• Tidak ada hasil yang ditemukan

DALAM AL-QUR’AN

A. Sumber-sumber Makanan Hewani

2. Binatang yang Hidup di Laut

Hewan laut yang hidup di air asin dan tawar dihalalkan oleh Allah swt. sebagaimana terdapat dalam ayat berikut :

ﺎﻳِﺮَﻃﺎﻤﺤَﻟﻪﻨِﻣﺍﻮُﻠُﻛْﺄَﺘِﻟﺮﺤﺒْﻟﺍﺮﱠﺨﺳﻱِﺬﱠﻟﺍﻮﻫﻭ

“ Dan Dia-lah (Allah) yang menundukkan lautan (untukmu) agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan)...” . (Q.S. an-Nahl : 14)

Bahkan hewan laut atau sungai yang sudah mati dengan sendirinya (bangakai) tetap dihalalkan berdasarkan ayat 96 yang terdapat dalam surat al-Mâ’idah :

ِﺓﺭﺎﻴﺴﻠِﻟﻭﻢُﻜَﻟﺎﻋﺎَﺘﻣﻪﻣﺎﻌَﻃﻭِﺮﺤﺒْﻟﺍﺪﻴﺻﻢُﻜَﻟﱠﻞِﺣُﺃ

.

“ Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan” . (Q.S. al-Mâ’idah : 96)

Yang dimaksud dengan

ﺮــﺤﺒﻟﺍﺪﻴــﺻ

(buruan laut) adalah binatang hidup yang ditangkap atau diperoleh dengan jalan upaya seperti memencing, menjaring, dan sebagainya baik dari laut, sungai, danau, kolam dan lain-lain. sedangkan kata

ﻪـﻣﺎﻌﻃ

(makanan yang berasal dari laut) adalah ikan dan semacamnya yang diperoleh dengan mudah karena telah mati sehingga mengapung dan terdampar. Karena yang mengapung atau terdampar tidak lagi diperoleh dengan memburunya.13 Ada juga yang mengatakan bahwa

13 M. Quraish Shihab, Tafsir A l-M ishbah, Pesan, Kesan, dan Keserasian A l-Qur’an, (Jakarta : Lentera Hati, 2001) cet. I, h. 189, Lihat juga keterangan beliau dalam bukunya W awasan A

l-yang dimaksud dengan “ buruan laut” adalah ikan segar bagi penduduk pantai, sedangkan “ makanan yang berasal dari laut” adalah bangkai ikan atau hasil tangkapan yang digarami dan dan dikeringkan biasanya dijadikan persediaan atau bekal oleh para musafir dan orang yang tinggal jauh dari pantai.14 Allah swt. berfirman :

ﺎﻳِﺮَﻃﺎﻤﺤَﻟﻥﻮُﻠُﻛْﺄَﺗﱟﻞُﻛﻦِﻣﻭﺝﺎﺟُﺃﺢْﻠِﻣﺍَﺬﻫﻭﻪﺑﺍﺮﺷٌﻎِﺋﺎﺳﺕﺍﺮُﻓﺏْﺬﻋﺍَﺬﻫِﻥﺍﺮﺤﺒْﻟﺍﻱِﻮَﺘﺴﻳﺎﻣﻭ

“ Dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar, sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit. Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar...” (Q.S. Fâthir : 12) Ayat ini menjelaskan bahwa ikan hukumnya halal dimakan baik ikan yang hidup di laut maupun yang hidup di air tawar seperti di sungai, danau, kolam dan lain sebagainya.

Para ulama fiqih berbeda pendapat tentang hukum memakan bangkai ikan atau ikan yang sudah mengapung di permukaan air karena mati. Menurut Madzhab Abu Hanifah tidak dibenarkan memakan ikan yang mengapung di permukaan laut atau sungai dengan alasan bahwa ia termasuk bangkai. Madzhab ini berpegang pada ayat yang mengharamkan bangkai, yaitu surat al-Mâ’idah ayat 3 :

ُﺔَﺘﻴﻤْﻟﺍﻢُﻜﻴَﻠﻋﺖﻣﺮﺣ

Q ur’an, Tafsir M audlu’i atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung : PT. Mizan Pustaka, 2003) cet.

XIV, h. 141

14 Ibnu Katsir A d-Dimasyqi, Tafsîr A l-Qur’ân A l-‘A zhîm, (Beirut : Dâr al-Fikr, 1992), Jilid II, h. 126

“ Diharamkan bagimu (memakan) bangkai…” (Q.S. al-Mâ’idah : 3) Juga pada subuah hadis yang yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah dari Jabir :15

ﻢﻠﺳﻭﻪﻴﻠﻋﺍﻰﻠﺻﱯﻨﻟﺍﻦﻋ

" :

ﺍﻮﻠُﻜَﻓﺀﺎَﳌﺍﻪﻨﻋﺐَﻀَﻧﺎﻣ

,

ﺍﻮُﻠُﻜَﻓﻪَﻈﻔَﻟﺎﻣﻭ

,

ﻼَﻓﺎَﻔَﻃﺎﻣﻭ

ﺍﻮُﻠُﻛﺄَﺗ

) "

ﻭﺩﻭﺍﺩﻮﺑﺃﻩﺍﻭﺭ

!

ﻪﺟﺎﻣﻦﺑ

(

١٦

“ Sesuatu yang ada di laut yang surut maka makanlah, dan sesuatu yang dikeluarkan dari padanya maka makanlah, dan sesuatu yang terapung (karena mati) maka janganlah dimakan” . (H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah)

Sedangkan menurut pendapat Jumhur ulama, boleh memakan ikan yang mengapung di permukaan air, berdasarkan ayat ke 96 dalam surat al-Mâ’idah di atas. Juga berpegang pada hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, At-Tirmidzi, An-Nasa’i dan lain-lain melalui Abu Hurairah yang menyatakan bahwa :

ﻪُﺘَﺘﻴﻣﱡﻞِﳊﺍﻭﻩﺀﺎﻣﺭﻮﻬﱠﻄﻟﺍﻮﻫ

).

