• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam kehidupan sekarang, sering didapati tiga kata yang saling berkaitan dalam masalah prilaku. Kata tersebut adalah akhlak, moral, dan etika. Memang dalam skripsi ini tidak dibahas secara mendalam tentang perbedaan ketiga kata tersebut. Yang penulis maksud akhlak dalam skripsi ini adalah pengertian akhlak secara umum, yang selaras dengan syariat islam. Tapi ada baiknya sedikit dikaji tentang perbedaan antara akhlak, etika, moral dan budi pekerti. Akhlak secara etimologi berasal dari bahasa Arab yaitu khaluqa (قلر) artinya taat/patut, yakhluqu (قلْخي) artinya baik perangainya, kata jamaknya yaitu khuluqun (ٌقلر) menjadi kata akhlak (قلْرٲ) yang berarti tabi‟at, budi pekerti atau tingkah laku.11

Menurut istilah akhlak berarti sifat-sifat dan nilai-nilai yang tertanam

11

Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al Munawwir Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997) Cet. IV hal. 364

dalam jiwa seorang manusia yang dapat melahirkan suatu tindakan dan perbuatan yang baik atau buruk, untuk kemudian memilih melakukan perbuatan atau meninggalkannya.

Akhlak dalam perspektif Islam adalah perilaku yang sudah menjadi kebiasaan yang muncul secara spontan atau tidak

dibuat-buat yang didasarkan pada Al Qur‟an dan Sunnah Rasul Muhammad

SAW.12

Dari keterangan diatas jelaslah bagi kita bahwa akhlak itu haruslah bersifat konstan, spontan, tidak temporer dan tidak memerlukan pemikiran dan pertimbangan serta dorongan dari luar. Akhlak dibagi menjadi dua macam yaitu: akhlakul karimah dan akhlakul mazmumah. Akhlakul karimah adalah akhlak yang terpuji, misalnya bertakwa kepada Allah SWT, berbuat baik terhadap diri sendiri dan berbuat baik terhadap sesama. Sedangkan akhlakul mazmumah adalah akhlak yang tercela, misalnya musyrik (menyekutukan Allah), zalim terhadap diri sendiri (mabuk-mabukkan, narkoba, bunuh diri, dan lain sebagainya), zalim terhadap sesama (memperkosa, mencuri, merampok, dan lain sebagainya). a) Moral

Perkataan moral berasal dari bahasa Latin, yaitu kata more. Yaitu kata mores. Yakni bentuk jamak dari kata mos, yang berarti adat kebiasaan. Menurut Zakiah Daradjat moral adalah suatu masalah yang menjadi perhatian orang dimana saja baik dalam masyarakat yang telah maju maupun dalam masyarakat yang masih terbelakang.13

b) Etika

Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu dari kata ethos yang berarti watak kesusilaan atau adat. Yang dimaksud adalah

12

M. Saefuddaulah & Ahmad Basyuni, Akhlak –Ijtima‟iyah, (Jakarta: PT Pamator, 1998) Cet. I hal. 2

13

Mohammad Ardani, Nilai-nilai Akhlak Budi Pekerti dalam Ibadah, (Jakarta: CV Karya Mulia, 2001) cet. 1, hal 30-31.

kebiasaan baik atau kebiasan buruk. Dalam kepustakaan umumnya, kata etika diartikan sebagai ilmu. Makna etika dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, misalnya adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral atau akhlak. Dalam Ensiklopedia pendidikan diterangkan bahwa etika adalah filsafat tentang nilai, kesusilaan baik dan buruk. 14

c) Budi Pekerti

Budi pekerti merupakan perilaku kita dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bergaul, berkomunikasi, maupun berinteraksi sesama kita sebagai manusia atau dengan penciptanya. Dalam pergaulan kita sehari-hari komunikasi dan interaksi mengandung etika dan tata cara yang mudah menjadi anutan bersama, yaitu norma dan aturan yang berlaku, baik dilingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Budi pekerti yang dimiliki kita terdiri dari perangai, tabiat, dan prilaku yang lahir dengan sengaja tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Dalam berbudi pekerti sehari-hari kita harus mengetahui budi pekerti yang baik dan budi pekerti yang jelek, sehingga kita mengetahui tata cara bergaul dan hidup dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Untuk lebih jelas, peneliti akan memaparkan lebih rinci yang menunjukan perbedaan antara akhlak, moral, etika dan budi pekerti.

