. Dan Dia berfirman ‘Hai orang-orang yang beriman, makanlah rezeki yang baik yang telah Kami anugerahkan kepadamu,. Kemudian Rasulullah menceritakan tentang seseorang yang bepergian jauh. Dia sangat dekil dan berdebu, lalu mengangkat kedua tangannya

22 Ibnu Katsîr ad-Dimasyqi, Tafsîr al-Q ur’ân al-‘A dzîm, (Beirut : Dâr al-Fikr, 1992), jilid I, h. 255.

haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan memberi makan kepada orang lain pun dengan makanan yang haram. Maka bagaimana mungkin do’a dan amalnya itu akan dikabulkan?” (H.R. Muslim)

Hadis ini menjelaskan bahwa jika seseorang ingin do’anya dan semua amal ibadahnya diterima di sisi Allah, maka hendaklah dia menjaga makanannya, jangan sampai termakan yang haram. Dari sini sangat jelas bahwa makanan yang halal sangat penting bagi manusia.

Telah berulang kali ditegaskan bahwa makanan yang sehat yang dianjurkan oleh Islam, tidak hanya terbatas pada persoalan halal dan haram, akan tetapi menyangkut pula kualitas maupun kuantitas gizi dan porsi dari makanan tersebut. Dua hal tersebut sangat penting dalam kaitannya dengan kesehatan. Karena kekurangan atau kelebihan zat gizi akan menyebabkan berbagai penyakit, yang pada akhirnya akan sangat berpengaruh terhadap ibadah. Seperti kita ketahui bahwa tujuan mendasar diciptakannya manusia di dunia adalah untuk menyembah Allah, sebagaimana dijelaskan dalam ayat :

ِﻥﻭﺪﺒﻌﻴِﻟﺎﱠﻟِﺇﺲْﻧِﺈْﻟﺍﻭﻦِﺠْﻟﺍﺖْﻘَﻠﺧﺎﻣﻭ

.

“ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” . (Q.S. adz-Dzâriyât : 56)

Ibadah bukan hanya sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi.

Ibadah terdiri dari ibadah murni (mahdhah) dan ibadah tidak murni (ghairu mahdhah). Ibadah mahdhah adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah, bentuk, kadar, atau waktunya, seperti shalat, zakat, puasa dan haji. Ibadah ghairu mahdhah adalah segala aktifitas lahir dan batin manusia yang dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Hubungan seks pun dapat menjadi ibadah, jika itu dilakukan sesuai tuntunan agama. Nah, ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menghendaki agar segala aktifitas manusia dilakukan demi karena Allah yakni sesuai dan sejalan dengan tuntunan petunjuk-Nya.24

Untuk melaksanakan ibadah-ibadah tersebut, tentunya sangat dibutuhkan kondisi kesehatan yang optimal. Karena dalam keadaan sakit, tubuh menjadi lemah sehingga aktifitas ibadah tidak mungkin terlaksana dengan sempurna. Dengan kenyataan ini jelaslah bahwa faktor gizi sangat berpengaruh terhadap ibadah.

Di sini perlu adanya balance (keseimbangan) gizi, agar seseorang terhindar dari faktor-faktor resiko. Apakah itu gizi kurang atau lebih. Karena kedua faktor tersebut akan menyebabkan kondisi tubuh yang kurang prima, sehingga kegiatan ibadah akan terganggu.

Selain hal tersebut, hubungan antara makanan dan ibadah juga dapat diaplikasikan dalam tata cara dalam kegiatan makan itu sendiri. Islam mengajarkan agar semua aktifitas manusia diarahkan dan diniatkan untuk ibadah dan mengharap ridha Allah, termasuk juga dalam aktifitas makan.

24 Hasbi ash-Shiddiqy, Kuliah Ibadah, Ibadah Ditinjau dari Segi Hukum dan Hikmah,

Karena makan merupakan kebutuhan biologis yang mutlak harus dipenuhi oleh setiap makhluk hidup, guna melangsungkan proses kehidupannya.

Oleh karena itu, Islam mengajarkan kepada manusia tentang tata cara dan budaya makan yang sesuai dengan harkat kemanusiaannya, agar pemenuhan kebutuhan ini memperoleh multi guna, yaitu terpenuhinya kebutuhan biologis yakni badan sehat, terhindar dari penyakit, sekaligus berfungsi sebagai aktifitas ibadah yang diridhai Allah. Sehingga dari kegiatan makan itu, tidak hanya kesehatan dan kekuatan jasmani yang diperoleh tetapi juga keseimbangan rohani. Adapun tata cara makan yang diajarkan oleh Islam, antara lain adalah :

1. Mencuci Tangan

Kebersihan merupakan hal yang penting sangat erat kaitannya dengan masalah kesehatan. Islam menganjurkan untuk mencuci tangan sebelum makan, agar makanan yang kita makan tidak terkontaminasi oleh kuman-kuman yang mungkin saja mencemari tangan kita pada saat bekerja. Maka mencuci tangan sebelum makan adalah lebih dekat pada kebersihan. Bahkan dalam sebuah hadis konon Nabi saw. pernah bersabda bahwa :

ﻩﺪﻌﺑﺀﻮُﺿﻮﻟﺍﻭﻪَﻠﺒَﻗﺀﻮُﺿﻮﻟﺍﻡﺎﻌﱠﻄﻟﺍُﺔَﻛﺮﺑ

) .

ﺩﻭﺍﺩﻮﺑﺃﻩﺍﻭﺭ

(

٢٥

“ Keberkahan makan itu ialah membasuh (tangan) sebelumnya (sebelum makan) dan membasuh sesudahnya (sesudah makan)” . (H.R. at-Tirmidzi)

25 Hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Qais bin ar-Rabi’. Menurut Abu Isa, Qais ﺚﻳﺪﳊﺍﻰﻓﻒﻌﻀﻳ . Jadi ulama menilai hadis tersebut adalah lemah. Imam at-Tirmidzi, Sunan

Yang dimaksud wudhu’ di sini adalah membasuh tangan, bukan wudhu’ untuk shalat.

Hadis di atas, didukung juga dengan hadis riwayat Aisyah r.anha. berikut :

ِ

ﺍَﻝﻮﺳﺭﻥَﺃ

ﻥﺎَﻛﻢﱠﻠﺳﻭِﻪﻴﻠﻋﺍﻰّﻠﺻ

!

ِﺓﻼﺼﻠِﻟﻩﺀﻮُﺿﻭَﺄﱠﺿﻮَﺗﺐﻨﺟﻮﻫﻭﻡﺎﻨﻳﻥَﺃﺩﺍﺭَﺃﺍَﺫ

,

ﻭ

!

ِﻪﻳﺪﻳَﻞﺴَﻏَﻞُﻛْﺄﻳﻥَﺃﺩﺍﺭَﺃﺍَﺫ

) .

ﺩﻭﺍﺩﻮﺑﺃﻩﺍﻭﺭ

(

26

“ Sesungguhnya Rasulallah saw. apabila hendak tidur sedangkan beliau dalam keadaan junub, maka beliau berwudhu’ seperti berwudhu’ untuk shalat, dan jika hendak makan, beliau mencuci kedua tangannya” (H.R. Abu Daud)

Hadis ini menunjukkan bahwa mencuci tangan sebelum makan merupakan hal yang penting, khususnya dalam kaitannya dengan masalah kebersihan dan kesehatan. Dengan melaksanakan anjuran ini, tidak hanya kesehatan yang didapat, tetapi berarti juga kita telah melaksanakan ibadah sunnah sebagaimana diajarkan oleh Nabi saw.

2. Membaca Basmalah

Sebelum makan hendaklah membaca “ basmalah” serta do’a. hal ini merupakan manifestasi ibadah dalam bentuk yang paling minimal. Sebab bila tidak menyebut nama Allah, setan niscaya akan turut makan bersama kita, dan dengan demikian hilanglah nilai ibadahnya.

Dalam sebuah hadis Nabi disebutkan :

26 M. Nâshiruddin Albâni, Shahîh Sunan A bi Dâud, (Riyadh : Maktabah al-Ma’rifah li an-Nasyr wa at-Tauzî’, 1998), cet. I, juz I, h. 68

ﺍِﻢﺴِﺑْﻞُﻘﻴْﻠَﻓًﺎﻣﺎﻌَﻃﻢُﻛﺪﺣَﺃَﻞَﻛَﺃﺍَﺫِﺍ

,

ﻩِﺮِﺧﺍﻭِﻪِﻟﻭَﺃﰲﺍِﻢﺴِﺑْﻞُﻘﻴْﻠَﻓِﻪِﻟﻭَﺃﰲ ﻲِﺴَﻧﻥِﺎَﻓ

.

