• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI DAN PERILAKU KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI DAN PERILAKU KESEHATAN"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI DAN PERILAKU KESEHATAN

(2)

Sanksi pelanggaran pasal 44: Undang-undang No. 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang No.

6 Tahun 1982 tentang hak cipta.

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 (satu), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah)

(3)

SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI

DAN PERILAKU KESEHATAN

Dra. Hj. Rd. Siti Sofro Sidiq, M.Si

Penerbit Alaf Riau Pekanbaru

BUKU AJAR

(4)

SOSIOLOGI-ANTROPOLOGI

DAN PERILAKU KESEHATAN

PENULIS

Dra. Hj. Rd. Siti Sofro Sidiq, M.Si EDITOR

Ihsan, SH., MH PENYELARAS NASKAH

Rohani Rigus Tarnando

SAMPUL Syamsul Anwar PERWAJAHAN

Arnain ’99 CETAKAN I Februari 2013 PENERBIT:

Alaf Riau Publishing Jl. Pattimura No. 9 Gobah-Pekanbaru Telp. (0761) 7724831 Fax. (0761) 857397

E-mail: arnain_99@yahoo.com ISBN 978-602-9012-34-

(5)

PRAKATA PENULIS

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas terbitnya buku ini. Pembuatan buku ini dengan tujuan membantu para mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan dalam memahami dan mendalami pengertian-pengertian dasar dan konsep-konsep tentang keilmuan Sosiologi-Antropologi yang terkait dengan Perilaku Kese- hatan. Penyajian buku ini diharapkan dapat meringankan beban para mahasiswa untuk melengkapi referensi yang terkait.

Dalam upaya mewujudkan buku ini, penulis mengambil ba- han dari buku-buku atau literatur serta website yang terkait dengan bidang ilmu yang ditulis. Tidak hanya itu, untuk lebih mengenai pada sasaran yang dituju, penulis juga melakukan diskusi dengan mahasiswa yang terpilih, yaitu Rohani S, Rigus T, Ulfa E, Nelly S, Khoirul A, dan Rosita.

Atas terbitnya buku ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah berkonribusi secara nyata:

1. Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas Riau dalam mata kuliah Filsafat dan Ilmu Sosial Dasar 1 dan Ilmu Sosial Dasar 2 konsentrasinya pada bidang prilaku kesehatan 2. Yayasan Stikes Hangtuah Pekanbaru, yang mana telah

memberikan kepercayaan pada penulis untuk mengasuh Mata Kuliah Dasar-dasar Antropologi dan Pengembangan Sumber Daya Manusia.

(6)

3. Yayasan STIKES Payung Negeri khususnya pada Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat (IKM) yang telah mem- berikan kesempatan kepada penulis untuk menyampaikan materi kepada mahasiswa angkatan 2010/2011 semester 4/semester genap dalam mewujudkan bahan/materi tidak terlepas dari silabus.

4. Yayasan Stikes Hangtuan Pekanbaru, yang juga telah mem- percayai penulis untuk menyampaikan Mata Kuliah Dasar- Dasar Antropologi dan Mata Kuliah Pengembangan Pada akhirnya penulisan menyadari masih banyak kekurangan yang perlu disempurnakan, khususnya bahan-bahan yang masih diperlukan di dalam pembahasan masalah Sosiologi Antopologi dan Prilaku Kesehatan. Tiada gading yang tidak retak tiada manusia yang tidak sempurna dan tidak ada manusia yang tidak punya khilaf, karena itu penulis sangat mengharapkan saran, kritik dari pihak pembaca. Semoga tulisan ini bermaanfaat bagi penulis dan kita semua.

Pekanbaru, 02 September 2012 Penulis

Dra. Hj. Rd. Siti Sofro Sidiq, M.Si

(7)

DAFTAR ISI

PRAKATA PENULIS ... 5 DAFTAR ISI ... 7

BAB I SOSIOLOGI ... 9 BAB II INDIVIDU, KELUARGA, KOMUNITAS,

DAN MASYARAKAT ... 21

BAB III PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN 31 BAB IV PERILAKU MASYARAKAT DALAM

KESEHATAN ... 47

BAB V PARTISIPASI MASYARAT DAN KEPEMIMPINAN 61 BAB VI ANTROPOLOGI ... 69 BAB VII KEBUDAYAAN ... 81 BAB VIII FAKTOR-FAKTOR SOSIAL BUDAYA

DAN TEORI-TEORI BUDAYA ... 93 BAB IX DAUR HIDUP DALAM KELUARGA ... 109

(8)

BAB X ANTROPOLOGI-KESEHATAN

DAN PSIKOLOGI-ANTROPOLOGI ... 121

(9)

Bab I

SOSIOLOGI

Standar Kompetensi

Setelah mempelajari bab ini, maka mahasiswa dapat menge- tahui dan memahami tentang sumber dari semua ilmu pengetahuan yang khususnya dalam gambaran sosiologi, sehingga dapat meng- analisa secara riil di dalam kehidupan bermasyarakat.

Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari pembahasan ini mahasiswa diharapkan dapat:

A. Menjelaskan sumber semua Ilmu

B. Menjelaskan Ilmu dan unsur-unsur Ilmu C. Menjelaskan Ilmu Pengetahuan

D. Menjelaskan Pengertian dan Batasan Sosiologi E. Menjelaskan Teori Klasik Aguste Comte F. Menjelaskan Paradigma Sosiologi Ritzer A. SUMBER ILMU PENGETAHUAN

Sebelum menjelaskan tentang konsep sosiologi, penulis hendak menjelaskan tentang sumber dari ilmu, yaitu filsafat. Filsafat dapat dikatakan segala kegiatan manusia yang menggunakan akal pikiran tentang kehidupan yang mendasar. Seperti halnya yang di-

(10)

kemukakan oleh Aristoteles sebagai filsafat pertama (prole philosophia) adalah pengetahuan teoritis yang menelaah peradaan yang abadi, tidak berubah, dan terpisah dari materi dan definisi filsafat sebagai

“the science of first principle” ilmu tentang azas-azas yang pertama. Semua pengetahuan lainnya secara logis mengandalkan atau berdasarkan ilmu, maka ilmu dikatakan sebagai filsafat pertama (Gie, 1991).

Sesuai dengan pandangan Garna (2005), bahwa filsafat ialah keingintahuan seseorang akan hakikat diri dalam kesemestaan; yang ingin menyimak kehadiran diri dengan kesemestaan dan karak- teristik berpikir. Filsafat itu adalah berpikir yang bersifat;

1. Menyeluruh; setiap orang selalu tidak puas dengan hanya me- ngenal ilmu hanya dari sisi pandang ilmu tersebut. Melihat ilmu dengan konsitensinya pengetahuan yang lainnya seperti kaitan ilmu dengan moral, dengan agama, dan ingin yakin bahwa ilmu membawa kebahagiaan bagi dirinya.

2. Mendasar; berfikir filsafat itu membongkar tempat berpijak secara fundamental, tidak lagi percaya demikian saja, bahwa ilmu itu benar, mengapa ilmu dikatakan benar ? Bagaimana proses peniliaan kriteria bahwa ilmu itu benar itu dilakukan dan benar itu apa.

3. Spekulatif; kecurigaan terhadap filsafat itu bukanlah spekulasi, tetapi merupakan dasar yang tak bisa diadakan. Dalam suatu pertanyaan harus melingkar, dan jika untuk menyusun ling- karan harus dari satu titik.

Dengan demikian, bahwa tugas yang utama filsafat mene- tapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan tersebut. Kemudian muncul pertanyaan yang perlu jawaban apa yang disebut logik?

Benar, sahih, dan teratur hidup bertujuan, dan hukum yang me- ngatur alam dan segenap sarwa kehidupan. Artinya filsafat adalah sebagai landasan untuk tempat berpijak suatu ilmu.

Filsafat dipandang sebagai induk ilmu pengetahuan atau ilmu pengetahuan umum. Pythagoras menyatakan dirinya sebagai cinta

(11)

kebijaksanaan karena kata “philein “(bahasa Yunani) adalah cinta dan sophia merupakan kebijaksanaan. Asal usulnya sebagai pen- jelasan yang rasional secara keseluruhan. Prinsip dan azas terhadap fakta adalah filsafat. Dengan demikian filsafat sebagai induk dari pengetahuan, tetapi berbeda dengan ilmu pengetahuan (Soekanto, 2006).

B. ILMU

Pada zaman Yunani Kuno, episteme atau pengetahuan rasio- nal yang mencakup filsafat maupun ilmu pertumbuhan sampai abad modern, bahwa istilah ilmu pengetahuan merupakan pleonasme yang lebih dari satu perkataan yang sama artinya. Dengan perkataan Inggris cukup dengan science disebut ilmu. Istilah ilmu atau sience merupakan suatu rangkaian yang cukup bermakna ganda, lebih dari satu arti cakupannya. Pertama, bahwa ilmu merupakan istilah umum untuk menyebut sebuah ilmu pengetahuan, mengacu pengetahuan umum (science in general). Arti yang kedua dari ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang mempelajari sesuatu pokok soal tertentu. Arti ini, ilmu mengacu pada cabang ilmu khusus seperti antropologi, geografi, dan sosiologi.

Ilmu ini sebagai ilmu khusus yang dikatakan sebagai ilmu penge- tahuan sistematis mengenai dunia fisik atau material (syistematic knowledge of the physical or material world).

