• Tidak ada hasil yang ditemukan

AKAR ANTROPOLOGI KESEHATAN

Dalam dokumen SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI DAN PERILAKU KESEHATAN (Halaman 121-127)

ANTROPOLOGI-KESEHATAN DAN PSIKOLOGI-ANTROPOLOGI

A. AKAR ANTROPOLOGI KESEHATAN

B. Pengobatan Tradisional dan Pengobatan Modern C. Peranan Antropologi Kesehatan dalam Pembangunan D. Wilayah Psikologi Antropologi

A. AKAR ANTROPOLOGI KESEHATAN

Kita menelusuri antropologi kesehatan kontemporer pada empat sumber yang berbeda yang perkembangannya masing-masing secara relatif, tetapi tidak mutlak terpisah satu sama lain: (1) per-hatian ahli antropologi fisik terhadap topik-topik seperti evolusi, adaptasi, anatomi komparatif, tipe- tipe ras, genetika dan serologi;

(2) perhatian etnografi tradisional terhadap pengobatan primitif,

termasuk ilmu sihir dan magic; (3) gerakan “kebudayaan dan kepribadian” pada akhir 1930-an dan 1940-an, yang merupakan kerjasama antara ahli-ahli psikiatri dan antropologi; dan (4) gerakan kesehatan masyarakat internasional setelah perang dunia II.

1. Antropologi Fisik

Lama sebelum ada ahli–ahli antropologi kesehatan “budaya”, ahli-ahli antropologi fisik belajar dan melakukan penelitian di sekolah-sekolah kedokteran, biasanya pada jurusan anatomi. Dapat di-pastikan bahwa ahli-ahli antropologi fisik adalah ahli antopologi kesehatan, karena perhatian mereka pada biologi manusia sejajar dan tumpang-tindih dengan banyak lapangan perhatian para dokter.

Nyatanya sejumlah besar ahli antropologi fisik adalah dokter. Baik dalam hal lapangan perhatian maupun dalam hubungan-hubungan-nya, ahli-ahli antropologi fisik di masa lalu, seperti halnya di masa kini, juga memberikan banyak perhatian pada topik-topik yang mempunyai kepentingan medis. Hasan dan Prasad (1959) me-nyusun daftar lapangan studi tersebut, yang meliputi nutrisi dan pertumbuhan, serta korelasi antara bentuk tubuh dengan variasi yang lurus dari penyakit–penyakit, misalnya radang pada persendian tulang (arthritis), tukak lambung (ulcer), kurang darah (anemia) dan penyakit diabetes. Berbagai studi antropologi mengenai per-tumbuhan manusia serta perkembanganya bersifat medis dan antropologis, serupa halnya dengan studi serelogi.

Underwood (1975) dan lain-lainya berusaha mendapatkan pengertian yang lebih luas mengenai proses penyakit melalui pe-ngamatan terhadap pengaruh-pengaruh evolusi manusia serta jenis penyait yang berbeda–beda pada berbagai populasi yang terkena sebagai akibat dari faktor–faktor budaya misalnya migrasi, kolo-nilisasi, dan meluasnya urbanisasi. Fiennes (1964) lebih jauh lagi mengajukan pendapatnya bahwa penyakit yang ditemukan dalam populasi manusia adalah suatu konsekuensi yang khusus dari suatu cara hidup yang beradab, dimulai dari pertanian yang menjadi dasar bagi timbul dan berkembangnya pemukiman penduduk yang padat.

Selama beberapa dasawarsa, ahli antropologi fisik disibukkan dengan “kedokteran forensik” sutau bidang mengenai masalah–

masalah kedokteran hukum yang mencakup identifikasi sepert umur, jenis kelamin, dan peninggalan ras manusia yang diduga mati karena unsur kejahatan, serta masalah penentuan orang tua dari seorang anak melalui tipe darah bila, bila terjadi keraguan mengenai siapa yang menjadi bapaknya. Damon (1975) misalnya, bekerja dalam tim ilmuan yang ditunjuk oleh Jaksa Agung dari negara bagian Massachusett untuk bertugas sebagai anggota dewan penasehat dalam usaha penangkapan 'si pencekik' dari Boston.