ﻢﻠﺴﻣﻩﺍﻭﺭ

(

١٧

“ Laut adalah suci airnya dan halal bangkainya” . (H.R. Muslim dan lain-lain)

Menurut hemat penulis, pendapat yang dikemukakan oleh Jumhur ulama adalah lebih tepat, karena selain hadis di atas, ada sebuah yang dapat menguatkan pendapat tersebut, yaitu :

15 Wahbah az-Z uhaili, Op. Cit., juz XIV, h. 102

16 Hadis ini diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah dari Jabir. Hadis ini dha’if

17 An-Nawawi, Shahih M uslim bi Syarh an-Nawawi, (Kairo : Dar al-Hadits, 1994), jilid XIII, h. 86

ِﻥﺎَﺘَﺘﻴﻣﺎﻨَﻟﺖﱠﻠِﺣُﺃ

:

ﺩﺍﺮَﳉﺍﻭﺕﻮُﳊﺍ

,

ِﻥﺎﻣﺩﻭ

:

ُﻝﺎﺤﱢﻄﻟﺍﻭﺪِﺒَﻜﻟﺍ

).

ﺪﲪﺃﻩﺍﻭﺭ

(

١٨

“ Dihalalkan untuk kita dua macam bangkai; ikan dan belalang, dan dua darah : hati dan limpa” . (H.R. Ahmad)

Dari hadis-hadis ini, maka dapat kita ketahui bahwa bangkai ikan tidak termasuk dalam keumuman ayat yang mengharamkan bangkai, sebagaimana terdapat dalam surat al-Mâ’idah di atas. Oleh karena itu, bangkai ikan tidak diragukan lagi kehalalannya.

Kita sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi ikan karena ikan ternyata tidak hanya enak dimakan, tetapi kandungan gizinya juga berdampak preventif terhadap penyakit degeneratif, seperti jantung koroner, tekanan darah tinggi, stroke, dan kanker. Protein ikan memiliki komposisi dan kadar asam amino esensial yang cukup. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa mutu protein ikan setingkat dengan mutu protein daging, sedikit di bawah mutu protein telur, dan di atas protein serealia dan kacang-kacangan.

Asam amino dalam protein ikan dapat meningkatkan mutu protein pangan lainnya. Misalnya, beras memiliki kadar asam amino lisin rendah tetapi ikan mengandung lisin lebih tinggi. Jadi mengkonsumsi nasi dan ikan bersama-sama akan bersifat komplementer atau saling melengkapi. Ikan sangat kaya akan protein. Selain itu, ikan khususnya ikan laut, juga kaya

akan yodium. Itulah sebabnya banyak mengkonsumsi ikan laut dapat mencegah penyakit gondok.19

Ikan merupakan sumber pemasukan DHA20, senyawa yang penting untuk perkembangan sel otak; dan sebagai sumber pemasukan EPA21, senyawa untuk memelihara tubuh dan mengurangi proses radang sendi akibat penuaan usia maupun akibat produksi eicosanoids yang berlebihan.

Eicosanoids yang berasal lemak jenuh hewan adalah senyawa yang dalam jumlah tertentu dibutuhkan tubuh, namun jika berlebihan menyebabkan timbulnya radang pada persendian sehingga persendian menjadi kaku dan nyeri.22

Kajian epidemiologis23 mengungkapkan bahwa bangsa Eskimo yang langka berpenyakit jantung ternyata mereka mengkonsumsi ikan 300-400 gram per hari. Sementara rata-rata orang Indonesia saat ini baru makan ikan sekitar 50 gram per hari. Telah diketahui bahwa ikan laut mengandung asam lemak omega-3 yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Sering mengkonsumsi ikan dapat membantu menghambat terjadinya aterosklerosis

(menyumbatan pembuluh darah).

Para ahli gizi juga sepakat bahwa asam lemak omega-3 dan omega-6 yang terdapat dalam ikan dan produk olahannya (termasuk minyak ikan)

19 Ali Khomsan, Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup, (Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2004), h. 41

20 DHA adalah singkatan dari “ Docosahexaenoic Acid” , salah satu komponen nutrien yang terdapat di dalam asam lemak tak jenuh Omega-3. Soenarso Soehardi, Op. Cit., h. 305

21 EPA adalah singkatan dari “ Eicosapentaenoic Acid” , yang juga merupakan salah satu komponen nutrien yang terdapat di dalam asam lemak tak jenuh Omega-3. Ibid.

22Ibid, h. 125

23 Epidemiologis adalah suatu studi yang menyelidiki tentang pengaruh penyebaran penyakit pada masyarakat. Pius A. Partanto dan M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer,

mempunyai peranan penting dalam peningkatan kecerdasan anak. Untuk membentuk perkembangan otak janin dalam kandungan, sangat dianjurkan agar ibu-ibu yang sedang hamil lebih banyak mengkonsumsi ikan.24

Demikianlah Allah swt. menciptakan lautan yang begitu kaya akan jenis-jenis ikan yang sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup manusia. Sebagai makhluk Allah yang diperintahkan untuk senantiasa berpikir, maka seharusnya manusia mengembangkan pengetahuannya mengenai kelautan dan perikanan khususnya dalam kaitannya dengan perbaikan gizi dan kesehatan.

Demikianlah beberapa jenis makanan hewani yang secara tegas dihalalkan oleh al-Qur’an dan memiliki kandungan gizi yang baik, sehingga sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh.