B. Temuan dan Pembahasan
1. Akhlak Terhadap Allah dan Rasul-Nya
Akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya bermuara pada pengakuan dengan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Dalam Islam inilah yang menjadi syarat seseorang dinyatakan muslim. Sehingga akhlak kepada Allah dan Rasul-Nya menjadi hal penting dalam pembentukan kepribadian muslim.
Seseorang tidak dikatakan beriman jika hanya meyakini bahwa Allah itu ada dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, akan tetapi seseorang dikatakan beriman jika keyakinannya tersebut diikuti dengan senantiasa menjalankan segala perintah Allah dan Rasul-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Menurut Abuddin Nata, ada empat alasan mengapa manusia perlu berakhlak kepada Allah SWT yaitu:
1
Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan manusia. Dia menciptakan manusia dari air yang ditumpahkan ke luar dari antara tulang punggung dan tulang rusuk. Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan panca indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari, disamping anggota badan yang kokoh dan sempurna kepada manusia. Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan sarana yang diperlukan bagi kelangsungan hidup manusia seperti, bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak, dan sebagainya. Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.2
Dalam novel Hafalan Shalat Delisa, Darwis menampilkan nilai akhlak kepada Allah pada diri tokoh utama yaitu Delisa yang selalu menjalankan perintah Allah dan mengikuti sunnah-sunnah Rasul. Ketika ujian Salat pertamanya, Delisa merasa sangat takut jika hafalannya terbolak-balik, untuk itu ia tidak henti-hentinya berdoa agar Allah menjaga hafalannya, seperti pada kutipan di bawah ini.
a. Nilai Keimanan dan Ketakwaan
Nilai keimanan dan ketakwaan seorang anak kecil tergambar dalam setiap waktu kegiatan Delisa yang memanfaatkan waktunya hanya untuk belajar bacaan shalat,mengaji di TPA dan sekolah.
“Delisa terus mengaduk-aduk isi lemari,kan umi sudah taruh di
atas meja bajunya, “Eh iya!” Delisa demi mendengar jawaban ummi
teringat sesuatu, nyengir. Buru-buru menuju meja belajar. Menuju isi lemari yang sudah jungkir balik. Menemukan baju TPA yang berwarna biru. Delisa buru-buru mengenakan baju dan kerudung berwarna biru ini. Ahirnya Delisa buru-buru berpamitan kepada ummi untuk berangkat ke TPA, karena sudah jam sepuluh lewat lima, sudah terlambat karena tadi
sepulang sekolah Delisa piket disekolah”
Suatu waktu saat Delisa melaksanakan ujian hafalan shalatnya.
2
“Ujung air menghantam tembok sekolah. Tembok itu rekah seketika. Ibu guru Nur berteriak panik. Ummi yang berdiri lagi di depan pintu kelas menunggu Delisa berteriak
keras…SUBHANALLAH! Delisa tidak memperdulikan apa yang
terjadi. Delisa ingin khusuk. Delisa ingin satu.”
“Rabbana lakal hamdu…” Tubuh Delisa terpelanting. Gelombang tsunami sempurna sudah membungkusnya. Delisa megap-megap. Ya Allah, ia selintas bisa melihat hadiah kalungnya. Hadiah kalung itu sudah dekat. Ya Allah Delisa ingin terus. Delisa ingin khusuk di shalat pertamanya yang sempurna. Shalat yang ia hafal bacaannnya.3
Dari cuplikan cerita di atas, dapat dilihat bahwa Delisa seorang anak yang taat sangat takut apabila hafalan shalatnya hilang akibat bencana Tsunami yang meluluh lantahkan dirinya dan keluarganya. Ia merasa hanya Allah yang bisa menyelamatkannya dari orang-orang yang disayanginya pergi satu-persatu dan dengan kata sendiri, hanya Allah yang bisa menjaga Delisa dari rasa ketakutan itu. Untuk itu ia selalu memohon agar Allah senantiasa meneguhkan hatinya pada keimanan dan ketakwaan. Firman Allah SWT.:
ْي ا كْلا كل ا (نْي مْلل ه هْيف مم ولّلا ْومْي ي ْيغْل ْونم ْ ي نْي ذلا ) ( ْو ڧْني ْم نْ ا كلْب ْنم ْن ا م كْيل ا ْن ا م ْونم ْ ي نْي ذلا ) ْوي ْمه رر ( ْون ا ْم ْنم ه لع ك ل ا ) ( ْوحلْڧمْلا مه ك ل )
“Kitab (al-Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi
mereka yang bertaqwa,(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya,dan merekalah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-Baqarah :2-5)
3
Pada kutipan di atas jelas terlihat nilai akhlak kepada Allah, Delisa yang taat selalu berdoa dan meminta kepada Allah adalah bentuk keimanan seorang hamba kepada Tuhannya, hamba yang hanya bergantung dan meminta pertolongan hanya kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian dapat dipahami bahwa cuplikan ini menggambarkan nilai keimanan dan ketakwaan seorang anak kepada Tuhannya, Allah SWT.