Akhlak bersumber dari ajaran Islam yang termaktub dalam Al

Qur‟an, Al Hadits, Ijma‟, Qiyas dan fatwa para ulama, yang isinya

mencakup segala perbuatan yang dinilai baik atau buruk berdasarkan firman Allah SWT dan sunnah Rasul-Nya, besifat mutlak dan dalam lingkup universal (menyeluruh). Moral bersumber dari adat dan

14

Mohammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1998), h.354

kebudayaan yang mengandung pedoman dan kesepakatan yang berlaku dalam masyarakat tentang tata aturan berperilaku yang bersifat relatif-praktis dalam ruang lingkup budaya setempat. Etika bersumber dari akal pikiran manusia yang mengandung seperangkat kebiasaan dan perilaku yang berdasarkan nilai-nilai pertimbangan akal yang bersifat relatif-teoritis dalam ruang lingkup umum. Sedangkan budi pekerti bersumber dari adat dan kebudayaan lokal yang mengandung pedoman dan kesepakatan yang berlaku dalam masyarakat tertentu tentang tata aturan berperilaku yang bersifat relatif-praktis-terbatas dalam ruang lingkup budaya setempat.

Pendidikan akhlak adalah suatu proses mendidik, memelihara, membentuk, dan memberikan latihan mengenai akhlak dan kecerdasan berpikir baik yang bersifat formal maupun informal yang didasarkan pada ajaran-ajaran islam.15 Pendidikan akhlak merupakan bimbingan yang diberikan oleh pendidik terhadap peserta didik, yang berkaitan dengan masalah keimanan dan budi pekerti, sehingga jasmani dan rohani peserta didik dapat berkembang menjadi pribadi utama sesuai dengan ajaran islam. Al-Ghazali menyebutkan bahwa sumber akhlak yang patut diajarkan ialah akhlak yang bersumber dari kitab suci Al-Qur‟an, sunnah Nabi Saw., dan akal pikiran.16 Unsur pokok akhlak terdapat pada firman Allah dalam al-Qur‟an surat al -Hujarat ayat 15, sebagai berikut:

ا َ

مْ ْلا

ي َلا

ا ماء

هاب

هل س

َّث

ّْل

باتْ ي

ا

ا دهاج

ّْ لا ْمأب

ّْ سف أ

يف

ليبس

ها

كئاْ أ

ّه

قداَّلا

15

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian III,

(Bandung: PT Imperial Bhakti Utama, 2007), h. 39.

16

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah oarng-orang yang benar.” (Q.S Al-Hujarat:15).

Yang terkandung dalam ayat tersebut, bahwa unsur-unsur pokok akhlak adalah Iman kepada Allah dan Rasul-Nya tanpa keraguan adalah keyakinan yang kuat buah akal dan petunjuk hikmah. Kemudian berjuang dengan harta benda adalah pemurah dan dipimpin oleh kekuatan syahwat. Sedangkan berjuang dengan jiwa adalah keberanian yang menggunakan syarat akal dan batas keadilan.

Sehingga ditarik kesimpulan bahwa pendidikan akhlak adalah suatu proses berupa bimbingan dan pengajaran yang dilakukan secara terencana dan terprogram yang dilakukan oleh pendidikan untuk mengembangkan potensi mulia dari unsur-unsur akhlak, agar peserta didik memiliki budi pekerti yang mulia, selaras dengan ajaran Islam.

b. Dasar Pendidikan Akhlak

Dasar adalah landasan tempat berpijak dan tegaknya sesuatu. Dasar suatu bangunan yaitu fundamen yang menjadi landasan berdiri bangunan tersebut, dapat berdiri kokoh dan tegak. Demikian pula dengan dasar pendidikan akhlak, yaitu fundamen yang menjadi landasan agar pendidikan akhlak dapat berlangsung dengan baik dan tepat. Dengan adanya dasar pendidikan akhlak, maka bersumber kepada dasar itulah segala kegiatan dalam proses pensisikan akan mulai dan menuju, sehingga pendidikan akhlak akan mantap dan kokoh, tidak mudah terombang-ambing segala perubahan lain.

Setiap perilaku manusia didasarkan atas kehendak apa yang telah dilakukan oleh manusia timbul dari kejiwaan. Walaupun berikut panca indera kesulitan melihat pada dasar kejiwaan namun dapat dilihat dari wujud kelakuan. Maka setiap kelakuan bersumber dari kejiwaan.