)

ﻱﺬﻣﱰﻟﺍﻩﺍﻭﺭ

(

٢٧

“ Bila salah seorang diantara kamu hendak makan, maka ucapkanlah “ bismillâh” , namun bila ia lupa diawalnya, maka ucapkanlah “ bismillâhi fî awwalihi wa âkhirihi” (dengan nama Allah dari mula hingga akhir)” . (H.R. at-Tirmidzi)

3. Tenang dan Tidak Terburu-buru

Terburu-buru dalam makan merupakan perbuatan yang tidak terpuji, karena mencerminkan sikap rakus. Selain itu, makan secara perlahan-lahan sangat berpengaruh terhadap psikologis yaitu dapat menciptakan suasana rileks yang akan berdampak positif bagi saluran cerna. Makan terburu-buru menyebabkan makanan tidak tercerna secara mekanis dengan baik. Pencernaan mekanis yang berlangsung di mulut berlangsung kurang sempurna sehingga lambung terpaksa harus bekerja keras mencerna makanan yang masih kasar, tetapi sudah tertelan melalui kerongkongan.

Untuk menjaga laju makanan yang masuk ke mulut, usahakan agar sendok jangan terisi mekanan terlalu penuh. Selain itu, turunkan sendok di piring setiap kali suapan untuk memberi kesempatan mulut mengunyah makanan dengan sempurna.28 Demikian nasehat para ahli kesehatan, sangat sesuai dengan ajaran Islam.

27 Imam at-Tirmidzi, Op. Cit., h. 339

4. Tidak berlebih-lebihan

Islam sangat melarang makan secara berlebih-lebihan sebagaimana dengan tegas dijelaskan dalam al-Qur’an surat al-A‘râf ayat 31, yang telah diterangkan di atas. Berlebihan merupakan budaya yang tidak disukai oleh Allah. Kiat gizi seimbang yang sering dilupakan orang adalah makan secukupnya. Oleh karena itu, mengambil makanan jangan terlalu banyak sehingga tidak tersisa di piring. Hal ini juga untuk menghindari perbuatan yang dilarang Islam yaitu perbuatan mubadzdzir, sebagaimana firman Allah :

ﺍﺮﻳِﺬﺒَﺗﺭﱢﺬﺒُﺗﺎَﻟﻭ

.

ِﲔِﻃﺎﻴﺸﻟﺍﻥﺍﻮﺧِﺇﺍﻮُﻧﺎَﻛﻦﻳِﺭﱢﺬﺒﻤْﻟﺍﻥِﺇ

.

“ Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan” . (Q.S. al-Isrâ’ : 26-27)

Makan secukupnya sangat berpengaruh terhadap sistem pencernaan kita, sehingga ia bisa bekerja dengan optimal dan perut kita tetap merasa enak karena tidak kekenyangan.

5. Mengakhiri makan dengan do’a

Mengakhiri makan dan dengan berdo’a sebagai ungkapan syukur kepada Allah atas rezeki yang telah dikaruniakan oleh Allah sehingga badan menjadi sehat, dan dapat melaksanakan ibadah-ibadah lainnya dengan khusyu’ dan sempurna. Allah swt. berfirman :

ﻥﻭﺪﺒﻌَﺗﻩﺎﻳِﺇﻢُﺘﻨُﻛﻥِﺇِﻪﱠﻠِﻟﺍﻭﺮُﻜﺷﺍﻭﻢُﻛﺎﻨْﻗَﺯﺭﺎﻣِﺕﺎﺒﻴَﻃﻦِﻣﺍﻮُﻠُﻛﺍﻮﻨﻣﺍﺀﻦﻳِﺬﱠﻟﺍﺎﻬﻳَﺃﺎﻳ

yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah

kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu

menyembah” . (Q.S. al-Baqarah : 172)

Do’a singkat yang sebaiknya kita panjatkan sebagai rasa syukur kepada Allah, sebagaimana diajarkan oleh Rasulullah saw. adalah :

ﺎَﻧﺎَﻘﺳﻭﺎﻨﻤﻌْﻃَﺃﻱِﺬﱠﻟﺍِﺪﻤَﳊَﺍ

ﻦﻴِﻤِﻠﺴُﳌﺍﻦِﻣﺎﻨَﻠﻌﺟﻭ

.

“ Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami makan dan minum, serta menjadikan kami sebagai orang muslim” .

Demikian beberapa panduan, tata cara dan budaya makan dan minum yang dicontohkan dan diajarkan oleh Nabi saw. Totalitas ketaatan dan kepatuhan terhadap ajaran yang disandarkan pada prinsip wahyu akan sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan hidup di dunia dan keindahan di akhirat kelak.

C. M akanan Halal dan Bergizi dan Hubungannya dengan Umur Panjang