Ilmu adalah proses yang membuat pengetahuan (science is the proces which makes knowledge). Pemahaman ilmu sebagai proses dikemukakan oleh Warfield yang menegaskan, bahwa ilmu dapat dipandang sebagai suatu bentuk aktivitas manusia, maka akan melangkah sampai metode dari aktivitas itu. Titus telah mem- pergunakan istilah ilmu untuk menyebut suatu metode guna memperoleh pengetahuan yang objektif dan dapat diperiksa kebenarannya (a method of obtaining knowledge that is objective and veryfiable).

(12)

C. ILMU PENGETAHUAN

Manusia diciptakan Tuhan dengan segala kelebihan dari makhluk hidup yang lain, yaitu mempunyai pikiran, kehendak, dan naluri. Seperti apa yang dikemukakan Soekanto (2006), manusia memiliki kemampuan berpikir, berkehendak, dan kemampuan merasa. Dengan adanya pikiran, maka manusia mempunyai ilmu (pengetahuan), dengan kehendak manusia mengarah pada perilaku, dan dengan perasaan manusia mencapai kesenangan. Sarana dalam mencapai ilmu pengetahuan digunakan dengan logika, sarana untuk meningkatkan pola prilaku dan mutu kesenian, maka disebut etika dan estetika. Dalam pembicaraan manusia yang dibatasi oleh logika merupakan ajaran berpikir yang harus tepat dengan pedoman ide kebenaran.

Dengan demikian, bahwa ilmu pengetahuan adalah penge- tahuan (science) yang tersusun sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran yang selalu dapat diperiksa dan ditelaah (di- kontrol) dengan kritis oleh orang lain yang ingin mengetahuinya.

Beberapa unsur pokok dalam ilmu pengetahuan, yaitu:

1. Pengetahuan (knowledge) 2. Tersusun secara sistematis 3. Menggunakan pemikiran

4. Dapat dikontrol secara ktitis oleh orang lain atau umum (objektif).

Pada dasarnya bahwa ilmu pengetahuan muncul karena ada hasrat ingin tahu didalam diri manusia. Keingintahuan ini di- akibatkan, menginginkan mengetahui tentang kehidupan yang masih belum terlihat dan manusia ingin mencari kebenaran dari ketidakjelasan tadi. Manusia untuk mencapai kebenaran, maka memalui proses pemikiran dengan menggunakan akal pikiran, sehingga dapat ditempuh melalui berbagai cara.

(13)

D. PENGERTIAN DAN BATASAN SOSIOLOGI

Runtutan sebuah ilmu berawal dari filsafat, setelah itu mun- cullah ilmu. Dari ilmu diturunkan menjadi tiga wilayah bidang ilmu, yaitu Natural Science, Social Science, Humaniora. Ketiga cabang ilmu saling berkaitan, namun wilayah kajian berbeda. Salah satu bagian dari rumpun ilmu-ilmu sosial adalah sosiologi. Soekanto (2006) mengatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat dan sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, karena memenuhi segenap unsur unsur ilmu pe- ngetahuan yang ciri-ciri utamanya sebagai berikut :

1. Bersifat empiris, ilmu pengetahuan tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal yang sehat serta hasinya tidak spekulatif.

2. Bersifat teoritis, ilmu tersebut selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi. Abstraksi merupakan kerangka unsur-unsur yang tersusun secara logis dan bertujuan untuk menjelaskan hubungan hubungan sebab akibat, sehingga pada akhirnya menjadi teori.

3. Bersifat kumulatif, bahwa teori sosiologi dibentuk atas dasar teori- teori yang sudah ada secara emprik dan dalam arti untuk memperbaiki, memperluas dan memperhalus teori teori yang sudah ada.

4. Bersifat non-etis, yang dipermasalahkan bukan baik buruk tentang fakta tertentu, tetapi tujuannya adalah untuk menjelas- kan fakta secara analisis.

Batasan sosiologi dapat dikemukakan secara keseluruhan pengertian, sifat, dan hakikat yang dimaksud. Sebagai landasan, maka ada beberapa definisi sosiologi sebagai berikut:

1. Sorokin mengatakan bahwa sosiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari:

a. Hubungan dan pengaruh timbal balik anatar aneka macam gejala-gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi,

(14)

gerak masyarakat dengan politik dan lain sebagainya).

b. Hubungan antara pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala-gejala non-sosial (misalnya gejala geografis, biologis, dan sebagainya)

c. Ciri-ciri umum semua jenis gejala gejala sosial.

2. Roucek and Warren mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok- kelompok.

3. Fogburn dan Nimkom berpendapat bahwa sosiologi adalah penelitian secara ilmiah terhadap interaksi sosial dan hasilnya adalah organisasi sosial.

4. Van Doorn dan Lemmers berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang struktur-struktur dan proses-proses kemasyarakatan yang bersifat stabil.

Soemardjan dan Soemardi menyatakan bahwa sosiologi atau ilmu kemasyarakatan ialah ilmu yang mempelajari stuktur sosial dan proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.

Penjelasannya adalah:

1. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta lapisan-lapisan sosial.

2. Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara berbagai segi kehidupan bersama, kisahnya pengaruh timbal baik dari segi ekonomi dengan politik, segi kehidupan hukum dengan agama, antara kehidupan agama dengan ekonomi dan lain sebagainya.

Proses sosial yang tersendiri ialah dalam hal terjadinya peru- bahan-perubahan dalam struktur sosial.

Sifat hakikat dari sosiologi adalah sebagai berikut:

a. Sosiologi merupakan ilmu sosial.

b. Sosiologi bukan ilmu yang bukan normatif, tetapi ilmu yang katagoris.

(15)

c. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang murni (pure science).

d. Sosiologi ilmu pengetahuan yang abstrak, bukan ilmu yang kongkrit.

e. Sosiologi bertujuan untuk menghasilkan pengertian- pengertian dan pola-pola umum.

f. Sosiologi merupakan ilmu yang empiris dan ilmu yang rasional.

g. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum bukan ilmu khusus.

Soekanto (2006) melihat sifat dan hakikat dari ilmu Sosiologi, maka dapat disimpulkan bahwa sosiologi adalah mengkaji mas- yarakat dengan objek masyarakat. Dengan demikian untuk lebih jelasnya batasan masyarakat dikemukakan diantaranya:

1. Mac Iver dan Page mengatakan bahwa masyarakat ialah suatu sistem dari kebiasaan dan tata cara dari wewenang dan ker- jasama antara berbagai kelompok dan penggolongan dan penga- wasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia. Kese- luruhan yang selalu berubah-ubah ini kita namakan masya- rakat. Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan masyarakat selalu berubah.

2. Linton mengatakan bahwa masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumus- kan dengan jelas.

3. Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan.

Dalam pernyataan di atas, para pakar terlihat mempunyai per- nyataan yang berbeda, tetapi pada dasarnya sama dalam makna tentang konsep msyarakat. Dengan demikian masyarakat mempu- nyai unsur-unsur diantaranya :

(16)

1. Merupakan hidup bersama minimal 2 orang atau lebih.

2. Bergaul dengan cukup lama, mengadakan komunikasi, inte- raksi, sehingga menyatu satu hubungan yang tidak terpisahkan, karena saling mempengaruhi.

3. Harus sadar sebagai anggota masyarakat bahwa ia bagian dari sistem.

4. Merupakan satu sistem hidup bersama yang melahirkan kebu- dayaan.

Dengan demikian, bahwa manusia sebagai bagian dari masya- rakat pada dasarnya adalah karena manusia mempunyai dua hasrat yang kuat di dalam diri, yakni keinginan untuk bersama dengan sesama atau manusia lain yang ada disekelilingnya dan keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alam sekeliling (Soekanto, 2006).

E. TEORI KLASIK AGUSTE COMTE

Termasuk para pemikir teori-teori Sosiologi Klasik adalah Comte, Marx, Durkhaeim, Weber, Simemel, Sumner, Mead, Cooley, Thomas, dan Znaniecki di Amerika. Dalam hal ini akan dike- mukakan arti teori dan fungsi teori. Suatu teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu. Fakta tersebut merupakan sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris.

Teori ada hubungan dua variabel atau lebih yang telah diuji ke- benarannya. Variabel merupakan karakteristik dari orang-orang, benda-benda atau keadaan yang mempunyai nilai-nilai yang ber- beda, misalnya usia, jenis kelamin, dan lain sebagainya (Soekanto, 2006).

Selanjutnya teori adalah prinsip-prinsip dasar yang terwujud dalam bentuk rumus atau aturan yang berlaku umum , menjelaskan hakikat suatu gejala, hakikat hubungan antara dua gejala atau lebih, relevan dengan kenyataan yang ada dan operasional, alat untuk penjelasan dan pemahaman, dapat diverifikasi, berguna dalam meramalkan suatu kejadian (Suparlan, 1982). Menurut Fuad Hasan dan Kentjaraningrat teori berfungsi dalam hal:

(17)

1. Menyimpulkan generalisasi dan fakta hasil pengamatan.

2. Memberi Kerangka orientasi untuk menganalisis dan klasifikasi dari fakta-fakta yang diperoleh.

3. Memberi ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan terjadi.

4. Mengisi lowongan-lowongan dalam pengetahuan tentang gejala- gejala yang telah atau terjadi. Dengan demikian, bahwa teori berfungsi jika:

a. Mempunyai konsistensi internal (susunan konsep tidak ber- tentangan dengan satu dengan yang lainnya).

b. Mempunyai konsistensi ekternal (mempunyai hubungan dengan realitas yang didapat dari observasi mengenai realitas tersebut.

c. Mempunyai kekuatan untuk meramalkan suatu kejadian dan dapat diverifikasi (pembuktian).

d. Mempunyai kekuatan generalisasi, sehingga dapat mene- rangkan kejadian yang luas.

e. Mempunyai singkat ringkas ilmiah (dari dua teori yang mampu menjelaskan suatu kejadian dan meramal, maka dipakai teori yang kurang kompleks).