Apabila ditinjau dari segi akhlak kejiwaan maka perilaku dilakukan atas dasar pokok-pokok sebagai berikut:

a. Insting

Insting adalah sifat jiwa yang pertama yang membentuk akhlak, akan tetapi suatu sifat yang primitif, yang tidak dapat dilengahkan dan dibiarkan begitu saja, bahkan wajib dididik dan diasuh. Macam-macam insting antara lain:

1) Insting menjaga diri sendiri

Insting menjaga diri sendiri adalah sebuah insting yang ada di dalam diri manusia, cepat atau lambat insting penting sekali bagi kepribadian masa depan untuk memulai karirnya. 2) Insting menjaga lawan jenis

Insting menjaga lawan jenis adalah sebuah kecenderungan untuk melindungi orang lain yang sangan dicintai. Insting yang paling kuat dan insting yang banyak kelihatan dalam kehidupan. Dengan gambaran yang lebih nyata ialah jatuh cinta antara laki-laki dan perempuan. Insting ini adalah sumber dari perilaku manusia.

b. Pola Dasar Bawaan

Manusia memiliki sifat ingin tahu, karena dia datang ke dunia ini dengan serba tidak tahu (La ta‟lamuna syaian). Apabila seorang mengetahuai suatu hal dan ingin mengetahui sesuatu yang belum diketahui, bila diajarkan padanya maka ia merasa sangat senang hatinya. Tingkat kesenangan itu dapat dibagi dua, yaitu : Ladzadzat (kepuasan) dan Sa‟adah (kebahagiaan). Bertambah banyak yang diketahui, bertambah naiklah tingkat kepuasan dan bertambah rasa kebahagiaan. Ini hanya dapat dirasakan secara utuh dan sempurna bagi orang yang lebih luas ilmu pengetahuan dan keimanannya.

Puncak tertinggi dari kepuasan dan kebahagiaan ini ialah

ma‟rifatullah.17 c. Lingkungan

Lingkungan ialah sesuatu yang berada disekitar tubuh yang hidup. Lingkungan tumbuh-tumbuhan oleh adanya tanah dan udaranya, lingkungan manusia ialah apa yang melingkungi dari negeri, lautan, sungai, udara, dan bangsa.

Lingkungan ada dua macam: 1) Lingkungan alam

Lingkungan yang bersumber dari pencipta, yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Misalnya: lautan, pegunungan, pantai, hutan, dan lain sebainya.

2) Lingkungan pergaulan

Lingkungan yang berada diruang lingkup diri kita dimanapun kita berada yang berkaitan dengan kehidupan sesama manusia untuk saling berinteraksi dengan baik.

d. Kebiasaan

Kebiasaan ialah perbuatan yang diulang-ulang terus sehingga mudah dikerjakan bagi seseorang, seperti: kebiasaan berjalan, berpakaian, berbicara, berpidato, mengajar, dan lain sebagainya.

Orang yang baik atau buruk karena ada dua faktor dari kebiasaan yaitu:

1) Kesukaan terhadap suatu pekerjaan

2) Menerima kesukaan itu, yang akhirnya menampilkan perbuatan dan diulang-ulang terus.

e. Kehendak

Kehendak adalah sebuah keinginan yang terlahir dari dalam hati manusia untuk melakukan sesuatu.

17

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al-Qur‟an, (Jakarta : Amzah, 2007), cet 1, h. 82

Perbuatan dari kehendak mengandung: 1) Perasaan

2) Keinginan 3) Pertimbangan

4) Azam yang disebut dengan kehendak

c. Tujuan Pendidikan Akhlak

Tujuan adalah sarana yang hendak dicapai setelah kegiatan selesai dilakukan. Pendidikan merupakan kegiatan yang berproses secara sistematis dan berencana sudah tentu mempunyai tujuan. Tujuan pendidikan diperlukan untuk membentuk kepribadian seseorang. Tujuan berfungsi untuk dijadikan sebagai titik pusat perhatian dan pedoman dalam melaksanakan kegiatan serta pedoman untuk mencegah atau menghindari penyimpangan kegiatan.

Begitu pula pendidikan akhlak, mempunyai tujuan tersendiri. Menurut al-Ghazali, pokok dari tujuan pendidikan akhlak adalah untuk membentuk keseimbangan empat potensi dasar dalam diri manusia. Keempat unsur tersebut adalah kejernihan ilmu, daya amarah, dorongan syahwat dan kecenderungan diri pada keadilan. Maka pendidikan akhlak adalah bimbingan kepada murid untuk mengenal dan menyeimbangkan keempat unsur utama dalam diri manusia.18

Sedangkan tujuan pendidikan akhlak dalam Islam ialah untuk membentuk orang-orang yang bermoral baik, keras kemauan, sopan dalam bicara dan perbuatan, mulia dalam tingkah laku dan perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas, jujur dan suci.19

a. Tujuan Umum

Tujuan umum pendidikan akhlak adalah menyiapkan manusia (peserta didik) agar memiliki sikap dan perilaku yang

18

Mohammad Ardani, Op. cit., h. 55.