Dalam pengembangan usaha pencegahan penyakit, para ahli antropologi fisik telah memberikan sumbangan dalam penelitian mengenai penemuan kelompok-kelompok penduduk yang memiliki risiko yang tinggi, yakni orang-orang yang tubuhnya mengandung sel sabit (sickle-cell) dan pembawa penyakit kuning (hepatitis). Para ahli ini telah memanfaatkan pengetahuan mereka mengenai variasi manusia untuk membantu dalam bidang teknik biomedical, memberi sumbangan terhadap penciptaan pakaian-pakaian serta peralatan-peralatan yang tepat untuk untuk daerah kutub maupun tropic bagi tentara amerika dan pos-pos militer Amerika. Pakaian-pakaian para astronot maupun ruang-ruang kerja angkasa di bangun berdasarkan spesifikasi antropometri. Ukuran, norma-norma dan standar yang berasal dari sejumlah studi antropologi dalam berbagai survei tentang tingkatan gizi serta etiologi penyakit dalam populasi yang berbeda-beda maupun dalam suatu populasi. Daftar karangan tentang antropologi biologi terapan serasa tak ada habisnya.

2. Studi-studi tentang kebudayaan dan kepribadian

Kecuali berbagai studi tentang etnomedisin yang terutama dilakukan sebagai bagian dari penelitian mengenai kelompok (tribe), sebagian besar publikasi antropologi yang menyangkut kesehatan sebelum tahun 1950 berkenaan dengan gejala psikologi dan

psikiatri. Sejak pertengahan tahun 1930-an para ahli antropologi, psikiater dan ahli-ahli ilmu tingkah laku lainya mulai memper-tanyakan tentang kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat, dan lingkungan sosial budaya dimana tingkah laku itu terjadi. Apakah setiap orang dewasa yang terbentuk itu terutama disebabkan oleh pembentukan semua semasa kanak-kanak dan oleh penerimaannya terhadap kebiasaan masa kecil, serta karena pengalamanya diteri-manya kemudian? Atau adakah konstitusi psikis yang merupakan pembawaan faktor biologis, yang memainkan peranan penting dalam menentukan kebudayaan dan karenanya juga kepribadianya?

Pertanyaan-pertanyaan di berbagai bagian dunia bagaimana misal-nya “histeria kutub” di daerah kutub utara Amerika dan Asia dapat dijelaskan dalam masyarakat lain yang tidak mempunyai simtom yang serba itu atau amok (mengamuk) di Asia Tenggara ? Bagai-mana dapat di jelaskan norma–norma kepribadian yang nampak, yang demikian berada dalam berbagai kebudayaan? Para ahli yang mempelajari tingkah laku juga menaruh perhatian terhadap ke-mungkinan “tes proyektif ” baru, seperti kartu tes tinta Rorschach dan Thematic Apperception Test, dapat memberi penjelasan me-ngenai fungsi pikiran manusia-manusia, sehingga mereka dapat memberi kunci jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan yang dikemukakan.

Jangkauan dari topik–topik yang menarik perhatian para ahli antropologi dan para ahli ilmu–ilmu perilaku lain dalam bidang baru tersebut dilukiskan oleh judul–judul publikasi yang repres-entative, “anthropological data on the problem of instinct” (Mead 1942);

Doll Play of Pilaga Indian Children (Henry and Henry 1944); “Sibling rivalry in San Pedro” (Paul 1950); “Schizophrenia among primitives”

(Demerath 1942); “Agression in saulteaux society” (Hal Lowell 1940);

“Primitive psychiatry” (Devereux 1940); “Elements of psychotherapy in Navaho Religion” (Leighton and Leighton 1941); “some points of comparison and contrast between the treatment of functional disorders by Apache shamans and modern psychiatric practices” (Opler 1936). Yang

menarik adalah, hampir semua antropologi “kesehatan” terdapat dalam majalah-majalah psikiatri; dan sangat sedikit tulisan dite-mukan dalam publikasi-publikasi antropologi yang utama.

Walaupun bagian tersebut penelitian kepribadian dan kebu-dayaan bersifat teoritis, beberapa ahli antropologi yang menjadi pimpinan dalam gerakan tersebut menaruh perhatian besar pada cara-cara penggunaan pengetahuan antropologi dalam peningkatan taraf perawatan kesehatan. Sebab itu Devereux mempelajari struk-tur sosial dari suatu bagian perawatan schizophrenia dengan tujuan untuk mencari cara penyembuhan yang tepat (Devereux, 1944), dan suami-istri Leighton menulis sebuah buku yang amat baik, yang menunjukan tentang adanya konflik antara masyarakat dan kebudayaan Navaho dengan masalah–masalah dalam meng-introduksi pelayanan kesehatan modern bagi mereka (Leighton and Leighton, 1944).