Comte lahir Montpelar Perancis tahun 1798. Agamanya Katolik dan berdarah bangsawan, tidak memperlihatkan loyalitas.

Permulaan yang menggunakan istilah sosiologi dan membedakan antara ruang lingkup dan isi ruang lingkup serta isi dari ilmu pe- ngetahuan sosial lainnya. Ia menyusun sistematika dari filsafat se- jarah dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda. Me- nurutnya ada tiga tahapan perkembangan intelektual yang masing- masing merupakan tahap sebelumnya, yaitu :

- Pertama tahap teologis atau fiktif, segala gejala selalu ditafsir- kan disekelilingnya secara teologis, dengan kekuatan-kekuatan roh, dewa-dewa atau Tuhan.

- Tahap kedua yang merupakan perkembangan dari tahap

(18)

pertama adalah tahap metafisik. Tahap ini manusia meng- anggap bahwa di dalam segala gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya dapat diungkapkan.

- Tahap ini meangasumsikan dalam kehidupan selalu ada per- tentangan-perentangan, dan dalam mengaitkan industrialisasi dengan tahap rasional perkembangan manusia dengan akan terjadi perdamaian manusia yang kekal dalam siatuasi industri.

Menurut Comte ilmu pengetahuan bersifat positif, jika ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan kongkrit. Tanpa ada halangan dari pertimbangan lainnya.

Ada kecenderungan untuk memberikan penilaian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan terhadap jalan mengukur isinya positif, serta sampai sejauhmana ilmu-ilmu pengetahuan menurut tingkat pengurangan generalitas dan peningkatan kompleksitasnya seperti matematika-astronomi-fisika-ilmu kimia-biologi, dan sosiologi.

Pemikiran Comte yang dominan adalah pada sosiologi yang merupakan ilmu pengetahuan yang kompleks dan ilmu penge- tahuan yang berkembang dengan pesat. Menurutnya sosiologi me- rupakan ilmu pengetahuan yang positif tentang hukum-hukum dasar dari gejala-gejala. Selain itu juga Comte membedakan antara sosiologi statis dan sosiologi dinamis.

F. PARADIGMA SOSIOLOGI

Ritzer (1980) memandang bahwa paradigma adalah pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan dengan urutannya:

a. Paradigma Filsafat b. Paradigma Metafisk c. Paradigma Sosial d. Paradigma Oprasional e. Paradigma kongkrit

(19)

Alimandan sebagai alih bahasa dari Ritzer mengatakan bahwa paradigma sosiologi sebagai suatu konsep. Istilah paradigma per- tama kali dikemukakan oleh Thomas Kuhn dalam karyanya The Stucture of Scientific Revolution (1962). Paradigma menempati posisi sentral di tengah-tengah perkembangan sosiologi. Ia mempunyai tiga tipe, yakni:

- Paradigma metafisik

- Paradigma yang bersifat sosiologi - Paradigma yang bersifat konstrak.

Paradigma mengarah pada sosiologi yang memerankan, bah- wa paradigma sosiologi mirip dengan konsep eksemplar Thoma Khun pada edisi pertama. Penjelasannya pada keragaman fenomena yang dapat tercakup dalam pengertian seperti kebiasaan-kebiasaan nyata, keputusan-keputusan hukum yang diterima, hasil-hasil nyata perkembangan ilmu pengetahuan serta hasil-hasil penemuan ilmu pengetahuan yang diterima secara umum. Inilah yang memperoleh kedudukan sebagai eksemplar. Contoh kedua hasil karya Durkheim mendapatkan pengakuan dan diterima secara umum di kalangan ilmu sosial lainnya, sehingga menempati kedudukan sebagai ek- semplar dalam paradigma sosiologi, baik dari paradigma fakta sosial maupun paradigma definisi sosial. Karya Weber tentang Social Actions mendapat kedudukan sebagai eksemplar terhadap kedua paradigma yang telah ditulis di atas, sehingga Durkheim dan Weber mempe- roleh predikat sebagai “jembatan paradigma" (Alimandan, 1980).

Kesimpulan

- Sumber dari semua ilmu adalah filsafat, yaitu segala kegiatan manusia yang menggunakan logika untuk memikirkan tentang kehidupan dengan mendasar.

- Ilmu dan ilmu pengetahuan merupakan dua konsep yang saling berhubungan, karena ilmu ada metoda dan mempunyai objek.

Sedangkan pengetahuan merupakan arahannya adanya objek dan subjek.

(20)

- Batasan ilmu sosiologi adalah ilmu hubungan masyarakat de- ngan objek masyarakat dan mempunyai segenap unsur-unsur, yang mengasilkan kebudayaan.

- Paradigma sosiologi adalah pandangan tentang masyarakat dengan segala aktifitasnya, yang mempunyai hukum-hukum yang harus dilaksanakan oleh anggota masyarakat.

- Pandangan sosiologi Teori Klasik dari Comte melahirkan sosio- logi suatu ilmu pengetahuan positif yang memunculkan sosiologi dinamis dan sosiologi statis.

Daftar Pertanyaan

1. Jelaskan tentang filsafat, ilmu pengetahuan ?

2. Jelaskan bagian dari ilmu dan bagaimana hubungannnya ? 3. Jelaskan perbedaan ilmu-ilmu sosial dengan sosiologi ? 4. Jelaskan tentang teori-teri sosiologi klasik ?

5. Jelaskan perbedaan antara sosiologi dengan ilmu lain ? Daftar Pustaka

Alimandan. Sosiologi Berparadigma Ganda: Penyadur George Ritzer.

Jakarta: Rajawali, 1980.

Doule Paul Johnson. Teori-Teori Sosiologi Klasik Modern. Jakarta:

Gramedia, 1967.

Judistira K. Garna. Filsafat Ilmu. Bandung: Judistira Garna Foundation dan Primaco Akademika, 2005.

Soerjono Soekanto, Pengantar Sosiologi. Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2006.

Munandar Soelaiman. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.

Jakarta: Rafika Aditama, 2005.

The Liang Gie. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty, 1991.

(21)

Bab II

INDIVIDU, KELUARGA,

KOMUNITAS, DAN MASYARAKAT

Standar Kompetensi

Setelah mempelajari dalam bab ini, maka mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep individu, keluarga, komunitas, dan masyarakat, serta dapat menganalisa secara riil dalam kehidupan sehari hari.

Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari dalam kontek di bawah ini mahasiswa diharapkan dapat:

A. Menjelaskan tentang individu sebagai organisme biologi B. Menjelaskan tetang daur hidup dalam keluraga

C. Menjelaskan tentang komunitas dari berbagai kelompok kehidupan D. Menjelaskan tentang masyarakat dan unsur-unsur masyarakat

A. INDIVIDU

Perkataan “individu” berasal dari kata latin, yaitu Individuum, yang artinya “yang tak terbagi” dan merupakan sebutan untuk menyatakan sebagai sebutan suatu satu kesatuan yang terkecil dan terbatas. Pemahaman individu yang menyangkut pada tabiat dengan kehidupan jiwanya yang majemuk (konsep sosial ), yang memegang penanan dalam pergaulan hidup. Dan dalam pergaulan sosial hal ini (individu) tidak terlalu banyak dapat mempengaruhi kehidupan pada manusia lain. Individu sebagai keseluruhan yang tak dapat

(22)

dibagi, melainkan sebagai satu kesatuan yang terbatas yang di- katakan manusia perseorangan yang mempunyai sifat dan karakter tersendiri dan berbeda dengan manusia lainnya. Dalam beberapa hal ada persamaan dan dalam hal lain mempunyai perbedaan di- antara manusia lain (Sulaiman, 2005).

Pandangan dalam Antropologi, bahwa makhluk manusia dikaji mulai dari abad pertengahan ke19 yang diteliti oleh Darwin, mengemukakan tentang evolusi manusia yng dipandang dari sudut biologi. Manusia hanya merupakan satu jenis makhluk diantara lebih dari sejuta jenis makhluk lain, yang pernah atau masih men- duduki dalam dunia. Berdasarkan teori ini tentang evolusi biologi bentuk tertua di muka bumi ini terdiri dari makhluk makhluk satu sel yang sangat sederhana seperti protozoa. Dalam jangka waktu ratusan juta tahun lamanya timbul dan berkembang bentuk hidup berupa makhluk -makhluk organisme yang makin lama dan makin kompleks, dan selanjutnya berkembang atau berevolusi makhluk- makhluk lain seperti kera dan manusia.