19

Muhammad Athiyyah al-Abrasyi, Dasar-Dasar Pokok Pendidikan Islam, terj. Bustami Abdul Ghani, (Jakarta: Bulan Bintang, 1994), Cet. III, h. 109

terpuji baik yang ditinjau dari segi norma-norma agama maupun norma-norma sopan santun, adat istiadat dan tata krama yang berlaku di masyarakatnya.20 Tujuan umum pendidikan akhlak adalah membimbing anak agar menjadi muslim sejati, beriman teguh serta mampu mengabdikan diri kepada Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Artinya:”Tidaklah aku ciptakan jin dan manusia, melainkan

supaya mereka menyembah kepada-ku”.(Q.S.al-Zariyat:56).

b. Tujuan Khusus

Tujuan khusus pendidikan akhlak adalah tujuan pada setiap jenjang pendidikan akhlak pada setiap jenjang atau tingkat yang dilalui. Misalnya tujuan khusus pendidikan akhlak di Madrasah Aliyah berbeda dengan tujuan pendidikan akhlak di Madrasah Tsanawiyah.

Sebagai contoh, berikut adalah tujuan pendidikan akhlak pada Madrasah Tsanawiyah.

”menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang akidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaannnya kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.”21

20

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI, Op. cit., h.20

21

Khairiyah Nasution, Stimulasi Keteladanan Dalam Pembelajaran Akidah Akhlak Di Madrasah Tsanawiyah, 2013, (www.sumut.kemenag.go.id).

d. Macam-macam Akhlak

1) Akhlakul Mahmudah (Akhlak yang baik)

Akhlakul Mahmudah adalah perilaku akhlak yang baik,

yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu Al Qur‟an dan Al Hadits.

Perilaku ini adalah perintah dari Allah swt sebagai pencipta. Dengan perilaku atau akhlak mahmudah seseorang dapat diangkat derajatnya oleh Allah. Baik dihadapan Allah maupun dihadapan manusia. Melakukan akhlak mahmudah kita mendapat pahala dan juga dicintai sesama manusia.

Yang termasuk akhlak mahmudah adalah: a)

ة امأا

(Sifat Jujur dan Dapat Dipercaya)

Sesuatu yang dipercayakan kepada seseorang, baik harta, ilmu, rahasia, atau lainnya yang wajib dipelihara dan disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Sebagai realisasi akhlakul karimah adalah hartawan yang hendaknya memberikan hak orang lain yang dipercayakan kepadanya, penuh tanggung jawab ilmuwan hendaknya memberikan ilmunya kepada orang yang memerlukan orang yang diberi rahasia hendaknya menyimpan, memelihara rahasia itu sesuai dengan kehendak yang mempercayakan kepadanya; pemerintah hendaknya berlaku amanah, jujur dengan segala anugerah Allah kepada dirinya, menjaga anggota lahir dan anggota batin dari segala maksiat dan wajib mengerjakan perintah-perintah Allah.

b)

ةفْيلأ ا

(Sifat yang Disenangi)

Hidup dalam masyarakat yang heterogen memang tidak mudah menerapkan sifat al alifah, sebab anggota masyarakat terdiri dari bermacam-macam sifat, watak, kebiasaan, dan kegemaran satu sama lain berbeda. Orang yang bijaksana

tentulah dapat menyelami segala anasir yang hidup ditengah masyarakat, menaruh perhatian kepada segenap situasi dan senantiasa mengikuti setiap fakta dan keadaan yang penuh dengan aneka perubahan. Pandai mendudukkan sesuatu pada proforsi yang sebenarnya, bijaksana dalam sikap, perkataan dan perbuatan, niscaya pribadi akan disenangi oleh anggota masyarakat dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari.

c)

وْڧعاْل

(Sifat Pemaaf)

Manusia tiada sunyi dari khilaf dan salah. Maka apabila orang berbuat sesuatu terhadap diri seseorang yang karena khilaf atau salah, maka patutlah dipakai sifat lemah lembut sebagai rahmat Allah terhadapnya, maafkanlah kekhilafan atau kesalahannya, janganlah mendendam serta memohonkan ampun kepada Allah untuknya, semoga ia surut dari langkahnya, lalu berlaku baik di masa depan sampai akhir hayatnya.