3. Kesehatan masyarakat internasional

Meskipun Rockefeller Foundation telah sibuk dengan peker-jaan kesehatan masyarakat internasional sejak awal abad ini (misalnya Phillips 1955), dalam rangka kampanye cacing pita di Ceylon pada tahun 1916-1922), baru pada tahun 1942 Pemerintah Amerika Serikat memprakarsai kerjasama program-program kese-hatan dengan sejumlah pemerintah di Negara Amerika Latin, sebagai bagian dari program bantuan teknik yang lebih luas. Dengan berakhirnya perang, dan dengan perpanjangan program-program bantuan teknik Amerika Serikat bagi Afrika dan Asia, maupun dengan tebentuknya World Health Organization (WHO), maka program-program kesehatan masyarakat utama yang bersifat bilateral dan multilateral di negara-negara sedang berkembang merupakan sebagian dari gambaran dunia. Petugas-petugas kese-hatan yang bekerja di lingkungan yang bersifat lintas-budaya lebih cepat menemukan masalah dari pada mereka yang bekerja dalam

kebudayaan sendiri, dan khususnya mereka yang terlibat dalam klinik-klinik pengobatan melihat bahwa kesheatan dan penyakit bukan hanya merupakan gejala biologis, melainkan juga gejala soial-budaya.

Mereka segera menyadari bahwa kebutuhan kesehatan dari negara-negara berkembang tidaklah dapat dipenuhi dengan sekedar me-mindahkan pelayanan kesehatan dari negara-negara industri.

Kumpulan data pokok mengenai kepercayaan dan praktek pengobatan primitif dan petani yang telah diperoleh ahli antropologi kebudayaan pada tahun-tahun sebelumnya, informasi mengenai nilai-nilai budaya dan bentuk-bentuk sosial, serta pengetahuan mereka mengenai dinamika stabilitas sosial dan perubahan, telah memberikan kunci yang di butuhkan bagi masalah-masalah yang dijumpai dalam program-program kesehatan masyarakat awal tersebut. Para ahli antropologi dapat menjelaskan pada petugas kesehatan mengenai bagaimana kepercayaan-kepercayaan tradisional serta praktek-prakteknya bertentangan dengan asumsi-asumsi pengobatan Barat, bagaimana faktor-faktor sosial mem-pengaruhi keputusan-keputusan perawatan kesehatan dan bagai-mana kesehatan dan penyakit semata-mata merupakan aspek dari keseluruhan pola kebudayaan, yang hanya berubah bila ada perubahan-perubahan sosial-budaya yang mencakup banyak hal.

Dimulai pada awal 1950-an, para ahli antropologi mampu mendemonstrasikan kegunaan praktis dari pengetahuan mereka (dan metode-metode penelitian mereka) kepada petugas-petugas kese-hatan masyarakat internasional, yang banyak di antaranya menerima mereka dengan tangan terbuka. Atropologi memberikan gambaran tentang sebab-sebab dari banyaknya program-program yang kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan, dan dalam beberapa hal juga mampu mengajukan saran-saran untuk perbaikan. Pen-dekatan antropologi dapat diterima pula oleh petugas-petugas kesehatan masyarakat, oleh karena tidak mengancam mereka secara professional. Mereka melihatnya sebagai pendekatan yang aman, dalam arti bahwa pendekatan itu merumuskan masalah-masalah

hambatan terhadap perubahan yang terutama di tunjukan oleh masyarakat resipen. Berbagai studi yang representatif tentang partisipasi awal ahli-ahli antropologi dalam program-program lintas-budaya dan program-program kesehatan internasional, di antaranya adalah studi yang dilakukan oleh Adams (1953), Erasmus (1952), Foster (1952), Janney dan simmons (1954), Kelly (1956), Paul (1955), dan Saunders (1954). Kami percaya bahwa yang keempat dan yang terakhir inilah “akar” dari antropologi kesehatan kon-temporer, yang bila dibandingkan dengan lainnya, lebih mencetus-kan kesadaran bahwa telah timbul suatu simbulmu baru dalam ilmu antropologi yang potensinya pada waktu itu baru mulai dirasakan.

B. PENGOBATAN TRADISIONAL DAN PENGOBATAN

Dalam dokumen SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI DAN PERILAKU KESEHATAN (Halaman 121-127)