B. KELUARGA

Plato dan Aritoteles menyebut keluarga bukanlah merupakan keluarga yang dikatakan inti dan keluarga luas, tetapi yang berhu- bungan dengan keluarga dalam arti dengan negara. Keluarga dalam arti lebih sempit lagi, pembahasannya lebih mengarah pada ke- lompok-kelompok keluarga tertentu seperti pada keluarga petani, sedangkan Hendrick diarahkan pada keluarga kelas menengah di kota (Khairudin, 2004). Terlihat konsep di atas ternyata keluarga merupakan sebagai satu kesatuan unit terkecil dimana didalamnya menyangkut dalam menjalankan suatu kehidupan dalam unit terkecil. Sejalan dari konsep yang dikemukakan oleh Sugito menga- takan bahwa keluarga sebagai suatu sistem, kelangsungan sangat bergantung pada kesiapan masing-masing individu dalam meme- nuhi fungsi dan peranannya sesuai dengan statusnya di dalam keluarga.

(23)

Pada dasarnya keluarga dapat dibedakan menjadi dua, yaitu keluarga inti dan keluarga luas. Keluarga inti adalah kelompok manusia yang terikat oleh ikatan perkawinan, ikatan darah atau adopsi (pengangkatan), yang membentuk sebuah rumah tangga yang saling bertindak dan berhubungan dalam masing-masing peranannya sebagai ayah, ibu dan anak-anak yang membentuk dan memelihara kebudayaan (Harsojo, 1984).

Pandangan berbeda dikemukakan Katjasungkana yang me- ngatakan bahwa keluarga (inti) adalah tempat seluruh anggota- anggotanya (suami-istri dan anak-anak) bisa dengan bebas dan mempunyai otonomi untuk mengembangkan dirinya dan meng- aktualisasikan disrinya sesuai dengan potensi-potensi yang ada.

Sedangkan keluarga luas adalah keluarga yang terdiri dari keluarga inti senior dan yunior. Keluarga inti dan keluarga luas merupakan suatu kesatuan sosial terkecil yang fungsinya antara lain:

1. Mempersiapkan anaknya bertingkah laku sesuai dengan nilai- nilai dan norma (aturan-aturan) dalam masyarakat dimana keluarga tersebut berada (sosialisasi).

2. Mengusahakan terselenggaranya kebutuhan ekonomi rumah tangga (ekonomi), sehingga keluarga sering disebut sebagai unit-unit produksi.

3. Melindungi anggota keluarganya (perlindungan), dan 4. Meneruskan keturunan (reproduksi).

Badan Koordinasi Keluarga berencana Nasional (BKKBN) nampaknya lebih luas.

1. Fungsi Keluarga

Keluarga merupakan satu kesatuan unit terkecil atau sebagai struktur sosial yang pertama dan dapat dikatakan sebagai lembaga sosial yang pertama, maka keluarga mempunyai fungsi yang sangat mendasar bagi keluarganya. Untuk mempertahankan keutuhan dalam rumah tangganya, maka di dalam komponen-komponen mem- punyai fungsi masing-masing seperti ayah, ibu, dan anak-anaknya.

(24)

Dikemukakan oleh Sasmita dkk, tugas dan tanggung jawab suami dalam rumah tanggnya adalah:

a. Memberi nafkah lahir batin kepada istri sesuai dengan ke- mampuannya.

b. Memelihara, membimbing dan memimpin semua anggota keluarganya serta bertanggung jawab atas keselamatan dan kesejahteraan keluarga.

c. Mendidik dan membesarkan.

2. Ciri Umum Keluarga

Ciri-ciri umum keluarga antara lain seperti yang dikemukakan oleh Mac Iver and Page:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan.

b. Berbentuk perkawinan atau susunan kelembagaan yang berkenaan dengan hubungan perkawinan yang sengaja di- bentuk dan dipelihara

c. Suatu sistem tata nama, termasuk bentuk perhitungan garis keturunan

d. Ketentuan-ketentuan ekonomi yang dibentuk oleh anggota- anggota kelompok yang mempunyai ketentuan khusus ter- hadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi yang berkaitan de- ngan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan mem- besarkan anak

5. Merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga yang walau bagaimanapun, tidak mungkin menjadi terpisah terhadap kelompok keluarga.

Burgess dan Locke juga mengemukakan terdapatnya empat karakteristik keluarga yang terdapat pada semua keluarga dan juga untuk membedakan keluarga dari kelompok-kelompok sosial lainnya.

(25)

a. Keluarga adalah susunan orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah, dan adopsi. Pertalian antara suami dan istri adalah perkawinan dan hubungan antara orang tua dan anak biasanya adalah darah, dan kadang kala adopsi.

b. Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap dan merupakan susunan satu rumah tangga atau jika mereka bertempat tinggal, rumah tangga tersebut menjadi rumah mereka. Definisi mengenai rumah tangga adalah merupakan kelompok orang-orang yang bertempat tinggal bersama dan membentuk unit rumah tangga sendiri. Tempat kos dan tempat penginapan bisa saja menjadi rumah tangga tetapi tidak akan dapat menjadi keluarga karena anggota-anggotanya tidak dihubungkan oleh darah, perkawinan atau adopsi.

c. Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinterkasi dan berkomunikasi yang menciptakan peran- peran sosial bagi si suami dan istri, ayah dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peran-peran tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat oleh kekuatan melalui sentimen- sentimen yang sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional yang menghasilkan pengalaman.

d. Keluarga adalah pemeliharan suatu kebudayaan bersama diperoleh pada hakikatnya dari kebudayaan umum, tetapi dalam suatu masyarakat yang komplek masing-masing keluarga mempunyai ciri-ciri yang berlainan dengan keluarga lainnya. Perkawinan merupakan penyatuan dari dua orang yang masing-masing mempunyai sejarahnya sendiri-sendiri.

Keluarga merupakan gabungan dari pola-pola kebudayaan yang disalurkan melalui dua sisi keluarga, yang dalam inte- raksinya dengan pengaruh-pengaruh budaya luar menim- bulkan pola-pola kehidupan yang berbeda dari setiap keluarga baru.

(26)

Jadi sekarang, keluarga dapat didefinisikan sebagai suatu ke- lompok dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan-ikatan per- kawinan, darah, atau adopsi, merupakan susunan rumah tangga sendiri, berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain menim- bulkan peran-peran sosial bagi suami istri, ayah ibu, putra putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan, merupakan pemeliharaan kebudayaan bersama.

3. Ciri Khusus Keluarga

Dari seluruh organisasi, kecil maupun besar yang terdapat didalam masyarakat, tidak ada yang lebih penting dari pada keluarga dalam intensitas pengertian sosiologisnya. Keluarga juga memiliki ciri-ciri khusus sebagai berikut:

a. Kebersamaan

Keluarga merupakan bentuk yang hampir universal diantara bentuk-bentuk sosial lainnya. Dia dapat ditemui dalam semua masyarakat, pada semua tingkat perkembangan sosial, dan terdapat pada tingkatan manusia yang paling rendah sekali- pun, hampir setiap keadaan manusia mempunyai keang- gotaan dari beberapa keluarga.

b. Dasar-dasar emosional

Hal ini didasarkan pada suatu kompleks dorongan-dorongan yang sangat mendalam dari sifat organis kita, seperti perka- winan, menjadi ayah, kesetiaan akan maternal, dan perha- tian orang tua.

c. Pengaruh perkembangan

Hal ini merupakan lingkungan kemasyarakatan yang paling awal dari semua bentuk kehidupan yang lebih tinggi ter- masuk manusia, pengaruh perkembangan yang paling besar dalam kesadaran hidup yang merupakan sumbernya.

(27)

d. Ukuran yang terbatas

Keluarga merupakan kelompok yang terbatas ukurannya, yang dibatasi oleh kondisi-kondisi biologis yang tidak dapat lebih tanpa kehilangan identitasnya, oleh sebab itu keluarga merupakan skala yang paling kecil dari semua organisasi formal yang merupakan struktur sosial, dan khususnya dalam masyarakat yang sudah beradap, dimana keluarga secara utuh terpisah dari kelompok kekerabatan.

e. Posisi inti dalam struktur sosial

Keluarga merupakan inti dari organisasi sosial lainnya.

Struktur sosial secara keseluruhan dibentuk dari satuan- satuan keluarga. Hanya dalam masyarakat yang kompleks dengan peradapan yang lebih tinggi keluarga berhenti untuk memenuhi fungsi-fungsi ini, demikian juga masyarakat lokal, seperti halnya pembagian kelas-kelas sosialnya, cenderung untuk mempertahankan kesatuan-kesatuan keluarga.

f. Tanggung jawab anggota

Keluarga memiliki tuntutan yang lebih besar dan kontiniu dari pada yang biasa dilakukan oleh asosiasi-asosiasi lainnya.

g. Aturan kemasyarakatan

Hal ini khususnya terjaga dengan adanya hal-hal yang tabu didalam masyarakat dan aturan-aturan sah yang dengan kaku menentukan kondisi-kondisinya, pada suatu tempat, perjanjian perkawinan lebih keras dibatasi dibandingkan perjanjian-perjanjian lainnya dimana pasangan tidak mempunyai kebebasan untuk menentukan syarat-syarat atau merubah dengan persetujuan bersama. Pada masya- rakat modern keluarga merupakan salah satu asosiasi de- ngan persetujuan kelompok dapat dengan bebas masuk tetapi tidak bebas meninggalkan atau membubarkannya walaupun dengan persetujuan bersama.

(28)

h. Sifat kekekalan dan kesementaraannya

Sebagai institusi keluarga merupakan sesuatu yang demi- kian permanen dan universal dan sebagai asosiasi meru- pakan organisasi yang paling bersifat sementara dan yang paling mudah berubah dari seluruh organisasi penting lainnya dalam masyarakat.