d)

ْي عناْل

(Sifat Manis Muka)

Menghadapi sikap orang yang menjemukan, mendengar berita fitnah yang memburukkan nama baik, harus disambut semuanya itu dengan manis muka dan senyum. Betapa banyak orang-orang pandai lagi bijaksana memakai sikap ini dan banyak terjadi di dunia diplomasi orang memperoleh sukses dan mencapai kemenangan, hanya dengan keep smiling diplomatnya dimeja perundingan. Dengan muka yang manis, dengan senyum menghias bibir, orang lain dapat mengakui dan menghormati segala keinginan baik seseorang.

e)

رْۑخاْل

(Kebaikan atau Berbuat Baik)

Betapa banyaknya dalam ayat Al Quran yang menyebutkan apa yang dinamakan baik, cukuplah itu sebagai pedoman, ditambah lagi dengan penjelasan dari Rasulullah

saw. Sudah tentu tidak patut hanya pandai menyuruh orang lain berbuat baik, sedangkan diri sendiri enggan mengerjakannya. Dari itu mulailah dengan diri sendiri (ibda binafsi) untuk berbuat baik. Tidak perlu disuruh berbuat baik terhadap sesama manusia, tetapi juga terhadap hewan, hendaknya juga berbuat baik, sebab setiap kebaikan walaupun kecil sekali, namun Allah akan membalasnya juga kelak di akhirat, demikian janji-Nya. Bisikan setan yang selalu ingin menjerumuskan ke lembah kejahatan, janganlah didengarkan, berindunglah kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

f)

عْوّخاْل

(Tekun Bekerja Sambil Menundukkan Diri (Berzikir Kepada-Nya))

Khusyu dalam perkataan, maksudnya ibadah yang

berpola perkataan, dibaca khusus kepada Allah Rabbul „Alamin dengan tekun sambil bekerja dan menundukkan diri takut kepada Allah. Ibadah dengan merendahkan diri, menundukkan hati, tekun dan tetap, senantiasa bertasbih, bertakbir, bertahmid, bertahlil memuja asma Allah, menundukkan hati kepada-Nya, khusyu dikala shalat,memelihara penglihatan, menjaga kehormatan, jangan berjalan di muka bumi Allah ini dengan sombong, berbicara dengan tenang dan sederhana, tunduk hanya kepada-Nya, itulah sebenarnya akhlakul karimah.

2) Akhlakul Mazmumah (Akhlak yang buruk)

Akhlakul Mazmumah adalah perilaku akhlak yang buruk, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Perilaku yang dilarang oleh Allah swt. Bila orang melakukannya ia akan mendapatkan ganjaran dosa bahkan azab dari Allah swt. Selain itu juga ia akan direndhkan derajatnya dihadapan Allah juga dihadapan sesama manusia.

a)

ۃنيم اْلأ

(Sifat Egoistis)

Manusia hidup tidaklah menyendiri, tetapi berada di tengah-tengah masyarakat yang heterogen. Ia harus yakin jika hasil perbuatan baik, masyarakat turut mengecap hasilnya, tetapi jika akibat perbuatannya buruk masyarakat pun turut pula menderita. Sebaliknya orang tiada patut hanya bekerja untuk dirinya, tanpa memerhatikan tuntutan masyarakat, sebab kebutuhan-kebutuhan manusia tiada dapat dihasilkan sendiri. Ia sangat memerlukan bantuan orang lain dan pertolongan dari anggota masyarakat. Sifat egoistis tidak diperdulikan orang lain, sahabatnya tidak banyak dan ini berarti mempersempit langkahnya sendiri di dunia yang luas ini.

b)

ي بْغاْل

(Suka Obral Diri pada Lawan Jenis yang Tidak Hak (Melacur)).