b. Nilai Hidayah
Selain itu keimanan yang dialami Prajurit Smith sangatlah menjadi contoh akhlak yang dapat dijadikan hikmah dan pelajaran yang perlu diikuti oleh kita semua. Hidayah prajurit Smith datang ketika Prajurit Smith mengumpulkan para korban tsunami Aceh. Dia membawa kantung-kantung mayat untuk mengumpulkan para warga yang tersapuh gelombang tsunami yang sangat dahsyat.
Ketika itu ia menelan ludah ketika melihat mayat Tiur yang membusuk. Lemah melangkah mendekat. Menghela nafas. Menyiapkan kantong mayat. Saat itulah, sudut mata Prajurit Smith tak sengaja menangkap siluet pemandangan yang menggentarkan itu. Menatap semak belukar yang sebenarnya kalau tak ada semua ini terlihat amat menawan. Semak belukar itu sedang berbunga. Setelah meranggas dihajar air bah lautan seminggu lalu, dari tnagkai tanpa daun merekah bunga-bunga. Bunganya putih kecil-kecil. Indah. Melingkupi dengan sempurna seluruh semak belukar. Tetapi bukan itu yang membuat Prajurit Smith seperti dipakukan seketika di tanah (meski pemandangan semak berbunga putih itu sungguh ganjil diakal; seperti membingkai sesuatu).
“Tubuh yang tersangkut di semak belukar itulah yang membuat Prajurit Smith tak bisa bernafas. Tubuh yang biru mengeriput.”
Mata Prajurit Smith membesar.
“JESUS CHRIST!” Smith mendesis menelan ludah. Lututnya
bergetar kehilangan tenaga, dan dia sontak jatuh terduduk. Berdebam lututnya menghantam tanah. Hatinya gentar seketika. Matanya menatap tubuh Delisa yang tergantung.
Matanya menatap tubuh Delisa yang tergantung di tengah-tengah semak belukar penuh oleh bunga-bunga putih tersebut.
Ya Allah tubuh itu bercahaya. Tubuh yang ditatapnya bercahaya. Berkemilauan-menakjubkan. Lihatlah! Lebih indah dari tujuh pelangi.”4
Hidayah yang didapatkan oleh Prajurit Smith yakni ketika melihat tubuh Delisa yang bercahaya berkilauan tersangkut semak belukat yang membuat hatinya berpindah keyakinan menjadi seorang muslim.
Nilai hidayah juga dialami oleh sepupu Rasulullah Saw. Yaitu Ali Bin Abu Thalib Ra. Ali Bin Abu Thalib Ra. adalah putera Abu Thalib Ra Yang diasuh oleh Nabi Saw sejak kanak-kanak. Ali menyaksikan langsung bagaimana perubahan yang dialami Rasulullah Saw. setelah menerima wahyu pertamanya. Ia pun langsung meyakini ajaran yang dibawa Rasulullah Saw. dengan masuk Islam di usia yang masih belia. Ia menjadi orang kedua yang masuk islam setelah Khadijah Ra. Firman Allah dalam Al-qur’an.
حل ّلا ولمْعي نيذلا نينمْ مْلا رّبي وْ يه ي لل ْ ي اءْر ْلا اذه ك ارْج ْم ل
اريب
“Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan)
yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala
yang besar, “(QS. Al-isra‟:9)
c. Nilai Cinta dan Keikhlasan
Nilai cinta dan keikhlasan terlihat saat Delisa mengatakan isi hatinya pada ummi pada suatu ketika.
Delisa duduk bertelekan lutut di belakang Ummi. Kemudian pelan memeluk leher Ummi yang duduk berzikir di depannya.
“Ada apa, sayang?” Ummi menghentikan zikirnya, menoleh
menatap muka Delisa yang ada di bahu kanannya, tersenyum. Bibir Delisa menyimpul senyum. Matanya sedang menatap beningnya bola mata Ummi. Berbisik.
“U-m-m-i…”
“Ya, ada apa, Sayang?”
“Delisa… D-e-l-i-s-a cinta Ummi…. Delisa c-i-n-t-a Ummi karena
Allah!” Ia pelan sekali mengatakan itu. Kalah oleh desau angina
pagi Lhok Nga yang menyelisik kisi-kisi kamar tengah. Tetapi
4
suara itu bertenaga. Amat menggetarkan. Terdengar jelas di telinga kanan Ummi. Kalimat yang bisa meruntuhkan tembok hati.
Ummi Salamah terpana. Ya Allah, kalimat itu sungguh indah.
Ya Allah… kalimat itu membuat hatinya meleleh seketika. Delisa
cinta Ummi karena Allah…. Tasbih Ummi terlepas. Matanya
berkaca-kaca. Ya Allah, apa yang barusan dikatakan bungsunya? Ya Allah dari mana Delisa dapat ide untuk mengatakan kalimat itu. Tangan Ummi sudah gemetar menjulur merengkuh Delisa.
“U-m-m-i juga cinta sekali Delisa…. –U-m-m-i c-i-n-t-a
Delisa karena Allah!” Ummi Salamah terisak memeluk bungsunya.
Memeluk erat. Fatimah dibelakang menghela nafas. Adiknya selalu di luar dugaan, tadi pagi ini, kelakuan Delisa benar-benar di luar
dugaan.
Pada potongan cerita ini, dapat terlihat nilai dalam bentuk rasa cinta seorang anak yang diungkapkan dengan ketulusan hati. Dengan kepolosannya sebagai anak kecil pula, membuat keikhlasan cinta seorang ibu terpancar jelas terhadap anaknya. Keikhlasan merawat anak dengan cinta kasih karena semata-mata untuk beribadah kepada Allah SWT. Karena Allah-lah yang telah memberikan kebahagiaan kepada mereka. Dalam firman Allah mengenai nilai cinta dijelaskan.
ه ًبح ُش اونماء نيذلا ها حك ْم نوُبحي ا ا ن ها نم ذخ ي نم نلا نم ْول
ْلا اذعْلا ْ ري ْ اوملظ نيذلا ري اذعْلا ي ش ها عيمج ه و
“Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah
tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapan orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa
Allah amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal).” (QS. Al
-Baqarah:165)
Firman Allah mengenai nilai keikhlasan dijelaskan.
ك لاا اْو ْ ي ولّلا اْومْي ي ء ڧنح نْي لا هل نْيّلْخم هااْ بْعيل ا اْ رم م كل و
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta'atan kepada-Nya dalam(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan meunaikan
zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al
-Bayyinah:5)
d. Nilai Syukur
Delisa sangat bersyukur memiliki keluarga kesayangan yang terdiri dari ummi, abi, Kak Fatimah, Kak Zahra, dan Kak Aisyah. Berikut ini cuplikan cerita yang menggambarkan hal tersebut.
“Abi-mu belum pulang?” Tiur bertanya pelan meningkahi suara anak-anak yang masih bermain bola (anak-anak yang lebih besar).
“Dua minggu lagi…” Delisa menjawab pendek. Ia sekarang
asyik memperhatikan lapangan bola. Ada kakak yang memakai baju Ronaldo. Lumayan tangkas menggiring bola. Nanti ia mau seperti itu! Maksudnya seperti Ronaldo aslinya; bukan seperti kakak yang memakai baju bola itu.
“Asyik ya… Delisa masih punya Abi!” Tiur berkata pelan.
Menelan ludah. Kalimatnya lemah terdengar.
Delisa menoleh. Ah, tentu saja ia tahu, Abi Tiur sudah lama meninggal. Katanya mati di hutan. Delisa tidak tahu urusan politik itu. Tidak tahu apa yang dimaksud GAM dan lain sebagainya. Yang ia tahu waktu Abi Tiur meninggal setahun silam ia juga ikut sedih.benar-benar sedih. Mana kata Ummi, mayat Abi Tiur tidak bisa ditemukan di hutan. Jadi bagaimana mungkin kalian tidak akan sedih melihat kesedihan teman sendiri?
Tiur jadi yatim (itu istilah dari Ustadz Rahman); teman yang baik, berbuat dua kali lebih baik dengan temannya yang yatim…. Itu juga kata-kata Ustadz Rahman.
“Kan, Abinya Delisa bisa jadi Abinya Tiur?” Delisa
tersenyum manis. Muka itu tulus. Dan pernyataan itu tidak mengada-ada. Meski Delisa jagonya mengada-ada.5
Potongan cerita diatas menunjukkan bahwa Delisa sangat bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikannya keluarga yang masih utuh, tidak seperti temannya Tiur yang abinya telah dipanggil oleh Allah SWT dan juga jenazahnya pun tidak dapat ditemukan di hutan dan juga tidak dapat dikuburkan. Rasa syukur Delisa kepada
5
Allah dituangkan dengan mengajak Tiur yang sudah yatim mengakui abinya Delisa menjadi abinya Tiur juga. Dalam firman Allah dijelaskan mengenai nilai syukur.
ْركّْي نم هلل ْركْشا مْكحْلا مْل نْي اء ْ ل ٌيمح ٌينغ ها ف رڧك نم هسْڧنل ركّْي من ف
Dan sesungguhnya telah Kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu:"Bersyukurlah kepada Allah.Dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji". (QS. Luqman:12)