C. KOMUNITAS

Para ahli antropologi tampaknya sepakat bahwa menurut Garna, komunitas merupakan suatu konsep yang masih samar- samar batasannya, karena sudah lebih kurang dua ratus para tahun lamanya konsep itu diperbincangkan masih belum terdapat batasan yang memuaskan semua. Penggunan konsep komunitas terbagi dalam dua hal, yaitu teritorial dan relasional. Sebagai konsep yang berlandasan teritorial atau kawasan, maka komunitas berkaitan dengan kawasan fisik atau kawasan geografi, seperti komunitas kota dan komunitas petani sayuran.

Batasan komunitas yang menggunakan pendekatan rela- sional, maka biasanya komunitas itu dilihat sebagai salah satu sifat atau tingkah laku manusia, karena itu dianggap berwujud dari suatu polaritas, atau merupakan suatu konsep berlawanan dari konsep komunitas adalah masyarakat. Pelopor kajian komunitas (gemeinschaft) adalah Tonnies (1887). Apabila diperhatikan, maka fokus dari ba- nyak batasan tentang konsep komunitas adalah manusia, karena itu komunitas ialah suatu kelompok manusia yang berada dan menduduki suatu kawasan geografi, yang semuanya terlibat dalam aktifitas ekonomi dan politik, yang juga membentuk suatu kesatuan sosial dengan nilai-nilai tertentu dan memiliki rasa kebersamaan D. MASYARAKAT SEBAGAI SUATU SISTEM

Sistem pada hakikatnya adalah suatu totalitas yang terdiri dari subsistem-subsistem dengan atribut-atributnya yang satu sama

(29)

lain saling berkaitan, saling berketergantungan satu sama lain, saling berinteraksi dan saling pengaruh-mempengaruhi sehingga keseluruhannya merupakan suatu kebetulan yang utuh serta mem- punyai peranan dan tujuan tertentu. Suatu sistem merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar.

Hardiansyah (2002) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan sistem secara sederhana dapat dikatakan sebagai kesatuan (uniti) yang terdiri dari bagian-bagian (parts, kompetens, elemens, sekondari system, subsystem) yang secara fungsional terkait satu sama lain dalam ikatan superordinatnya yang menunjukan suatu gerakan dalam rangka mencapai tujuan tertentu (goal attainment).

Kesimpulan

- Individu “berasal dari kata latin, yaitu individuum, yang artinya yang tak terbagi dan merupakan sebutan untuk menyatakan sebagai sebutan suatu satu kesatuan yang terkecil dan terbatas.

- Keluarga bukanlah merupakan keluarga yang diakatakan inti dan keluarga luas, tetapi yang berhubungan dengan keluarga dalam arti dengan Negara. ternyata keluarga merupakan sebagai satu kesatuan unit terkecil dimana didalamnya menyangkut dalam menjalankan suatu kehidupan dalam unit terkecil.

- Komunitas merupakan suatu konsep yang masih samar-samar batasannya, karena sudah lebih kurang dua ratus tahun lamanya konsep itu diperbincangkan masih belum terdapat batasan yang memuaskan semua.

Daftar Pertanyaan

1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan individu ? 2. Jelaskan menurut anda apa itu keluarga ?

3. Jelaskan menurut anda ciri umum keluarga yang dikemukakan Mac Iver and Page ?

(30)

4. Jelaskan apa itu komunitas ?

5. Jelaskan konsep dari sistem beserta unsur-unsurnya ? Daftar Pustaka

Khairuddin. Sosiologi Keluarga. Jakarta: Nurcahaya, 2004.

Hardiyansyah. Sistem Administrasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik. Yogyakarta: Gava Media, 2012.

Judistira K. Garna. Teori Sosial Pembangunan. Bandung: Primaco Akademika dan Judistira Garna Foundation, 2009.

Soerjono Soekanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Raja Garfindo Persada, 2006.

Munandar Soelaiman. Ilmu Sosial Dasar Teori dan Konsep Ilmu Sosial.

Jakarta: Rafika Aditama, 2005.

Zoer’aini Djamal Irwan. Komunitas Menurut Ekologi. Jakarta: Bumi Aksara, 2007.

(31)

Bab III

PERUBAHAN SOSIAL DAN PEMBANGUNAN

Standar Kompetensi

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat mengetahui tentang perubahan sosial, batasan masalah sosial, dan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan sosial dan pembangunan yang ter- jadi dalam lingkungan.

Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari kontek di bawah ini, mahasiswa diharap- kan dapat memahami :

A. Pengertian Perubahan Sosial

B. Faktor-faktor terjadinya Perubahan Sosial C. Kehidupan Perkotaan

D. Urbanisasi

E. Masalah-masalah Sosial

A. PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL

Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial biasa tediri dari tiga tahap:

(32)

1. Invensi, yakni proses dimana ide-ide baru diciptakan dan di- kembangkan.

2. Difusi, yakni proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial.

3. Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.

Perubahan terjadi jika penggunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat.

Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial (perubahan kebudayaan) itu sendiri (Wiley

& Sons, 1967). Ahli-ahli sosiologi dan antropologi telah banyak membicarakannya. Menurut Weber dalam Berger (2004) bahwa tindakan sosial atau aksi sosial (social action) tidak bisa dipisahkan dari proses berpikir rasional dan tujuan yang akan dicapai oleh pelaku.

Tindakan sosial dapat dipisahkan menjadi empat macam menurut motifnya: (1) tindakan untuk mencapai satu tujuan tertentu, (2) tindakan berdasar atas adanya satu nilai tertentu, (3) tindakan emo- sional, serta (4) tindakan yang didasarkan pada adat kebiasaan (tradisi).

Anonim dalam Media Intelektual (2008) mengungkapkan bahwa aksi sosial adalah aksi yang langsung menyangkut kepen- tingan sosial dan langsung datangnya dari masyarakat atau suatu organisasi, seperti aksi menuntut kenaikan upah atau gaji, menuntut perbaikan gizi dan kesehatan, dan lain-lain. Aksi sosial adalah aksi yang ringan syarat-syarat yang diperlukannya dibandingkan dengan aksi politik, maka aksi sosial lebih mudah digerakkan dari pada aksi politik. Aksi sosial sangat penting bagi permulaan dan per- siapan aksi politik. Dari aksi sosial, massa/demonstran bisa dibawa dan ditingkatkan ke aksi politik. Aksi sosial adalah alat untuk men- didik dan melatih keberanian rakyat. Keberanian itu dapat digu- nakan untuk: mengembangkan kekuatan aksi, menguji barisan aksi, mengukur kekuatan aksi dan kekuatan lawan serta untuk me-

(33)

ningkatkan menjadi aksi politik. Selanjutnya Netting, Ketther dan McMurtry (2004) berpendapat bahwa aksi sosial merupakan bagian dari pekerjaan sosial yang memiliki komitmen untuk menjadi agen atau sumber bagi mereka yang berjuang menghadapi beragam masalah untuk memerlukan berbagai kebutuhan hidup.

Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang diambil oleh anggota masyarakat. Konsep dinamika kelompok menjadi sebuah bahasan yang menarik untuk memahami perubahan sosial. Kurt Lewin dikenal sebagai bapak manajemen perubahan, karena ia dianggap sebagai orang pertama dalam ilmu sosial yang secara khusus melakukan studi tentang perubahan secara ilmiah.

Konsepnya dikenal dengan model force-field yang diklasifikasi sebagai model power-based karena menekankan kekuatan-kekuatan penekanan. Menurutnya, perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Peru- bahan dapat terjadi dengan memperkuat driving forces dan melemah- kan resistences to change.

Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengelola perubahan, yaitu: (1) Unfreezing, merupakan suatu proses penya- daran tentang perlunya, atau adanya kebutuhan untuk berubah, (2) Changing, merupakan langkah tindakan, baik memperkuat driving forces maupun memperlemah resistences, dan (3) Refreesing, membawa kembali kelompok kepada keseimbangan yang baru (a new dynamic equilibrium). Pada dasarnya perilaku manusia lebih banyak dapat dipahami dengan melihat struktur tempat perilaku tersebut terjadi dari pada melihat kepribadian individu yang melakukannya. Sifat struktural seperti sentralisasi, formalisasi dan stratifikasi jauh lebih erat hubungannya dengan perubahan dibandingkan kombinasi kepribadian tertentu di dalam organisasi.

(34)

Lippit (1958) mencoba mengembangkan teori yang disampai- kan oleh Lewin dan menjabarkannya dalam tahap-tahap yang harus dilalui dalam perubahan berencana. Terdapat lima tahap perubahan yang disampaikan olehnya, tiga tahap merupakan ide dasar dari Lewin.

Tahap-tahap perubahan adalah sebagai berikut: (1) tahap inisiasi keinginan untuk berubah, (2) penyusunan perubahan pola relasi yang ada, (3) melaksanakan perubahan, (4) perumusan dan stabilisasi perubahan, dan (5) pencapaian kondisi akhir yang dicita-citakan.

Konsep pokok yang disampaikan oleh Lippit diturunkan dari Lewin tentang perubahan sosial dalam mekanisme interaksional.