Melacur dikutuk masyarakat, baik laki-laki ataupun perempuan. Perempuan yang beralasan karena desakan ekonomi, atau karena patah hati dengan suaminya, mencari kesenangan hidup pada jalan yang salah, jelas dilaknat Allah. Orang yang melakukan berarti imannya dangkal. Kegemaran melacur, menimbulkan mudharat yang tidak terhingga, dapat memperoleh penyakit dan merusak tatanan social. Orang yang melakukan, di dunia hanya mendapat nikmat sesaat, seterusnya orang pun benci, apalagi di akhirat kelak, api neraka menunggu pula baginya di sana.

c)

لْخباْل

(Sifat Bakhil, Kikir, Kedekut (Terlalu Cinta Harta)) Bakhil, kedekut, kikir adalah sifat yang sangat tercela dan paling dibenci Allah. Hidup di dunia ini hanya sementara, apa yang Allah amanahkan hanya pinjaman sementara saja. Jika mati jelas semua yang ada di dunia tidak akan dibawa kecuali hanya kain kafan pembungkus badan saja. Maka tinggallah

semua sifat bakhil, kikir, kedekut itu, semua kekayaan tidak ada yang dibawa ke dalam kubur. Orang kikir biasanya pintu rezekinya sering tertutup.

d)

ْذكاْل

(Sifat Pendusta atau Pembohong)

Maksudnya sifat mengada-ada sesuatu yang sebenarnya tidak ada, dengan maksud untuk merendahkan seseorang. Kadang-kadang ia sendiri yang sengaja berdusta. Dikatakannya orang lain yang menjadi pelaku, juga ada kalanya secara brutal ia bertindak, yaitu mengadakan kejelekan terhadap orang yang sebenarnya tidak bersalah. Orang yang seperti ini setiap perkataannya tidak dipercayai orang lain. Di dunia ini ia akan memperoleh derita dan di akhirat ia akan mendapat siksa. Menghadapi orang yang bersifat demikian, apabila ia membawa berita, hendaklah berhati-hati, jangan mudah diperdayakannya, sebab berdusta sudah memang hobinya, celakalah setiap pendusta, pengumpat pencela, dan pemfitnah. e)

رْمخاْل

(Gemar Minum Minuman yang Mengandung Alkohol

(Al Khamar))

Minuman beralkohol walaupun rendah kadarnya diharamkan, sebab mengakibatkan mabuk. Bilamana orang sedang mabuk maka hilanglah pertimbangan akal sehatnya. Akal merupakan kemudi yang dapat membedakan baik dari yang buruk, benar dari yang salah. Kehilangan pertimbangan akal menyebabkan orang lupa kepada Allah dan agama. Agama adalah akal, tiada beragama bagi orang yang tiada berakal. Setelah hilang akal maka hilanglah sifat malunya. Ia berkata dan berlaku tidak wajar. Akal menempatkan manusia di derajat yang lebih tinggi dari hewan. Peminum khamar berpendapat bahwa situasi mabuk ada manfaatnya, sebab menghilangkan derita jiwa dari penanggungan hidup, tetapi ia lupa hilangnya

itu hanya sebentar. Usaha menghindarkan diri dari penderitaan hidup seperti ini, berarti ia seorang pengecut, karena ia tidak sanggup mengatasinya secara rasio dan tanpa usaha yang konkret. Belum pula dihitung mahalnya ongkos membeli khamar, ditambah lagi terganggunya stabilitas badan karena sering dimasuki khamar.

f)

نۃيخاْل

(Sifat Pengkhianat)

Karena tindakannya yang licik, sifat khianat untuk sementara waktu tidak diketahui manusia, tetapi Allah Maha Mengetahui. Ia tidak segan bersumpah palsu untuk memperkuat dan membenarkan keterangannya bila ia tertuduh, karena ia tidak mempunyai rasa tanggung jawab. Dia tidak memperoleh keuntungan dari tindakannya yang tidak jujur itu, sikap senang mengorbankan teman sendiri, jadi musuh dalam selimut, menggunting dalam lipatan, menolak kawan seiring dan membahayakan keselamatan dirinya. Sifat amanah membawa kelapangan rezeki, sedangkan khianat menimbulkan kefakiran, penghianat sebenarnya mencoreng keningnya sendiri dengan arang yang tidak mungkin hilang untuk selama-lamanya, terjauh dari teman dan sahabat, terisolasi dari pergaulan, masyarakat memandang dengan sebelah mata dan ia kehilangan kepercayaan.

g)

ْلمُظلا

(Sifat Aniaya)

Aniaya ialah meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, mengurangi hak yang seharusnya di berikan. Penganiayaan dapat memutuskan ikatan persaudaraan antara sesama manusia. Itulah sebabnya agama melarang zalim karena manusia selalu mempunyai kekurangan-kekurangan. Manusia harus tolong- menolong dalam kehidupan masing masing dan tidak boleh menganiaya.

h)

نْبجاْل

(Sifat Pengecut)

Sifat pengecut adalah perbuatan hina, sebab tidak berani mencoba, belum mulai berusaha sudah menganggap dirinya

Dokumen terkait