Perubahan terjadi karena munculnya tekanan-tekanan terhadap kelompok, individu, atau organisasi. Ia berkesimpulan bahwa kekuatan tekanan (driving forces) akan berhadapan dengan penolakan (resistences) untuk berubah. Perubahan dapat terjadi dengan mem- perkuat driving forces dan melemahkan resistences to change. Peran agen perubahan menjadi sangat penting dalam memberikan kekuatan driving force.

Atkinson (1987) dan Brooten (1978), menyatakan definisi perubahan merupakan kegiatan atau proses yang membuat sesuatu atau seseorang berbeda dengan keadaan sebelumnya dan meru- pakan proses yang menyebabkan perubahan pola perilaku individu atau institusi. Ada empat tingkat perubahan yang perlu diketahui yaitu pengetahuan, sikap, perilaku, individual, dan perilaku ke- lompok. Setelah suatu masalah dianalisa, tentang kekuatannya, maka pemahaman tentang tingkat-tingkat perubahan dan siklus peruba- han akan dapat berguna.

Etzioni (1973) mengungkapkan bahwa perkembangan masya- rakat seringkali dianalogikan seperti halnya proses evolusi. suatu proses perubahan yang berlangsung sangat lambat. Pemikiran ini sangat dipengaruhi oleh hasil-hasil penemuan ilmu biologi, yang memang telah berkembang dengan pesatnya. Peletak dasar pemi- kiran perubahan sosial sebagai suatu bentuk “evolusi” antara lain Spencer dan Comte. Keduanya memiliki pandangan tentang peru-

(35)

bahan yang terjadi pada suatu masyarakat dalam bentuk perkem- bangan yang linear menuju ke arah yang positif. Perubahan sosial menurut pandangan mereka berjalan lambat namun menuju suatu bentuk “kesempurnaan” masyarakat.

Menurut Spencer, suatu organisme akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks dan terjadi diferensiasi antar organ- organnya. Kesempurnaan organisme dicirikan oleh kompleksitas, diferensiasi dan integrasi. Perkembangan masyarakat pada dasarnya berarti pertambahan diferensiasi dan integrasi, pembagian kerja dan perubahan dari keadaan homogen menjadi heterogen. Spencer berusaha meyakinkan bahwa masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra industri secara intern justru tidak stabil yang disebabkan oleh pertentangan di antara mereka sendiri. Pada masyarakat industri yang telah terdiferensiasi dengan mantap akan terjadi suatu stabilitas menuju kehidupan yang damai. Masyarakat industri ditandai dengan meningkatnya perlindungan atas hak individu, berkurangnya ke- kuasaan pemerintah, berakhirnya peperangan antar negara, terha- pusnya batas-batas negara dan terwujudnya masyarakat global.

Seperti halnya Spencer, pemikiran Comte sangat dipengaruhi oleh pemikiran ilmu alam. Pemikiran Comte yang dikenal dengan aliran positivisme, memandang bahwa masyarakat harus menjalani berbagai tahap evolusi yang pada masing-masing tahap tersebut dihubungkan dengan pola pemikiran tertentu. Selanjutnya Comte menjelaskan bahwa setiap kemunculan tahap baru akan diawali dengan pertentangan antara pemikiran tradisional dan pemikiran yang bersifat progresif. Sebagaimana Spencer yang menggunakan analogi perkembangan mahkluk hidup, Comte menyatakan bahwa dengan adanya pembagian kerja, masyarakat akan menjadi semakin kompleks, terdeferiansi dan terspesialisasi.

Membahas tentang perubahan sosial, Comte membaginya dalam dua konsep yaitu social statics (bangunan struktural) dan social dynamics (dinamika struktural). Bangunan struktural merupakan struktur yang berlaku pada suatu masa tertentu. Bahasan utamanya

(36)

mengenai struktur sosial yang ada di masyarakat yang melandasi dan menunjang kestabilan masyarakat. Sedangkan dinamika struktural merupakan hal-hal yang berubah dari satu waktu ke waktu yang lain. Perubahan pada bangunan struktural maupun dinamika struktural merupakan bagian yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan.

Definisi lain dari perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga kemasyarakatan dalam suatu mas- yarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya. Tekanan pada definisi tersebut adalah pada lembaga masyarakat sebagai himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur masyarakat lainnya (Soekanto, 1990). Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan.

B. FAKTOR TERJADI PERUBAHAN SOSIAL

Dewasa ini perubahan merupakan suatu hal yang tidak bisa dielakkan lagi. Mengapa masyarakat melakukan perubahan?

Apakah faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan sosial?

(Soekanto, 2006) menyebutkan adanya faktor-faktor intern dan ekstern yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat.

1. Faktor Intern

Ada beberapa faktor yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial, yaitu perubahan penduduk, penemuan-penemuan baru, konflik dalam masyarakat, dan pemberontakan.

a. Perubahan Penduduk

Perubahan penduduk berarti bertambah atau berkurangnya penduduk dalam suatu masyarakat. Hal itu bisa disebabkan oleh adanya kelahiran dan kematian, namun juga bisa karena

(37)

adanya perpindahan penduduk, baik transmigrasi maupun urbanisasi. Transmigrasi dan urbanisasi dapat mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk daerah yang dituju, serta berkurangnya jumlah penduduk daerah yang ditinggalkan.

Akibatnya terjadi perubahan dalam struktur masyarakat, seperti munculnya berbagai profesi dan kelas sosial.

b. Penemuan-penemuan Baru

Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan barang dan jasa semakin bertambah kompleks. Oleh karena itu berbagai penemuan baru diciptakan oleh manusia untuk membantu atau memudahkan masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya. Penemuan baru yang menyebabkan perubahan pada masyarakat meliputi proses discovery, invention, dan inovasi.

1) Discovery, yaitu suatu penemuan unsur kebudayaan baru oleh individu atau kelompok dalam suatu masyarakat. Unsur baru itu dapat berupa alat-alat baru ataupun ide-ide baru.

2) Invention, yaitu bentuk pengembangan dari suatu discovery, sehingga penemuan baru itu mendapatkan bentuk yang dapat diterapkan atau difungsikan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, serta menerapkan penemuan baru ini dalam kehidupan nyata di masyarakat.

3) Inovasi atau proses pembaruan, yaitu proses panjang yang meliputi suatu penemuan unsur baru serta jalannya unsur baru dari diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai oleh sebagian besar warga masyarakat.

Suatu penemuan baru, baik kebudayaan rohaniah (imaterial) maupun jasmaniah (material) mempunyai pengaruh bermacam- macam. Biasanya pengaruh itu mempunyai pola sebagai berikut.

1) Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan dalam bidang tertentu, namun akibatnya memancar ke bidang

(38)

lainnya. Contohnya penemuan handphone yang menyebabkan perubahan di bidang komunikasi, interaksi sosial, status sosial, dan lain-lain.

2) Suatu penemuan baru menyebabkan perubahan yang men- jalar dari satu lembaga ke lembaga yang lain. Contohnya penemuan internet yang membawa akibat pada perubahan terhadap pengetahuan, pola pikir, dan tindakan masyarakat.

3) Beberapa jenis penemuan baru dapat mengakibatkan satu jenis perubahan. Contohnya penemuan internet, e-mail, televisi, dan radio menyebabkan perubahan pada bidang informasi dan komunikasi.

4) Penemuan baru dalam hal kebudayaan rohaniah (ideologi, kepercayaan, sistem hukum, dan sebagainya) berpengaruh terhadap lembaga kemasyarakatan, adat istiadat, maupun pola perilaku sosial. Contohnya pemahaman dan kesadaran akan nasionalisme oleh orang-orang Indonesia yang belajar di luar negeri pada awal abad ke-20, mendorong lahirnya gerakan-gerakan yang menginginkan kemerdekaan politik dan lembaga-lembaga sosial baru yang bersifat nasional.

c. Konflik dalam Masyarakat

Suatu konflik yang kemudian disadari dapat memecahkan ikatan sosial biasanya akan diikuti dengan proses akomodasi yang justru akan menguatkan ikatan sosial tersebut. Apabila demikian, maka biasanya terbentuk keadaan yang berbeda dengan keadaan sebelum terjadi konflik. Contohnya konflik antar teman di se- kolah. Konflik dapat merubah kepribadian orang-orang yang terlibat di dalamnya, misalnya jadi murung, pendiam, tidak mau bergaul, dan lain-lain. Namun apabila orang-orang yang terlibat konflik sadar akan hal itu, maka mereka akan berusaha untuk memperbaiki keadaan itu agar lebih baik dari sebelumnya.

(39)

d. Pemberontakan (Revolusi) dalam Tubuh Masyarakat

Revolusi di Indonesia pada 17 Agustus 1945 mengubah struktur pemerintahan kolonial menjadi pemerintahan nasional. Hal itu diikuti dengan berbagai perubahan mulai dari lembaga keluarga, sistem sosial, sistem politik, sistem ekonomi, dan sebagainya.

2. Faktor Ekstern

Dengan melakukan interaksi sosial, banyak pengaruh- pengaruh dari luar masyarakat kita yang mendorong terjadinya peru- bahan sosial. Faktor-faktor ekstern yang menyebabkan perubahan sosial adalah sebagai berikut.

a. Faktor Alam yang Ada di Sekitar Masyarakat Berubah Bagi manusia, alam mempunyai makna yang sangat penting bagi kehidupannya. Misalnya alam mempunyai nilai estetika yang mendorong manusia untuk cinta pada alam, alam sebagai sumber penyediaan bahan-bahan makanan dan pakaian, serta alam menjadi sumber kesehatan, keindahan, dan hiburan atau rekreasi. Mengingat pentingnya alam bagi kehidupan manusia, maka sudah seharusnyalah kita menjalin keserasian hubungan dengan alam yang ada di sekitar kita agar tetap terjaga kelesta- riannya. Namun apa yang terjadi? Tidak jarang tindakan manusia justru mengakibatkan munculnya kerusakan alam. Misalnya tindakan manusia menebang hutan secara liar. Tindakan tersebut dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor pada musim penghujan karena terjadinya pengikisan tanah oleh air hujan (erosi). Akibatnya banyak masyarakat yang kehilangan tempat tinggal, keluarga, dan sarana umum lainnya.

b. Peperangan

Peperangan yang terjadi antara negara yang satu dengan negara yang lain dapat menyebabkan terjadinya perubahan yang sangat mendasar, baik seluruh wujud budaya (sistem budaya, sistem sosial, dan unsur-unsur budaya fisik) maupun seluruh unsur

(40)

budaya (sistem pengetahuan, teknologi, ekonomi, bahasa, kesenian, sistem religi, dan kemasyarakatan). Perubahan-perubahan itu umumnya terjadi pada negara yang kalah perang karena biasanya negara yang menang cenderung untuk memaksakan nilai-nilai, budaya, cara-cara, dan lembaga kemasyarakatannya kepada negara tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan Masyarakat Lain

Terjadinya pengaruh kebudayaan masyarakat lain adalah sebagai berikut.

1) Apabila terjadi hubungan primer, maka akan terjadi pe- ngaruh timbal balik disamping dipengaruhi, suatu mas- yarakat akan memengaruhi masyarakat lain.

2) Apabila kontak kebudayaan terjadi melalui sarana komu- nikasi massa seperti radio, televisi, majalah atau surat kabar.

Dalam hal ini pengaruh kebudayaan hanya terjadi sepihak, yaitu pengaruh dari masyarakat yang menguasai sarana komunikasi massa tersebut.

3) Apabila dua masyarakat yang mengalami kontak kebuda- yaan mempunyai taraf kebudayaan yang sama, terkadang yang terjadi justru cultural animosity, yaitu keadaan di mana dua masyarakat yang meskipun berkebudayaan berbeda dan saling hidup berdampingan itu saling menolak pengaruh kebudayaan satu terhadap yang lain. Biasanya terjadi antara dua masyarakat yang pada masa lalunya mempunyai konflik fisik ataupun non fisik.

4) Apabila dua kebudayaan bertemu salah satunya mempunyai taraf yang lebih tinggi, maka yang terjadi adalah proses imitasi (peniruan) unsur-unsur kebudayaan masyarakat yang telah maju oleh kebudayaan yang masih rendah.

(41)

D. KEHIDUPAN PERKOTAAN

Menurut sistem penggolongan administrasi, “kota” dapat dikatakan sebagai pusat “pendominasian” yang secara bertingkat diturunkan kebawah, melalui sistem administrasi negara. Maka

“kota–kota” secara bertingkat merupakan suatu jaringan. Melihat kenyataan ini jelas bahwa kota kedudukannya diatas, sedangkan desa ada di bawah. Perkembangan peradaban biasanya diindentifi- kasi dengan perkembangan kota-kota besar. Masyarakat kota mempunyai kedudukan lebih di banding masyarakat kota dalam struktur-fungsional antara desa dan kota merupakan suatu “pelin- dung“ bagi masyarakat desa.

Dalam kehidupan sehari-hari di kota selalu nampak sibuk.

Warga kota yang menjadi penghuni kota memerlukan tempat berteduh, tempat bekerja, tempat bergaul dan tempat menghibur diri. Oleh karena itu , kita dapat melihat beberapa aspek kehidupan dikota antara lain aspek sosial, aspek ekonomi, aspek budaya, aspek pemerintahan, dan sebagainya. Penduduk kota di negara kita di- bandingkan dengan penduduk desa dalam artian kuantitatif masih kurang memadai.

Kota tidak tumbuh dengan sendirinya, melainkan manusia- lah yang mengembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sehari-hari kebutuhan sosial, kebutuhan ekonomi, kebutuhan kultiral. Menurut Bintarto kota dapat diartikan sedagai suatu sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata sosial ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialitas atau dapat pula di artikan sebagai bentang budaya yang timbul oleh unsur- unsur alami dan non alami dengan gejala-gejala pemusatan pen- duduk bersifat yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialitas dibandingkan dengan daerah belakangnya.

(42)

E. URBANISASI

Di kota-kota peduduknya yang padat dan dengan jumlah yang besar, tetapi wilayahnya kecil seperti di tanah air kita, peduduk kota itu pun terus bertambah sehingga peduduk kota disebut dengan urbanisasi. Penumpukan peduduk tersebut di sebabkan pertumbuhan peduduk alami dan masuknya peduduk dari luar kota ke kota. Jadi urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.

1. Penyebab timbulnya urbanisasi

Seperti yang dikatakan banyak pengamat bahwa dorongan yang paling utama bermigrasi dari desa ke kota adalah memperoleh kehidupan yang demikian buruk menjadi lebih baik, mengingat kondisi kehidupan yang demikian buruk di daerah pedesaan dari pada perkembangan ekonomi di kota. Arus urbanisasi yang sangat pesat dan merupakan suatu kelemahan masyarakat yang tidak lemah atau tidak mampu menciptakan pasaran didalam negeri yang memakai untuk mendorong produksi sektor pertanian bagi negara yang sedang berkembang, kebijaksanaan pembangunan yang sedang berkembang mengabdikan sektor pertanian, telah menciptakan kemacetan atau tidak memadainya pertumbuhan pendapatan didaerah pedesaan.

Di pihak lain mengimpor teknologi padat modal secara besar- besaran untuk mencapai industrialisasi dengan negara, tanah pertanian yang semakin sempit disebabkan oleh pertumbuhan penduduk yang sangat cepat dengan gejala-gejala itu, sehingga mereka berusaha mencari penghidupan yang baik, dengan mereka menyelamatkan diri dengan lari ke kota. Daya tarik kota memang banyak, seperti lampu-lampu yang bergemerlapan atau impian kehidupan yang baik di kota sebagai motivasi yang mengikat para petani, mereka dengan sendirinya berbondong-bondong datang ke kota. Namun penyebab inilah timbulnya kemiskinan di desa dan impian di kota memperoleh kehidupan yang lebih layak atau lebih

(43)

baik. pertambahan penduduk yang disertai dengan pendapatan yang rendah di desa telah membuka mata penduduk untuk mencari jalan yang lebih baik demi meningkatkan taraf hidup yang layak.

Beberapa penyebab timbulnya urbanisasi, yaitu:

1. Timbulnya indutri-industri di kota dan membutuhkan tenaga kerja.

2. Sektor industri di kota-kota menciptakan pendapatan yang lebih tinggi dan kesempatan kerja lebih besar di kota.

3. Kebijkasanaan pemerintah seperti memberikan subsidi bahan pangan dan mengatur upah atau gaji di sektor modern telah meningkatkan pendapatan di kota sehingga menye- babkan perpindahan penduduk di kota secara besar- besaran 4. Keamanan yang tidak terjamin di pedesaan.

5. Keadaan para petani sering kali memburuk karena peme- rintah mengabaikan sektor pertanian.

6. Problem pemerintah menyebabkan hidup di kota untuk segala lapisan masyarakat lebih menguntungkan dari pada hidup di desa.

7. Terpuruknya pusat pendidikan di kota sehingga orang-orang yang hendak melanjutkan pendidikan harus terpaksa ke kota.

8. Majunya alat transportasi di kota sehingga mempermudah perhubungan.

9. Banyaknya kehidupan di kota.

10. Mudahnya mencari pekerjaan dan sumber pendapatan.

11. Karena faktor-faktor ekonomi.

12. Daerah-daerah pertanian semakin sempit 2. Dampak urbanisasi

Urbanisasi mempunyai akibat kebaikan di samping keburu- kan yang ditimbulkanya. Banyak diantaranya pendatang yang men-

(44)

jadi gelandangan, pengemis yang sangat mengganggu pemandangan tindakan kriminalitas, pelacuran, dan lain-lain. Semua itu sangat mengganggu pandangan bahkan melanggar hukum. Kemungkinan mereka ini sebelum datang ke kota tidak mempunyai keahlian khusus yang dapat membantu kehidupannya atau pun karena segannnya mereka itu mengerjakan pekerjaan yang di pandang berat.

Untuk mengatasi keadaan mereka yang menyedihkan itu suatu studi yang diadakan baru-baru ini di 27 negara di Asia dan Amerika Latin, menunjukkan daerah pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan kepemilikan tanah semakin sempit atau distribusi tanah sangat tidak merata akan terjadi harus merata atau migrasi yang sangat pesat di kota .

F. MASALAH-MASALAH SOSIAL

Mengetahui masalah individu dan mengenal lingkungannya saja tidak berarti mengenal masalah sosial. Dalam mendefinisikan masalah sosial ada beberapa faktor yang mempengarui antara lain sistem nilai (value system). Chohen (1964) memberikan batasan masalah sosial ialah terbatas pada masalah yang timbul dalam ke- luarga, kelompok, tingkah laku individual yang menuntut supaya masyarakat dapat meneruskan fungsinya. Masalah masyarakat menyangkut analisis tentang macam-macam gejala kehidupan mas- yarakat, sedang yang kedua adalah probelma sosial.

Sosiologi secara teori dalam batasan tertentu menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Meskipun sosiologi meneliti gejala-gejala kemasyarakatan, juga perihal mempelajari masalah-masalah sosial, kerena ia merupakan aspek–aspek tata kelakuan sosial. Dengan demikian, sosiologi juga mempelajari kejahatan, konflik atas ras, kemiskinan, perceraian, pelacuran, gelandangan, dan delinkuensi anak.

Lauric mengatakan tindakan rehebelatatif diambil karena timbulnya masalah atau perlu dihindarkan (dicegah). Bila sasaran

(45)

telah diarahkan pada pencegahan akan lebih berguna untuk menganalisa apakah peninjauan lebih jauh dari beberapa masalah akan memperjelas dan mempertinggi kegunaan konsep pencarian sebab–sebab. diantara penyebab–penyebab sosial bagi penerima income iaiah kehilangan pendapatan bagi para keluarga karena kematian, meninggalkan keluarga atau karena tanggung jawab yang lain.

Kesimpulan

- Perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan.

- Terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor Interen dan faktor Eksteren, karena itu orang harus hati-hati agar tidak hanya memusatkan perha- tian pada salah satu faktor tertentu dari penyebab perubahan ini.

- Masalah sosial adalah terbatas pada masalah yang timbul dalam keluarga, kelompok, tingkah laku individual yang menuntut supaya masyarakat dapat meneruskan fungsinya. Masalah masyarakat mnyangkut analisis tentang macam-macam gejala kehidupan masyarakat, sedang yang kedua adalah problema sosial.

- Penumpukan peduduk tersebut disebabkan pertumbuhan penduduk alami dan masuknya peduduk dari luar kota ke kota.

Jadi urbanisasi adalah perpindahan penduduk dari desa ke kota.

Arus urbanisasi yang sangat pesat dan merupakan suatu kele- mahan masyarakat yang tidak lemah atau tidak mampu men- ciptakan pasaran di dalam negeri yang memakai untuk men- dorong produksi sektor pertanian bagi negara yang sedang berkembang.

(46)

Daftar Pertanyaan

1. Jelaskan maksud dari perubahan sosial dan langkah–langkah mengolah perubahan ?

2. Jelaskan maksud dari faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial ?

3. Jelaskan masalah perubahan menurut Nathan E. Chohen dan aspek-aspek yang mempengaruinya ?

4. Jelaskan maksud dan dampak dari urbanisasi ?

Daftar Pustaka

Isjoni Ishaq. Masalah Sosial Masyarakat. Pekanbaru: Unri Press, 2002.

Joseph S. Roucek dan Roland L. Warren. Pengantar Sosiologi. Jakarta:

Bina Aksara, 1984.

Steven Vago. Teori Perubahan Sosial. New Jersey, 1996.

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Penganta. Jakarta: Grafindo Persada, 1990.

(47)

Standar Kompetensi

Setelah membahas hal ini diharapkan mahasiswa mampu memahami, menganalisis dan mengkaji pengertian tentang perilaku, perilaku masyarakat, perilaku manusia dalam kesehatan, dan orga- nisasi kesehatan serta lambang kesehatan.

Kompetensi Dasar

Setelah mempelajari dalam kontek di bawah ini, mahasiswa diharapkan dapat mempelajari:

A. Pengertian Perilaku B. Pengertian Kesehatan

C. Fungsi Kesehatan dalam lingkungan D. Perilaku Manusia dalam Kesehatan E. Peranan Sakit

F. Organisasi Kesehatan dan Lambang Kesehatan G. Role Genders in Health

H. The Family and Ilness

A. PENGERTIAN PERILAKU

Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia

Bab IV

PERILAKU MASYARAKAT

DALAM KESEHATAN

(48)

pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri, mencakup berjalan, berbicara, beraksi, berpakaian, dan lain sebagainya.

Perilaku dan gejala perilaku yang tampak pada kegiatan organisme tersebut dipengaruhi baik dari faktor genetik (keturunan) dan ling- kungan. Secara umum dapat dikatakan bahwa fakor genetik dan lingkungan ini merupakan penentu dari perilaku makhluk hidup termasuk perilaku manusia. Faktor genetika adalah merupakan konsepsi dasar atau modal untuk perkembangan perilaku makhluk hidup itu untuk selanjutnya. Sedangkan lingkungan adalah meru- pakan kondisi atau merupakan lahan untuk perkembangan perilaku tersebut.

Parsons mengatakan perilaku merupakan reaksi seorang in- dividu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Penggolongan perilaku :

1. Perilaku pasif covert: (tidak telihat oleh mata dan terwujud dlm pikiran)

2. Perilaku aktif/overt: terlihat nyata melalui tindakan (action).

Menurut bloom :

1. Perilaku Kognitif (kesadaran/pengetahuan) 2. Perilaku afektif (sikap dan emosi)

3. Psikomotorik (perilaku yang terwujud dalam gerakan (aksi)/

tindakan fisik jelas.

B. PENGERTIAN KESEHATAN

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis, (WHO) Pemeliharaan kesehatan adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memer- lukan pemeriksaan, pengobatan dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan. Pendidikan kesehatan adalah proses membantu sesorang, dengan bertindak secara sendiri-sendiri

(49)

ataupun secara kolektif, untuk membuat keputusan berdasarkan pengetahuan mengenai hal-hal yang memengaruhi kesehatan pribadinya dan orang lain. Definisi yang bahkan lebih sederhana diajukan oleh Larry Green dan para koleganya yang menulis bahwa pendidikan kesehatan adalah kombinasi pengalaman belajar yang dirancang untuk mempermudah adaptasi sukarela terhadap perilaku yang kondusif bagi kesehatan. Data terakhir menunjukkan bahwa saat ini lebih dari 80 persen rakyat Indonesia tidak mampu men- dapat jaminan kesehatan dari lembaga atau perusahaan di bidang pemeliharaan kesehatan, seperti Akses, Taspen, dan Jamsostek.

Golongan masyarakat yang dianggap ‘teranaktirikan’ dalam hal jaminan kesehatan adalah mereka dari golongan masyarakat kecil dan pedagang. Dalam pelayanan kesehatan, masalah ini menjadi lebih pelik, berhubung dalam manajemen pelayanan kesehatan tidak saja terkait beberapa kelompok manusia, tetapi juga sifat yang khusus dari pelayanan kesehatan itu sendiri.

C. TUJUAN KESEHATAN DALAM LINGKUNGAN Tujuan dan ruang lingkup kesehatan lingkungan dapat dibagi menjadi dua, secara umum dan secara khusus. Tujuan dan ruang lingkup secara umum, antara lain:

1. Melakukan koreksi atau perbaikan terhadap segala bahaya dan ancaman pada kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

2. Melakukan usaha pencegahan dengan cara mengatur sumber- sumber lingkungan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan hidup manusia.

3. Melakukan kerja sama dan menerapkan program terpadu di antara masyarakat dan institusi pemerintah serta lembaga non pemerintah dalam menghadapi bencana alam atau wabah penyakit menular.

Adapun tujuan dan ruang lingkup secara khusus meliputi

(50)

usaha-usaha perbaikan atau pengendalian terhadap lingkungan hidup manusia, yang di antaranya berupa:

1. Menyediakan air bersih yang cukup dan memenuhi persyaratan kesehatan.

2. Makanan dan minuman yang diproduksi dalam skala besar dan dikonsumsi secara luas oleh masyarakat.

3. Pencemaran udara akibat sisa pembakaran BBM, batubara, kebakaran hutan, dan gas beracun yang berbahaya bagi kesehatan dan makhluk hidup lain dan menjadi penyebab terjadinya perubahan ekosistem.

4. Limbah cair dan padat yang berasal dari rumah tangga, pertanian, peternakan, industri, rumah sakit, dan lain-lain.

5. Kontrol terhadap arthropoda dan rodent yang menjadi vektor penyakit dan cara memutuskan rantai penularan penyakitnya.

6. Perumahan dan bangunan yang layak huni dan memenuhi syarat kesehatan.

7. Kebisingan, radiasi, dan kesehatan kerja.

8. Survei sanitasi untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program kesehatan lingkungan.

D. PERILAKU MANUSIA DALAM KESEHATAN

Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respons seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan.

Dengan demikian secara terperinci perilaku kesehatan itu mencakup :

1. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit, yaitu bagaimana manusia berespon, baik secara aktif (mengetahui, bersikap, dan mempersepsi penyakit dan rasa sakit yang ada pada dirinya dan diluar dirinya, maupun aktif (tindakan) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut. Perilaku

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Ralph Linton : “masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan berkerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka

Kelompok Sosial atau Social Group adalah himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama, oleh karena adanya hubungan antara mereka. Hubungan tersebut antara

Linton ( ahli antropologi) mengemukakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia, yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka itu dapat

a. Koentjaraningrat Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat

Kemudian Ralph Linton, ( dalam Abdul Syani, 1995 : 47 ) mengemukakan bahwa “ masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja

Menurut Ralph Linton (1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan

(Kontjaraningrat, 1989:17). 3) Menurut Linton pengertian masyarakat yang lain lagi adalah “sekelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama sehingga dapat

Menurut Ralph Linton : “masyarakat merupakan setiap kelompok manusia yang telah hidup dan berkerja bersama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka